• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Status Gizi (IMT) dan Kasus Gigi Berjejal

HASIL PENELITIAN

4.4 Gambaran Status Gizi (IMT) dan Kasus Gigi Berjejal

45 53,7 45,9 38 53 46,3 54,1

4.3.2 Prevalensi Kasus Gigi Berjejal Berdasarkan Usia

Kasus gigi berjejal paling banyak terdapat pada usia 14 tahun yaitu sekitar 34 orang (47,2%). Prevalensi kasus gigi berjejal berdasarkan usia secara terperinci dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Prevalensi Kasus Gigi Berjejal berdasarkan Usia (n=180)

Usia (tahun)

Kasus gigi berjejal

Ada Tidak ada

n % n % 12 13 14 15 22 23 34 10 55,0 43,4 47,2 66,7 18 30 38 5 45,0 56,6 52,8 33,3

Pada tabel 14 terlihat bahwa responden dengan kasus gigi berjejal paling dominan terdapat pada kategori normal yaitu 68 orang. Kasus gigi berjejal juga dialami oleh responden yang memiliki status gizi berlebih dan obesitas.

Tabel 14. Gambaran Status Gizi (IMT) dan Kasus Gigi Berjejal (n=180)

Kasus Gigi Berjejal

Kategori IMT

Gizi buruk Normal Gizi berlebih Obesitas

n % N % n % n % Ada Tidak Ada 6 8 6,7 8,8 68 63 76,4 69,2 10 14 11,2 15,4 5 6 5,6 6,6 BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, sampel penelitian berjumlah 180 orang yang merupakan murid Sekolah Menengah Pertama dari 4 SMP pada Kecamatan Medan baru, yaitu SMP Negeri 10 Medan, SMP Swasta Al Bukhari Muslim, SMP Swasta Nasrani 1, dan SMP Swasta Nurul Hasanah. Pada penelitian ini, diperoleh bahwa status gizi paling dominan berada pada kategori normal (72,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramitya dan Valentina pada 280 orang remaja di perkotaan yaitu Kota Denpasar pada tahun 2012, yaitu status gizi dominan responden berada pada kategori normal (61,07%).46Hal ini juga juga terlihat pada hasil penelitian Dwiningsih pada daerah perkotaan tahun 2011 dengan responden berjumlah 49 orang yang merupakan murid SMP Negeri 3 Semarang, yaitu diperoleh dominan responden memiliki status gizi normal (79,59%).47 Hasil penelitian ini

kemungkinan besar disebabkan oleh lokasi penelitian yang berada di perkotaan sehingga pengetahuan dan kesadaran orangtua akan nutrisi anak sudah cukup besar serta ketersediaan pangan juga mudah dijangkau.

Selain itu, dari hasil penelitian ini terdapat pula responden yang mengalami malnutrisi (kekurangan dan kelebihan gizi), yaitu gizi buruk sebanyak 7,8%, gizi berlebih sebanyak 13,3%, dan obesitas sebanyak 6,1%. Menurut Soekirman, masalah gizi kurang/buruk pada remaja dapat diakibatkan oleh diet yang ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapat makanan yang seimbang dan bergizi), kebiasaaan makanan yang buruk, dan kurangnya pengetahuan gizi. Sedangkan menurut Hanley, gizi berlebih pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pola konsumsi tinggi energi dan kurangnya aktivitas fisik yang mengarah pada pola hidup sedentaris (sedentary lifestyle).48

Berdasarkan jenis kelamin, status gizi yang berlebih dan obesitas lebih didominasi oleh laki-laki. Pada laki-laki, untuk kategori gizi berlebih 14,6% dan obesitas 8,5% sedangkan pada perempuan untuk kategori gizi berlebih 12,2% dan obesitas 4,1% . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pada laki-laki, pertumbuhan tubuh lebih banyak pada peningkatan jaringan tulang dan otot sedangkan pada perempuan, lebih banyak pada peningkatan massa lemak.49

Dari hasil penelitian ini didapatkan prevalensi kasus gigi berjejal yang cukup tinggi yaitu sejumlah 49,44%. Hal ini sesuai dengan penelitian Ahammed dkk.,tentang prevalensi maloklusi pada anak yatim usia 12-15 tahun dengan menggunakan indeks Dental Aesthetic dari 165 sampel pada tahun 2013,ditemukan bahwa prevalensi tertinggi maloklusi yang terjadi adalah kasus gigi berjejal yaitu sebanyak 38,8%.34 Hal tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Tak dkk., tentang prevalensi maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 12- 15 tahun di India pada tahun 2013, menyatakan bahwa prevalensi gigi berjejal merupakan prevalensi maloklusi tertinggi yaitu sebanyak 40,2% pada sampel sebanyak 887 anak.35 Tingginya prevalensi gigi berjejal pada usia remaja sekitar 12-15 tahun kemungkinan disebabkan karena pada usia tersebut responden masih mengalami

proses pertumbuhan dan perkembangan sehingga belum mencapai pertumbuhan yang maksimal.49

Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa gigi berjejal dialami oleh semua kategori status gizi baik pada kategori gizi buruk, normal, gizi berlebih bahkan obesitas. Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya gigi berjejal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni faktor herediter dan faktor lingkungan. Yang termasuk faktor herediter yang mempengaruhi terjadinya gigi berjejal adalah pengaruh susunan genetik yang menentukan karakteristik rahang dan gigi seseorang.

Salah satu faktor herediter yang mempengaruhi terjadinya kasus gigi berjejal adalah panjang lengkung rahang. Menurut penelitian Hamid tahun 2005 dengan responden sejumlah 80 orang yaitu terdapat 40 orang dengan kasus gigi berjejal (20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan) dan 40 orang dengan gigi tidak berjejal (20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan) pada usia 14-18 tahun, didapatkan hasil bahwa panjang lengkung rahang mempengaruhi terjadinya gigi berjejal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu responden yang mengalami gigi berjejal memiliki rata-rata panjang lengkung rahang yang lebih kecil dibandingkan responden dengan gigi yang tidak berjejal.5

Faktor lain yang mempengaruhi tejadinya kasus gigi berjejal adalah karakteristik gigi, misalnya ukuran dan jumlah gigi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maryam dan Tahereh pada jurnal tahun 2007 dengan 60 orang responden, disebutkan bahwa terdapat pengaruh antara ukuran gigi dengan terjadinya kasus gigi berjejal. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yaitu pada responden dengan kasus gigi berjejal terdapat ukuran gigi yang lebih besar dibandingkan pada responden dengan gigi yang tidak berjejal.50Sedangkan menurut Bhalajhi pada tahun 2006, supernumerary teeth (jumlah gigi yang berlebih) dapat menyebabkan gigi berjejal, misalnya terdapatnya gigi supplemental insisif lateral dapat menyebabkan gigi anterior maksila berjejal oleh karena kurangnya tempat untuk tumbuhnya gigi tambahan.40

Sedangkan faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya gigi berjejal adalah beberapa kondisi yang terjadi pada gigi desidui (premature loss, karies, dan

persistensi), kebiasaan mengkonsumsi makanan lunak pada anak, adanya tekanan akibat erupsi gigi molar ketiga, dan adanya kebiasaan buruk oral (oral

habits).4,6,7Terjadinya gigi berjejal juga dapat dipengaruhiakibat premature loss pada

gigi desidui sehingga menyebabkan pergeseran ke arah mesial dari gigi molar satu permanen yang biasanya terjadi pada fase gigi bercampur.39 Menurut Rock dalam salah satu jurnal tahun 2002, disebutkan bahwa salah satu efek dari premature loss gigi primer dapat mempengaruhi besar ruangan akibat kehilangan gigi primer sehingga dapat memicu terjadinya crowding.43

Adapun keadaan lain yang mempengaruhi terjadinya gigi berjejal yaitu akibat erupsi gigi molar tiga. Menurut Proffit, erupsi gigi molar tiga juga mempengaruhi terjadinya gigi berjejal. Hal ini disebabkan karena mayoritas orang mengalami impaksi gigi molar ketiga diakibatkan oleh ketersediaan rahang yang terbatas dan lambat laun dapat mengakibatkan late incisor crowding.6

BAB 6

Dokumen terkait