• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA DI SMAN 90 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

ALLAILY AMALIA RACHMA NIM 1112104000042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

(3)
(4)

iv

(5)
(6)

vi

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, Juni 2016

Allaily Amalia Rachma, NIM 1112104000042

The Overview of Adolescent Knowledge Level at SMAN 90 Jakarta Regarding the Hygiene of Ekstena Genitalia Organ

xix + 81 pages + 7 tables + 2 schemes + 5 attachements

ABSTRACK

Background: Lack of knowledge within the adolescent age group regarding their reproductive health would hinder them from behaving hygienically in keeping the cleanliness of their external genitalia organ, which in turn could endanger their reproductive health.The benefits for adolescent if they maintain the hygiene of their externa genitalia organ is that they could avoid genital diseases and sexually transmitted diseases, because in adolescence the reproductive organ has just fully matured. The purpose : of this study is to see teenagers level of knowledge regarding the hygiene of external genitalia organ. Methods: This study used a descriptive quantitative approach, using the sampling technique of total sampling with a sample size of 286 samples. Analysis: data analysis technique used is univariat analysis Results: This study shows that 190 (66.4%) person had a good knowledge while 96 (33.6%) had poor knowledge. Within the female adolescent there are 102 person (62.2%) who has good knowledge and 62 person (37.8%) who have poor knowledge. While in male adolescent those who have a good knowledge are as many as 88 people (72.1%) and those who have poor knowledge are as many as 34 people (27.9%). Advice: It is advised to SMAN 90 Jakarta to set-up health education programs, especially on how to clean the external genitalia in adolescents.

Keywords: Reproductive Health, Knowledge Level, Adolescent, Cleanliness external genitalia

(7)

vii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016

Allaily Amalia Rachma, NIM 1112104000042

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

xix + 81 halaman+ 7 tabel+ 2 bagan+ 5 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan remaja tidak berperilaku higienis dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya dan dapat membahayakan kesehatan reproduksinya sendiri. Manfaat yang dapat timbul jika remaja menjaga kebersihan organ genitalia eksternanya agar dapat mencegah remaja terhindar dari penyakit-penyakit alat kelamin dan penyakit menular seksual karena pada masa remaja alat reproduksi baru matang sepenuhnya. Tujuan : Penelitian ini untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Metode : Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, cara pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebesar 286 sampel. Sampel : Penelitian ini adalah siswa/i SMAN 90 Jakarta. Analisis : Teknik analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 190 orang (66,4%) memiliki pengetahuan baik dan 96 orang (33,6%) yang memiliki pengetahuan buruk. Pada remaja perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 102 orang (62,2%) dan yang memiliki pengetahuan buruk 62 orang (37,8%) sedangkan pada remaja laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 88 orang (72,1%) dan yang memiliki pengetahuan buruk sebanyak 34 orang (27,9%). Saran : Kepada SMAN 90 Jakarta agar dapat membuat program pendidikan kesehatan khususnya tentang cara membersihkan organ genitalia eksterna pada remaja.

Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi, Tingkat Pengetahuan, Remaja, Kebersihan Organ Genitalia Eksterna

(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Allaily Amalia Rachma

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1994

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jalan Kampung Baru 2 RT 03/ RW 02 No. 21

Ulujami,Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Telepon : +62868765212

E-mail : allaily.amalia04@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TKI Darunnajah : 1999 - 2000

2. SDI Annajah Jakarta : 2000 - 2006

3. MTS Annajah Jakarta : 2006 - 2009

4. SMA Negeri 90 Jakarta : 2009 - 2012

5. S1 Keperawatan UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta : 2012 - 2016

Riwayat Organisasi :

1. SATUAN TUGAS RUUK ILMIKI : 2013-2014

2. BEM PSIK : 2013-2014

3. HMPSIK : 2014-2015

(9)

ix

Segala puji hanya Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta

pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diIbadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

Kebersihan Organ genitalia Eksterna di SMAN 90 Jakarta”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta menerapan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

(10)

x

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi inidapat penulisan selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku ketua program Studi dan Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB, dan Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Maftuhah, Mkep.,PhD selaku dosen dan pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan selama proses perkuliahan.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkulihan.

6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

xi

Annajma Zahida Khomsa dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.

8. Guru dan Staff pengajar SMAN 90 Jakarta yang telah banyak membantu dan memudahkan peneliti.

9. Siswa dan Siswi SMAN 90 Jakarta yang telah banyak membantu dan besedia menjadi responden peneliti.

10. Teman satu bimbingan puji pertiwi ilahi dan sahabat-sahabatku Devi, Ulfah, Ica, Ani, Ikrima dan Hanifah yang telah bersama – sama untuk saling mendukung, memotivasi dan mendo‟akan dikala penulis telah lelah untuk menyelesaikan

skripsi ini.

11.Kakak- kakak PSIK 2009, PSIK 2010, dan PSIK 2011 yang telah banyak memberikan masukan dan semangat kepada penulis

12.Seluruh angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.

Ciputat, Juni 2016

(12)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESEHAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

ABSTRACK ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DATAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Pertanyaan Peneliti ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Kesehatan Reproduksi... 13

(13)

xiii

1. Definisi ... 16

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ... 16

3. Perubahan organ reproduksi pada remaja ... 18

C. Kebersihan organ genitalia eksterna ... 27

1. Cara menjaga kebersihan organ reproduksi perempuan ... 29

2. Cara membersihkan organ reproduksi laki-laki ... 32

D. Dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi ... 34

1. Keputihan ... 34

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 40

F. Kebersihan Diri ... 42

1. Definisi ... 42

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri ... 43

3. Jenis-jenis kebersihan diri ... 44

G. Kerangka Teori ... 46

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSIONAL ... 47

A. Kerangka Konsep ... 47

B. Definisi Operasinal ... 48

BAB IVMETODE PENELITIAN ... 50

A. Desain Penelitian ... 50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

1. Tempat Penelitian ... 50

(14)

xiv

C. Populasi dan Sampel ... 51

1. Populasi ... 51

2. Sampel... 51

D. Instrumen Penelitian ... 54

1. Kuesioner Demografi ... 54

2. Kuesioner Pengetahuan ... 54

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

F. Tahap Penelitian ... 58

1. Prinsip Kebaikan (Principle of Beneficience) ... 61

2. Prinsip Untuk Menghormati Martabat Manusia ... 61

3. The Prinsiple Of Justice ... 62

4. Informed Consent ... 62

BAB VHASIL PENELITIAN ... 63

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

1. Profil SMAN 90 Jakarta ... 63

B. Analisa Univariat ... 64

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 65

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna... 65

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis kelamin ... 66

(15)

xv

BAB VIPEMBAHASAN ... 72

A. Karakteristik Responden ... 72

1. Jenis Kelamin ... 72

2. Usia ... 72

B. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna ... 73

C. Keterbatasan Peneliti... 78

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

SMA : Sekolah Menengah Atas

DEPKES : Departemen Kesehatan

RI : Republik Indonesia

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarg Berencana Nasional

PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

SKRRI : Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia

(17)

xvii

(18)

xviii

DATAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional...52 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di SMAN 90

Jakarta...66 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di SMAN 90

Jakarta...67 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan mengenai

kebersihan organ genitalia eksterna di SMAN 90

Jakarta...68 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mengenai Kebersihan Organ

Genitalia Eksterna Responden Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin di SMAN 90 Jakarta...68 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Perempuan tentang Pengetahuan

Kebersihan Organ Genitalia Eksterna...69 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Laki-laki tentang Pengetahuan

(19)

xix

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 2 Surat Uji Konten

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam rentang kehidupan individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak kemasa dewasa (pubertas). Menurut World Health Organization (WHO), yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin (WHO, 2005 ; Romauli, 2009).

(21)

dilakukan Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah (2004), menjelaskan bahwa hanya 19,50% remaja perempuan yang memiliki pengetahuan yang memadai mengenai fungsi organ reproduksi dan cara merawat organ reproduksi.

Kesehatan reproduksi itu sendiri merupakan suatu kondisi sehat dari sistem, fungsi dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh seseorang, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, melainkan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti,2009). Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Salah satu aspek yang dapat menentukan kesehatan reproduksi remaja adalah dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan organ reproduksinya (Widyastuti, 2009).

Menjaga kebersihan organ reproduksi sangatlah penting, terlebih pada masa remaja. Karena menjaga kebersihan organ reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan dan pada masa remaja ini pula perubahan fisik terjadi secara cepat begitu juga dengan kematangan seksual (Widyastuti, 2009). Islam pun menjelaskan bahwa betapa pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi, seperti sabda Rasullullah SAW “lima hal termasuk ajaran Islam, khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabuti bulu ketiak, memangkas kumis dan memotong kuku” (HR.Imam Al-Bukhari, Hadist Shahih). Dari

(22)

3

bulu kemaluan yang mana itu dapat menjauhkan seseorang dari masalah-masalah kesehatan yang timbul.

Menjaga kebersihan organ reproduksi seseorang harus memiliki pengetahuan mengenai kebersihan organ reproduksi tersebut. Pengetahuan itu sendiri adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan salah satu bagian dari perilaku, sebagaimana yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005), membagi perilaku seseorang ke dalam tiga domain yakni pengetahaun (cognitive domain), sikap (affevtive domain), dan tindakan (psychomotor domain). Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

(23)

Banyak masalah yang dapat timbul dari tidak menjaga kebersihan organ reproduksi, terlebih lagi pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Nadesul & Prasetyowati, 2008).. Berdasarkan data penelitian kesehatan reproduksi perempuan didapatkan 75% perempuan didunia pernah mengalami keputihan yang paling sedikit satu kali dalam hidupnya. Dan di Indonesia sendiri pada tahun 2004 didapatkan sekitar 70% perempuan di Indonesia mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya (Takasihaeng, 2005). Selain keputihan ada beberapa lagi masalah yang akan timbul apabila tidak menjaga kebersihan organ reproduksi seperti kanker serviks, iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau infeksi saluran kemih (Nadesul & Prasetyowati, 2008). Hal tersebut berkaitan dengan saluran kemih bawah pada wanita yang lebih pendek, sehingga kedudukannya lebih dekat dengan dunia luar serta dapat dengan mudah terpapar kuman dan bibit penyakit (Nurhadini, 2012).

(24)

5

Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul, virus ini hidup di daerah yang lembab persisnya dalam cairan vagina yang didap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker serviks. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keutihan yang disertai bau tidak sedap dan perdarahan yang keluar dari vagina (Arjuna, 2011).

(25)

Banyak penelitian terkait tingkat pengetahuan, sikap maupun perilaku remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada perempuan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Nurhayati (2013) dalam penelitiannya mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku vaginal hygiene terhadap kejadian keputihan patologis pada remaja putri usia 13-17 tahun di daerah pondok cabe ilir didapatkan 50% remaja memiliki pengetahuan buruk dan yang memiliki 53,8% memiliki sikap negatif. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Nurlita (2014) mengenai Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ genitalia eskterna pada siswi MI pembangunan terdapat 3 orang (7,7%) yang memiliki pengetahuan kurang, 19 orang (48,7%) memiliki pengetahuan cukup dan sebanyak 17 orang (43,6%) memiliki pengetahuan yang baik sementara 32 siswi (82,1%) memiliki perilaku yang baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Penelitian lain yang di lakukan Tapparan (2013) dengan judul penelitian gambaran perilaku kebersihan organ genitalia eksterna siswi kelas X di SMAN 1 Kawangkoan didapati pengetahuan sebagian besar responden masuk dalam kategori baik, yaitu 32 responden (64%) sedangkan 18 responden (36%) buruk, sikap baik 27 responden (54%). Penelitian lain menyebutkan bahwa ada hubungan antara sikap vulva hygiene dengan kejadian keputihan. Dan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dan praktik vulva hygiene dengan kejadian keputihan (Rofika, 2014).

(26)

7

khususnya pada masa remaja, karena menjaga kebersihan organ reproduksi merupakan suatu langkah awal remaja menjaga kesehatan reproduksi mereka. Selain itu, pada masa ini pula organ reproduksi remaja dapat befungsi dengan baik dan aktivitas seksual dapat dimulai. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya sebagian besar hanya mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja wanita saja, sementara masih jarang dan sulit untuk di temukan penelitian yang membahas mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja laki-laki. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan tentang menjaga kebersihan organ genitalia eskterna pada remaja di SMAN 90 Jakarta kelas 10, 11 dan 12.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMAN 90 Jakarta karena pada saat melakukan studi pendahuluan di SMA 90 Jakarta, peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru biologi, siswi dan siswa sebanyak 20 siswa dan siswi yang terdiri dari siswa dan siswi kelas 10, 11 dan 12 masing masing sebanyak 10 orang siswa dan 10 orang siswi. Hasil dari wawancara yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan guru biologi mengatakan bahwa siswa dan siswi tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja laki-laki maupun perempuan.

(27)

membersihkannya, kemudian 10 dari 10 siswi di SMAN 90 Jakarta mengakui pernah mengalami keputihan 4 diantaranya mengatakan keputihannya berbau tidak sedap, terkadang berwarna hijau kekuningan dan terasa gatal.

Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 siswa 7 dari yang diwawancarai mengatakan tidak tahu pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia eksterna dan salah dalam cara membersihkannya dan 3 dari siswa yang lain masih malu-malu dan tidak mau mengungkapkan bagaimana cara membersihkan organ genitalia eksternanya. 6 dari siswa mengatakan bahwa memiliki kebiasaan tidak mencuci alat genitalia sehabis buang air kecil, selain itu 8 dari 10 siswa tersebut sering menggunakan celana yang ketat dan mengatakan sering merasa gatal & perih didaerah lipatan paha.

(28)

9

B. Rumusan Masalah

Kebersihan organ reproduksi eksterna pada masa remaja sangatlah penting dipelihara, karena menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada saat remaja merupakan suatu langkah awal dalam menjaga kesehatan. Pada masa ini pula organ reproduksi baru berfungsi seutuhnya, selain itu menjaga kebersihan organ genitalia eksterna juga penting agar terhindar dari penyakit genitalia seperti kanker serviks, keputihan abnormal pada perempuan, iritasi, infeksi saluran kemih atau radang panggul, dan infeksi pada alat reproduksi laki-laki. Pengetahuan yang baik mengenai cara membersihkan organ reproduksi akan berpengaruh pada sikap dan perilaku para remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh pada perilaku para remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna. Penelitian yang lain juga menyebutkan bahwa pengetahuan yang buruk dalam menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna merupakan faktor penyebab sikap dan perilaku dalam menjaga organ reproduksi eskterna yang buruk pula.

(29)

banyak yang mengalami dampak dari tidak menaga kebersihan organ genitalia eksterna, diantaranya keputihan pada siswi dan iritasi pada lipatan paha pada siswa. Maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Pada Siswa dan Siswi Kelas 10, 11 dan 12 SMAN 90 Jakarta.

C. Pertanyaan Peneliti

1. Bagaiman gambaran karakteristik remaja di SMAN 90 Jakarta?

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja di SMAN 90 Jakarta mengenai kebersihan organ genitalia eksterna?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahunya gambaran tingkat pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ genitalia pada remaja di SMAN 90 Jakarta

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin remaja di SMAN 90 Jakarta

(30)

11

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam bidang kesehatan reproduksi, salah satunya menyelenggarakan penyuluhan atau promosi kesehatan reproduksi pada kalangan anak sekolah dalam mejaga kebersihan organ reproduksi pada masa remaja.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan penelitian dibidang perawatan dan kesehatan reproduksi, serta memberikan perkembangan ilmu keperawatan dalam bidang kesehatan reproduksi pada remaja sehingga remaja dapat terpapar betapa pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi pada masa remaja. 3. Bagi Sekolah

Dapat menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kebersihan organ reproduksi, serta dapat meningkatkan kinerja UKS dalam membantu meningkatkan kepedulian terhadap organ reproduksi remaja dalam rangka menjaga kesehatan reproduksi pada masa remaja

F. Ruang Lingkup Penelitian

(31)
(32)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi

1. Definisi

Menurut World Health Organitazation (WHO) dan International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 yang diselenggarakan di Kairo kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.

Definisi kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik, dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (Marfina, Rohmah, Widyaningrum, 2009).

(33)

prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Pinem, 2009).

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi, 2008).

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran masalah kesehatan reproduksi menurut Pinem (2009) meliputi faktor demografis/sosial ekonomi, faktor budaya dan lingkungan, psikologis dan biologis.

a. Faktor demografis dapat dinilai dari data : usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor sosial ekonomi dapat dinilai dari tingkat pendidikan, akses terhadap pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat kemiskinan, rasio buta huruf, rasio remaja tidak sekolah. b. Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama, status

(34)

15

c. Faktor psikologis antara lain rasa rendah diri, tekanan teman sebaya, tindak kekerasan di rumah/lingkungan, dan ketidak harmonisan orang tua.

d. Faktor biologis meliputi: gizi buruk kronis, kondisi anemia, kelainan bawaan reproduksi, kelainan akibat radang panggul. Infeksi lain atau keganasan.

3. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Adapun ruang lingkup kreproduksi meliputi : a. Kesehatan ibu dan anak

b. Kelurga berencana

c. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) termasuk HIV/AIDS

d. Pencegahan dan penanggulangan aborsi e. Kesehatan reproduksi remaja

(35)

B. Remaja

1. Definisi

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berari to

grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam rice , 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrum (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun (Papalia dan Olds,2007)

Menurut undang-undang NO. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki. Sedangkan menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004).

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja

(36)

17

a. Remaja awal usia 11-14 tahun

Remaja mulai mengeksprolasi kemampuan yang baru ditemukan, mencari-cari dengan canggung nilai-nilai dan energi yang baru, dan mulai membandingkan “normalitas” yang ada dengan teman sebaya. Merasa senang dengan perubahan tubuh yang cepat, mulai menguji coba berbagai peran, pengukuran daya tarik berdasarkan penerimaan atau penolakan teman sebaya. Mengeskplorasi dan mengevaluasi dirinya, kencan terbatas dan biasanya keintiman terbatas.

b. Remaja pertengahan usia 15- 17 tahun

Remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagiannya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex (perasan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungandengan kawan-kawan.

c. Remaja akhir 18-20 tahun

(37)

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbagan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum.

3. Perubahan organ reproduksi pada remaja

a. Perubahan Seks Primer 1) Organ Reproduksi Wanita

(38)

19

a) Organ genitalia eksterna i. Vulva

Vulva atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular (Sherwood, 2011).

ii. Mons pubis

Mons pubis adalah bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis sedangkan kebwah sampai ke sekitar anus dan paha (Sherwood, 2011).

iii. Labia mayora

(39)

Setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol pada usia lanjut mulai mengeriput. Dibawah kulit terdapat massa lemak dan mendapatkan pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma (Sherwood, 2011).

iv. Labia minora

(40)

21

v. Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoriditis dan terdiri atas glans klitiridis, korpus klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf sehingga sangat sensitive (Sherwood,2011).

vi. Vestibulum

(41)

cm,terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 -2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare.pada koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah (Sherwood, 2011).

vii. Bulbus vestibuli.

Bulbus vestibule sinistra dan dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lender vestibulum,dekat ramus ossis pubis. panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibule mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernossuss dan muskulus konstriktor vagina. embriologik sesuai dengan korpus kavernosum penis. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus tertarik kearah atas ke bawah arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cedera dan sekali-sekali timbul hematoma vulva atau perdarahan (Sherwood, 2011).

viii. Introitus vagina

(42)

23

bentuk berbeda-beda dari yang semilunar sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui dua jari. Umumnya himen robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai dasar selaput dara tersebut. Pada beberapa kasus himen tidak mengalami laserasi walapun sanggam berulang telah dilakukan. Sesudah persalinan himen robek di beberapa tempat dan yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (Sherwood, 2011). ix. Perineum

(43)

yang menutupinya.perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteri pudenda interna dan cabang-cabangnya. Oleh sebab itu,dalam menjahit robekan perineum dapat dilakukan anastesi blok pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah-tengah di antar anus dan vagina yang diperkuat oleh tendon sentral perineum. Ditempat ini bertemu otot-otot bulbokavernosus, muskulus transverses perinea superfisialis, dan sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perinal body yang memberikan dukungan bagi perineum. Dalam persalinan sering mengalami laserasi kecuali dilakukan episiotomy yang adekuat (Sherwood, 2011).

2) Organ Reproduksi Pria

Organ reproduksi laki-laki dibedakan menjadi alat alat reproduksi yang tampak dari luar dan yang berada didalam tubuh.

a) Organ Genitalia Ekaterna i. Penis

(44)

25

antara alat kelamin jantan dan betina untuk memudahkan semen ke dalam organ reproduksi betina). Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi padsa saat dikhitan/sunat (Sherwood, 2011).

ii. Buah Zakar

Terdiri dari kantung zakar yang didalamnya terdapat sepasang testis dan bagian-bagian lainnya. Kulit luar nya disebut skrotum. Skrotum berfungsi melindungi testis serta mengatur suhu yang sesuai untuk spermatozoa (sel sperma) (Sherwood, 2011). iii. Skrotum

(45)

(spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh (Sherwood, 2011).

b. Tanda seks sekunder

Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita. Perubahan seks sekunder yang terjadi pada remaja di pengaruhi oleh hormon seks, yang dikeluarkan oleh jaringan di gonad (testis pada pria, ovarium pada wanita) dan juga oleh kelenjar adrenal, yang terdiri dari tiga jenis utama, terdapat pada kedua jenis kelamin, hanya berbeda jumlah dan proporsinya antara pria dan wanita setelah masa remaja. Androgen (yang bagian terpenting adalah testoreson) merupakan hormone maskulin yang dihasilkan terutama ditestis, selain dihasilkan oleh ovarium dan kelenjar adrenal.

Androgen mulai bekerja menghasilkan perubahan fisik pada pria ketika menginjak masa remaja-misalnya, pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.

(46)

27

mengakibatkan perubahan fisik pada wanita ketika menginjak remaja, misalnya Pada wanita bisa ditandai antara lain: pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid dan tumbuh bulu-bulu ketiak. (Sarwono, 2010).

C. Kebersihan organ genitalia eksterna

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalianya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur (Depkes,2010). Kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bersih berarti bebas dari kotoran. Sedangkan kala kebersihan yaitu keadaan yang dianggap tidak mengandung noda atau kotoran (Depdikbud,2005).

(47)

Kebersihan organ genitalia laki-laki adalah menjaga kesehatan seluruh organ genitalia eksterna mulai dari penis & testis agar terhindar dari bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan kulit iritasi dan sumber dari berbagai penyakit menular seksual (Depkes, 2010). Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genitalia bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang terletaknya dekat dengan anus (Depkes,2010). Sedangkan pada remaja laki-laki sangat di anjurkan untuk tidak menggunakan celana yang terlalu ketat, dikarenakan penggunaan celana yang terlalu ketat dapat menyebabkan suhu testis berubah kemudian dianjurkan juga untuk melakukan khitan (sirkumsisi) agar mencegah penumpukan kotoran (Depkes, 2005).

Cara pemeliharaan alat reproduksi secara umum untuk remaja laki-laki dan perempuan antara lain menurut Kusmiran (2012) :

a. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari

b. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan air atau kertas pembersih (tisu). Gerakan cara membersihkan anus untuk perempuan adalah dari daerah vagina ke arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina. c. Tidak menggunakan air yang kotor dan air hangat untuk mencuci

alat kelamin karena dapat menyebabkan iritasi pada alat kelamin. d. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan

(48)

29

1. Cara menjaga kebersihan organ reproduksi perempuan

a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setiap setelah buang air besar, buang air kecil, dan pada saat mandi (Depkes,2012).

b. Sebelum membersihkan alat kelamin, bersihkan dahulu anus dan sekitarnya dengan sabun, kemudian bilas bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus dengan gerakan arah kebelakang, agar kotoran dari anus tidak terbawa ke depan ke arah alat kelamin (Depkes,2012).

c. Kemudian cuci tangan dengan sabun sampai bersih, telapak dan punggung tangan sela-sela jari dan kuku, lalu bilas bersih dengan air (Depkes,2012).

d. Setelah itu barulah bersihkan alat kelamin dengan air bersih. Bersihkan semua bagian alat kelamin sampai keseluruhan lipatan/lekuk sehingga tidak ada kotoran yang tertinggal (Depkes,2012).

(49)

tersebut akan menyebabkan handuk atau tisu yang sudah mengenai anus akan mengenai alat kelamin (Depkes,2012).

f. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya. Terlalu sering menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi (Depkes, 2012).

g. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai dengan kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali. Dan gunakan pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi sering-sering menggnati pantyliner saat keputihan (Depkes, 2012).

h. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi sulit bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih dan tidak meyerap keringat (Depkes, 2012).

(50)

31

dan jamur, yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Depkes, 2012).

j. Pada saat menstruasi dinding bagian dalam uterus meluruh sehingga amat sangat mudah terkena infeksi, oleh karenanya sangat perlu menjaga kebersihan dengan cara (Kusmiran, 2012) :

1) Gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali dalam sehari atau setiap setelah buang air kecil, atau bila pembalut telah penuh dengan darah, atau saat mandi.

2) Bila pembalut yang digunakan adalah sekali pakai, maka bersihkan/bilas terlebih dahulu pembalut dengan menggunakan air, bungkus kemudian buanglah di tempat sampah.

(51)

2. Cara membersihkan organ reproduksi laki-laki

a. Bersihkan alat kelamin dan sekitarnya paling sedikit setelah buang air besar, dan pada saat mandi (Depkes, 2012).

b. Bersihkan terlebih dahulu anus dan sekitarnya dengan sabun, kemudian bilas bersih dengan air. Lakukan membersihkan anus dengan gerakan ke arah belakang, agar kotoran dari anus tidak terbawa ke depan ke arah alat kelamin. Setelah itu sabun tangan, telapak dan punggung tangan, sela-sela jari dan kuku, lalu bilas dengan air bersih (Depkes, 2012).

c. Sekarang bersihkanlah organ kelamin. Pertama-pertama sabunlah daerah sekitar pangkal penis yang berambut, buah zakar, batang penis, sabun bersih seluruhnya, kemudian bilas bersih dengan air (Depkes, 2012).

d. Kemudian tariklah kulit batang penis ke arah atas sampai terlihat bagian yang berlekuk pada kepala penis (glans). Hal ini perlu dilakukan karena pada bagian yang berlekuk mengendap produk kelenjar yang disebut smegma (Depkes, 2012).

e. Semua bagian harus disabun dan dibersihkan sampai tidak ada kotoran (smegma) yang tertinggal (Depkes, 2012).

(52)

33

penyakit. Perawatan rambut didaerah pubis cukup dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah pubis berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Kusmiran, 2012).

g. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat agar pertukaran udara dapat berlangsung dengan baik dan akhirnya menyebabkan daerah organ kelamin menjadi lembab, berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih dan tidak menyerap keringat (Kusmiran, 2012). h. Kotoran (smegma) yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi

(53)

D. Dampak tidak menjaga kebersihan organ reproduksi

Dampak yang dapat terjadi pada wanita apabila tidak menjaga kepersihan organ reproduksi adalah :

1. Keputihan

Leukorea atau keputihan yaitu suatu cairan putih yang keluar dari lubang senggama atau vagina secara berlebihan. Keputihan dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan yang normal biasanya terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi pada rangsangan seksual. Sedangkan, pada keputihan yang abnormal atau patologis terjadi pada infeksi alat kelamin (infeksi bibir kelamin, liang senggama, mulut Rahim, Rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan kelamin) (Manuaba,2010).

(54)

35

2. Iritasi

Iritasi merupakan kulit meradang, merah, terasa gatal. Panas, perih dan bengkak. Hal ini dapat terjadi karena banyak keringat, terlambat mandi, gesekan baju yang ketat, dan garukan kuku. Masalah iritasi juga dapat terjadi karena orang terobsesi ingin selalu bersih, sehingga terlalu banyak menggunakan saran pembersih organ intim, seperti mencuci dengan air pans, membias dengan sabun terlalu banyak, dan menggunakan kompres larutan obat yang terlalu pekat. Sebaiknya tidak demikian. Sebab kulit organ intim lebih lembut dan tipis dari pada daerah lain, sehingga membersihkannya pun harus lebih hati-hati dan tidak boleh kasar. Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi sumber iritasi saat menggunakan sabun (Dwikarya,2007).

3. Infeksi

Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa, dan virus.

a. Infeksi jamur

Yang menyerang kulit organ intima ada dua golongan, yaitu jamur dermofita dan jamur candida albicans.

b. Infeksi Bakteri

(55)

dapat ditemukan pada kelainan organ intim yang bermasalah. Namun, gejala penyakit dan tempat yang terserang berbeda. Contohnya bakteri Gardenerella bakteri jenis ini dapat berubah bentuk sehingga disebut kokobasil. Ditemukan dalam jumlah kecil dalam keadaan normal di dalam vagina.

c. Infeksi virus

Virus merupakan mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat melalui ultrafilter, bersifat intraseluler obligat parasite, dan berkembang biak didlm sel hidup. Virus yang terdapat disaluran reproduksi wanita adalah HPV (Humman Papiloma Virus) yang mana virus ini ditemukan pada pasien dengan kanker serviks yang kurang bersih dalam menjaga kebersihan organ genitalia eksterna (Windayanti, 2007).

Dampak yang dapat terjadi pada pria apabila tidak menjaga kepersihan organ reproduksi adalah :

1. Iritasi

(56)

37

organ intim lebih lembut dan tipis dari pada daerah lain, sehingga membersihkannya pun harus lebih hati-hati, tidak boleh kasar, dan mendapatkan cukup ruang agar kulit disekitar organ intim tidak tergesek oleh bahan pakaian yang ketat. Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi sumber iritasi saat menggunakan sabun (Dwikarya,2007).

2. Infeksi

Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa, dan virus.

a. Infeksi jamur

Yang menyerang kulit organ intima ada dua golongan, yaitu jamur dermofita dan jamur candida albicans

b. Infeksi Bakteri

Bakteri adalah tumbuhan berukuran mikro yang mempunyai berbagai macam bentuk, yakni basil berbentuk batang, kokus berbentuk bulat, dan spirochaeta berbentuk spiral. Ketiganya dapat ditemukan pada kelainan organ intim yang bermasalah. Namun, gejala penyakit dan tempat yang terserang berbeda. c. Infeksi virus

(57)

mana ditemukan pada pria yang belum melakukan sirkumsisi (sunat) dan beresiko tinggi menularkan virus tersebut pada wanita.

E. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelag orang melakukan pengidneraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, pembau dan perasa. Sebagian besar pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetauan (Notoadtmodjo, 2010)

(58)

39

a. Tahu (Know) : tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya, remaja putri mengetahui bahwa keputihan merupakan pengeluaran cairan dari alat genilatia yang bukan berupa darah. b. Memahami (Comprehension) : memahami suatu objek bukan sekedar

tahu terhadap objek tersebut, juga tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahu tersebut. Misalnya, remaja memahami bagaimana cara menjaga kebersihan organ reproduksi salah satu caranya adalah dengan tidak mengunakan celana yang tidak menyerap kerigat.

c. Aplikasi (Application) : aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud, dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, remaja tidak hanya memahami cara menjaga kebersihan organ reproduksi, tetapi dari juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah cebok tidak dengan menggunakan sabunpada daerah kemaluan.

(59)

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tesebut. Misalnya, remaja putri dapat membedakan antara keputihan normal dan keputihan abnormal.

e. Sintesis (Synthesis): sistesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang telah ada. Misalnya, remaja putri dapat melakukan tindakan mencegah penyakit infeksi saluran kemih dengan cara menjaga kebersihan organ reproduksi.

f. Evaluasi (evaluation): evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, remaja dapat membedakan antara keputihan yang normal dan abnormal serta dapat melakukan pencegahan terhadap keputihan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(60)

41

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (2004) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

3) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

4) Kepribadian

Merupakan oraganisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilakunya.

b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan

(61)

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. 3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan. 4) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup akan dapat menambah tingkat pengetahuan

F. Kebersihan Diri

1. Definisi

(62)

43

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan diri

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fsiknya. Kebersihan diri yang baik mempengaruhu terhadap peningkatan citra tubuh individu. Citra tubuh seseornag berpengaruh dalam kebersihan diri karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. (Stuart & Sudden, 1999)

b. Praktik sosial.

Kelmpok-kelompok soasial seseorang dapat berhubungan dalam mempengaruhi psien dalam melaksaakan praktik kebersihan diri

c. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik kebersihan diri seseorang. Untuk melakukan kebersihan diri yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup.

d. Pengetahuan

(63)

dirinya untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam Pratiwi 2008)

e. Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan kebersihan diri. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktik perawatan kebersihan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri (Potter & Perry, 2005).

3. Jenis-jenis kebersihan diri

a. Kebersihan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature dan sensasi, sehingga dibutuhkan fungsinya.

b. Kebersihan rambut

Menjaga dan memelihara rambut dengan baik agar terhindar dari kuman atau bakteri ng berada di rambut. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar mnenjaga kebersihan rambut.

c. Kebersihan kaki dan kuku

(64)

45

kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.

d. Kebersihan mata, hidung dan telinga

Secara normal tidak adaperawatan khusu yang di perlukan untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata,kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedlaam mata. Normalnya, telinga tidka terlalu memerlukan pembersihan. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperature dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem pernapasan.

e. Kebersihan organ reproduksi

(65)

G. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut :

Modifikasi Wong (2008),Sarwono (2010), Notoatmodjo (2003) , Azwar (2007), dan Potter & Perry (2005).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Remaja Awal Remaja Tengah Remaja Akhir

Perubahan seks primer & seks sekunder

Kebersihan diri Pengetahuan

Pengalaman pribadi

Kebudayaan Informasi

Kepribadian

Lingkungan

Kebersihan organ reproduksi  Kebersihan kulit

 Kebersihan rambut

 Kebersihan kuku & kaki

 Kebersihan mata, hidung, & telinga

Usia

Pendidikan

(66)

47 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal – hal khusus. Konsep baru dapat diamati atau diukur melalui variabel yang

membentuknya. Variabel adalah lambang atau simbol yang menunjukkan nilai dari konsep dan merupakan sesuatu yang bervariasi (Wasis,2008). Sedangkan pengertian dari kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel yang diteliti (Sugiyono,2012).

Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat deskriptif atau yang akan menggambarkan variable yang akan di teliti yaitu pengetahuan remaja tentang menjaga kebersihan organ genitalia eksterna di SMAN 90 Jakarta, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Pengetahuan tentang :

1.

Pengertian kesehatan reproduksi

2.

Manfaat menjaga kebersihan organ reproduksi

3.

Akibat bila tidak menjaga kebersihan organ

reproduksi

4.

Cara menjaga kebersihan organ reproduksi

(67)

B. Definisi Operasinal

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Jenis kelamin Status Gender responden yang dibawa sejak lahir

Angket Kuesioner 1. Perempuan

2. Laki-laki

Nominal

Usia Lama hidup responden yangtelah dilalui, ditemukan sejak lahir sampai hari ulang tahun terakhir saat mengisi kuesioner penelitian ini

Hal-hal yang diketahui

Angket Kuesioner Usia Responden pada saat

pengisian kuesioner

Rasio

Pengetahuan Pengetahuan dalam penelitian ini bahwa responden mengerti yang berkaitan berkaitan dengan kebersihan organ reproduksi, yang meliputi :

 Pengertian kebersihan organ

cutt of point dengan pembagian :

Perempuan :

Pengetahuan baik ≥ 13

Ordinal

Tabel 3.1

(68)

49

 Akibat yang timbul jika tidak menjaga kebersihan organ 1 butir soal pengertian, 3 butir soal manfaat, 10 butir soal cara, dan 2 butir soal akibat.

Kuesioner laki-laki berjumlah 17 pernyataan yang terdiri dari 1 butir soal pengertian, 3 butir soal manfaat, 10 butir soal cara, dan 3 butir soal akibat.

Pengetahun buruk < 13

Laki-laki:

Pengetahuan baik ≥ 14

(69)

50 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia eskterna di SMAN 90 Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data menggunakan kuesioner penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 90 Jakarta yang terletak di Jakarta Selatan. SMAN tersebut terpilih karena merupakan SMAN di Jakarta yang belum mendapatkan informasi mengenai cara menjaga kebersihan organ genitalia eksterna pada remaja perempuan laki-laki maupun remaja perempuan. Selain itu SMAN 90 Jakarta juga merupakan almamater peneliti dan lokasi nya dekat dengan tempat tinggal peneliti.

2. Waktu Penelitian

(70)

51

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMAN 90 Jakarta kelas 10,11 dan 12 dengan jumlah 961 siswa dan siswi.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karekteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria inklusi yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Kriteria sampel Kriteria inklusi :

1) Siswa dan siswi SMAN 90 Jakarta kelas 10, 11 & 12 2) Bisa membaca dan menulis

3) Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi :

1) Responden tidak kooperatif 2) Responden mendadak sakit

3) Responden mengundurkan diri ditengah-tengah proses penelitian

b. Jumlah sampel

(71)

320 siswa/i dan kelas 12 sebanyak 322 siswa/i. Untuk menentukan jumlah sampel, penelitian menggunakan rumus perhitungan sampel rumus Slovin , yaitu:

Keterangan: n : Jumlah sampel N : Populasi

d : Batas ketelitian yang diinginkan

Maka pengambilan sampel yang diinginkan adalah:

= 282,4 (dibulatkan 283)

Untuk mengantisipasi responden yang dropout, maka total sampel yang diambil sebanyak 283 orang ditambah 10% sehingga sampel penelitian sebanyak 286 orang. Agar penyebaran data siswa dan siswi kelas 10, 11, dan 12 merata dan seimbang, maka digunakan rumus sebaran data (Suryanto, 2011), yaitu:

Jumlah sampel strata

Jumlah siswa kelas 10

(72)

53

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik non probability sampling. Non probability sampling merupakan sistem pengambilan sampel yang tidak dapat di perkirakan probablititas setiap elemen yang akan dijadikan sampel (Dempsey,2002). Pada saat pengambilan sampel, penentuan kelas untuk pengambilan sampel dari setiap angkatan menggunakan teknik non probability sampling. Teknik

non probability sampling digunakan karena penentuan kelas yang diambil untuk dijadikan sampel sudah di tentukan oleh guru disekolah dikarenakan jadwal ujian nasional untuk kelas 12 dan jadwal ujian tengah semester untuk kelas 10 & 11.

(73)

kelas yang ditentukan adalah dengan menggunakan teknik simpel random sampling yaitu dengan memberikan nomer pada setiap kuesioner responden yang disebar terlebih dahulu kemudian mengundi setiap nomer yang akan di ambil. Sedangkan pengambilan sampel pada kelas 12 adalah dengan memanggil nama-nama secara acak sesuai dengan kocokan yang dilakukan oleh guru di kelas.

D. Instrumen Penelitian

Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai gambaran tingkat penegtahuan dan sikap siswa siswi dalam menjaga kebersihan organ reproduksi eksterna.

1. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden, kuesioner demografi ini meliputi pertanyaan (Jenis kelamin, Usia, Pekerjaan, dan kelas)

2. Kuesioner Pengetahuan

(74)

55

Kuesioner ini menggunakan skala guttman dinilai dengan skor meliputi : pertanyaan posistif (favourable) bernilai 1 untuk jawaban Benar (B) dan 0 untuk jawaban Salah (S). Untuk pertanyaan negatif (unfavourable) bernilai o untuk jawaban Benar (B) dan 1 untuk jawaban Salah (S). Kuesioner pengetahuan dibedakan antara kuesioner perempuan dan laki-laki. Untuk kuesioner perempuan terdiri atas 16 pernyataan, yang terdiri dari 14 pertanyaan positif (1,2,3,4,5,8,9,10,11,12,14,15,16) dan 3 pernyataan negatif (6, 7, 13). Sedangkan untuk kuesioner laki-laki terdiri atas 17 pernyataan, yang terdiri dari 15 pertanyaan positif (1,2,3,4,5,8,9,10,11,13,12,14,15,16,17) dan 2 pernyataan negatif (6, 7).

Pengetahuan dikelompokan menjadi baik dan buruk. Baik dimana jika ≥mean/median dan buruk jika <mean/median. Cara

untuk menentukan data ini menggunakan mean/median adalah dengan cara uji normalitas data untuk mengetahui distribusi normal atau tidak normal. Menurut hasil uji normalitas analisis variabel pengetahuan perempuan menggunakan median 13,00 karena distribusi data tidak no

rmal maka pengetahuan dikatakan baik jika ≥13,00 dan

(75)

14,00 karena ditribusi data yang tidak normal maka pengetahuan dikatakan baik jika ≥14,00 dan buruk jika <14,00.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut yaitu variabel (Hidayat,2008). Uji validitas ada beberapa macam diantaranya construct validity, face validity dan content validity. Conten validity (validitas isi) yaitu cara untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah dibuat sudah dapat memenuhi validitas isi, maka dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang yang kompeten (pakar) (Brink dan wood 2000).

Validitas pengukuran meupakan pernyataan tentang derajat kesesuaian hasil pengukuran sebuah alat ukur (insrumen) dengan apa yang sesungguhnya ingin diukur oleh peneliti. Sedangkan pengukuran (measurement) merupakan prosedur pemberian nilai kuantitatif atau kualitatif terhadap variabel pada subjek penelitian (Streiner dan Norman, 2002). Instrumen yang valid berartu alat ukur yang dapat digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

(76)

57

dalam penelitian ini sudah dikonsultasikan oleh dua spesialisasi keperawatan maternitas dan spesialisasi keperawatan anak. Hasil konsultasi dengan content validity adalah kuesioner mengenai pengetahuan dan sudah diterima oleh pakar hanya dalam pengunaan kata-kata harus disederhanakan agar mudah dipahami oleh remaja untuk mengerti maksud dari pertanyaan maupun pernyataan dari kuesioner tersebut.

Setelah dilakukan content validity selanjutnya peneliti melakukan uji validitas di SMAN 6 Tanggerang Selatan alasannya karena memiliki karakteristik yang sama dengan sampel, dengan jumlah responden sebanyak 65 responden perempuan dan 65 responden laki-laki. Uji yang dilakukan adalah menggunakan Pearson Product Moment. Pernyataan valid apabila r hitung > r table, sedangkan pernyataan dianggap tidak valid jika r hitung < r table (0,244) pada N = 65 (Dahlan, 2009). Hasil uji validitas pada instrumen pengetahuan perempuan didapatkan dari 22 pertanyaan hanya 15 pertanyaan yang valid. Uji validitas yang dilakukan pada instrumen pengetahuan laki-laki didapatkan dari 22 pertanyaan hanya 14 pertanyaan yang valid.

(77)

yang dapat digunakan untuk instrumen pengetahuan perempuan dan 17 pertanyaan untuk instrumen pengetahuan laki-laki.

Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto,2006). Penelitian ini dianggap baik jika instrumen yang digunakan sudah memnuhi validitas dan reliabilitas. Sedangkan untuk uji reliabilitasnya menggunakan rumus KR-20, instrument dikatakan reliael jika nilai akhir >0,7 (Sulkind,2010). Pada instrumen pengetahuan pada perempuan uji reliabilitas didapatkan hasil 0,84 sedangkan pada instruen pengetahuan laki-laki uji reliabilitas didapatkan 1,40 maka kedua isntrumen ini dianggap sudah baik dan bisa digunakan untuk penelitian.

F. Tahap Penelitian

1. Sebelum dilakukan pengumpulan data peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas & reabilitas untuk menguji kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian. Uji validitas & reabilitas akan dilakukan di SMAN 6 Tangerang Selatan.

2. Selanjutnya pengambilan data dilakukan setelah proposal penelitian mendapatkan persetujuan dan mendapatkan surat permohonan izin penelitan dari institusi setelah mendapatkan izin dari institusi, maka peneliti memohon izin pada kepala sekolah SMAN 90 Jakarta untuk melakukan penelitian pada beberapa siswa siswi di sekolah.

(78)

59

dapat dijadikan responden yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian.

4. Setelah responden penelitian didapatkan, langkah selanjutnya adalah memberikan lembar persetujuan (informed consent) dengan tanpa paksaan. Setelah itu peneliti memberikan kuesioner yang sudah di beri nomer dan sudah dilakukan uji valid dan uji reliabilitas sebelumnya . 5. Setelah kuesioner diisi, peneliti memeriksa kembali kuisioner yang

sudah diisi oleh siswa siswi SMAN 90 Jakarta yang menjadi responden.

6. Setelah lembar kuesioner terkumpul lengkap, peneliti melakukan pengundian nomer responden yang berada dikuesioner yang telah diisi selanjutnya data dimasukan ke dalam software statistik (SPSS 18) dan melakukan analisis.tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analisis.

G. Pengolahan Data

1. Editing

Gambar

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia
Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna ....... 73
Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................................52
gambaran tingkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak sesuai.. dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang

Transfer Learning from Chest X-Ray Pre-trained Convolutional Neural Network for Learning Mammogram Data.. Bens Pardamean a,c , Tjeng Wawan Cenggoro b,c,∗ , Reza Rahutomo c ,

Kepercayaan diri yang dimiliki pendamping Simantri selama proses difusi inovasi teknologi trichoderma termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor

terhadap perencanaan perkerasan kaku dan lentur untuk Jalan batas kota Bojonegoro-Padangan dengan menggunakan beban kendaraan sesuai Manual Desain Perkerasan (2013) dengan

pemangku profesi, atau layanan profesional akan semakin penting untuk kebutuhan masyarakat masa depan... upaya pendidikan dalam mengatasi

Kita tahu bahwa sekarang kita hidup di zaman globalisasi yang mana salah satu dampaknya adalah kebudayaan bangsa yang paling kuat dapat mempengaruhi kebudayaan bangsa yang

Keefektifan leadership tergantung pada situasi dan lingkungan sekitar, sekaligus skill level, umur, dan maturity dari member grup tersebut.

- Teknologi yang digunakan dalam proses budidaya dan pasca panen.. - Biaya