• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bajomulyo terletak di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Luas Desa Bajomulyo yaitu 74.800 meter persegi. Desa ini berjarak sekitar dua kilometer dari jalan pantai utara jawa (pantura). Jarak Desa Bajomulyo menuju Kantor Kecamatan juga sekitar dua kilometer. Sedangkan jarak dari kantor pemerintahan kabupaten yaitu 13 kilometer, 89 kilometer dari ibukota provinsi dan 574 kilometer dari ibukota negara. Berdasarkan informasi dari Pemkab Pati (2015), Juwana memiliki luas lahan 5.593 meter persegi yang terdiri dari 1.165 meter persegi lahan sawah dan 4.428 lahan bukan sawah. Desa Bajomulyo termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian dua meter di atas permukaan air laut (mdpl). Batas-batas wilayah Desa Bajomulyo adalah: (1) batas sebelah utara : Laut Jawa; (2) batas sebelah timur: Sungai Silugonggo dan Desa Bendar; (3) batas sebelah selatan: Desa Kudukeras; dan (4) batas sebelah Barat: Desa Kebonsawahan dan Desa Growong Lor.

Desa Bajomulyo dikenal baik karena posisinya yang dekat dengan Sungai Silugonggo. Sungai Silugonggo bermuara pada Laut Jawa. Sisi timur dari Sungai Silugonggo yaitu Desa Bendar. Setiap hari banyak kapal yang keluar masuk dari muara menuju pinggir sungai untuk mendaratkan ikan. Kapal yang mendarat di pinggir Sungai Silugonggo ini antara lain kapal cumi, kapal pure seine, kapal cantrang, kapal holler, dan kapal penarik. Kapal yang datang memilih malam hari sebagai waktu yang tepat untuk masuk dari muara menuju ke tempat sandar. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketinggian air laut sedang pasang dan memudahkan jalur masuk kapal.

Sore hari ketika air laut sudah pasang dan permukaan air laut di sekitar sungai naik. Banyak kapal yang keluar masuk bergiliran. Permukaan air laut yang tinggi belum tentu memudahkan setiap kapal yang bersandar. Kondisi lumpur dan sampah yang masih menggenang di sungai membuat kapal berukuran besar perlu jasa penarik dari muara menuju tempat sandar maupun sebaliknya. Harga jasa penarikan kapal besar dari muara menuju ke tempat sandar yaitu pada kisaran Rp. 500.000,00-Rp. 1.000.000,00. Warna air di Sungai Silugonggo keruh, namun masih ada ikan yang hidup disana. Wilayah Juwana termasuk dalam daerah dataran rendah.

Desa Bajomulyo memiliki beberapa tempat yang mendukung usaha perikanan baik tangkap maupun non tangkap. Tambak tempat budidaya ikan tawar seperti bandeng dan udang. Tempat pemindangan ikan yang tidak hanya dimiliki oleh warga setempat namun juga warga luar Bajomulyo. Tempat pembuatan kapal kapal tempat pemilik modal memesan kapal kepada pengurus. Bengkel kapal yang terletak di pinggir sungai juga mendukung sarana nelayan jika terdapat kerusakan pada kapal, atau mempersiapkan kondisi kapal agar tetap stabil sebelum digunakan untuk melaut.

Cold storage atau yang biasa disebut kastorit dapat ditemui di beberapa tempat di Bajomulyo. Kastorit ini sangat penting karena menjadi sejarah kemajuan usaha perikanan di Bajomulyo. Transportasi yang terdapat di Desa Bajomulyo terdiri dari sepeda, becak, becak motor, motor, kaisar, mobil, truk, dan dokar. Tidak ada kendaraan umun seperti angkutan kota maupun bus yang melewati desa ini. Kendaraan yang sering melewati Jalan Hang Tuah yaitu truk berpendingin maupun kaisar. Truk berpendingin dan kaisar tersebut sering melintas karena keperluan mendistribusikan ikan dari TPI ke tempat lain.

Berdasarkan data monografi Desa Bajomulyo tahun 2015, diketahui banyaknya sertifikat hak milik tanah adalah 812 buah. Terdapat 2,5 Ha tanah yang digunakan untuk area pemakaman. Sebanyak 0,2 Ha untuk area perkantoran, dan 0,1 Ha tanah wakaf. Beberapa kegunaan lahan untuk pertanian antara lain 58,4 Ha pekarangan, 12,4 Ha perladangan, dan 0,2 Ha untuk perkebunan negara. Sarana ibadah yang terdapat di Desa Bajomulyo antara lain sebuah masjid, satu gereja, dan 11 mushola. Masjid dengan ukuran besar didirikan di tepi sungai dekat tempat sandar. Keberadaan masjid ini sering dimanfaatkan untuk acara pengajian dengan mengundang tokoh agama.

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Bajomulyo antara lain rumah sakit, poliklinik, tempat prakter dokter umum, dukun khitan, dukun bayi dan apotek. Sarana pendidikan yang tedapat di Desa Bajomulyo antara lain Sekolah Dasar (SD), Taman Kanak-kanak (TK) Madrasah Ibtidaiyah (MI), tempat kursus bengkel motor, dan tempat kursus menjahit. Jalan yang tersedia yaitu sepanjang 5,5 kilometer. Gedung SD yang tersedia hanya satu dan memiliki guru sebanyak 11. Sedangkan gedung TK swasta sebanyak tiga dan guru sebanyak 9 orang.

Jembatan yang tersedia di Desa Bajomulyo yaitu sebanyak tujuh buah yang menghubungkan antar sungai kecil. Desa ini sudah memiliki hotel yang sering digunakan tempat bersinggah bagi pengusaha yang akan bekerjasama dalam hal perikanan di Desa Bajomulyo. Fasilitas listrik sudah tersedia di Desa Bajomulyo dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga dan usaha. Kantor dinas yang terdapat di Desa Bajomulyo yaitu Balai Desa, Tempat Pelelangan Ikan Unit (TPI) I, Tempat Pelelangan Ikan Unit II, dan Dinas Perhubungan. TPI Unit II dikelola oleh pemerintah daerah, sedangkan TPI Unit I dikelola oleh Koperasi unit Desa.

Penunjang kesehatan, perekonomian dan dinas, sarana olahraga juga terdapat di desa ini seperti lapangan voli berjumlah dua dan lapangan tenis meja sebanyak dua. Pada akhir pekan jalan di sekitar tambak ikan dan tepi sungai dijadikan tempat olahraga.

Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bajomulyo

Dinamika sosial ekonomi ini dijelaskan untuk menambah kelengkapan data tentang sosial dan ekonomi yang terjadi di Desa Bajomulyo dari waktu ke waktu. Selain itu dengan memberikan gambaran umum mengenai dinamika sosial dan ekonomi dapat memberi keterangan tambahan mengenai strategi pola nafkah, akses sarana dan prasarana pendukung usaha perikanan, dan juga sebagai penjelas tingkat penguasaan aset yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kemiskinan yang terdapat di Desa Bajomulyo.

Desa Bajomulyo memiliki warga yang merupakan penduduk asli. Beberapa pendatang memasuki kawasan Bajomulyo karena kepentingan usaha atau bisnis. Desa Bajomulyo memiliki 1.535 kartu keluarga (KK). Jumlah penduduk Bajomulyo yaitu 5.769 orang. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, jumlah laki-laki sebanyak 2.809 orang, sedangkan jumlah penduduk perempuan berjumlah 2.960 orang. Secara lebih lengkap jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dipaparkan dalam tabel.

Tabel 8 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin Desa Bajomulyo bulan Desember 2015

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 260 268 528 5-9 251 268 519 10-14 228 249 477 15-24 331 243 474 25-34 423 448 871 35-44 426 444 870 45-54 430 442 872 55-64 425 449 874 65+ 136 148 284 Jumlah 2809 2960 5769

Sumber: data sekunder 2015

Selain pengklasifikasian penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin, juga terdapat pengklasifikasian penduduk berdasarkan mata pencaharian. Beberapa mata pencaharian dengan jumlah penduduk yang ikut serta yaitu: (a) petani sejumlah 12 orang; (b) nelayan sejumlah 395 orang; (c) pedagang sejumlah 90 orang; (d) buruh sejumlah 604 orang; (e) sopir angkutan sejumlah 1 orang; (f) PNS sejumlah 78 orang; (g) TNI sejumlah 14 orang; (h) Polri sejumlah 14 orang; (i) swasta sejumlah 1.345 orang; (j) wiraswasta sejumlah 92 orang; dan (k) pensiunan sejumlah 37 orang.

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan akan menggambarkan bagaimana tingkat pengetahuan warga Bajomulyo terkait bidang pendidikan. Mayoritas penduduk Bajomulyo berpendidikan tamat SD atau sederajat dengan jumlah paling banyak yaitu 2.345 orang. Secara lebih lengkap jumlah penduduk menurut pendidikan yaitu: (a) belum sekolah sebanyak 255 orang; (b) tidak tamat SD sebanyak 248 orang; (c) tamat SD/ sederajat sebanyak 2.345 orang; (d) tamat SLTP/ sederajat sebanyak 675 orang; (e) tamat SLTA/ sederajat sebanyak 468 orang; (f) diploma sebanyak 5 orang; (g) (S1-S3) sebanyak 19 orang; dan (h) buta huruf sebanyak 32 orang.

Jumlah penduduk menurut mobilitas dan mutasi penduduk menggambarkan perubahan jumlah penduduk Desa Bajomulyo karena peristiwa-peristiwa seperti kematian, kelahiran, kedatangan penduduk dan kepindahan penduduk. Berikut adalah data rekapan kelahiran, kematian, kedatangan, dan kematian di Desa Bajomulyo.

Tabel 9 Jumlah penduduk menurut mobilitas dan mutasi

Peristiwa demografi Laki-laki Perempuan Jumlah

Lahir 24 19 43

Mati 11 10 21

Datang 25 24 49

Pindah 19 18 37

Sumber: data sekunder 2015

Kondisi sosial dan ekonomi yang terdapat di Desa Bajomulyo didominasi oleh sektor perikanan. Setiap hari dapat ditemui warga dari luar desa yang berlalu lalang menuju ke tempat pelelangan ikan. Aktivitas perikanan tidak hanya berdampak bagi warga setempat namun juga warga luar desa. Aktivitas ekonomi yang dapat ditemui di tempat pelelangan ikan yaitu penurunan ikan dari kapal, pelelangan ikan, distribusi ikan

oleh tengkulak, pemindangan ikan, pengasinan ikan, dan budidaya ikan. Sektor ekonomi non perikanan yang terdapat di Desa Bajomulyo antara lain warung makan, toko meubel, toko sembako untuk perbekalan kapal, Stasiun Pengisisan Bahan Bakar Nelayan (SPBN), hotel, bengkel, dan beberapa sektor usaha lain.

Keberadaan TPI di Desa Bajomulyo menarik pendatang untuk ikut mencari penghasilan. Hal yang didapati ketika mengunjungi TPI dan bercakap-cakap dengan beberapa orang yang sedang beraktivitas yaitu warga asli Bajomulyo banyak bekerja sebagai penarik basket. Pekerjaan menarik basket yang berisi ikan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok-kelompok tersebut yaitu penarik basket dari kapal menuju tempat lelang dan penarik basket dari tempat lelang menuju ke tempat parkir truk pendingin yang akan mengangkut. Truk ini dimiliki oleh tengkulak yang akan mengirimkan ikan- ikan tersebut hingga ke luar kota seperti Surabaya dan Jakarta. Kelompok penarik basket pun dibedakan antara keduanya. Penghasilan yang didapatkan setiap orang saat menarik basket tergantung dengan banyaknya ikan yang harus ditarik di dalam basket untuk dipindahkan. Rata- rata pendapatan yang dihasilkan seorang penarik basket per hari yaitu Rp. 60.000,00/ hari. Jam kerja mereka sangat fleksibel, namun rutin dilakukan mulai jam tujuh pagi hingga sore hari sesuai jadwal operasional TPI.

Hari libur yang didapatkan penarik basket dalam bekerja sangat minim dalam satu tahun. Waktu libur tersebut yaitu pada saat libur lebaran. Selain hari itu libur kerja penarik basket didapatkan ketika kelompok mereka tidak mendapatkan giliran menarik basket ikan. Apabila jumlah kelompok penarik terlalu banyak maka terdapat sistem sehari kerja dan sehari libur. Sebab pada saat libur lebaran banyak kapal yang menyandarkan kapal, selesai membongkar ikan dan akan mulai berangkat mencari ikan di laut lagi setelah lebaran Hari Raya Idul Fitri. Masa setelah Hari Raya Idul Fitri inilah pendapatan pengusaha kapal berkurang karena harus menyiapkan perbekalan untuk semua kapal dalam waktu bersamaan. Setelah lebaran pula semua kapal berangkat melaut secara bersamaan. Penghasilan berikutnya didapatkan ketika kapal mereka mendarat, membawa hasil tangkapan, dan berhasil terjual. Keuntungan yang didapatkan pengusaha kapal pada saat masa panen (masa-masa ketika ikan di laut banyak) sangat banyak dibandingkan dengan pendapatan saat musim paceklik (masa-masa ikan di laut sedikit).

Penghasilan pengusaha kapal pada musim panen lebih besar daripada pengurus, maupun ABK dan juru mudi (nahkoda). Pengusaha kapal menerapkan pembagian hasil dengan persentase tertentu. Persentase tersebut berbeda-beda pada setiap pemilik kapal. Pembagian persentase keuntungan dilakukan setelah pendapatan total penjualan ikan dikurangi untuk biaya perbekalan pemberangkatan kapal selanjutnya. Walaupun mendapatkan keuntungan lebih tinggi ketika masa panen, namun pemilik kapal paling memiliki resiko kerugian ketika masa paceklik karena tetap memberikan uang pesangon kepada ABK dan nahkoda kapal. Kerugian juga dialami ketika kapal terkena badai dan tenggelam di laut. Kapal yang menjadi sarana untuk mencari nafkah baik bagi pemilik kapal maupun ABK tidak dapat digunakan kembali. Kerugian pemilik kapal adalah sejumlah harga kapal dengan harga mencapai tujuh milyar rupiah.

Kualitas hasil tangkapan menentukan harga beli ikan tangkapan nelayan. Ikan dengan kondisi rusak dengan penyimpanan tidak optimum memiliki harga lebih rendah daripada ikan yang dijaga kualitasnya. Ikan yang sudah diturunkan dari kapal dibeli oleh tengkulak dengan jumlah beragam. Terdapat ikan yang dijual kepada tengkulak untuk dijual di pasar, terdapat ikan yang dijual pada tengkulak yang mendistribusikan kepada pabrik pengalengan ikan. Ikan lonco dan ikan salem adalah jenis ikan yang sering dibeli oleh tengkulak distributor untuk disetorkan ke pabrik pengalengan ikan.

Berbeda dengan tengkulak ikan distributor, tengkulak yang membeli ikan untuk dijual di pasar membeli ikan lebih sedikit dari satu ton. Sedangkan tengkulak distributor membeli ikan mencapai jumlah 30 ton. Ikan-ikan tersebut dimuat dalam truk pendingin. Truk berpendingin mampu memuat 9 ton ikan, bergantung ukuran truk. Keuntungan yang didapatkan tengkulak distributor ikan ini sekitar Rp. 1.000,00/kg, tergantung kondisi ikan pada saat diterima oleh pabrik. Hal tersebut dijelaskan oleh salah satu tengkulak distributor ikan dengan inisial SUM.

Perekonomian dari nelayan non tangkap antara lain pemindangan ikan, budidaya ikan tambak, pengasinan ikan, pembuatan produk olahan bistik ikan dan beberapa sektor lain. Pemindangan ikan banyak dimiliki oleh masyarakat luar Bajomulyo. Bahkan hanya satu tempat pemindangan di Desa Bajomulyo yang dimiliki oleh warga Bajomulyo. Pada saat hari libur, baik libur hari raya maupun libur sekolah dan akhir pekan terdapat suatu tempat lapang di Bajomulyo yang dijadikan sebagai tempat rekreasi oleh warga Kecamatan Juwana. Tempat tersebut berjarak sekitar 10 meter dari Sungai Silugonggo, dekat tempat pemindangan dan juga tambak ikan. Pemanfaatan lahan kosong untuk rekreasi tersebut menjadi pemasukan tersendiri bagi penjual jajanan yang biasanya menjual makanan saat jam sekolah menjadi menjual makanan saat hari libur.

Waktu penelitian bertepatan dengan pro kontra penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia. Peraturan menteri tersebut bertujuan untuk mengurangi penurunan sumberdaya ikan dan ancaman kelestarian lingkungan sumberdaya ikan. Pasal 4 peraturan menteri tersebut mencantumkan jenis pukat tarik berkapal yang dilarang antara lain: (a) dogol; (b) scottish seines; (c) pair seines; (d) payang; (e) cantrang; dan (f) lampara dasar. Salah satu pukat tarik yang dikenal di Desa Bajomulyo yaitu pukat tarik dengan kapal cantrang. Kapal dengan menggunakan alat tangkap jaring pukat tarik kemudian disebut sebagai kapal cantrang. Kapal cantrang di Desa Bajomulyo memiliki durasi melaut selama 30 hari. Kapal cantrang tersebut tidak dilengkapi dengan alat pendingin, itulah sebabnya kapal tersebut digunakan untuk melaut dalam waktu 30 hari saja, berbeda dengan kapal pure seine dan kapal penangkap cumi-cumi yang dapat beroperasi 60 hari bahkan sampai 120 hari. Kapal cantrang mampu menangkap ikan dari ukuran besar hingga ukuran kecil. Jam mendaratkan hasil tangkap kapal tersebut dilakukan pada malam hari di TPI Unit I Juwana.

Pelarangan operasional kapal cantrang menjadi berita buruk bagi pengelola dan pemilik kapal cantrang, namun menjadi kabar positif bagi pengelola kapal non cantrang karena dapat meningkatkan hasil ikan yang tersedia di laut. Ikan yang tersedia lebih banyak daripada ketika kapal cantrang masih beroperasi menjadikan hasil tangkap nelayan non-cantrang lebih tinggi. ABK nelayan cantrang tidak memiliki pilihan lain disebabkan adanya kebijakan tersebut. Terdapat ABK yang menjadi buronan selama mencari ikan di laut karena bekerja pada pemilik kapal cantrang dan mengaku tidak memiliki pilihan lain. Berikut adalah pernyataan dari istri ABK yang bekerja di kapal cantrang dengan inisial SRL dalam bahasa asli.

“...jarang nek ngeniki wong menyang nek omah...kerja dadi nelayan cantrang rak tenang...bojoku kabare lah lagi diburu karo polisi nek laut.. tapi piye maneh lha wong kerjane pancen ngono...”.

“...jarang kalau pada saat ini ABK berada di rumah, kerja jadi nelayan cantrang tidak tenang, suamiku kabarnya lagi diburu oleh polisi di laut, tapi mau bagaimana lagi, memang pekerjaannya seperti itu...”.

Nelayan cantrang tidak semua menolak kebijakan pelarangan operasional kapal cantrang karena kesadaran pada kerusakan yang diakibatkan. Hal yang dikeluhkan oleh pengelola kapal yaitu proses perizinan yang memerlukan waktu lama. Terdapat responden yang menganggap bahwa perizinan ketat akan mempersulit kapal untuk berangkat, akibatnya banyak kapal yang menganggur. Waktu menganggur kapal sama halnya dengan tidak ada pemasukan bagi pemilik kapal maupun ABK, sebab tidak bisa segera mencari hasil laut. Sebagai penjelas berikut adalah potongan pernyataan RMD (48 tahun) perihal persetujuan pelarangan operasional kapal cantrang dan aspirasi untuk membuat proses perizinan kapal lebih dipermudah untuk memperlancar proses pemberangkatan kapal.

“...yang ada masalahnya itu 30 GT ke atas. Izinnya sulit karena harus ke pusat. Kan cantrang dilarang, tapi alat yang lain kok izinnya dipersulit. Kapal nggak jalan karena izinnya nggak keluar-keluar. Kebijakane berubah-berubah. Katane kapale harus ke laut Natuna, ke laut Papua. Kami sudah mau, tapi kok izinnya nggak keluar-keluar. Rusak mbak kalo pakai cantrang, wong ikan-ikan kecil pada dibuang-buang. Ada yang penelitian kalo kapal cantrang beroperasi sehari se-Kabupaten Pati bisa habis. Anak cucu saya mungkin nanti nggak bisa merasakan lagi nanti...”.

“...yang bermasalah itu kapal dengan ukuran 30 GT ke atas. Izinnya sulit karena harus ke pusat. Kan cantrang dilarang, tapi alat lain kok izinnya dipersulit. Kapal tidak jalan karena izinnya tidak keluar-keluar. Kebijakannya berubah-ubah. Katanya kapal harus berangkat ke perairan Natuna, ke laut Papua. Kami sudah mau, kami sudah mau, tapi kok izinnya nggak keluar-keluar. Rusak mbak kalau pakai kapal cantrang, sebab ikan- ikan kecil pada dibuang-buang. Ada yang penelitian, jikalau kapal cantrang beroperasi sehari saja se-Kabupaten Pati bisa rusak habis. Anak cucu saya mungkin tidak bisa merasakan lagi nanti...”.

Berbeda pandangan dengan RMD (48 tahun), pemilik kapal cantrang menentang pelarangan operasional kapal cantrang oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. SWD (48 tahun) memberikan pernyataan tidak setuju terhadap pelarangan operasional kapal cantrang:

“...Cantrang kan paguyubane nek Bendar kabeh, kene gak ana cantrang. wis ana potongane 300 ewu tiap trip. Duite dinggo kantoran, nek ana apa- apa, nek ana demo, winganane wis ntek pirang-pirang M kanggo demo.. Lha arep dihapus awake dewe terus nduwe apa wong cilik-cilik ngeniki. Nyambut gawe kok ora entuk iki carane piye ngono. Bank sing ngelola negara, tapi sing nglarang nyambut gawe yo negara kok. Ndak bukan kesalahane kita wa....seandainya nanti nggak bole beneran, susah ini mbak. Katane batese sampai 2016 iki... Tidak mungkin orang nggak dapet pangan itu. Mesti dapat pangan. Yang ngadili ben Gusti Allah dewe. Ngono kok mikir iwak ntek. Nyatane yen wayahe mucuk yo iwake akih.... nek laut kok dicekeli, di denda semono akihe, kok kayak wong maling wae. Ra reti perkara apa kok dicekel.Wedine iwake nek ntek. Iwak nek segara kok isa ntek, ndak rak mungkin wa. Nyatane kapal angger teka yo iwake kebek. Nek iso yo aja dilarang. Wong kerjaane yo nek laut blaka, kerja liyane yo raiso...”.

“...Kalau cantrang paguyubannya di Bendar semua, disini tidak ada cantrang, di paguyuban sudah ada potongan Rp. 300.000,00 setiap melaut. Uangnya dipakai untuk keperluan kepengurusan, kalau ada apa-apa, kalau

ada demo, seperti waktu kemarin habis milyaran untuk demo. Kalau cantrang dihapus terus punya apa orang kecil seperti ini. Bekerja kok tidak boleh seperti ini terus bagaimana. Bank yang mengelola negara, tapi yang melarang bekerja ya negara. Berarti ya bukan kesalahan kita, seandainya nanti cantrang benar-benar tidak boleh beroperasi, bisa susah. Katanya batasnya sampai 2016 ini... Tidak mungkin orang tidak dapat sumber pangan. Pasti dapat pangan. Yang mengadili biar Allah saja. Seperti itu kok memikirkan ikan habis, nyatanya saat musim panen ikan ikan banyak. Di laut kok ditangkap, didenda sebegitu banyak, seperti pencuri saja. Tidak tahu karena apa kok ditangkap. Takutnya ikannya habis, ikan di laut kok bisa habis, kan tidak mungkin. Nyatanya setiap kapal datang ikannya penuh. Kalau bisa ya jangan dilarang, kerja ya bisanya hanya di laut saja, kerja lainnya juga tidak bisa...”.

Pernyataan SWD (48 tahun) tersebut memberi penjelasan sudut pandang pengelola kapal cantrang yang berpendapat bahwa sudah banyak dana yang dikeluarkan untuk berdemo menentang pelarangan kapal cantrang, karena akibat penghapusan operasional kapal cantrang membuat nelayan cantrang yang mengaku sebagai wong cilik tidak punya apa-apa lagi. Pendapat tersebut menyatakan bahwa tidak mungkin ikan di laut habis karena sudah kehendak Tuhan yang mengadili. Ikan dianggap terus ada karena setiap kapal datang selalu penuh dengan ikan. SWD belum mengerti alasan pelarangan operasional kapal cantrang tersebut.

PENGARUH TINGKAT AKSES SUMBERDAYA TERHADAP

Dokumen terkait