• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rubrik Liputan Malam.

BAB IV : Citra Perempuan Dalam Media Massa Cetak ; Analisis Perempuan Di Majalah Popular Pada Rubrik Liputan Malam Edisi Januari –Februari 2008, Analisis Perempuan dalam media massa cetak, Penggambaran Citra perempuan di Rubrik Liputan Malam, Perempuan, gender dan kekuasaan laki-laki. BAB V : Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Perempuan

1. Citra Perempuan dan Media Massa

Perempuan dalam media massa sering dikatakan sebagai perempuannya lelaki, karena dalam realitas sosialnya perempuan selalu diibaratkan sosok yang lemah-lembut dan perayu. Sehingga pencitraan perempuan di media massa digambarkan sebagai pelengkap bagi laki-laki. Dalam dunia media massa keindahan perempuan dan kekaguman lelaki terhadap perempuan merupakan sebuah satu kesatuan yang utuh dimana, dengan modal kecantikan perempuan yang dikagumkan oleh laki-laki menjadi bahan inspirasi yang tak habis-habisnya bagi para pekerja seni dan juga tambang uang bagi kaum kapital.

Ketika perempuan menjadi simbol dalam seni-seni komersial, maka kekaguman-kekaguman terhadap perempuan itu berubah menjadi diskriminatif, dan tendensius, bahkan menjadi simbol-simbol dari kekuasaan laki-laki.13 keindahan perempuan menempatkannya dalam keadaan stereotype yang membawanya kedalam sifat-sifat dari keindahan perempuan tersebut.

Dalam media massa, perempuan dituntut untuk tampil cantik dan seksi, yang kemudian peranan perempuan terlihat sebagai orang yang

pandai memasak, pandai mengurus rumah tangga, tampil prima untuk melayani suami, cerdas serta sumber pengetahuan bagi keluarga. Streotipe ini yang menjadi ide dan citra sekaligus sumber ekploitasi perempuan di berbagai media massa.14

Media massa menurut aliran kritis dijadikan sarana atau alat legitimasi kekuasaan yang bersifat ekonomis sehingga sulit dibedakan dengan kekuatan politis, sebagai mana pendapat Sindhunata berikut,

‘…Mana kekuasaan politik, mana kekuasaan ekonomi, sulit dibedakan pada saat itu, sering kali untuk melebarkan kekuasaan ekonomi dipakai sarana-sarana terror secara politik, diperlukan penghisapan ekonomi dengan cara menciptakan kebutuhan-kebutuhan artivisual lewat kepandaian teknologi…’15

2. Citra Ideal Perempuan

Citra adalah sebuah konsep yang mempunyai sejarahnya sendiri, dan dibentuk oleh beragam budaya. Citra merupakan hasil dari persepsi tentang suatu realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas yang ada citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. 16 Di lain pihak citra sebagai sebuah kategori di dalam relasi simbolik diantara manusia dan objek, yang membutuhkan aktualisasi dirinya kedalam dunia realitas, termasuk dunia gaya hidup17.

! " # " $% & " '( ) * " $+ " + $% * " , * + -./ 0 / ! " # ) .

Thomas W. J. Mitchel, membedakan beberapa kelas citra berikut : (1) Citra Grafis, (2) Citra optikal, (3) Citra Perseptual, (4) Citra Mental, dan (5) Citra Verbal. Cita menurut Mitchel menjelaskan pada tingkat ontology.

Citra grafis, adalah citra yang dibentuk oleh elemen-elemen visual yang kongkret di dalam ruang dan waktu ( garis, bentuk, bidang, warna, tekstur), seperti gambar, patung, arsitektur. Citra optic adalah citra refleksi dari sebuah objek yang kongkret pada sebuah cermin, elemen-elemen visualnya tidak menempati ruang-waktu yang kongkret.

Citra Perseptual, adalah penampakan visual sebuah objek sebagaimana ia hadir dalam pikiran seseorang. Elemen-elemen yang hadir di dalam ruang waktu yang kongkret, seperti mimpi, memori, ide, fantasi. Citra verbal adalah, elemen-elemen yang bersifat linguistic, yaitu gambaran atau lukisan yang hadir ketika bahasa verbal digunakan, baik dalam bentuk deskripsi maupun metafora.18

Edmund Burke Feldman menjelaskan “…citra dalam relasinya yang sepesifik dengan dunia objek atau benda (things)..”. Perbincangan mengenai citra dalam kaitannya dengan dunia objek, berarti membicarakan relasi yang khusus antara citra dan objek. Citra terbentuk dari elemen-elemen visual objek yang disebut citra visual.19

Menurut Feldmen, citra dibentuk dan dilihat citra dapat dilihat dari suatu benda bukan dari benda secara langsung. Sensasi cahaya pada retina

($ .

ditransmisikan sebagai implus energi pada otak yang secara simultan menerjemahkan kedalam entitas bermakna yang disebut citra. Proses optik terjadi di mata diteruskan ke otak melalui mekanisme persepsi, yang di dalamnya terjadi proses pemaknaan. Sebuah sensasi objek diinterpretasikan di dalam otak dengan cara tertentu.20

Gillez Deleize, di dalam cinema : The Movement Image menjelaskan tipologi citra bergerak atau gambar disebut citra gerak (the Movement Image). Citra gerak ini adalah system relay, yang mengonversi gerak-gerak eksternal di dunia realitas kedalam gerak di dalam media dan di dalam persepsi orang yang melihatnya. Ada tiga citra gerak, yaitu 1. persepsi (perception image), yaitu :

1) citra yang diterima oleh retina dan diteruskan ke otak, yang di dalamnya terjadi proses pembingkaian (framing), yaitu citra yang diambil (inclusion) tetapi ada yang dibuang (exclusion), 2) citra tindakan (action- image), yaitu citra perceptual yang konversi lebih jauh lagi kedalam pelbagai tindakan yang mengikutinya. 3) citra afeksi (affection image), yaitu bagaimana citra disaring itu mendorong aktivitas afeksi, seperti emosi.

Citra adalah sebuah konsep yang terus berkembang (ideas in Progress). Yang mengalami banyak perubahan dan perkembangan seiring dari perkembangan teknologi dan informasi abad ini.

Perempuan adalah pencerminan sebuah identitas yang asli yang bisa didasarkan pada biologi ataupun budaya. Banyak yang mengatakan

budaya perempuan lebih bersifat cultural dan linguistic dari pada biologis. Meski bagian itu merupakan hanya penanda bahwa dia adalah perempuan. Karya Daly (1987) Gyn/Ecologi “…yang menghubungkan perempuan dengan alam, menekankan penindasan material dan psikologis perempuan, serta merayakan sebuah budaya perempuan yang khas…” 21

Dalam argumen yang dikemukakan oleh Daly di atas, Daly mencoba mengkaji perempuan dari sisi kebudayaannya yang telah terbangun atas dasar cultural dalam masyarakat. dalam konteks ini perempuan lebih diibaratkan pada sebuah etika pengasuhan. Perempuan dalam hal ini didorong oleh alasan-alasan budaya.

“…Wanita tidak hanya melihat diri mereka sebagaimana pria melihat mereka, tetapi didorong untuk menikmati sexualitas mereka melalui mata pria…”.22

Janes Winship dalam tulisannya” Sexuality For sale” (1980) dalam tulisan ini wiship membongkar relasi-relasi yang berhubungan dengan ideologi gender dan kapitalisme yang terjadi dalam pencitraan perempuan baik di iklan televisi maupun majalah-majalah.

Pencitraan perempuan tidak saja terjadi karena buatan media massa saja tapi didorong juga atas dasar fenomena citra wanita yang akhir-akhir ini semakin marak ditonjolkan baik dalam iklan maupun dalam majalah-majalah, pencitraan itu terjadi tatkala adanya berbagai macam

1 + 2 % 3 " "

4 - .

5 2 52 " & " '

+-perfektif yang terjadi dikalangan masyarakat. Yang merupakan bentuk penjelasan tentang representasi perempuan di media massa.

Citra Perempuan dalam majalah menurut Karen Johnson dan Ferguson, “…citra perempuan dalam media massa adalah cermin “wanita” namun disayangkan cermin tersebut bukan saja menggambarkan dunia perempuan malahan menggambarkan kehidupan yang tidak realistis atau kehidupan yang berdasarkan dengan mimpi..”.

Citra ideal yang terus menerus dikonstruksi dan ditanamkan serta disosialisasikan lewat/oleh media ini perlahan tapi pasti telah merubah standar budaya mengenai kecantikan perempuan yang mengendap dari kesadaran.23 Citra ideal perempuan dalam media massa seringkali digambarkan perempuan harus cantik, seksi, mulus, dan lembut. Sehingga banyak dari wanita yang berada di media massa yang takut akan kegemukan.

Johnson dan Ferguson (1990), “…Wanita perlu belajar untuk menerima ukuran bodi mereka yang normal untuk melawan citra ideal perempuan langsing yang dipromosikan oleh budaya dan media massa...”24

Maksud dari pernyataan Johnson dan Ferguson (1990), ciri wanita ideal yang terus diperkenalkan oleh media massa, merupakan bentuk dari ideologi gender dan kapitalisme yang menjadikan perempuan sebagai objek dari media massa dan sekaligus barang komoditas yang menghasilkan uang bagi para pemilik modal atau budaya capital. Karena

5 2 52 " & " )

dengan kemulusan perempuanlah sumber inspirasi yang tak habis-habisnya bagi pecinta seni.

Secara spesifik, Stereotipe pencitraan perempuan dalam media massa, menurut tomagola25 dapat dikategorikan dalam iklan sebagai citra pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra pergaulan.

a. Citra pigura, banyak dari media massa menekankan pentingnya perempuan untuk tampil memikat dengan mempertegas sifat kewanitaannya secara biologis, seperti memiliki waktu menstruasi, memiliki rambut panjang,. Pencitraan perempuan dengan citra perempuan seperti ini ditekankan lagi dengan menebarkan isu “natural anomy” bahwa umur perempuan, ketuaan perempuan sebagai momok yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan.

b. Cita pilar, perempuan digambarkan sebagai tulang punggung keluarga. Perempuan sederajat dengan laki-laki, namun karena kodrat perempuan berbeda dengan laki-laki maka diberi tanggung jawab yang besar terhadap rumah tangga. Secara lebih luas dalam pencitraan ini perempuan ditakdirkan untuk lebih bertanggung jawab kepada pekerjaan domestik.

c. Citra pinggan, dalam citra ini perempuan digambarkan sebagai sosok yang tidak lepas dengan dapur. Walau sehebat apapun perempuan namun dapur adalah dunianya perempuan.

d. Citra pergaulan, citra ini diatandai dengan pergaulan perempuan untuk memasuki kelas-kelas tertentu dengan penampilan yang menarik, menawan dan anggun.

Pencitaan perempuan di atas tidak saja dipandang sebagai objek namun dapat juga dilihat sebagai subjek pergulatan perempuan dalam menempatkan dirinya di media massa, terkadang mereka lupa bahwa diri mereka telah diekploitasi oleh media kapitalis demi merauk sebuah keuntungan besar.

3. Kekuasaan Laki-laki atas Perempuan Di Media Massa

Secara global struktur muatan pemberitaan media massa pada umumnya belum seimbang merespon kepentingan perempuan, kebanyakan dari media massa pemberitaannya hanya di wilayah laki-laki. Contohnya dalam politik, ekonomi, olah raga dll. Yang kesemuanya memberitakan tentang peranan laki-laki. Kalaupun ada pemberitaan mengenai perempuan itu hanya sebagian kecil.

Belum lagi pemaknaan dalam media massa juga tidak seimbang. Ketika pemberitaan media massa menyangkut soal laki-laki maka laki-laki tersebut digambarkan sebagai sosok orang yang selalu menjadi pahlawan. Namun ketika pemberitaan media massa menyangkut soal perempuan maka perempuan tersebut sebagai pelengkap yang hanya melengkapi kebutuhan laki-laki.

Model pemberitaan media massa yang di dominasi oleh laki-laki, itu menunjukan bahwa media massa merekonstruksi realitas sosial di mana laki-laki sangat mendominasi media massa. Dalam keseharian media

massa menggambarkan pemberitaan mengenai perempuan sebagai konsumsi laki-laki. maka pemberitaan perempuan dalam media massa adalah bentuk kerelaan perempuan atas kekuasaan laki-laki.26

Kekuasaan Lelaki atas perempuan di media massa dapat diambil contohnya pada pemberitaan di majalah-majalah. Pada pemberitaan harian Kompas tanggal 7 Mei 2002. peristiwa yang diangkat oleh harian tersebut adalah pelepasan tokoh prodemokrasi Myanmar, Aung san Suu Kyi oleh kalangan penguasa militer. Kompas menggunakan judul besar : Suu Kyi Dibebaskan. Dalam harian kompas ini tidak diberitakan perjuangan seorang perempuan yang prodemokrasi secara mendalam, mereka hanya membicarakan sekelumit kecil dari kisah perjuangannya. Sehingga pembaca tidak bisa diajak untuk beropini. Ini terlihat sekali kekuasaan yang terjadi atas lelaki terhadap perempuan yang seakan media massa ini milik publik laki-laki.27

Dalam contoh diatas sudah sangat jelas model pemberitaan media massa di dominasi oleh public laki-laki, ini menunjukan bahwa media massa merekontruksi realitas sosial dimana kekuasaan laki-laki selalu mendominasi di dalam kehidupan publik.

B. Media Massa 1. Majalah

)$ )

Menurut Djafar’ H.. Assegaf, “ majalah adalah publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel- artikel dari berbagai penulis’28.

Menurut kurniawan Djubaedhi, “ majalah adalah penerbitan pers berkala yang memuat bermacam-macam tulisan yangdihiasi maupun foto-foto.29

Dari penjelasan diatas dapat penulis pahami, pengertian dari majalah adalah sebuah publikasi atau terbitan berkala yang dihiasi dengan tulisa-tulisan dan dilengkapi foto-foto yang tujuannya untuk menarik minat pembaca untuk membacanya.

Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian, bahwa Majalah popular termasuk majalah yang diterbitkan sebulan sekali dengan berisikan bermacam-macam tulisan dengan disertakan ilustrasi berupa foto-foto.

Untuk pembagian jenis majalah, kurniawan Djunaedhi menjelaskan bahwa majalah di bedakan kedalam dua Jenis , yaitu :

a. Majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangan –karangan politik, kebudayaan, fiksi, karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur , gambar-gambar, olah raga, film, seni, dan lain-lain.

b. Majalah Khusus, yakni majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus, seperti majalah wanita,

( #, 80 ! /++ 0 + + $ $

9 9 & 5 + '( .

' 9 : + ; $ + 5 + $% & " $ +

majalah keluarga, majalah Humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerita pendek, dan lain-lain.30

Dalam pengertian di atas, dapat penulis pahami bahwa untuk jenis majalah bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yakni ada majalah umum dan majalah khusus. Majalah umum adalah majalah yang berisikan sebuah informasi yang bersifat umum sedangkan majalah khusus adalah majalah yang berisikan sebuah nformasi yang bersifat khusus.

Jika dikaitkan dengan penelitian yang penulis teliti pada masalah pokok penelitian ini, maka majalah popular termasuk kedalam jenis majalah khusus. Karena majalah popular adalah majalah yang memuat karangan-karangan yang bersifat menghibur dan di khususkan sebagai majalah untuk laki-laki. Sebagai media informasi, dalam majalah popular tersebut, memang di set sebagai majalah untuk pria dewasa yang banyak menampilkan wanita-wanita cantik dan seksi pada setiap pemberitaanya.

Mengenai keunggulan dan kelemahan majalah, dalam buku stategi pemasaran di jelaskan :

Keunggulan majalah adalah :

a. Menjangkau segmen pasar tertentu yang spesifik yang terspesialisasi secara demografis atau geografis,

b. Terpercaya

c. Mampu mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan.

d. Kualitas produksi yang sangat bagus.

52

e. Masa edar yang sangat panjang dan biasanya dikoleksi. f. Pembaca ganda banyak.

g. Kualitas visual sangat bagus karena dicetak yang bermutu tinggi. h. Dapat digunakan sebagai media khusus dan sales promoter.

Kelemahan majalah antara lain :

a. Pemesanan tempat iklan di majalah harus jauh –jauh hari dan tempat – tempat tertentu di majalah kadang-kadang susah dikontrak untuk jangka waktu yang lama.

b. Waktu edar sangat lamban. c. Biayanya mahal.31

Dari penajabaran keunggulan dan kekurangan majalah diatas, disini dapat penulis pahami bahwa majalah lebih memiliki keunggulannya dibandingkan dengan kelemahannya. Keunggulan majalah adalah majalah bisa menjangkau segmen pasar tertentu dan terspesialisasi secara demigrafis dan geografis, terpercaya, mampu mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah bersangkutan, kualitas produksi sangat bagus, masa edar sangat panjang dan biasanya dikoleksi , pembaca ganda banyak, kualitas visual sangat bagus karena dicetak dengan kualitas kertas yang bermutu, dapat digunakan sebagau media khusus dan promotion. Kekurangan dari majalah adalah pemesanan tempat iklan di majalah harus jauh-jauh hari dan

= - %, ; $ " + + ; 2 /

tempat-tempat tertentu dimajalah kadang-kadang susah dikontrak untuk jangka waktu yang lama, waktu edar sangat lamban, biayanya mahal.

Jika dikaitkan dengan pokok penelitian, majalah popilar sebagai media informasi dan hiburan memiliki keunggulan seperti menjangakau segmen pasar yang spesifik dan terspesialisasi secara demografis dan geologis karena segmen yang dituju adalah pria dewasa. Karena segmen pemasaran dari majalah popular adalah majalah yang dikhususkan untuk majalah pria dewasa.

Majalah sebagai media Hiburan • Struktur isi majalah

Struktur menurut kamus besar bahasa indionesia (KBBI) 1. Cara sesuatu disusun atau dibangun ; susunan; bangunan 2.yang disusun dengan pola tertentu.32

Kemudian menurut Ensiklopedia, struktur adalah system hubungan dalam bangunan suatu keseluruhan”.33

Dari pengertian di atas, penulis memahami kedua pengertian diatas bahwa,struktur adalah suatu system yang berada dalam majalah yang saling berhubungan dan memperlihatkan cara sesuatu yang disusun atau dibangun dengan pola tertentu.

Menurut sedia willing barus berpendapat mengenai bahwa struktur berita bahwa:

/ " + + 2 + + 5 + 5

$ + '

Struktur piramida terbalik dianggap lebih cocok dank has untuk penulisan berita. Apa yang dimaksud dengan piramida terbalik tersebut? Jawabannya adalah suatu bentuk penulisan berita yang memperioritaskan pemuatan informasi yang penting di depan, yang agak penting kemudian dan terakhir kuarang penting. Ada bebarapa tujuan dari penulisan piramida terbalik, terutama ialah agar memudahkan pembaca mengetahui isi atau pokok berita dari situasi terburu-buru atau cepat.34

Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan dalam penelitian, penulis menyimpulkan bahwa majalah popular sudah memenuhi criteria struktur berita pada suatu majalah dengan menggunakan struktur piramida terbalik, hal ini bisa dilihat dari penempatan rubric yang dilakukan oleh majalah popular karena point-point berada di halaman- halaman depan lalu disusul dengan rubric yang dianggap kurang penting di halaman belakang.

Cover sampul Majalah

Kurniawan Junaedhie menjelaskan, cover adalah :

Lembaran kertas paling luar bagian depan belakang atau sering disebut kulit buku pada media cetak. Biasanya lebih tebal dari kertas isi. Dibuat berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian pembaca. Karena orang tidak membaca seluruh dari isinya pada saat membeli maka peranan cover

@ + + $ , $ + " + 1>

sering dianggap menampilkan citra dan karakter perusahaan bersangkutan.35

Dari pendapat diatas penulis pahami bahwa cover adalah kertas paling luar bagian depan dan belakang, di buat berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa sehingga pembaca tertarik dan memahami isi dari majalah.

Sedangkan menurut William L.Rivers:

Some editors think first of the cover, or warp, of their magazine, because it can attack or repel prospective readers. Some editors do not tie their covers to any particular article inside.

Most magazine, hoeever, do give as much attention to the cover also the articles inside, because it acts as akind of banner to attract the reader’seye.36

Penulis menerjemahkan : beberapa redaktur memikirkan cover terlebih dahulu dari majalah mereka, karena dapat menarik minat prospektif pembaca. Beberapa redaktur tidak mengikat covernya terhadap artikel khusus di dalamnya.

Kebanyakan dari majalah, walau demikian member banyak atensi atau perhatian pada cover, seperti juga pada artikel, karena bertindak sebagai suatu barner yang dapat menarik pandangan para pembaca.

Penulis memahaminya bahwa cover lebih dahulu di utamakan oleh penerbitan atau redaksi redaksi majalah. Cover dapat menarik prospek pembaca. Cover tidak terikat pada artikel khusus dan cover merupakan suatu banner yang dapat menarik pandangan pembaca.

9 #, : + ; $ + 5 + $% & " $ + < " ''

) @ " A * ? + 3 : 5 % B( + % + +

Jika dikaitkan dengan permasalahn penelitian , penulis dapat menyimpulkan cover dari majalah popular kertas bagian depan dan belakang yang berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa utnuk menarik minat pembaca. Namun pada majalah popular, biasanya untuk menentukan cover, pihak redaksi terkadang menggunakan cara sayembara untuk menentukan cover dari majalah popular.

• Judul

Menurut dendi sudiana, “ judul merupakan suatu unsure cetak terpenting dalam persaingan untuk menarik perhatian para pembaca. Dengan membaca judul yang dibuat sedemikian rupa akan memungkinkan perhatian lebih jauh ketika mereka melihatnya.37

Dari pendapat diatas dapat penulis pahami bahwa , pemberian judul pada majalah merupakan unsure yang sangat penting untuk menarik minat para pembaca.

Dendi sudiana menjelaskan kembali, judul merupakan hal yang sangat penting dalam persaingan usaha media untuk menarik perhatian pembaca. Dalam suatu pengertian umum, judul melayani dwi fungsi (1) Secara ringkas dan langsung menyarankkan isi pesan. (2) menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentinagn dasar pembaca setelah menyajikan pesan sumber.38

. # + " + $ 1 * " ,

-'()

Jika dikaitkan dengan permasalahan pokok penelitian , bahwa judul merupakan unsure penting bagi majalah popular terletak pada pemberian judul di majalah pada setiap rubric yang terdapat di majalah tersebut. Agar para pembaca dari majalah popular bisa mengetahui maksud dari isi pesan dan memutuskan informasi mana yang akan dibaca. Kemudian pada seriap judul dari rubric-rubrik yang terdapat pada majalh popular, diberikan macam-macam warna pada setiap kata. Yang tuajuannya adalah untuk menarik pembaca dan terlihat lebih glamor. Karena majalah popular adalah majalah hiburan yang semen dari pemasarannya adalah para eksekutif muda yang sednag membutuhkan hiburan.

Warna

Dendi sudiana berpendapat mengenai warna adalah :

Pada dasarnya warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari objek kemata manusia. Peranan warna yang paling utama adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan merangsang mata manusia sehingga menimbulkan getaran-getaran elektrmagnetik yang membangkitkan emosinya.39

Penerapan warna dalam tujuan komunikasi adalah :

1) Untuk mengidentifikasii ; penggunaan warna sebagai lambing atau tanda-tanda yang kadang-kadang tidak berlaku universal karena terdapat berbagai budaya.

2) Untuk menarik perhatian : jumlah orang yang memperhatikan suatu pesan yang tercetak meningkat dengan pembenahan warna. 3) Untuk menimbulkan pengaruh psikologis : warna-warna yang

mempengaruhi pesan tercetak harus sesuai dengan suasana keseluruhan isi pesan.

4) Untuk megembangkan asosiasi : bagi oirang awam untuk mempertalikan warna-warna tertentu dengan produk-produk tertentu. Tidak sedikit asosiasi yang bersifat umum segingga tidak meragukan lagi. Suatu riset , bagaimanapun, dapat dilakukan sebelum pemilihan warna. Pertimbangan pribadi tidak selalu diandalkan.

5) Untuk membangun ketahanan minat ; ketika memaparkan sesuatu, tidak jarang kita merujuk pada warnanya. Hal ini disebabkan karena warna mengandung nilai kenangan yang tertinggi.

6) Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan : pembubuhan warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikasi . tetapi keadaan tersebut tidak dikembangkan menjadi minat, pembaca tidak akan sibuk meluangkan bagi penyerapan isi pesan.40

Dokumen terkait