• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perusahaan

Usaha Pemindangan ikan sudah dirintis sejak tahun 2003 oleh Bapak Solihin. Bersama dua orang rekannya, Bapak Solihin menjalankan usaha pemindangan secara tradisional dengan teknik penggaraman dengan kapasitas produksi yang masih terbatas yaitu rata-rata 500 kg per hari. Pada awalnya ketiga orang tersebut bertindak sebagai pengolah sekaligus merangkap pemasar. Berbekal kemampuan Bapak Solihin yang diperoleh dari pengalamannya dalam melakukan pengadaan bahan baku pindang, maka dalam produksi pindang tradisional ini, Bapak Solihin lebih berperan dalam menyediakan bahan baku pindang bagi pengolah pindang yang berada di wilayah Bogor dan sekitarnya. Hal ini diwujudkan dengan membangun cold storage dengan kapasitas 100 ton. Sampai saat ini terdapat kelompok pengolah pindang yang terdiri dari 20 kelompok yang terdiri dari 20 pemilik modal (ketua kelompok) dan beranggotakan 2-3 orang untuk masing-masing kelompok. Para kelompok pengolah pindang tersebut menggunakan fasilitas pengolahan pindang milik Bapak Solihin dengan status pinjam pakai. Seiring dengan permintaan pasar yang semakin besar terhadap ikan pindang, maka kelompok pengolah pindang terus meningkatkan produksi pindang tradisional yang sampai saat ini telah mencapai 5 ton per hari.

Berbekal kerja keras dan keinginan yang kuat untuk mengembangkan usaha dan memproduksi hasil olahan yang layak konsumsi serta keinginan untuk memperluas pemasaran maka pada tahun 2013 melalui usaha yang diberi nama UD. Cindy Group, Bapak Solihin mulai mengembangkan pengolahan pindang yang berusaha mengacu pada standar teknis yang berlaku. Pengembangan tersebut diwujudkan dengan membangun unit pengolahan pindang higienis. Unit pengolahan tersebut terpisah dan terletak bersebelahan dengan unit pengolahan pindang tradisional. Penerapan sanitasi dan higiene menjadi aspek utama yang diperhatikan dalam pengolahan pindang higienis. Pengolahan pindang higienis menggunakan metode pemasakan presto dan pengemasan kedap udara (vakum). Pindang higienis mendapatkan respon yang positif karena sampai saat ini permintaan masyarakat terhadap produk tersebut telah mencapai 1 ton per hari khusus untuk pindang bandeng, sementara kemampuan produksi pindang bandeng baru mencapai 5-7 kuintal per hari.

Seiring dengan peningkatan permintaan pasar yang terus meningkat, UD. Cindy Group memiliki komitmen untuk terus mengembangkan produk pindang.

Hal ini dibuktikan dengan adanya inovasi baru dari produk pindang yang diproduksi pada awal tahun 2014. Inovasi baru dari pindang tersebut adalah pindang berbumbu melalui teknik pengasapan dengan kemasan bambu untuk memberikan cita rasa yang khas pada olahan pindang. Produk inovasi tersebut disebut PINBUSAP (Pindang Bambu Asap). Inovasi yang dilakukan tidak hanya pada jenis kemasan dan proses produksi, tetapi inovasi olahan juga dilakukan pada variasi rasa pindang. Kapasitas produksi dari PINBUSAP masih sangat sedikit dan belum diproduksi dalam jumlah yang banyak, mengingat produk tersebut masih baru sehingga masih dilakukan uji dan penelitian dari beberapa pihak terutama menyangkut keamanan kemasan dan komposisi/kandungan produk yang dihasilkan. Jika telah teruji, UD. Cindy Group juga berencana untuk mengambangkan PINBUSAP dan memproduksi dalam jumlah yang cukup besar dan kontinyu.

Di samping produk utama pindang, UD. Cindy Group juga berusaha memberikan nilai tambah pada limbah pindang yang dihasilkan, mulai dari darah ikan, jeroan dan air rebusan pindang. Darah dari pencucian ikan dapat diproduksi sebagai untuk pupuk tanaman, jeroan diproduksi sebagai tepung yang dapat digunakan untuk pakan ikan, dan air rebusan rebusan pindang higienis diproduksi menjadi kecap ikan untuk memberikan tambahan rasa (flavour) pada berbagai olahan makanan.

Struktur Organisasi

Dalam menjalankan usaha, Bapak Solihin selaku pemilik UD. Cindy Group dibantu oleh pengurus yang terbagi dalam dalam beberapa bagian. Masing-masing bagian menjalankan tugasnya dengan dibantu oleh 1-2 orang karyawan. Dalam menunjang kapasitas Sumber Daya Manusia di bidang pengolahan ikan, seluruh staf dan jajaran struktur mengikuti pelatihan dan bimbingan teknis antara lain pelatihan Program Manajemen Mutu Terpadu (PMMT), pelatihan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Prosedures

(SSOP) serta pelatihan pengolahan. Struktur organisasi UD. Cindy Group dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2 Struktur organisasi UD. Cindy Group

Ketua Bagian Legal Koordinator Operasional Quality Control Bagian Kepeg & Umum

Bagian Marketing Bagian Administrasi dan Keuangan Bagian Gudang Bahan Baku Bagian Pengolahan Bagian Pengemasan Bagian Gudang Produk Jadi Bagian Pengolahan Limbah Sekretaris Adm

Berdasarkan struktur organisasi di UD. Cindy Group, pembagian tugas pada masing-masing bagian adalah:

1. Ketua : Memimpin dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan, mengambil keputusan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan.

2. Koordinator Operasional : Membantu tugas ketua yang berkaitan dengan hal-hal teknis di perusahaan

3. Quality Control : Mengawasi jalannya seluruh proses produksi mulai dari penerimaan bahan baku hingga pengemasan.

4. Bagian Legal: Bertanggung jawab terhadap segala hal yang berkaitan dengan aspek legal perusahaan

5. Bagian Kepegawaian dan Umum: Mengawasi kedisiplinan karyawan

6. Bagian Pengolahan : Bertanggung jawab terhadap seluruh proses pengolahan produk yang meliputi pencucian ikan, pemberian bumbu sampai pemasakan 7. Bagian Pemasaran : Melakukan pemantauan terhadap perkembangan

pemasaran dan melakukan promosi produk untuk memperluas jangkauan pemasaran

8. Bagian Administrasi dan Keuangan : Melakukan pengadministrasian surat menyurat dan kenuangan. mencatat dan mengawasi administrasi berupa nota keluar masuk, mengatur pembelanjaan bahan yang diperlukan dalam proses produksi serta mengatur pembayaran upah karyawan

9. Bagian Gudang Bahan Baku : Mencatat dan mengawasi kelaur masuknya bahan baku

10.Bagian Gudang Produk Jadi : Mencatat dan mengawasi keluar masuknya produk

11.Bagian Pengemasan : Melaksanakan proses pengemasan produk dan melakukan penyimpanan

12.Bagian Kebersihan : Melaksanakan kegiatan kebersihan baik sebelum dan setelah proses produksi

13.Bagian Pengolahan Limbah : Melaksanakan kegiatan pengolahan limbah dari limbah produk yang tidak digunakan

Karakteristik Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan di UD. Cindy Group berasal dari tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja pada pengolahan pindang tradisional yang terdiri dari 20 kelompok pengolah pindang dengan anggota sebanyak 50 orang. Masing-masing kelompok pengolah pindang terdiri dari 1 orang pemilik modal (ketua kelompok) dan 2-3 orang pengolah pindang. Pengolah pindang di pengolahan pindang tradisional semua berjenis kelamin laki-laki. Masing-masing pengolah pindang bertanggung jawab terhadap pemilik modal. Pada pengolahan pindang higienis, tenaga kerja yang digunakan sekitar 20 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 5 orang wanita. Perbedaan jumlah tenaga kerja pada masing-masing pengolahan karena perbedaan kapasitas produksi pindang yang dihasilkan yaitu rata-rata 5-7 kuintal per hari untuk pindang higienis dan 5 ton per hari untuk pindang tradisional. Seluruh tenaga kerja bagian produksi baik di pengolahan pindang tradisional dan higienis merupakan tenaga kerja harian, namun khusus

pada bagian produksi, pemasaran, administrasi dan pergudangan di pemindangan higienis merupakan tenaga tetap.

Pemilik UD. Cindy Group hanya menempuh pendidikan sampai dengan SLTP. Sebagian besar pendidikan yang dikenyam oleh tenaga kerja di pengolahan pindang tradisional adalah SD dan SLTP, sedangkan pada pengolahan pindang higienis lebih bervariasi mulai dari SD, SLTP, SLTA sampai dengan S1. Pada pengolahan pindang higienis karena dibutuhkan kemampuan dalam melakukan pengolahan pindang yang mengacu pada standar sanitasi dan higienis, maka semua tenaga kerja dibekali dengan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan pengolahan dan pelatihan GMP & SSOP.

Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan untuk pemindangan adalah ikan. Bahan baku tersebut diperoleh dari para pemasok yang telah bekerjasama dengan UD. Cindy Group sehingga lebih menjamin kualitas bahan baku. Para pemasok ikan berasal dari berbagai daerah, namun yang paling banyak dari Muara Baru dan Muara Angke (Jakarta) dan Surabaya (khusus untuk bandeng). Pasokan ikan dari Jakarta lebih dominan pada jenis ikan laut seperti ikan layang, tongkol, baby tuna, cakalang, cumi, salem, layaran, semar/etem, cendro, tembang, dan lain-lain. Pasokan ikan lebih banyak diperoleh dari Jakarta karena Muara Baru dan Muara Angke merupakan sentra produsen ikan terbesar di Jakarta yang letaknya tidak terlalu jauh dan lebih terjangkau oleh UD. Cindy Group. Pemasok ikan dari daerah lain juga ada seperti dari Kendari dan Bitung (Sulawesi), namun pasokannya diperlukan pada saat ketersediaan pasokan di Jakarta kurang yang menyebabkan kebutuhan bahan baku pindang di UD. Cindy Group tidak cukup. Hampir secara keseluruhan pasokan ikan berbentuk beku (frozen). Adapun untuk jenis ikan lele yang digunakan untuk bahan baku pindang bambu asap berasal dari pembudidaya di kawasan Jabodetabek. Jumlah pembelian bahan baku pindang dari ikan laut rata-rata 15-16 ton per hari. Dari jumlah tersebut 5 ton digunakan untuk pengolahan pindang tradisional dan 500-700 kg per hari digunakan untuk pindang higienis. Sisanya disimpan di cold storage milik UD. Cindy Group dan dijual kepada kelompok pemindang tradisional lainnya.

Harga masing-masing jenis ikan berbeda-beda dan tergantung dari banyak atau sedikitnya pasokan ikan. Khusus untuk bahan baku jenis tongkol memiliki harga rata-rata Rp13 000 - Rp15 000 per kg sedangkan untuk jenis bandeng Rp16 500 - Rp18 500 per kg. Harga tersebut sudah termasuk biaya transportasi pengiriman sampai ke UD. Cindy Group. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah tunai. Bahan baku pindang yang disimpan di cold storage, dijual dengan harga yang lebih tinggi kepada kelompok pengolah pindang tradisional. Harga yang diberikan lebih tinggi Rp1 000/kg dari harga beli dari pemasok. Tujuan penjualan harga yang lebih tinggi tersebut karena bahan baku tersebut membutuhkan biaya penyimpanan selama di cold storage, sehingga biaya tersebut diperoleh dari selisih harga yang diberikan.

Mesin dan Peralatan

Peralatan yang digunakan di UD. Cindy Group terdiri dari peralatan yang bersifat manual maupun menggunakan bantuan tenaga listrik. Beberapa peralatan yang telah ada merupakan peralatan milik sendiri, namun ada juga yang diberikan dalam bentuk bantuan oleh pemerintah terkait seperti dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Adapun jenis, jumlah dan status kepemilikan peralatan yang tersedia di UD. Cindy Group dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Peralatan pengolahan pindang UD. Cindy Group Tahun 2013

Jenis Satuan Jumlah Status Kepemilikan (Milik sendiri/sewa) Presto (kap 50 kg) Unit 2 Milik sendiri

Meja Stainless steel Unit 10 6 Milik sendiri, 4 bantuan P2HP-KKP Rak Stainless Steel Unit 5 Milik sendiri

Oven Unit 1 Milik sendiri

Pengemas Vacuum Unit 3 2 Milik sendiri, 1 bantuan P2HP KKP

Freezer Unit 3 Milik sendiri

Show case Unit 25 Milik sendiri

Cold Storage (kap 100 ton)

Unit 1 Milik sendiri

Presto (kap 300 kg) Unit 1 Bantuan P2HP-KKP

Blower Unit 5 Milik sendiri

Hot Code Unit 1 Milik sendiri

Hand Sealer Unit 1 Milik sendiri

Badeng Unit 18 4 milik sendiri, 14

Bantuan P2HP-KKP Timbangan Digital Bumbu Unit 1 Milik sendiri

Timbangan Bahan Baku Unit 1 Milik sendiri

Trolley Unit 1 Milik sendiri

Bak Perebusan Unit 3 Bantuan P2HP-KKP

Kompor Gas Smawar dan Tabung

Unit 1 Bantuan P2HP-KKP

Keranjang Unit 4 Bantuan P2HP-KKP

Palet plastik Unit 8 Bantuan P2HP-KKP

Teknologi produksi yang digunakan pada pemindangan ikan di UD. Cndy Group merupakan perpaduan antar teknologi sederhana dan teknologi semi modern. Pada pengolahan pindang tradisional teknologi masih sangat sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang sangat minim dan dilakukan secara manual dengan tenaga manusia. Peralatan yang digunakan hanya berupa badeng dan tungku masak dengan bahan bakar berupa kayu. Berbeda halnya dengan pengolahan pindang higienis yang telah menggunakan teknologi semi modern karena menggunakan peralatan berupa pengukus presto dan ditunjang dengan

peralatan lainnya seperti meja stainless steel, rak stainless steel, oven, pengemas vacuum dan freezer, hot code, hand sealer dan lain-lain. Pekerjaan di pengolahan pindang higienis menggabungkan keterampilan tenaga pekerja baik menggunakan peralatan manual maupun mengoperasikan peralatan semi modern. Tingkat keahlian tenaga kerja dalam menggunakan peralatan menjadi faktor yang berpengaruh dalam menghasilkan produk yang berkualitas.

Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu cara atau metode dan teknik dalam menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia (bahan baku, mesin dan SDM) menjadi produk jadi. Berdasarkan hasil penelitian di UD. Cindy Group, terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi pindang, seperti produksi pindang tradisional, pindang higienis, pindang bambu asap dan pengolahan produk sampingan (kecap ikan, tepung ikan untuk pelet). Dalam penelitian ini cakupan pembahasan terbatas hanya pada produksi pindang tradisional dan pindang higienis saja. Pada kedua pengolahan tersebut terdapat perbedaan aktivitas sehingga menghasilkan produk yang berbeda. Adapun proses produksi masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

Produksi Pindang Biasa

Pada produksi pindang biasa, proses pemindangan dilakukan secara sederhana karena menggunakan peralatan yang sederhana dan masih bersifat manual. Penerapan aspek sanitasi dan higienis dalam setiap tahapan proses produksi masih sangat minim dan belum menjadi perhatian utama sehingga produk yang dihasilkan belum memiliki penampilan yang menarik. Proses produksi pindang biasa relatif lebih singkat dengan tahapan proses sebagai berikut:

1. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku diperoleh dari gudang penyimpanan (cold storage) UD. Cindy Group. Setiap kelompok pengolah pindang yang terdiri dari 2-3 orang memproduksi pindang sekitar 100-200 kg per hari.

2. Penyortiran dan Pencucian

Bahan baku yang telah diterima selanjutnya dibuang isi perutnya karena bagian tersebut merupakan sumber bakteri pada ikan, selanjutnya dilakukan sortasi terhadap jenis dan ukuran ikan kemudian ikan dicuci menggunakan air bersih.

3. Penyusunan

Ikan-ikan yang telah disortasi kemudian disusun dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Ukuran keranjang disesuaikan dengan ukuran ikan. Jenis keranjang antara lain BK, BB dan Jumbo, masing-masing dapat digunakan untuk ikan berukuran kecil (5-6 ekor), sedang (3-4 ekor), dan besar (2 ekor). Selanjutnya setelah disusun, keranjang berisi ikan tersebut disusun keatas dan diikat dengan tali rafia, masing-masing ikatan terdiri dari 10 keranjang. Tujuan pengikatan keranjang tersebut agar ikan tidak tumpah pada saat dilakukan perebusan.

4. Perebusan

Perebusan dilakukan selama kurang lebih 15-30 menit tergantung dari jenis dan ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk melakukan perebusan. Dalam air rebusan dimasukkan garam dengan tujuan untuk menghambat aktivitas bakteri pada ikan dan menciptakan rasa gurih pada ikan. Perebusan dilakukan dengan cara memasukkan ikatan keranjang ke dalam badeng yang telah berisi air garam, sambil dicelup-celupkan sampai diperkirakan ikan sudah cukup matang. 5. Pengepakan

Setelah ikan matang, ikatan keranjang diangkat dan ditiriskan, kemudian dilepaskan dari ikatan tali rafia. Setelah ikan ditiriskan dan sudah dingin, selanjutnya dilakukan pengepakan dengan meletakkan keranjang-keranjang yang berisi pindang kedalam keranjang besar dengan tujuan untuk memudahkan pengangkutan.

Secara ringkas tahapan proses produksi pindang biasa pada UD. Cindy Group dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3 Proses produksi pindang tradisional UD. Cindy Group

Produksi Pindang Higienis

Berbeda halnya dengan pindang biasa, proses produksi pindang higienis lebih bersifat semi modern karena telah menggunakan sebagian peralatan yang memanfaatkan tenaga listrik. Disamping itu, dalam setiap tahapan proses pengolahannya telah dilakukan penerapan sanitasi dan higienis baik peralatan, personel dan ruang produksi. Hal ini berpengaruh pula terhadap produk yang dihasilkan yaitu lebih higienis, menarik dan aman dikonsumsi. Proses produksi pindang higienis dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku yang akan diproses menjadi pindang higienis harus melalui tahap pembersihan dari isi perut dan insang dengan tujuan untuk menghilangkan sumber bakteri selanjutnya ikan dicuci bersih sehingga produk tetap dijaga kebersihannya.

Penerimaan Bahan Baku Penyortiran dan Pencucian

Penyusunan Perebusan Pengepakan

2. Penggaraman

Garam merupakan bahan penolong pada pengolahan ikan karena berfungsi untuk menghambat mikroorganisme seperti bakteri pada ikan. Pada pindang higienis penggunaan garam dengan cara merendam ikan di larutan garam untuk mendapatkan hasil dengan mutu yang lebih baik.

3. Penyusunan dan Pengukusan

Setelah ikan ditiriskan dari larutan garam, selanjutnya ikan disusun pada keranjang. Keranjang yang telah berisi ikan dimasukkan ke dalam alat pengukusan. Alat tersebut berkapasitas 50 kg untuk satu kali proses pengukusan. Saat ini terdapat dua alat pengukusan dengan kapasitas yang sama. Proses pengukusan membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Disamping berfungsi sebagai pengukusan, alat tersebut juga untuk mengepres (presto) sehingga menyebabkan tulang dan duri ikan menjadi lunak.

4. Penciptarasaan dan Pengovenan

Setelah ikan melalui tahapan pengukusan, selanjutnya proses penciptarasaan yaitu penambahan bumbu masakan untuk memberi rasa pada ikan. bumbu masakan tersebut diolah secara manual dengan cara mencampurkan beberapa jenis rempah-rempahan yang sudah diulek. Setelah diperoleh bumbu penyedap alami, ikan-ikan yang telah dikukus kemudian diolesi bumbu tersebut. Agar ikan tidak terlalu basah karena mendapatkan tambahan bumbu, maka ikan dioven untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada ikan. pengovenan dilakukan selama kurang lebih 15 menit untuk ikan yang berukuran kecil dan 30 menit untuk yang berukuran besar.

5. Pengemasan

Sebelum dilakukan pengemasan, ikan yang telah dioven selanjutnya didinginkan terlebih dahulu. Setelah cukup dingin selanjutnya ikan mulai dimasukkan ke dalam kemasan. Untuk kemasan plastik dengan label berisi

informasi antara lain merk “kapal nelayan”, komposisi produk, isi (jumlah)

ikan dalam kemasan dan masa kadaluarsa. Masa kadaluarsa produk yang tercantum di kemasan sekitar 5 bulan dari waktu produksi. Penggunaan kemasan biasanya tergantung dari permintaan konsumen. Kemasan ada dua macam yaitu plastik biasa dan plastik dengan label. Kemasan berupa plastik biasa biasanya digunakan untuk konsumen di pasar tradisional sedangkan kemasan berlabel digunakan untuk katering, kelompok pengajian dan konsumen di perumahan-perumahan.

6. Pengepakan

Setelah produk dikemas, selanjutnya dilakukan pengepakan pada keranjang-keranjang. Pengepakan dikelompokkan sesuai dengan ukuran dan isi ikan dalam kemasan serta dipisahkan antara produk yang dikemas dengan menggunakan plastik biasa dan plastik dengan label. Pengepakan dilakukan secara hati-hati dengan menyusun produk dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini bertujuan agak produk tidak rusak akibat penataan ikan yang terlalu penuh dalam keranjang.

7. Penyimpanan dan Pembekuan

Pindang higienis yang telah disusun dan dikemas dalam keranjang plastik selanjutnya disimpan dalam freezer agar produk tersebut bisa memiliki daya simpan yang lebih lama. Penyimpanan produk pada kondisi beku akan meningkatkan daya simpan.

Secara ringkas tahapan proses produksi pindang higienis pada UD. Cindy Group dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4 Proses produksi pindang higienis UD. Cindy Group

Berdasarkan uraian proses produksi pada pengolahan pindang biasa dan pindang higienis, terdapat beberapa perbedaan dalam tahapan produksinya. Pada pindang tradisonal tahapan produksi relatif sedikit, teknologi pengolahan masih bersifat manual dan hanya sedikit menggunakan penambahan bahan lainnya (garam). Sementara itu, untuk pindang higienis memiliki tahapan produksi yang lebih banyak, teknologi pengolahan semi modern karena menggunakan perpaduan tenaga manusia dan tenaga listrik dan terdapat penambahan bahan lainnya seperti bumbu masakan dan garam serta penggunaan kemasan kedap udara sehingga dihasilkan produk yang lebih menarik dan memiliki nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan pindang biasa. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan sumbangan input lain berpengaruh pada nilai tambah suatu produk terutama penggunaan teknologi peralatan dan kemasan.

Penerimaan Bahan Baku Penggaraman

Penyusunan dan Pengukusan Penciptarasaan dan Pengovenan

Pengemasan Pengepakan

Produk Sampingan

Disamping kegiatan pengolahan pindang sebagai kegiatan utama yang dilakukan, UD. Cindy Group juga melakukan kegiatan pengolahan hasil samping dengan menghasilkan produk berupa kecap ikan dan tepung ikan untuk bahan pelet/pakan ikan. Tercatat sampai dengan awal tahun 2014, produksi kecap ikan sebesar 6 480 liter dari bahan baku liter air rebusan ikan pindang sebesar 972 liter. Sedangkan produksi tepung ikan mencapai 2 025 kg dari limbah pengolahan pindang seperti jeroan, isi perut dan insang ikan sebanyak 40 500 kg.

Keuntungan yang cukup besar diperoleh dari tepung ikan karena biaya produksi tepung ikan tidak terlalu banyak dan bahan bakunya sebagian besar merupakan hasil samping dari olahan pindang higienis. Sedangkan keuntungan kecap ikan tidak terlalu besar karena proses pengolahannya yang lebih lama yaitu melalui proses fermentasi sehingga membutuhkan biaya produksi yang lebih besar, namun produk tersebut cukup memberikan kontribusi dalam menambah keuntungan UD. Cindy Group.

Pemasaran Pindang

Pemasaran pindang biasa pada awalnya masih berada di wilayah Bogor dengan kapasitas produksi yang masih terbatas yaitu 500 kg per hari. Seiring dengan peningkatan permintaan pasar yang semakin meningkat yang sampai saat ini mencapai 5 ton per hari, maka jangkauan pemasaran juga semakin luas, mencakup wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, Ciputat, Sukabumi, Pasar Minggu, Tangerang, Sukabumi, Cianjur dan Rangkas Bitung. Pemasaran dilakukan oleh pengolah pindang setelah melakukan pengolahan pindang. Tujuan pemasaran adalah ke pasar-pasar tradisional dengan menggunakan kendaraan roda dua (motor). Pengolah yang ditunjuk oleh ketua kelompok (pemilik modal) untuk memasarkan produk pindang biasa harus memasarkan produknya sampai habis karena daya simpan pindang biasa tidak lama yaitu berkisar 1-2 hari. Biasanya pemasar sudah memiliki konsumen tetap (pengecer) di pasar yang membeli produknya untuk dijual kembali di tempat-tempat yang terjangkau oleh pengecer

Dokumen terkait