• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Rumah Sakit Persahabatan

Rumah Sakit Persahabatan adalah rumah sakit tipe B yang berlokasi di Jakarta Timur, Indonesia, yang secara administratif merupakan rumah sakit vertikal di bawah Departemen Kesehatan RI, cq. Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Tahun 1961 Rumah Sakit Persahabatan mulai dibangun yang merupakan sumbangan dari Pemerintah Rusia kepada pemerintah Indonesia. Penyerahan secara resmi pada tanggal 7 Nopember 1963 yang kemudian dikenal sebagai hari jadi Rumah Sakit Persahabatan.

Rumah Sakit Persahabatan merupakan Pusat Rujukan Nasional Kesehatan Paru, serta Laboratorium Kuman Tuberkulosis dan mendapat pengakuan

international sebagai “WHO Collaborating Centre”. Saat ini Rumah Sakit Persahabatan sedang mempersiapkan diri untuk menjadi Pusat Kesehatan Respirasi Nasional yang nantinya dapat menanggulangi secara aktif masalah kesehatan respirasi di Indonesia. Selain itu juga melaksanakan pelayanan prima di bidang kesehatan respirasi baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta bersifat comprehensive and one stop service untuk berbagai disiplin terkait dengan kesehatan respirasi. Pelayanan yang diberikan bertaraf international dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan menjawab persaingan global.

51

Rumah Sakit Persahabatan merupakan rumah sakit pendidikan baik untuk pendidikan dokter spesialis dan juga untuk tempat pendidikan dan pelatihan dokter, perawat, petugas laboratorium, rekam medis dan petugas lain yang berasal dari berbagai daerah.

2. Visi

Terwujudnya rumah sakit mandiri dan prima dalam pelayanan dengan unggulan kesehatan respirasi.

3. Misi

a) Pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, dengan menjalankan fungsi sosial. b) Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan

pelayanan prima yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit dan penggolongan kemitraan seluas-luasnya.

c) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan respirasi dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan nasional, pusat pendidikan dan pusat pengembangan keilmuan di bidang kesehatan respirasi yang bertaraf international.

d) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan yang bermutu.

52

4. Fasilitas

a) Laboratorium b) Perpustakaan

1) Perpustakaan Rumah Sakit

Melayani buku-buku kedokteran, keperawatan, manajemen rumah sakit dan lain-lain.

2) Perpustakaan Bagian Pulmonologi FKUI/SMF Paru RS Persahabatan (a) Melayani buku-buku texbook, majalah ilmiah, jurnal dll, dalam

bidang kedokteran respirasi

(b) Pelayanan multi media (CD-ROM, Internet) dalam bidang kedokteran respirasi

c) Unit Komputer

5. Pelayanan di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan Jakarta

a) Rawat Jalan 1) Poliklinik paru 2) Poliklinik asma b) Gawat darurat respirasi c) Rawat inap

53

6. Layanan Respirasi Unggulan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan

a) Pusat Pelayanan Asma

b) Laboratorium faal paru terpadu c) Bronkoskopi

d) Sleep Laboratory

e) Pusat diagnostik dan terapi keganasan torak f) TB DOTS

g) Ruang rawat isolasi untuk emerging respiratory disease seperti Avian Influenzae (AI) dan Severe Acute Respiratory Distress Syndrome (SARS)

B. Analisa Univariat

1. Gambaran perilaku pasien asma dalam melakukan senam asma

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Pasein Asma dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan Tahun 2010

Kategori Frekuensi N= 68 Persentase (%)

Tidak melakukan senam 51 75

Melakukan senam 17 25

Perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia pada penelitian ini dikategorikan menjadi 2 yaitu tidak melakukan senam dan melakukan senam. Berdasarkan analisa dari 68 pasien asma didapatkan sebagian besar pasien asma tidak melakukan senam asma yaitu sebanyak 75%.

54

2. Gambaran Pengetahuan

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di RS Persahabatan Tahun 2010

Kategori Frekuensi N= 68 Persentase (%)

Kurang 24 35,3

Baik 44 64,7

Pengetahuan pasien asma diukur melalui pertanyaan – pertanyaan dalam kuesioner yang berisi tentang pengetahuan dasar penyakit asma dan senam asma sebanyak 13 pertanyaan. Peneliti mengelompokkan pengetahuan pasien asma menjadi 2 kategori berdasarkan nilai tengah (median) yaitu 9.

Pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar pasien asma memiliki pengetahuan baik mengenai pengetahuan dasar asma dan senam asma yaitu sebanyak 64,7%.

3. Gambaran Sikap

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di RS Persahabatan Tahun 2010

Kategori Frekuensi N=68 Persentase (%)

Negatif 32 47,1

Positif 36 52,9

Pada penelitian ini, variabel sikap dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai tengah (median) yaitu 30. Berdasarkan kategori tersebut didapat pasien asma yang memiliki sikap negatif terhadap penyakitnya dan

55

senam asma sebanyak 47,1%. Sedangkan pasien asma yang memiliki sikap positif terhadap senam asma sebanyak 52,9%.

4. Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan di RS Persahabatan Tahun 2010

Kategori Frekuensi N=68 Persentase (%)

Negatif 33 48,5

Positif 35 51,5

Variabel dukungan petugas kesehatan diukur dengan 4 pertanyaan yang dinilai oleh responden. Nilai skor dukungan petugas kesehatan tertinggi adalah 16 dan terendah 4. Untuk kepentingan analisa data, dukungan petugas kesehatan dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai tengah (median) yaitu 10. Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa lebih banyak petugas kesehatan yang memiliki dukungan positif yaitu sebanyak 51,5%.

5. Gambaran Dukungan Keluarga

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di RS Persahabatan Tahun 2010

Kategori Frekuensi N=68 Persentase (%)

Negatif 32 47,1

56

Pada penelitian ini, variabel dukungan keluarga dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan nilai tengah (median) yaitu 11. Berdasarkan kategori tersebut didapat bahwa keluarga yang mempunyai dukungan negatif terhadap pasien asma dalam melakukan senam asma sebanyak 47,1%. Sedangkan keluarga yang mempunyai dukungan positif sebanyak 52,9%.

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan pengetahuan dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia

Tabel 5.6Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pasien Asma dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan Tahun 2010

Senam Asma Tidak melakukan Melakukan Total Pengetahuan N % N % N % OR (95% CI) p-value Kurang 21 41,2 3 17,6 24 35,3 Baik 30 58,8 14 82,4 44 64,7 3,267 (0,833-12,804) 0,143 Total 51 100 17 100 68 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian besar pasien asma yang tidak melakukan senam asma (51 orang), di antaranya lebih banyak mempunyai pengetahuan yang baik (58,8%) daripada pengetahuan yang kurang (41,2%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia (p-value = 0,143 padaα= 0,05).

57

2. Hubungan sikap dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia

Tabel 5.7Analisis Hubungan Sikap dengan Perilaku Pasien Asma dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan Tahun 2010

Senam Asma Tidak melakukan Melakukan Total Sikap N % N % N % OR (95% CI) p-value Negatif 27 52,9 5 29,4 32 47,1 Positif 24 47,1 12 70,6 36 52,9 2,7 (0,830-8,781) 0,161 Total 51 100 17 100 68 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pasien asma yang tidak melakukan senam asma di antaranya mempunyai sikap negatif sebanyak 52,9% dan sikap positif sebanyak 47,1%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan p-value = 0,161 yang berarti pada α = 0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia. 3. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan perilaku pasien asma

dalam melakukan Senam Asma Indonesia

Tabel 5.8Analisis Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Pasien Asma dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan

Tahun 2010 Senam Asma Tidak melakukan Melakukan Total Dukungan Petugas Kesehatan N % N % N % OR (95% CI) p-value Negatif 30 58,8 3 17,6 33 48,5 Positif 21 41,2 14 82,4 35 51,5 6,667 (1,701-26,130) 0,008 Total 51 100 17 100 68 100

58

Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pasien asma yang tidak melakukan senam asma lebih banyak mendapatkan dukungan negatif dari petugas kesehatan (58,8%) daripada dukungan positif (41,2%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia (p-value = 0,008 pada α = 0,05). Adapun nilai OR = 6,667, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien asma yang mendapat dukungan negatif dari petugas kesehatan beresiko 6,667 kali lebih tinggi tidak melakukan senam asma dibandingkan pasien asma yang mendapat dukungan positif dari petugas kesehatan.

4. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia

Tabel 5.9Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pasien Asma dalam Melakukan Senam Asma Indonesia di RS Persahabatan Tahun

2010 Senam Asma Tidak Melakukan Melakukan Total Dukungan Keluarga N % N % N % OR (95% CI) p-value Negatif 31 60,8 1 5,9 32 47,1 Positif 20 39,2 16 94,1 36 52,9 24,8 (3,046-201,921) 0.001 Total 51 100 17 100 68 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien asma yang tidak melakukan senam asma lebih banyak mendapatkan dukungan negatif dari keluarga

59

(60,8%) daripada dukungan positif (39,2%). Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan perilaku pasien asma dalam melakukan Senam Asma Indonesia (p-value = 0,001 pada α= 0,05).Adapun nilai OR = 24,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien asma yang mendapat dukungan negatif dari keluarga beresiko 24,8 kali lebih tinggi tidak melakukan senam asma dibandingkan pasien asma yang mendapat dukungan positif dari keluarga.

60 BAB VI PEMBAHASAN

Dokumen terkait