Syariah, (2) Modal awal Bank Sumut Syariah, (3) Struktur
Kepengurusan Bank Sumut Syariah, (4) Kedudukan Bank Sumut
Syariah di Bank Indonesia, B. Produk-Produk di Bank SUMUT Syariah, (1) Penghimpun Dana, (2) Penyaluran Dana, (3) Pelayanan Jasa C. Realisasi Bank Sumut Syariah.
Bab IV Analisis Perjanjian Pembiayaan Bank Sumut Syariah, A. Ketentuan Umum Dan Syarat Memperoleh Pembiayaan Di Bank Sumut Syariah, B. Analisis Akad Pembiayaan di Bank Sumut Syaiah, (1)
Pembiayaan Murabahah, (2) Pembiayaan Mudharabah D. Landasan Hukum.
BAB V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran terhadap hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG BANK SYARIAH
A. Gambaran Umum Tentang Bank Syariah
1. Sejarah Singkat Bank Syariah
2. Latar Belakang Bank Syariah
3. Fungsi Bank Syariah
a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung desa g. Bank Pegawai
4. Tujuan Bank Syariah
a. Menjalankan kegiatan ekonomi umat
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat,
B. Gambaran Umum Tentang Perjanjian
1. Pengertian Perjanjian Secara Umum
2. Syarat dan Rukun Akad
a. Shighat (pernyataan ijab dan qabul)
b. ‘Aqidan (dua pihak yang melakukan akad) c. Ma’qud ‘alaih (obyek akad),
d. Maudhu’ al-‘aqd (tujuan akad).
C. Prinsip Dasar Sistem Pelayanan Pada Bank Syariah
1. Fungsi Bank Islam
a. sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki
c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembanyaran dan jasa-jasa lainnya d. Sebagai pengelola fungsi sosial
2. Prinsip Dasar Bank Islam a. Prinsip mudharabah b. Prinsip musyarakah c. Prinsip wadiah
d. Prinsip jual beli (al-buyu’) 1) Murabahah
2) Salam yaitu 3) Ishtisna’
4) Jasa-jasa terdiri dari: a) Ijarah
b) Wakalah c) Kafalah
d) Sharf
5) Prinsip kebajikan 2. Produk Bank Islam
a. Penyaluran dana 1) Ba’i (jual beli 2) Salam 3) Istishna 4) ijarah(sewa) b. Akad Pelengkap 1) hawalah 2) rahn 3) qardh 4) wakalah 5) kafalah c. Penghimpun dana 1) wadi’ah 2) Mudharabah a) Mudharabah mutlaqah b) mudharabah muqayadah c) wakalah d. Jasa Perbankan
1) sharf (jual beli valuta asing) 2) ijarah(sewa)
D. Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah
Dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri dari: 1. Modal
2. Titipan 3. Investasi
E. BentukPerjanjian Sistem Pembiayaan Pada Bank Syariah
1. Pembiayaan Modal Kerja
a. Pembiayaan Likuidasi (Cash financing) b. Pembiayaan Piutang
1) Pembiayaan piutang (Receivable Financing) 2) Anjak Piutang (Factoring)
c. Pembiayaan persediaan (Inventory Financing) 1). Bai'al-Murabahah,
2). Bai' al-Istisha', 3). Bai' as-Salam,
2. Pembiayaan Investasi
3. Pembiayaan Konsumtif
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SUMUT SYARIAH
a. Pembahasan tentang Bank SUMUT Syariah
1. Pendirian bank SUMUT syariah
2. Modal Awal Bank SUMUT Syariah
3. Struktur Kepengurusan Bank Sumut
Syariah
4. Kedudukan Bank Sumut Syariah di
SUMUT (Sumatra Utara)
b. Produk-Produk di Bank Sumut Syariah
i. Penghimpun Dana
I. Produk Wadiah (titipan Wadiah)
a. Tabungan Marwah (martabe wadiah) b. Giro Wadiah
Adapun ketentuan umum dari produk ini adalah : a. Keuntungan atau kerugian b. Bank harus membuka akad. c. Pengganti biaya administrasi d. Ketentuan-ketentuan lain II. Produk Mudharabah (bagi hasil)
a. Tabunagan Marhamah (martabe bagi hasil mudharabah) b. Deposito Ibadah
Dalam kegiatan penghimpun dana, mudharabah terbagi menjadi : a. GIA = General Investment Account (mudharabah mutlaqah)
Ketentuan umum : a. Bank wajib
b. Untuk tabungan mudharabah c. Tabungan dan deposito d. Ketentuan-ketentuan
b.SIA = Special Investment Account (mudharabah muqayyadah)
a. Dikelola dengan prinsip Mudharabah Mutlaqah . b. Pemilik dana mendapat bagi hasil .
c. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan di PT. Bank Sumut
ii. Penyaluran dana.
I. Transaksi Jual Beli dalam bentuk Piutang Murabahah. II. Transaksi Bagi Hasil Mudharabah
III. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah bit Tamlik. IV. Gadai Emas Syariah.
V. Qardh
iii. Pelayanan Jasa
Bank Sumut Syariah merupakan perwujudan dari komitmen Pengelola untuk memberikan “pelayanan terbaik” dalam memenuhi kebutuhan nasabah akan jasa yang kami tawarkan kepada nasabah adalah :
I. Kiriman Uang (Transfer) II. Inkaso (jasa tagih)
III. Bank Garansi
a. Memilih antara Wadiah dan Mudharabah b. Giro
c. Tabungan d. Deposito
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SUMUT SYARIAH
A. Pembahasan tentang Bank SUMUT Syariah
1. Pendirian bank SUMUT syariah
2. Modal Awal Bank SUMUT Syariah
3. Struktur Kepengurusan Bank Sumut Syariah
4. Kedudukan Bank Sumut Syariah di SUMUT (Sumatra
Utara)
B. Produk-Produk di Bank Sumut Syariah
1. Penghimpun Dana
2. Produk Wadiah (titipan Wadiah)
a. Tabungan Marwah (martabe wadiah) b. Giro Wadiah
3. Produk Mudharabah (bagi hasil)
a. Tabunagan Marhamah (martabe bagi hasil mudharabah) b. Deposito Ibadah
Dalam kegiatan penghimpun dana, mudharabah terbagi menjadi :
a. GIA = General Investment Account (mudharabah
mutlaqah)
b. SIA=Special Investment Account(mudharabah muqayyadah)
4. Penyaluran dana.
a. Transaksi Jual Beli dalam bentuk Piutang Murabahah b. Transaksi Bagi Hasil Mudharabah
c. Ijarah dan Ijarah Muntahiyah bit Tamlik d. Gadai Emas Syariah
e. Qardh
5. Pelayanan Jasa
a. Kiriman Uang (Transfer) b. Inkaso (jasa tagih)
c. Bank Garansi
d. Memilih antara Wadiah dan Mudharabah e. Giro
f. Tabungan g. Deposito
BAB IV
ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN BANK SUMUT SYARIAH
A. Ketentuan Umum dan Syarat Memperoleh Pembiayaan 1. Pembiayaan Mudharabah
2. Pembiayaan Murabahah
B. Bentuk Perjanjian di Bank Sumut Syariah 1. Perjanjian Mudharabah
2. Perjanjian Murabahah C. Analisis Penulis
1. Perjanjian Mudharabah
BAB IV
ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN BANK SUMUT SYARIAH D. Ketentuan Umum dan Syarat Memperoleh Pembiayaan di Bank SUMUT
Syariah
• Perseorangan
• Badan Usaha ( Fa, Cv, PT )
• Kelompok Musytari’ (Instansi, Lembaga, BUMN, BUMD, Koperasi, Perusahaan Bonafide)
I. Proses Pengadaan Barang
I. Prosedur Kepada Perseorangan (1) I. Prosedur Kepada Perseorangan (2) II. Prosedur Kepada Badan Usaha III. Kelompok Pegawai
- Agunan / Jaminan
E. Analisis Akad Pembiayaan Bank Sumut Syariah 1. Akad Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :
1. Pembiayaan Murabahah yang di danai dengan URIA (Unre stricted
Investment Account = investasi tidak terikat).
2. Pembiayaan Murabahah yang di danai dengan RIA (Restricted
Investment Account = investasi terikat).
3. Pembiayaan Murabahah yang di danai dengan Modal Bank. Definisi dalam akad pembiayaan murabahah bank sumut syariah ini, yang dimaksud dengan :
1. Jual-beli Murabahah 2. Barang 3. Supplier/ Developer 4. Urbun 5. Harga Beli 6. Keuntungan 7. Harga jual 8. Agunan 1. Denda
2. Hari Kerja Bank 2. Akad Pembiayaan Mudharabah
2. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) 3. Nisbah adalah rasio atau perbandingan pembagian keuntungan (bagi hasil) 4. Bagi hasil adalah bagian hasil usaha yang dihitung dari pendapatan usaha 5. Modal (Maal) adalah dalam uang tunai atau hutang yang diperdagangkan 6. Barang adalah barang yang dihalalkan berdasarkan Syariah baik zatnya 7. Agunan adalah barang bergerak maupun tidak bergerak yang didukung
oleh
8. Cidera Janji (wanprestasi) adalah keadaan tidak dilaksanakannya sebagian
9. Denda adalah sanksi yang dikenakan kepada nasabah oleh Bank, yang 10.Keuntungan Usaha adalah pertambahan harta yang diperoleh dalam 11.Kerugian Usaha adalah berkurangnya harta di dalam menjalankan 12.Pendapatan adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha
yang
13.Keuntungan Operasional adalah pendapatan operasional yang diperoleh dari
14.Keuntungan Bersih adalah keuntungan operasional setelah dikurangi biaya
15.Pembukuan Modal adalah pembukuan atas nama Syirkah pada Pihak 16.Hari Kerja Bank
F. Landasan hukum
3. Pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970 4. Pactum Compromittendo
LEMBAGA/BADAN ARBITRASE (“Wasit”) terdiri dari : 1. Wasit Ad Hoc.
2. Wasit Permanen.
3. Lembaga Pemberi Pendapat yang Bersifat Final. C. Analisis Penulis
1. Shighat (pernyataan ijab dan qabul)
2. ‘Aqidan (dua pihak yang melakukan akad) 3. Ma’qud ‘alaih (obyek akad),
BAB I
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya membutuhkan orang lain agar dapat menjaga kelangsungan hidupnya, dengan cara memenuhi kebutuhan hidup mereka. Aktivitas pemenuhan kebutuhan tersebut melahirkan berbagai kegiatan muamalah antar umat manusia, khususnya dalam kegiatan ekonomi. Berbagai aktivitas
ekonomi tersebut terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan peradaban manusia dan juga perkembangan teknologi.
Dalam aktivitas perekonomian tersebut, maka peranan bank telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam
perdagangan antar negara maupun perdagangan dalam negara. Dengan melalui bank, berbagai transaksi dalam dunia perdagangan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebih mudah, karena tidak harus melalui transaksi dalam bentuk tunai. Di segi lain, melalui perbankan masyarakat juga dapat menyimpan uangnya secara aman dan dapat memperoleh penghasilan dari aktivitas menyimpan tersebut. Di segi lain, masyarakat yang tidak memiliki atau kekurangan modal akan dapat meminjam kredit melalui perbankan, sehingga dapat terbantu dalam
melaksanakan berbagai rencananya, khususnya dalam kegiatan
ekonomi. Dengan demikian jelaslah bahwa perbankan merupakan salah satu fasilitas penting dalam perekonomian modern saat ini.
Keberadaan perbankan juga telah mengalami
perkembangan dalam penerimaan oleh masyarakat muslim. Pada
awalnya sebagaian besar masyarakat muslim tidak menerimanya, karena ia termasuk kegiatan riba. Selanjutnya sebagain mereka dapat
menerimanya, karena aktivitas riba tersebut dianggap tidak sama dengan Yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan mengingat
kepentingannya pada masa sekarang. Namun demikian sebagian masyarakat tetap belum dapat menerima praktek perbankan
konvensional karena masih terdapatnya unsur riba tersebut, walaupun dengan berbagai dalih atau alasannya, sehingga memerlukan suatu perbankan yang benar-benar bersih dari aktivitas atau unsur riba
tersebut. Keadaan ini mendorong masyarakat muslim untuk melahirkan model perbankan yang benar-benar sesuai dengan syariat Islam.
Keadaan ini akhirnya melahirkan perbankan syariah yang dianggap telah memenuhi unsur syariah tersebut dan bebas dari unsur riba. Hal ini menyebabkan tumbuhnya berbagai perbankan syariah di seluruh
wilayah Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara.
Salah satu perbankan syariah di Provinsi Sumatera Utara adalah Bank Sumut Syariah. Bank ini cukup dapat memberikan
kepercayaan pada masyarakat dalam pelayanan maupun fasilitas. Bank ini didirikan pada tanggal 4 November 2005 dengan Akte Notaris Roesli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang ketentuan pokok bank milik Pemerintahan Daerah dengan Peraturan Daerah (Perda) Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965. Perda tersebut menetapkan modal dasar sebesar Rp 3 Triliun dan sahamnya hanya dimiliki oleh Pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintahan Daerah Tingkat II di seluruh Sumatera Utara.
Salah satu dari kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Sumut Syariah adalah penyalur pembiayaan kepada masyarakat. Dalam penyaluran pembiayaan terhadap masyarakat para pihak terikat dengan perjanjian, hal itu bertujuan untuk menjamin segala kemungkinan yang terjadi pada masa pembiayaan berlangsung. Untuk itu antara pihak kreditur (yang memberikan pinjaman/pembiayaan) dengan pihak debitur (orang yang menerima pinjaman/kredit/pembiayaan) haruslah terikat satu perjanjian. Perjanjian sebagaimana dimaksud dikenal dengan istilah perjanjian penyaluran pembiayaan.
Perjanjian penyaluran pembiayaan merupakan suatu hubungan hukum antara debitur dan kreditur. Dalam perjanjian
pembiayaan diatur dengan hak dan kewajiban debitur maupun kreditur. Dalam hal ini kreditur memberikan pinjaman kepada debitur, sehingga
kreditur berhak untuk menuntut pembayaran dari hutang debitur. Sebaliknya debitur sebagai pihak yang berhutang memiliki kewajiban untuk melaksanakan prestasi sesuai dengan isi dari perjanjian.
Konsekuensinya debitur harus membayar hutangnya pada saat jatuh tempo atau ada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Hal tersebut dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Qashash ayat 28, sebagai berikut:
Artinya: “Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan".
Berkaitan dengan perjanjian penyaluran pembiayaan, maka perlu dilihat pendapat yang dikemukakan oleh R. Setiawan yang
menyatakan “Perjanjian adalah persetujuan atau perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”4 Selanjutnya Hoffman menyebutkan “Perikatan adalah hubungan hukum kekayaan antara beberapa pihak, dimana pihak yang satu (prestasi), sedangkan pihak yang lainnya (debitur) berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut (schuld) dan biasanya juga bertanggung jawab (haftung) atas
4
P.N.H, Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, 1999., h. 332
prestasi itu.5 Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam suatu hubungan hukum akan terdapat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Demikian pula dengan halnya dengan perjanjian yang dilakukan oleh kreditur (Bank) dengan pihak debitur (nasabah).
Sedangkan arti dari prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarklan Hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (mudharabah) atau pembiayaan modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau
dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wal iqtina).
Dengan adanya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 maka berlaku dual sistem dalam pengelolaan bank, yakni secara konvensional dengan menggunakan bunga (interest) untuk setiap peminjaman atau penyimpangan dana, serta menggunakan sistem bagi hasil yang merupakan dasar perbankan pada Bank Syariah. Eksitensi lembaga
5
Bachsan Muslapa, Asas-asas Hukum Dagang, Penerbit Armico Bandung, 1982., h. 53
perbankan syariah dalam beberapa tahun terakhir memang menjadi salah satu alternatif lembaga keuangan bagi masyarakat sebagai dampak krisis ekonomi 1997 yang berimbas pada likuidasi perbankan nasional.
“Dalam kurun waktu 1997 hingga saat ini lembaga perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jumlah bank tumbuh dengan pesat dari hanya satu bank umum syariah dan 78 BPRS pada tahun 1998 menjadi 2 bank umum syariah, 3 UUS, dan 81 BPRS pada akhir tahun 2001. Jumlah Kantor Cabang dari bank umum syariah dan UUS tumbuh dari 26 menjadi 51”.6
Kepercayaan masyarakat yang sempat goyah terhadap perbankan konvensional akibat krisis moneter perbankan tahun 1997 tersebut, kembali pulih dan tetap menjadi mainstream bagi masyarakat dengan alasan kepercayaan atas profesional perbankan. Menanggapi timbulnya interest masyarakat atas prinsip syariah, perbankan
konvensional pun dengan responsive mengembangkan layanan dengan membuka unit syariah dalam fasilitas layanan jasa perbankan. Dengan profesional kinerja perbankan dan kredibilitas yang sudah
disandangnya, keberadaan unit perbankan syariah dalam perbankan konvensional telah menjadi competitor bagi perbankan syariah.
Atas dasar itu pula Bank Sumut sebagai bank konvensional
6
Http://www. LIPI.com. Menata Masa Depan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis: Perspektif Ekonomi Politik Islam, oleh Mahmud Thoha, dikutip pada tanggal 28 Desember 2006.
membuka layanan bank dengan sistem syariah. Dalam penelitian ini penulis mencoba meninjau lebih jauh tentang bagaimana penyaluran kredit oleh Bank Sumut Syariah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis memilih judul skripsi “PERJANJIAN PEMBIAYAAN PADA BANK SUMUT SYARIAH ”
G. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Batasan masalah merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan dahulu sebelum sampai tahap pembatasan selanjutnya. Melihat luasnya cakupan pembahasan serta menghindari kesimpang siuran dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan judul dan latar belakang masalah yang dijelaskan diatas. Maka penulis membatasi masalah sampai prinsip dasar sistem pelayanan pada bank syariah dan penyaluran dana.
Adapun rumusan masalah yang penulis bahas yaitu:
1. Bagaimana Perjanjian Pembiayaan Bank Sumut Syariah? 2. Apakah perjanjian pembiayaan Bank Sumut Syariah telah
memenuhi ketentuan syariah?
H. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penyusunan skripsi harus mempunyai tujuan dan manfaat penelitian. Adapun tujuan yang dilakukan penulis sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pembiayaan di Bank Sumut Syariah.
2. Untuk mengetahui apakah perjanjian pembiayaan Bank Sumut Syariah telah memenuhi ketentuan syariah.
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh penulis, baik Pada instansi maupun masyarakat. Jika diperinci, maka penelitian yang penulis laksanakan memiliki 2 manfaat yaitu sebagai berikut:
3. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian yang penulis lakukan dapat memberikan penambahan ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri, dan dalam bidang ilmu pengetahuan dapat pula memecahkan atau
mencari solusi dari suatu permasalahan yang ada. 4. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis dan masyarakat, khususnya bagi penulis akan lebih memudahkan jika suatu waktu berhadapan dengan persoalan dibidang perbankan, khususnya yang menyangkut perbankan Syariah. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pengalaman bagi penulis sebagai modal untuk dapat bekerja dengan baik dimasa mendatang.
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif untuk mengetahui banyak juga perusahaan swasta yang menggunakan sistem
syariah. yakni, penelitian ini tentang “PERJANJIAN PEMBIAYAAN BANK SUMUT SYARIAH”
Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini adalah:
1. Siti Khadijah, 9946117203, aplikasi Manajemen Pembiayaan pada Bank syariah, (Studi Kasus pada BNI SYARIAH) (Jakarta, Program Studi Perbankan syariah Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003.
Pada skripsi ini membahas Manajemen Pembiayaan pada Bank Syariah sedangkan, pada skripsi penulis membahas tentang Aplikasi Perjanjian pembiayaan Bank Sumut Syariah.
2. Randhi Novadinata, 202046101249, Perjanjian Kerjasama Antara PT. Jamsostek (persero) Pelaksaaan Pelayanan Kesehatan dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. (Jakarta, Program studi Perbankan Islam Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2006).
Pada skripsi Randhy Novadinata membahas Pembiayaan dengan Kerjasama antara Jamsostek (persero) dengan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ditinjau dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif
sedangkan, pada skripsi penulis hanya membahas Perjanjian Pembiayaan pada suatu Bank Islam.
E. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini membahas tentang Perjanjian Pembiayaan Bank Sumut Syari’ah, pengertian, landasan hukum serta sistem kegiatan di Bank Syari’ah pada umumnya dan Bank Sumut Syari’ah pada khususnya.
2. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini konsep yang dikedepankan adalah sistem kegiatan Bank Sumut Syari’ah, utamanya pada produk perjanjian
pembiayaan Serta analisis perjanjian pembiayaan yang ditinjau dari rukun dan syarat akad.
F. Metode Penelitian
Metode pendekatan yang dipergunkan adalah dengan metode yuridis normative yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti pustaka yang merupakan data sekunder seperti: Perundang-undangan literatur yang berhubungan dengan penyaluran pembiayaan pada Bank Syariah, khususnya pada Bank Sumut Syariah.
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini di lakukan di Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Kabupaten Langkat-Sumatra Utara yang beralamat di Jl. Besar
Stabat, dan Kantor Pusat yang beralamat di Jl, Imam Bonjol No. 18, Medan. Phone : (061) 4155100 – 4514100, Facsimile : (061) 4142937 – 4152652.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data primer. Data primer yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian, selanjutnya dianalisis secara kualitatif sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan. Dengan analisis kualilatif maka data yang diperoleh dari responden menghasilkan data deskriptif analisis, sehingga dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh.
Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari bahan hukum primer berupa seperti: (1) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan; dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Library Research (Penelitian Kepustakaan).
Metode ini penelitian dilaksanakan dengan cara mengambil dari sumber bacaan tertulis dari para sarjana, yakni berupa buku-buku atau bahan ilmiah yang menyangkut tentang penyaluran dana pembiayaan oleh Bank Syariah.
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara
melaksanakan observasi langsung pada Bank Sumut Syariah dan sekaligus mengadakan wawancara dengan staff perwakilan Bank Sumut Syariah Medan.
4. Analisa Data
Data sekunder dari bahan hukum primer disusun secara sistematis dan kemudian substansinya dianalisis secara yuridis (contens analysis) untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: Bab I PendahuluanPada Bab I ini yang kita bahas adalah: A. Latar Belakang Masalah, B. Pembatasan dan Perumusan Masalah, C. Tujuan dan Manfaat Penelitian, D. Kajian Pustaka, E. Metode
penelitian, F. Sistematika Penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka: A. Pengertian Perjanjian Secara Umum, B. Azas Perjanjian, C. Syarat dan Rukun Akad, D. Batalnya Perjanjian, E. Pengertian Pembiayaan, F. Prinsip Dasar Kegiatan Perbankan Syariah.
Bab III Gambaran Umum Tentang Bank Sumut Syariah, A. Pembahasan tentang Bank Sumut Syariah (a). Pendirian Bank Sumut
Syariah, (b). Modal Awal Bank Sumut Syariah, (c). Struktur
Kepengurusan Bank Sumut Syariah, dan (d). Kedudukan Bank Sumut Syariah di Sumatra Utara, B. Produk-Produk di Bank Sumut Syariah, C. Geografis Sumatera Utara
Bab IV Analisis Perjanjian Pembiayaan Bank Sumut Syariah, A. Ketentuan Umum dan Syarat Memperoleh Pembiayaan (Pembiayaan Murabahah, danPembiayaan Murabahah) B. Bentuk Perjanjian Pembiayaan pada Bank Sumut Syariah (Perjanjian
Pembiayaan Murabahah, dan Perjanjian Pembiayaan Mudharabah) C. Analisis Perjanjian Pembiayaan pada Bank SUMUT Syariah (Perjanjian Murabahah, dan Perjanjian Mudharabah
BAB V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran terhadap hasil penelitian.
PERJANJIAN PEMBIAYAAN
BANK SUMUT SYARIAH
(Studi Pada Cabang Pembantu Bank Sumut Syariah Stabat)
OLEH:
ANDRA MULIA FATWA
NIM: 203046101672
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDATULLAH JAKARTA
1429 H/2008 M
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN
A. Pengertian Perjanjian 1. Hukum Islam
Kata perikatan/perjanjian identik dengan kata akad (al-aqdu),
karena menurut bahasa, kata akad (al-aqdu) berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan. Hal ini diperkuat dengan alasan bahwa seringnya Al qur'an memakai kata ini dalam arti perikatan dan perjanjian. Seperti dalam firman Allah Swt bahwa memerintahkan kepada umat menusia agar senantiasa menepati janjinya, di dalam surat al-Maidah ayat 1 .
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu;.. ".
Dr. Abdul razak Ahmad al-Sanhuri mengatakan dalam
bukunya Nazhariyat al-Aqdi bahwa pengertian perjanjian lebih sempit dari sebuah kesepakatan. menurut beliau. "perjanjian adalah kesepakatan yang
dilakukan oleh dua pihak di dalam sehih obyek kegiatan ".7
Dalam ensiklopedi Islam dikatakan, sebagaimana yang dikutip oleh M. Ali hasan, bahwa akad adalah "pertalian ijab dan Kabul
7
Abdul Razak 'Ahmad al-Sanhuri. Nadzariyat al-Aqdi. (Beirut: Dar al-Fikr, t.th). h. 80
sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan
"8
Dalam Islam sebuah perjanjian sangat dihormati dan menepatinya, adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena sikap tersebut menunjukkan sikap sosok pribadi muslim yang baik.
Ada pepatah arab, yang dinukil oleh Sayyid Sabiq, yang mengatakan bahwa "Barang siapa yang bergaul dengan masyarakat, maka