• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna

BAB VI PEMBAHASAN

B. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna

Genitalia Eksterna

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo suatu perilaku yang didasari pengetahuan biasanya bersifat langeng (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan yang diukur dalam penelitian kali ini adalah pengetahuan tentang kebersihan organ genitalia eksterna. Domain kognitif yang dilihat dari responden adalah tahu, artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang ia tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, medefinisikan dan menyatakan (Swansbrug, 2001). Materi untuk mengukur tingkat pengetahuan ini berisi mengenai pengertian kesehatan reproduksi, manfaat dari menjaga kebersihan organ

genitalia eksterna, cara menjaga kebersihan organ genitalia, dan akibat yang timbul jika tidak menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan ternyata dari 286 responden sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 190 orang (66,4%) sedangkan remaja yang memiliki pengetahuan buruk sebanyak 96 orang (33,6%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya di Madrasah Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta tahun 2004 yang mendapatkan hasil sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang baik (53,4%) dan kurang (46,6%) (Rejaningsih, 2004).

Hal ini tidak sesuai dengan yang dilakukan Youth Center Pilar

PKBI Jawa Tengah (2004), menjelaskan bahwa hanya 19,50% remaja yang memiliki pengetahuan yang memadai mengenai fungsi organ reproduksi dan cara merawat organ reproduksi. Berbanding terbalik dengan penelitian lain yang dilakukan di SLTP Jakarta Timur tahun 2003 yang mendapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi SLTP disana memiliki pengetahuan kurang sebanyak (93,4%) (Handayani, 2003).

Hasil dari 286 responden didapatkan jumlah dari 122 responden laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebesar 72,1% dan jumlah dari 164 responden perempuan yang memiliki pengetahun baik sebesar 62,2%. Penelitian sebelumnya belum pernah diteliti mengenai tingkat pengetahuan tentang kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja laki-laki. Sedangkan penelitian pada remaja perempuan sesuai dengan

75

yang dilakukan pada penelitian sebelumnya pada remaja perempuan di Pondok Cabe ilir tahun 2014 didapatkan remaja perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 50% (Nurhayati,2014). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di MI Pembangunan menyebutkan bahwa terdapat 43,6% remaja perempuan yang memiliki pengetahuan baik tentang kebersihan organ genitalia eksterna. Selain itu belum ada pula penelitian sebelumnya yang meneliti bahwa jenis mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Hasil analisis pengetahuan dapat disimpulkan pengetahuan remaja baik perempuan maupun laki-laki di SMAN 90 Jakarta tergolong baik, tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan hasil jawaban responden pada item pertanyaan pengetahuan. Pada item pertanyaan pengetahuan banyak responden yang menjawab salah pada item-item yang tergolong penting dan dapat menimbulkan efek pada kesehatan remaja. Pada item pertanyaan pengetahuan pada perempuan yang mana dari 16 pertanyaan hanya terdapat 3 item pertanyaan yang banyak menjawab salah yaitu item pertanyaan nomor 6,7 dan 8. Pertanyaan nomor 6 yaitu “sabun pembersih alat kelamin perempuan baik digunakan saat membersihkan alat kelamin” pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan negatif dan responden yang menjawab salah yaitu sebesar 78,0%. Hal tidak sesuai dikarena tidak perlu menggunakan sabun khusus pembersih vagina karena hal tersebut dapat menggangu keasaman dalam vagina (Manuaba,2006).

Pada pertanyaan nomor 7 yang juga merupakan pernyataan negatif, yaitu “cara membersihkan alat kelamin yang benar adalah dari arah anus ke arah alat kelamin” sebagian besar responden menjawab salah yaitu 62,2%. Hal tidak sesuai bahwa membersihkan alat kelamin sebaiknya dari arah alat kelamin menuju anus jika membersihkan alat kelamin pada arah sebaliknya dapat menyebabkan infeksi pada vagina (Manuaba2006). Pertanyaan nomer 8 yaitu “membersihkan alat kelamin dengan menggunakan air hangat dapat menyebabkan iritasi pada alat kelamin” sebanyak 67,7% responden menjawab salah. Hal ini tidak sesuai karena sebaiknya membersihkan alat kelamin tidak menggunakan air hangat karena kulit akan lebih mudah teriritasi (Kusmiran, 2012).

Pada item pertanyaan pengetahuan pada laki-laki yang mana dari 17 pertanyaan hanya terdapat 3 item pertanyaan yang banyak menjawab salah yaitu item pertanyaan nomor 7,8 dan 9. Pernyataan nomor 7 yaitu “pemakaian celana dalam yang terlalu ketat dan sempit baik untuk kesehatan pada alat kelamin”. Sebesar 89,0% responden mengatakan bahwa menggunakan celana yang terlalu ketat dan sempit baik untuk kesehatan alat kelamin. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya pada laki-laki dianjurkan untuk menggunakan celana yang tidak ketat & sempit karen jika itu dilakukan dapat menyebabkan suhu testis berubah berubah (BKKBN,2005).

Pertanyaan nomor 8 mengenai “khitan (sunat) merupakan salah satu cara menjaga kebersihan alat kelamin pada laki-laki”. Sebagian

77

67,2% menjawab bahwa khitan bukanlah salah satu cara untuk menjaga kebersihan alat kelamin laki-laki. Hal ini tidak sesuai karena salah satu cara untuk menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada laki-laki adalah dengan melakukan khitan (sunat) karena hal tersebut dilakukan untuk mencegah penumpukan kotoran (smegma) pada alat kelamin laki-laki (Kusmiran, 2012). Pertanyaan nomor 9 yaitu “membersihkan alat kelamin dengan menggunakan air hangat dapat menyebabkan kulit kelamin perih & kemerahan”. Sebagian besar responden yang menjawab salah adalah 55,7% yang mana hal tersebut tidak sesuai bahwa sebaiknya membersihkan alat kelamin lebih baik tidak menggunakan air hangat karena hal tersebut dapat membuat alat kelamin perih dan kemerahan (iritasi) (Kusmiran,2012).

Perbedaan hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lainnya seperti informasi yang didapat para responden dari media, teman, orang tua, maupun sumber informasi lainnya. Faktor lain yang dapat berpengaruh adalah usia yang mana di penelitian sebelumnya responden berusia pada remaja awal, faktor lain yang berpengaruh adalah budaya yang mana penelitian yang dilakukan sebelumnya dilakukan di daerah berbeda.

Dokumen terkait