• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Perda No.3 Tahun 2014 Tentang KTR Kota Medan 108 Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau penggunaan rokok. Penetapan area kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan unutuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Secara umum, penetapan KTR bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok, dan secara khusus, tujuan penetapan KTR adalah mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman, memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka perokok, mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif (NAPZA). Penerapan perda no 3 tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok dikota medan berdasarkan hukum.

Adapun dasar hukum dari Perda No 3 tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok di kota Medan yaitu Undang-Undang (UU) No. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah melindungi masyarakat dengan memastikan bahwa tempat-tempat umum bebas asap rokok. Kawasan tanpa rokok harus menjadi norma, terdapat empat alasan kuat untuk mengembangkan kawasan tanpa rokok, yaitu untuk melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa tidak merokok adalah perilaku yang lebihnormal, dan kawasan tanpa rokok mengurangi secara bermakna konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi rokoknya.

Pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin adanya kearsipan antara penyelenggara tugas pemerintahan oleh daerah-daerah dan untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pada dasarnya pengertian dasar dari suatu pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.

Sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok SKPD dapat melibatkan masyarakat, badan atau lembaga dan/atau organisasi kemasyarakatan melakukan pengawasan pelaksanaan KTR.

Pasal 16 ayat (1) Pengawasan KTR dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai KTR. SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan melakukan

pengawasan terhadap KTR fasilitas pelayanan kesehatan;

b. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan melakukan

pengawasan terhadap KTR tempat proses belajar mengajar dan tempat anak bermain dan/atau berkumpulnya anak-anak;

c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang sosial melakukan

pengawasan terhadap KTR tempat ibadah;

d. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang perhubungan

melakukan pengawasan terhadap KTR angkutan umum;

e. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang olahraga melakukan

pengawasan terhadap KTR fasilitas olahraga;

f. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketenagakerjaan

g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pariwisata dan bidang perhubungan melakukan pengawasan KTR di tempat umum;

h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang ketertiban umum

melakukan pengawasan seluruh KTR; dan

i. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pertamanan

melakukan pengawasan KTR di kawasan pertamanan atau tempat lain yang menjadi tanggung jawabnya.

Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan oleh masing SKPD atau instansi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah paling lambat 6 (enam) bulan sekali.Pengelola, pemimpin dan/atau penanggung jawab KTR wajib melakukan inspeksi dan pengawasan di KTR yang menjadi tanggung jawabnya dengan melaporkan hasil inspeksi dan pengawasan kepada SKPD paling lambat 6 (enam) bulan sekali.

Peraturan mengenai sanksi administrasi ini termuat dalam Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Medan “Pasal 19 ayat

(2)” yang berbunyi: Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

1) Teguran tertulis atau lisan; dan

2) Surat perintah/peringatan

Peraturan mengenai sanksi administrasi ini bertujuan agar setiap sarana kesehatan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Pembayaran atas denda ini menjadi tanggungjawab dari pimpinan atau penanggungjawab kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Teguran tertulis yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan penegakan sanksi administratif yang dapat bersifat

preventif yang bertujuan untuk menegakkan peraturan. Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian perbuatan terlarang. Disamping itu, sanksi administratif terutama ditujukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut.

Apabila secara teguran dan peringatan tidak diindahkan maka berlaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 22 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 41, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) hari atau pidana denda paling banyak Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).

Setiap orang atau badan yang mempromosikan, mengiklankan, menjual, dan/atau membeli rokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dan ayat (5) huruf a dan huruf b dan Pasal 42, diancam pidana kurungan paling lama 7 (tujuh) hari atau pidana denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR yang tidak melakukan pengawasan internal, membiarkan orang merokok, tidak menyingkirkan asbak atau sejenisnya, dan tidak memasang tanda-tanda dilarang merokok di tempat atau area yang dinyatakan sebagai KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 43, diancam pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Perda KTR kota medan ditetapkan di medan tanggal 20 januari 2014 oleh Plt. Walikota Medan DZULMI ELDIN.

Dokumen terkait