ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP CITRA
PEREMPUAN
DI Rubrik “LIPUTAN MALAM” MAJALAH
POPULAR EDISI JANUARI_MARET 2008
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Pipit Permatasari
NIM 104051101953
KONSETRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP CITRA
PEREMPUAN DI Rubrik “LIPUTAN MALAM”
MAJALAH POPULAR EDISI JANUARI_MARET 2008
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I.)
Oleh
Pipit Permatasari
NIM 104051101953
Pembimbing
Dra. Armawati Arbi, M.Si
NIP 150246288
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli pribadi penulis sendiri yang
diajukan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Adapun semua sumber-sumber yang dipakai untuk menunjang penelitian
ini telah penulis cantumkan sesuai dengan pedoman penulisan skripsi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dan jika di kemudian hari hasil penelitian yang penulis buat ini ternyata
hasil dari jiplakan, maka penulis siap untuk di peninjauan kembali dan
diberikan sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 September 2008
ABSTRAK
Analisis Semiotika Terhadap Citra Perempuan Di Rubrik “Liputan Malam” Majalah popular Edisi Januari_Maret 2008
(Pipit Permatasari)
Perempuan dalam media massa masih menimbulkan polemik yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para pengkaji study tentang gender. di dalam media massa keberadaan perempuan masih patut dipertanyakan. Apakah posisinya sebagai subjek atau sebagai objek. Dalam hal ini media massa dapat dikatakan sebagai cerminan dari kehidupan sosial di masyarakat. dalam kehidupan bermasyarakat posisi perempuan bisa dikatakan orang kedua dibandingkan laki-laki, budaya patriarki yang masih sangat dominan sehingga setiap keputusan berada di tangan laki-laki. perempuan tidak diberi tanggung jawab untuk memberikan keputusan. Namun ketika kita menganalisa hampir di setiap media massa selalu menampilkan perempuan dalam setiap pemberitaannya. Seakan-akan perempuan mendominasi di dunia media. Namun patut disayangkan dengan kehadiran perempuan di media massa, perempuan seakan dijadikan objek kenikmatan bagi orang yang menikmati dan bahan inspirasi bagi para pekerja seni. Dengan kemulusan dan kecantikan yang dimiliki perempuan menjadi pertanyaan seperti apa citra yang dibentuk media massa dalam hal ini majalah popular terhadap perempuan.
Sehingga dari dasar permasalahan di atas penulis menyimpulkan ada dua hal yang patut penulis pertanyakan tentang pencitraan perempuan di media massa. Maka dari sini timbul dua permasalahan yaitu sejauh mana majalah popular memandang sosok perempuan? Dan bagaimana pencitraan perempuan ditampilakan dalam media massa dalam hal ini di rubrik liputan malam?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes dengan teori signifikasi dua tahap sebagai pisau dalam menganalisis teks dengan melihat dari segi makna denotasi, makna konotasi, dan mitos.
Dengan menggunakan analisis semiotikanya Roland Barthes maka dapat diketahui seperti apa citra yang dibentuk media massa dalam hal ini di rubrik liputan malam majalah popular dalam memberitakan seputar perempuan.
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirrohiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
melimpahkan rahmat, taufiq, dan inayah-Nya kepada kita, karena Ridho yang
telah diberikan-Nya Sehingga penulis dapat menempuh jenjang akhir dalam
pendidikan sampai saat ini, atas izin-Nya pula lah sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I).
Shalawat serta salam semoga dapat tercurahkan kepada revolusioner besar
baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa membawa cahaya dan
rahmat seru sekalian alam.
Kini tiba saat dinanti-nanti, sebuah perjalanan yang panjang penulis lalui
dengan suka dan duka, pahit dan getir sebuah perjuangan hidup. dengan tertatih–
tatih dan dengan ketulusan dari orang-orang yang telah mendoakan dan mensuport
penulis baik dorongan doa maupun materi. Dan pada akhirnya telah sampailah
pada puncak dimana penulis akan melaporkan semua ilmu yang di dapat dalam
berbentuk sebuah karya ilmiah.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan
hambatan yang dihadapi, namun karena dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak, penulis tidak akan pernah bisa menulis karya ini dengan baik. Semua itu
tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini
pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan rasa terimakasih yang
sedalam-dalamnya dan tiada terhingga karena atas bantuan dan bimbingan serta
arahannya yang diberikan kepada:
1. Dr. Murodi M. A. selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
2. Dr. Arief Subhan M.A. Selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Drs. Mahmud Jalal. Selaku pembantu Dekan Bidang Adminitrasi
4. Drs. Study Rizal LK. MA. Selaku Pembantu dekan Bidang
Kemahasiswaan.
5. Drs. Suhaimi, M. Si. Selaku ketua Konsentrasi Jurnalistik,
6. Drs. Armawati Arbi, M. Si. Selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan pemikiran dan kesabaranya kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Di tengah kesibukanya ibu adalah sosok perempuan yang
hebat.
7. Para dosen, dan karyawan beserta Staf tata Usaha Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang telah rela mengurusi kami para mahasiswa.
8. Mas Buyung selaku pimpinan redaksi majalah Popular yang telah rela
memberikan waktu dan kesabarannya untuk menerima penulis.
9. Kakak-kakak ku yang amat aku sayangi dan amat aku cintai, Maya Puspita
Dewi, Tedi Supriyadi, Maria Norma Yanti, Aris Munandar Mpd, serta
kakak-kakak ipar ku yang juga memilliki andil yang besar dalam
kesuksesan penulis, Ecep mansyur syah, Ir ali mahmudi, Eli, dan Aci.
yang dengan perhatian agar penulis tidak terlena pada organisasi adik ku
Reni Nur Anggraini, keponakan-keponakan ku yang lucu. Dengan
melanda.. Nenek-ku tercinta serta om dan tante dan saudara-saudaraku
terimakasih yang selalu mendoakan agar penulis cepat selesai kuliahnya.
10.Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat (HMI Cab
Ciputat). Penulis mengucapkan terimaksih semoga kebersamaan kita dan
tali silaturahmi kita tak akan pernah putus.
11.Terima kasih kepada seluruh ketua-ketua komisariat Angkatan 2007-2008.
semoga kita tetap kompak dalam idealisme HMI. Untuk kakak terbaiku,
Ahmad Ru’yat, Yayat Rosidi. Abdul Rasyid, Ihdi Makin Ara, Toni
Sultoni, Ratna, Sufir, Sifa., Risa, Suryani, Janah yang telah memberikan
pengalaman hidup yang tiada tara. Terimakasihku dan maafkan atas segala
kesalahan yang peneulis pernah lakukan.
12.Ibu kostan ku terimakasih ya bu.
13.Teruntuk seseorang yang telah hadir dan mengisi kebahagiaan penulis.
Adin Solehuddin terimakasih telah memberikan arahan kepada penulis.
14.Kepada Kedua orang tuaku yang telah rela memberikan kasih sayang dan
rasa kepercayaan yang tiada tara, dan tak akan pernah dapat penulis balas
dengan harta sekalipun. Untuk Bapak, Mamahku persembahkan skripsi
ini sebagai wujud rasa terimakasih ku yang tiada tara, serta doa yang dapat
penulis berikan semoga bapak di sana mendapatkan kebahagiaan dalam
kasih Allah SWT. Trimakasih kuucapkan.
Akhirnya, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu
Semoga Allah membalas-Nya. Terimakasih atas segalanya dan mohon
maaf apabila ada kesalahan. Bilahi Taufiq Wal Hidayah Wasalamualaikum
Wr. Wb. Yakin usaha sampai dalam segala apapun (YAKUSA)
Jakarta, September 2008
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii
C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, ... 7
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian, Perempuan... 13
1. Citra Perempuan dan Media Massa, ... 13
2. Citra Ideal Perempuan. ... 14
3. Kekuasaan Laki-laki atas Perempuan di Media Massa ... 19
B. Media Massa ... 21
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MAJALAH POPULAR A. Sejarah Singkat Majalah Popular ... 42
1. Susunan Redaksi Majalah Popular ... 47
B. Rubrik Liputan Malam ... 50
C. Bentuk Fisik Majalah Popular ... 51
BAB IV ANALISIS PEREMPUAN DI MAJALAH POPULAR PADA Rubrik “LIPUTAN MALAM” EDISI JANUARI_MARET 2008
A. Semiotika Terhadap Majalah ... 52
1....B
entuk Rubrik Liputan malam ... 52
2...A
nalissis Semiotika Rubrik Liputan Malam ... 73
B. Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan Malam Edisi
Januari Sampai dengan Maret 2008 ... 100
C. Tabel Analisis Pencitraan Perempuan dalam Rubrik Liputan
Malam Pada Majalah Popular edisi Januari_Maret 2008 ... 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 103
B. Saran-Saran ... 110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perempuan dalam media massa telah menoreh perhatian yang khusus
bagi para pengkaji studi. Ketika itu media barat menentukan bahwa wanita
yang ideal adalah wanita yang pasif. Yang berada hanya di ruang domestik
saja dan berpenampilan menarik, yang telah dikukuhkan di mana peran antara
laki-laki dan perempuan sudah sangat jelas bedanya.
Dalam budaya patriarki, perempuan hanya diwajibkan mengurusi
rumah tangga. Belum lagi banyak dari rangkaian studi yang menggambarkan
perempuan hanya sebagai objek kenikmatan seksual yang ditujukan kepada
konsumen pria.
Menurut Rosalind Cowand “ menulis bagaimana foto fashion di
majalah-majalah wanita telah berubah dari mulai foto senyum yang berusaha
menyenangkan orang kepada model tanpa senyum, menantang (untuk
ditundukan) ala fotografi kontemporer yang menunjukan kesamaan dengan
apa yang dilihatnya dalam pornografi.1
Pergeseran terjadi ketika dalam majalah wanita tersebut hanya
menampilkan senyuman saja dibandingkan dengan majalah yang
menampilkan sosok perempuan yang tanpa senyuman lalu diarahkan gaya
sesuai dengan keinginan fotografer. Maka di situlah letak perbedaannya. Yang
terjual oleh perempuan di media massa adalah daya kesensualanya.
1
Ini terlihat sangat jelas ketika perempuan yang ditampilkan sebagai
objek seksual telah hilang diperedaran, maka tidak akan terlaksananya proyek
desakralisasi seks yang dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang
konsumtif yang boros dan mengejar kepuasan.
Dalam kenyataannya, perempuan sering kali diposisikan lemah dan
dilemahkan sehingga tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Pelemahan
perempuan tersebut membuat perempuan terkadang tidak bisa mengontrol diri
dan lingkungannya, perempuan tidak diberikan ruang gerak banyak untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan baik itu menyangkut
dirinya maupun lingkungannya. Terkadang kelemahannya itu dapat
menyudutkan kaum perempuan dalam segi ekonomi, social, dan politik yang
terkadang perempuan merasa terpinggirkan.
Belum lagi budaya patriarki yang sudah menjadi mitos yang
memandang kodrat perempuan selalu berada di bawah laki-laki atau dengan
kata lain perempuan berada di bawah kekuasaan laki-laki.
Menurut A. Ninuk, ia menjelaskan “…Laki-laki diakui dan
dikukuhkan untuk menguasai perempuan. Yang hubungan diantara keduanya
merupakan proses pembelajaran dari budaya patriarki…” 2
Dari penjelasan Ninuk di atas dapat penulis pahami bahwa sistem atau
mitos tentang perempuan dan laki-laki dalam hubungan sosialnya di
masyarakat yang selalu dinomerduakan merupakan hasil dari interaksi atau
proses dari sosialisasi masyarakat yang telah terbentuk sejak dahulu. Di mana
masyarakat sangat menganggap laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan.
2
Budaya patriarki ini terus meluas ke segala aspek baik politik, ekonomi
maupun kehidupan sosial lainnya.
Adapun fungsi dari media massa di sini adalah media massa sebagai
penyampai informasi dan hiburan. Dalam kaitannya dengan hiburan, media
massa banyak menggunakan perempuan dalam segi penjualan produknya,
selain itu juga media massa menggunakan perempuan hanya untuk mencari
keuntungan saja.
Banyak dari para pecinta seni menggunakan perempuan untuk
dijadikan sumber inspirasi dalam kreatifitas. Dapat kita lihat, ketika
karya-karya seni kreatif seperti iklan dan pemberitaan-pemberitaan tentang
perempuan menjadi konsumsi masyarakat, maka posisi perempuan sangat
dilematis. Dengan kecantikan dan kemulusannya perempuan sangat potensial
untuk dikomersilkan. Karena perempuan merupakan bahan inspirasi dan juga
tambang uang yang tak habis-habisnya.
Menurut Priyo, dalam pemberitaan tentang masalah perempuan,
perempuan dapat dikatakan sebagai makhluk penggoda yang menyebabkan
laki-laki bisa saja melakukan perbuatan jahat misalnya melakukan pelecehan
dan tindakan kekerasan seks.3
Banyak dari media massa demi meraup keuntungan dan eksisnya sebuah
majalah menjadikan perempuan sebagai produk dalam setiap kemasannya
dengan alasan perempuan sebagai “selling point” “penjualan” yang artinya
perempuan di sana dapat digambarkan hanya sebagai objek. yang fungsinya
hanya sebagai pemuas atau penghibur para pencari hiburan.
3
Eksploitasi pencitraan perempuan di media massa bukan saja karena
kerelaan perempuan, namun juga karena kebutuhan kelas sosial itu sendiri,
sehingga mau ataupun tidak kehadiran perempuan menjadi sebuah kebutuhan
dalam kelas sosial tersebut. Sayangnya kehadiran perempuan menjadi bagian
dari refleksi dari realitas sosial masyarakatnya. Bahwa perempuan selalu
menjadi subordinat laki-laki. Karena tetap saja perempuan di media massa
adalah perempuannya laki-laki.
Keterwakilan perempuan di media massa memang tidak sangat
menguntungkan dalam segi posisi, namun ketika menyangkut dengan
pembagian kerja atau ekonomi posisi perempuan sangat dilematis untuk
memilih. Terkadang perempuan tanpa menyadari kalau dirinya sudah
terekploitasi dan mengekpoitasi, karena menganggap bahwa itu adalah
tuntutan peran.
Dalam hubungan sosial misalnya, pola hubungan perempuan dan laki-laki
sudah sangat jelas perbedaannya. Posisi perempuan selalu ditempatkan pada
posisi “wengking”, ”orang terbelakang”, Subordinasi”, perempuan yang selalu
kalah, namun sebagai “pemuas “pria, pelengkap dunia pria. Hal-hal inilah
yang direkontruksi dalam media massa.4
Paradigma ini yang kemudian menjadi sorotan oleh Lorna Lorth, seorang
konsultan pendidikan dan komunikasi lintas budaya dari universitas
Concordia, Roth ingin menjelaskan bagaimana media mengkostruk sebuah
produk tersebut agar bisa diubah menjadi barang komoditi, yaitu barang yang
memiliki nilai tukar sehingga bisa dijual, yang kemudian ada tahap apropiasi
4
dimana suatu barang akan sampai ke tangan orang, sejauh itu masuk dalam
market. 5
Di sini terlihat sangat jelas Roth menggambarkan pencitraan
perempuan dimedia massa sebagai sosok yang tampil cantik anggun dan
menawan yang dikemas sebagai produk hanya untuk menembus pasar dalam
persaingan bisnis diantara media massa-media massa lainnya khususnya cetak.
Jelas sekali kalau sosok wanita cantik dalam industry media massa sangat
dibutuhkan untuk menjaring konsumen.
Majalah popular merupakan salah satu dari majalah khusus pria
dewasa yang banyak menampilkan perempuan-perempuan seksi dalam setiap
pemberitaannya. Karena sesuai dengan target pasarannya. Majalah popular
adalah majalah yang dikhususkan dikonsumsi oleh para eksekutif muda yang
berkisar umur 20-40 tahun.
Sesuai dengan sasaran pembacanya, maka majalah popular dapat
dikatakan sebagai majalah hiburan yang dikhususkan untuk memberikan suatu
informasi mengenai hiburan. Sesuai dengan fungsi disini, majalah popular
adalah majalah yang terbit secara berkala dan teratur, yang berisi berita,
artikel, cerita, fiktif, sajak, dan sebagainya.6
Berkaitan dengan isi dari majalah tersebut, maka banyak dari majalah
dewasa yang menampilkan perempuan sebagai objek setiap penerbitannya,
sebagai contoh majalah-majalah pria dewasa, Playboy, Mattra, Me, FHM,
Popular, dan Lain sebagiannya.
5
Idi Subani Ibrahim, Sirnanya Komunikasi Empati ”Krisis Budaya dan Masyarakat Kontemporer, (Pustaka Bani Quraisi, Bandung : 2004), h. 31
6
Dari berbagai majalah dewasa yang ada, maka dalam penelitian ini
penulis memilih majalah popular sebagai subjek penelitian dikarenakan selain
terbit satu bulan satu kali, dan kualitas dan kuantitasnya pun memberikan daya
tarik tersendiri, ini terbukti dari eksistensinya yang tidak perlu lagi diragukan.
Selain itu juga majalah popular mengkemas perempuan dalam setiap edisinya
dalam bentuk feature seperti kehidupan malam, Party-party, clubbing. Yang
kesemua itu mencirikan dari gemerlapnya budaya hedonisme bagi
orang-orang yang ingin mencari kesenangan setelah beraktifitas dalam rutinitas
setiap harinya.
Melihat dari fenomena ini, maka ada ketertarikan tersendiri bagi
penulis untuk meneliti majalah popular sebagai subjek penelitian. Untuk itu
judul yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Analisis Semiotika
Terhadap Citra Perempuan di “Rubrik Liputan Malam” Majalah Popular Edisi
Januari_Maret 2008’.
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
Untuk Fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian
hanya kepada majalah popular Edisi Januari_Maret 2008, deangan Rubrik
Liputan Malam.
Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Sejauh Mana Majalah Popular Memandang Sosok Perempuan?
2. Bagaimana Pencitraan Perempuan Ditampilkan Dalam Rubrik Liputan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Ingin Mengetahui Pandangan Majalah Popular Terhadap Sosok
Perempuan.
2. Ingin Mengetahui Pencitraan Perempuan Yang Di Tampilkan di Rubrik
Liputan Malam.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi Khasanah
di bidang ilmu pengetahuan baik bagi akademisi maupun praktisi, yang
berkaitan dengan masalah keperempuanan. Khususnya dan pada jurusan
konsetrasi Jurnalistik pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memberikan
penyadaran terhadap perempuan khususnya dalam mengetahui hak dan
martabatnya sebagai perempuan.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah proses umum yang didahului untuk
mendapatkan teori terdahulu.
Gay (1976), berpendapat bahwa “kajian pustaka meliputi
dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian.”7
Untuk penyelesaian skripsi ini penulis mengacu kepada hasil skripsi
yang terdapat di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu politik (IISIP) Depok. Setelah
penulis membaca dan mempelajarinya, maka penulis banyak menemukan
sumber referensi yang teknik analisisnya atau pemecahan masalahnya dengan
menggunakan analisis semiotika. Hanya saja objek yang ingin penulis kaji
tidak sama dengan apa yang penulis teliti dalam penelitian ini.
Adapun hasil skripsi itu penulis ambil dari salah seorang mahasiswa
Jurnalistik IISIP Esti Sulistiorini. Ia menggunakan analisis semiotika dengan
makna segitiga tanda yang dikemukakan oleh Pierce. Adapun hasil yang
diketemukanya adalah pada majalah Popular banyak menggunakan pakaian
seksi dipandang dari bentuk ideologi, bahwa wanita yang ditampilkan adalah
sosok wanita cantik yang menggunakan pakaian swimsuit yang dapat menarik
perhatian bagi para eksekutif muda untuk membeli majalah Popula. Popular
cendrung membut wanita menjadi objek selling point pada cover majalahnya
dengan tujuan mementingkan naluri bisnis.
Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Dalam hal ini penelitian ilmiah, metode adalah suatu cara atau
jalan yang menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk
mendapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan
(Koencaraningrat 1985 : 7) metodologi adalah pengetahuan tentang
7
berbagai cara kerja yaitu mencakup sekumpulan metode yang
dipergunakan untuk menjawab permasalahan penelitian.
Metodologi dalam ilmu sosial pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam dua kelompok besar, yaitu metodologi yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif. Parse menjelaskan perbedaan antara kedua metodologi
tersebut berdasarkan dua kategori yakni kategori konseptual dan metode.
Kategori konseptual menjelaskan sikap fenomena yang dikaji The
nature of phenomena studies, sedangkan kategori metode menjelaskan
bagaimana menangani data (the handling of data) (Minichiello, et al 1990 :
5).
Analisis yang dipakai adalah analisis semiotika dengan makna
signifikasi dua tahap yang dikemukakan oleh Ronald barthes, dengan
membaginya, denotasi, konotasi, dan mitos.
Analisis semiotika bertujuan melihat teks media sebagai sebuah
struktur keseluruhan, mencari makna yang laten atau konotasi item yang
paling muncul adalah yang paling penting atau paling signifikan terhadap
teks, sudah tentu akan menstruktur secara keseluruhan.8
Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang yang berprilaku yang diamati9.
Objek dalam analisis dalam pendekatan kualitatif adalah suatu
makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan
8
Alex Sobur, Analisis Wacana, Analissi Semiotika, Analisis Framing, h. 145.
9
kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran
mengenai katagorisasi tertentu. 10
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan media massa cetak Majalah
popular yang beralamat Patra Residental Jl. Taman Patra VI No 25
Kuningan Jakarta Selatan. 12870
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan secara
menyeluruh terhadap semua isi yang ada dalam teks pada rubrik Liputan
Malam yang berkaitan dengan citra perempuan. Setelah itu analisis
dilakukan dengan menggunakan semiotika dari Roland Barthes dengan
teori yang terkenlanya yaitu signifikasi dua tahap. Barthes membuat
sebuah model yang sistematis dalam menganalisis makna dari
tanda-tanda11. adapun susunan dalam signifikasi dua tahap yaitu :
a. Denotasi
b. Konotasi
c. Mitos
Dalam penerapannya, teknik pengumpulan data ini menghendaki
pengamatan secara menyeluruh dari semua isi pesan atau teks, dan
termasuk isi pesan yang disampaikan dan istilah-istilah yang digunakan
pada rubrik tersebut.
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Kencana, Jakarta: 2007), Cet. Ke-2, h.302
11
M. Natsir setiawan” untuk mempertajam interpretasi makna serta
validitas kajian diperlukan data yang berfungsi sebagai penguat tafsiran”12.
Oleh karena itu, untuk memperoleh data-data penulis melakukan
wawancara langsung kepada Pimret majalah Popular.
4. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Analisis data dari penelitian ini adalah menganalisis tanda-tanda
yang terdapat dalam teks majalah popular dengan menggunakan
signifikasi dua tahapnya Roland Barthes. Adapun tahapan analisisnya
adalah :
a. Denotasi
b. Konotasi
c. Mitos
Yang ingin dicari dari setiap tahapan analisis semiotika ini adalah
tanda, sebagai hasil dari konstruksi realitas teks. Yang terdiri dari
tanda-tanda guna merepresentasikan sebuah peristiwa, kasus, objek tertentu.
5. Buku pedoman
Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penelitian dibagi kedalam V BAB. Dalam setiap
babnya akan di bagi kedalam sub bab, Adapun Sistematika Penulisannya
adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, Latar belakang masalah, Batasan dan perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi
Penelitian Sistematika penulisan
BAB II : Kerangka Teori, Pengertian, Pengertian citra perempuan Media massa, Gender
BAB III : Gambaran Umum Tentang Majalah Popular, Sejarah singkat majalah Popular, Susunan redaksi majalah Popular, Penjelasan
Rubrik Liputan Malam.
BAB IV : Citra Perempuan Dalam Media Massa Cetak ; Analisis Perempuan Di Majalah Popular Pada Rubrik Liputan Malam Edisi Januari –Februari 2008, Analisis Perempuan dalam media massa cetak, Penggambaran Citra perempuan di Rubrik
Liputan Malam, Perempuan, gender dan kekuasaan laki-laki.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Perempuan
1. Citra Perempuan dan Media Massa
Perempuan dalam media massa sering dikatakan sebagai
perempuannya lelaki, karena dalam realitas sosialnya perempuan selalu
diibaratkan sosok yang lemah-lembut dan perayu. Sehingga pencitraan
perempuan di media massa digambarkan sebagai pelengkap bagi laki-laki.
Dalam dunia media massa keindahan perempuan dan kekaguman
lelaki terhadap perempuan merupakan sebuah satu kesatuan yang utuh
dimana, dengan modal kecantikan perempuan yang dikagumkan oleh
laki-laki menjadi bahan inspirasi yang tak habis-habisnya bagi para pekerja
seni dan juga tambang uang bagi kaum kapital.
Ketika perempuan menjadi simbol dalam seni-seni komersial,
maka kekaguman-kekaguman terhadap perempuan itu berubah menjadi
diskriminatif, dan tendensius, bahkan menjadi simbol-simbol dari
kekuasaan laki-laki.13 keindahan perempuan menempatkannya dalam
keadaan stereotype yang membawanya kedalam sifat-sifat dari keindahan
perempuan tersebut.
Dalam media massa, perempuan dituntut untuk tampil cantik dan
seksi, yang kemudian peranan perempuan terlihat sebagai orang yang
pandai memasak, pandai mengurus rumah tangga, tampil prima untuk
melayani suami, cerdas serta sumber pengetahuan bagi keluarga. Streotipe
ini yang menjadi ide dan citra sekaligus sumber ekploitasi perempuan di
berbagai media massa.14
Media massa menurut aliran kritis dijadikan sarana atau alat
legitimasi kekuasaan yang bersifat ekonomis sehingga sulit dibedakan
dengan kekuatan politis, sebagai mana pendapat Sindhunata berikut,
‘…Mana kekuasaan politik, mana kekuasaan ekonomi, sulit
dibedakan pada saat itu, sering kali untuk melebarkan kekuasaan ekonomi
dipakai sarana-sarana terror secara politik, diperlukan penghisapan
ekonomi dengan cara menciptakan kebutuhan-kebutuhan artivisual lewat
kepandaian teknologi…’15
2. Citra Ideal Perempuan
Citra adalah sebuah konsep yang mempunyai sejarahnya sendiri,
dan dibentuk oleh beragam budaya. Citra merupakan hasil dari persepsi
tentang suatu realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas yang
ada citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. 16 Di lain pihak
citra sebagai sebuah kategori di dalam relasi simbolik diantara manusia
dan objek, yang membutuhkan aktualisasi dirinya kedalam dunia realitas,
termasuk dunia gaya hidup17.
! " # " $% & "
'(
) * " $+ " + $% * " ,
* +
-./ 0 / ! " #
Thomas W. J. Mitchel, membedakan beberapa kelas citra berikut :
(1) Citra Grafis, (2) Citra optikal, (3) Citra Perseptual, (4) Citra
Mental, dan (5) Citra Verbal. Cita menurut Mitchel menjelaskan pada
tingkat ontology.
Citra grafis, adalah citra yang dibentuk oleh elemen-elemen visual
yang kongkret di dalam ruang dan waktu ( garis, bentuk, bidang,
warna, tekstur), seperti gambar, patung, arsitektur. Citra optic adalah
citra refleksi dari sebuah objek yang kongkret pada sebuah cermin,
elemen-elemen visualnya tidak menempati ruang-waktu yang kongkret.
Citra Perseptual, adalah penampakan visual sebuah objek
sebagaimana ia hadir dalam pikiran seseorang. Elemen-elemen yang
hadir di dalam ruang waktu yang kongkret, seperti mimpi, memori,
ide, fantasi. Citra verbal adalah, elemen-elemen yang bersifat
linguistic, yaitu gambaran atau lukisan yang hadir ketika bahasa
verbal digunakan, baik dalam bentuk deskripsi maupun metafora.18
Edmund Burke Feldman menjelaskan “…citra dalam relasinya
yang sepesifik dengan dunia objek atau benda (things)..”. Perbincangan
mengenai citra dalam kaitannya dengan dunia objek, berarti membicarakan
relasi yang khusus antara citra dan objek. Citra terbentuk dari
elemen-elemen visual objek yang disebut citra visual.19
Menurut Feldmen, citra dibentuk dan dilihat citra dapat dilihat dari
suatu benda bukan dari benda secara langsung. Sensasi cahaya pada retina
($ .
ditransmisikan sebagai implus energi pada otak yang secara simultan
menerjemahkan kedalam entitas bermakna yang disebut citra. Proses optik
terjadi di mata diteruskan ke otak melalui mekanisme persepsi, yang di
dalamnya terjadi proses pemaknaan. Sebuah sensasi objek diinterpretasikan
di dalam otak dengan cara tertentu.20
Gillez Deleize, di dalam cinema : The Movement Image
menjelaskan tipologi citra bergerak atau gambar disebut citra gerak (the
Movement Image). Citra gerak ini adalah system relay, yang mengonversi
gerak-gerak eksternal di dunia realitas kedalam gerak di dalam media dan
di dalam persepsi orang yang melihatnya. Ada tiga citra gerak, yaitu 1.
persepsi (perception image), yaitu :
1) citra yang diterima oleh retina dan diteruskan ke otak, yang di
dalamnya terjadi proses pembingkaian (framing), yaitu citra yang diambil
(inclusion) tetapi ada yang dibuang (exclusion), 2) citra tindakan (action-
image), yaitu citra perceptual yang konversi lebih jauh lagi kedalam
pelbagai tindakan yang mengikutinya. 3) citra afeksi (affection image),
yaitu bagaimana citra disaring itu mendorong aktivitas afeksi, seperti
emosi.
Citra adalah sebuah konsep yang terus berkembang (ideas in
Progress). Yang mengalami banyak perubahan dan perkembangan seiring
dari perkembangan teknologi dan informasi abad ini.
Perempuan adalah pencerminan sebuah identitas yang asli yang
bisa didasarkan pada biologi ataupun budaya. Banyak yang mengatakan
budaya perempuan lebih bersifat cultural dan linguistic dari pada biologis.
Meski bagian itu merupakan hanya penanda bahwa dia adalah perempuan.
Karya Daly (1987) Gyn/Ecologi “…yang menghubungkan
perempuan dengan alam, menekankan penindasan material dan psikologis
perempuan, serta merayakan sebuah budaya perempuan yang khas…” 21
Dalam argumen yang dikemukakan oleh Daly di atas, Daly
mencoba mengkaji perempuan dari sisi kebudayaannya yang telah
terbangun atas dasar cultural dalam masyarakat. dalam konteks ini
perempuan lebih diibaratkan pada sebuah etika pengasuhan. Perempuan
dalam hal ini didorong oleh alasan-alasan budaya.
“…Wanita tidak hanya melihat diri mereka sebagaimana pria
melihat mereka, tetapi didorong untuk menikmati sexualitas mereka
melalui mata pria…”.22
Janes Winship dalam tulisannya” Sexuality For sale” (1980) dalam
tulisan ini wiship membongkar relasi-relasi yang berhubungan dengan
ideologi gender dan kapitalisme yang terjadi dalam pencitraan perempuan
baik di iklan televisi maupun majalah-majalah.
Pencitraan perempuan tidak saja terjadi karena buatan media massa
saja tapi didorong juga atas dasar fenomena citra wanita yang akhir-akhir
ini semakin marak ditonjolkan baik dalam iklan maupun dalam
majalah-majalah, pencitraan itu terjadi tatkala adanya berbagai macam
1 + 2 % 3 " "
4 - .
5 2 52 " & " '
+-perfektif yang terjadi dikalangan masyarakat. Yang merupakan bentuk
penjelasan tentang representasi perempuan di media massa.
Citra Perempuan dalam majalah menurut Karen Johnson dan
Ferguson, “…citra perempuan dalam media massa adalah cermin “wanita”
namun disayangkan cermin tersebut bukan saja menggambarkan dunia
perempuan malahan menggambarkan kehidupan yang tidak realistis atau
kehidupan yang berdasarkan dengan mimpi..”.
Citra ideal yang terus menerus dikonstruksi dan ditanamkan serta
disosialisasikan lewat/oleh media ini perlahan tapi pasti telah merubah
standar budaya mengenai kecantikan perempuan yang mengendap dari
kesadaran.23 Citra ideal perempuan dalam media massa seringkali
digambarkan perempuan harus cantik, seksi, mulus, dan lembut. Sehingga
banyak dari wanita yang berada di media massa yang takut akan
kegemukan.
Johnson dan Ferguson (1990), “…Wanita perlu belajar untuk
menerima ukuran bodi mereka yang normal untuk melawan citra ideal
perempuan langsing yang dipromosikan oleh budaya dan media
massa...”24
Maksud dari pernyataan Johnson dan Ferguson (1990), ciri wanita
ideal yang terus diperkenalkan oleh media massa, merupakan bentuk dari
ideologi gender dan kapitalisme yang menjadikan perempuan sebagai
objek dari media massa dan sekaligus barang komoditas yang
menghasilkan uang bagi para pemilik modal atau budaya capital. Karena
5 2 52 " & " )
dengan kemulusan perempuanlah sumber inspirasi yang tak
habis-habisnya bagi pecinta seni.
Secara spesifik, Stereotipe pencitraan perempuan dalam media
massa, menurut tomagola25 dapat dikategorikan dalam iklan sebagai citra
pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra pergaulan.
a. Citra pigura, banyak dari media massa menekankan pentingnya
perempuan untuk tampil memikat dengan mempertegas sifat
kewanitaannya secara biologis, seperti memiliki waktu menstruasi,
memiliki rambut panjang,. Pencitraan perempuan dengan citra
perempuan seperti ini ditekankan lagi dengan menebarkan isu “natural
anomy” bahwa umur perempuan, ketuaan perempuan sebagai momok
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan.
b. Cita pilar, perempuan digambarkan sebagai tulang punggung keluarga.
Perempuan sederajat dengan laki-laki, namun karena kodrat
perempuan berbeda dengan laki-laki maka diberi tanggung jawab yang
besar terhadap rumah tangga. Secara lebih luas dalam pencitraan ini
perempuan ditakdirkan untuk lebih bertanggung jawab kepada
pekerjaan domestik.
c. Citra pinggan, dalam citra ini perempuan digambarkan sebagai sosok
yang tidak lepas dengan dapur. Walau sehebat apapun perempuan
namun dapur adalah dunianya perempuan.
d. Citra pergaulan, citra ini diatandai dengan pergaulan perempuan untuk
memasuki kelas-kelas tertentu dengan penampilan yang menarik,
menawan dan anggun.
Pencitaan perempuan di atas tidak saja dipandang sebagai objek
namun dapat juga dilihat sebagai subjek pergulatan perempuan dalam
menempatkan dirinya di media massa, terkadang mereka lupa bahwa diri
mereka telah diekploitasi oleh media kapitalis demi merauk sebuah
keuntungan besar.
3. Kekuasaan Laki-laki atas Perempuan Di Media Massa
Secara global struktur muatan pemberitaan media massa pada
umumnya belum seimbang merespon kepentingan perempuan, kebanyakan
dari media massa pemberitaannya hanya di wilayah laki-laki. Contohnya
dalam politik, ekonomi, olah raga dll. Yang kesemuanya memberitakan
tentang peranan laki-laki. Kalaupun ada pemberitaan mengenai perempuan
itu hanya sebagian kecil.
Belum lagi pemaknaan dalam media massa juga tidak seimbang.
Ketika pemberitaan media massa menyangkut soal laki-laki maka laki-laki
tersebut digambarkan sebagai sosok orang yang selalu menjadi pahlawan.
Namun ketika pemberitaan media massa menyangkut soal perempuan
maka perempuan tersebut sebagai pelengkap yang hanya melengkapi
kebutuhan laki-laki.
Model pemberitaan media massa yang di dominasi oleh laki-laki,
itu menunjukan bahwa media massa merekonstruksi realitas sosial di mana
massa menggambarkan pemberitaan mengenai perempuan sebagai
konsumsi laki-laki. maka pemberitaan perempuan dalam media massa
adalah bentuk kerelaan perempuan atas kekuasaan laki-laki.26
Kekuasaan Lelaki atas perempuan di media massa dapat diambil
contohnya pada pemberitaan di majalah-majalah. Pada pemberitaan harian
Kompas tanggal 7 Mei 2002. peristiwa yang diangkat oleh harian tersebut
adalah pelepasan tokoh prodemokrasi Myanmar, Aung san Suu Kyi oleh
kalangan penguasa militer. Kompas menggunakan judul besar : Suu Kyi
Dibebaskan. Dalam harian kompas ini tidak diberitakan perjuangan
seorang perempuan yang prodemokrasi secara mendalam, mereka hanya
membicarakan sekelumit kecil dari kisah perjuangannya. Sehingga
pembaca tidak bisa diajak untuk beropini. Ini terlihat sekali kekuasaan
yang terjadi atas lelaki terhadap perempuan yang seakan media massa ini
milik publik laki-laki.27
Dalam contoh diatas sudah sangat jelas model pemberitaan media
massa di dominasi oleh public laki-laki, ini menunjukan bahwa media
massa merekontruksi realitas sosial dimana kekuasaan laki-laki selalu
mendominasi di dalam kehidupan publik.
B. Media Massa 1. Majalah
)$ )
Menurut Djafar’ H.. Assegaf, “ majalah adalah publikasi atau
terbitan secara berkala yang memuat artikel- artikel dari berbagai penulis’28.
Menurut kurniawan Djubaedhi, “ majalah adalah penerbitan pers
berkala yang memuat bermacam-macam tulisan yangdihiasi maupun
foto-foto.29
Dari penjelasan diatas dapat penulis pahami, pengertian dari
majalah adalah sebuah publikasi atau terbitan berkala yang dihiasi dengan
tulisa-tulisan dan dilengkapi foto-foto yang tujuannya untuk menarik
minat pembaca untuk membacanya.
Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian, bahwa Majalah
popular termasuk majalah yang diterbitkan sebulan sekali dengan
berisikan bermacam-macam tulisan dengan disertakan ilustrasi berupa
foto-foto.
Untuk pembagian jenis majalah, kurniawan Djunaedhi
menjelaskan bahwa majalah di bedakan kedalam dua Jenis , yaitu :
a. Majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangan –karangan
politik, kebudayaan, fiksi, karangan-karangan pengetahuan umum,
karangan-karangan yang menghibur , gambar-gambar, olah raga, film,
seni, dan lain-lain.
b. Majalah Khusus, yakni majalah yang hanya memuat
karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus, seperti majalah wanita,
( #, 80 ! /++ 0 + + $ $
9 9 & 5 + '( .
' 9 : + ; $ + 5 + $% & " $ +
majalah keluarga, majalah Humor, majalah kecantikan, politik,
kebudayaan, cerita pendek, dan lain-lain.30
Dalam pengertian di atas, dapat penulis pahami bahwa untuk jenis
majalah bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yakni ada majalah umum dan
majalah khusus. Majalah umum adalah majalah yang berisikan sebuah
informasi yang bersifat umum sedangkan majalah khusus adalah majalah
yang berisikan sebuah nformasi yang bersifat khusus.
Jika dikaitkan dengan penelitian yang penulis teliti pada masalah
pokok penelitian ini, maka majalah popular termasuk kedalam jenis
majalah khusus. Karena majalah popular adalah majalah yang memuat
karangan-karangan yang bersifat menghibur dan di khususkan sebagai
majalah untuk laki-laki. Sebagai media informasi, dalam majalah popular
tersebut, memang di set sebagai majalah untuk pria dewasa yang banyak
menampilkan wanita-wanita cantik dan seksi pada setiap pemberitaanya.
Mengenai keunggulan dan kelemahan majalah, dalam buku stategi
pemasaran di jelaskan :
Keunggulan majalah adalah :
a. Menjangkau segmen pasar tertentu yang spesifik yang terspesialisasi
secara demografis atau geografis,
b. Terpercaya
c. Mampu mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi
khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan.
d. Kualitas produksi yang sangat bagus.
e. Masa edar yang sangat panjang dan biasanya dikoleksi.
f. Pembaca ganda banyak.
g. Kualitas visual sangat bagus karena dicetak yang bermutu tinggi.
h. Dapat digunakan sebagai media khusus dan sales promoter.
Kelemahan majalah antara lain :
a. Pemesanan tempat iklan di majalah harus jauh –jauh hari dan tempat –
tempat tertentu di majalah kadang-kadang susah dikontrak untuk
jangka waktu yang lama.
b. Waktu edar sangat lamban.
c. Biayanya mahal.31
Dari penajabaran keunggulan dan kekurangan majalah diatas,
disini dapat penulis pahami bahwa majalah lebih memiliki keunggulannya
dibandingkan dengan kelemahannya. Keunggulan majalah adalah majalah
bisa menjangkau segmen pasar tertentu dan terspesialisasi secara
demigrafis dan geografis, terpercaya, mampu mengangkat produk yang
diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah
bersangkutan, kualitas produksi sangat bagus, masa edar sangat panjang
dan biasanya dikoleksi , pembaca ganda banyak, kualitas visual sangat
bagus karena dicetak dengan kualitas kertas yang bermutu, dapat
digunakan sebagau media khusus dan promotion. Kekurangan dari majalah
adalah pemesanan tempat iklan di majalah harus jauh-jauh hari dan
= - %, ; $ " + + ; 2 /
tempat-tempat tertentu dimajalah kadang-kadang susah dikontrak untuk
jangka waktu yang lama, waktu edar sangat lamban, biayanya mahal.
Jika dikaitkan dengan pokok penelitian, majalah popilar sebagai
media informasi dan hiburan memiliki keunggulan seperti menjangakau
segmen pasar yang spesifik dan terspesialisasi secara demografis dan
geologis karena segmen yang dituju adalah pria dewasa. Karena segmen
pemasaran dari majalah popular adalah majalah yang dikhususkan untuk
majalah pria dewasa.
Majalah sebagai media Hiburan
• Struktur isi majalah
Struktur menurut kamus besar bahasa indionesia (KBBI) 1. Cara
sesuatu disusun atau dibangun ; susunan; bangunan 2.yang disusun
dengan pola tertentu.32
Kemudian menurut Ensiklopedia, struktur adalah system hubungan
dalam bangunan suatu keseluruhan”.33
Dari pengertian di atas, penulis memahami kedua pengertian diatas
bahwa,struktur adalah suatu system yang berada dalam majalah yang
saling berhubungan dan memperlihatkan cara sesuatu yang disusun
atau dibangun dengan pola tertentu.
Menurut sedia willing barus berpendapat mengenai bahwa struktur
berita bahwa:
/ " + + 2 + + 5 + 5
$ + '
Struktur piramida terbalik dianggap lebih cocok dank has untuk
penulisan berita. Apa yang dimaksud dengan piramida terbalik
tersebut? Jawabannya adalah suatu bentuk penulisan berita yang
memperioritaskan pemuatan informasi yang penting di depan, yang
agak penting kemudian dan terakhir kuarang penting. Ada bebarapa
tujuan dari penulisan piramida terbalik, terutama ialah agar
memudahkan pembaca mengetahui isi atau pokok berita dari situasi
terburu-buru atau cepat.34
Jika dikaitkan dengan pokok permasalahan dalam penelitian, penulis
menyimpulkan bahwa majalah popular sudah memenuhi criteria
struktur berita pada suatu majalah dengan menggunakan struktur
piramida terbalik, hal ini bisa dilihat dari penempatan rubric yang
dilakukan oleh majalah popular karena point-point berada di
halaman- halaman depan lalu disusul dengan rubric yang dianggap
kurang penting di halaman belakang.
• Cover sampul Majalah
Kurniawan Junaedhie menjelaskan, cover adalah :
Lembaran kertas paling luar bagian depan belakang atau sering disebut
kulit buku pada media cetak. Biasanya lebih tebal dari kertas isi.
Dibuat berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa dengan
maksud untuk menarik perhatian pembaca. Karena orang tidak
membaca seluruh dari isinya pada saat membeli maka peranan cover
@ + + $ , $ + " + 1>
sering dianggap menampilkan citra dan karakter perusahaan
bersangkutan.35
Dari pendapat diatas penulis pahami bahwa cover adalah kertas
paling luar bagian depan dan belakang, di buat berwarna warni dan
dirancang sedemikian rupa sehingga pembaca tertarik dan memahami isi
dari majalah.
Sedangkan menurut William L.Rivers:
Some editors think first of the cover, or warp, of their magazine, because it can attack or repel prospective readers. Some editors do not tie their covers to any particular article inside.
Most magazine, hoeever, do give as much attention to the cover also the articles inside, because it acts as akind of banner to attract the reader’seye.36
Penulis menerjemahkan : beberapa redaktur memikirkan cover
terlebih dahulu dari majalah mereka, karena dapat menarik minat
prospektif pembaca. Beberapa redaktur tidak mengikat covernya terhadap
artikel khusus di dalamnya.
Kebanyakan dari majalah, walau demikian member banyak atensi
atau perhatian pada cover, seperti juga pada artikel, karena bertindak
sebagai suatu barner yang dapat menarik pandangan para pembaca.
Penulis memahaminya bahwa cover lebih dahulu di utamakan oleh
penerbitan atau redaksi redaksi majalah. Cover dapat menarik prospek
pembaca. Cover tidak terikat pada artikel khusus dan cover merupakan
suatu banner yang dapat menarik pandangan pembaca.
9 #, : + ; $ + 5 + $% & " $ + < " ''
) @ " A * ? + 3 : 5 % B( + % + +
Jika dikaitkan dengan permasalahn penelitian , penulis dapat
menyimpulkan cover dari majalah popular kertas bagian depan dan
belakang yang berwarna warni dan dirancang sedemikian rupa utnuk
menarik minat pembaca. Namun pada majalah popular, biasanya untuk
menentukan cover, pihak redaksi terkadang menggunakan cara sayembara
untuk menentukan cover dari majalah popular.
• Judul
Menurut dendi sudiana, “ judul merupakan suatu unsure cetak
terpenting dalam persaingan untuk menarik perhatian para pembaca.
Dengan membaca judul yang dibuat sedemikian rupa akan
memungkinkan perhatian lebih jauh ketika mereka melihatnya.37
Dari pendapat diatas dapat penulis pahami bahwa , pemberian
judul pada majalah merupakan unsure yang sangat penting untuk
menarik minat para pembaca.
Dendi sudiana menjelaskan kembali, judul merupakan hal
yang sangat penting dalam persaingan usaha media untuk menarik
perhatian pembaca. Dalam suatu pengertian umum, judul melayani
dwi fungsi (1) Secara ringkas dan langsung menyarankkan isi pesan.
(2) menampilkan daya tarik terhadap suatu kepentinagn dasar pembaca
setelah menyajikan pesan sumber.38
. # + " + $ 1 * " ,
-'()
Jika dikaitkan dengan permasalahan pokok penelitian , bahwa
judul merupakan unsure penting bagi majalah popular terletak pada
pemberian judul di majalah pada setiap rubric yang terdapat di
majalah tersebut. Agar para pembaca dari majalah popular bisa
mengetahui maksud dari isi pesan dan memutuskan informasi mana
yang akan dibaca. Kemudian pada seriap judul dari rubric-rubrik yang
terdapat pada majalh popular, diberikan macam-macam warna pada
setiap kata. Yang tuajuannya adalah untuk menarik pembaca dan
terlihat lebih glamor. Karena majalah popular adalah majalah hiburan
yang semen dari pemasarannya adalah para eksekutif muda yang
sednag membutuhkan hiburan.
• Warna
Dendi sudiana berpendapat mengenai warna adalah :
Pada dasarnya warna adalah suatu mutu cahaya yang
dipantulkan dari objek kemata manusia. Peranan warna yang paling
utama adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan merangsang mata
manusia sehingga menimbulkan getaran-getaran elektrmagnetik yang
membangkitkan emosinya.39
Penerapan warna dalam tujuan komunikasi adalah :
1) Untuk mengidentifikasii ; penggunaan warna sebagai lambing atau
tanda-tanda yang kadang-kadang tidak berlaku universal karena
terdapat berbagai budaya.
2) Untuk menarik perhatian : jumlah orang yang memperhatikan
suatu pesan yang tercetak meningkat dengan pembenahan warna.
3) Untuk menimbulkan pengaruh psikologis : warna-warna yang
mempengaruhi pesan tercetak harus sesuai dengan suasana
keseluruhan isi pesan.
4) Untuk megembangkan asosiasi : bagi oirang awam untuk
mempertalikan warna-warna tertentu dengan produk-produk
tertentu. Tidak sedikit asosiasi yang bersifat umum segingga tidak
meragukan lagi. Suatu riset , bagaimanapun, dapat dilakukan
sebelum pemilihan warna. Pertimbangan pribadi tidak selalu
diandalkan.
5) Untuk membangun ketahanan minat ; ketika memaparkan sesuatu,
tidak jarang kita merujuk pada warnanya. Hal ini disebabkan
karena warna mengandung nilai kenangan yang tertinggi.
6) Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan : pembubuhan
warna mungkin dapat merebut perhatian awal komunikasi . tetapi
keadaan tersebut tidak dikembangkan menjadi minat, pembaca
tidak akan sibuk meluangkan bagi penyerapan isi pesan.40
Berdasarkan definisi diatas, penulis memahaminya bahwa
warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan oleh suatu objek
kemata manusia. Penerapan warna digunakan utnuk identifikasi,
menarik, menimbulkan pengaruh psikologis, mengembangkan asosiasi,
membangun ketahanan minat, menciptakan suasana yang
menyenangkan.
Jika dikaitkan dengan masalah pook penelitian, majalah
Popular menggunakan warna pada cover, penulisan judul, ilustrasi, dan
isi majalah. Majalah popular lebih berani memainkan warna pada
setiap edisi yang di terbitkan. Dengan ribuan kertas warna-warni yang
mengkilap sehingga majalah popular terlihat sebagai majalah yang
mewah dan glamor.
• Ilustrasi
Ilustrasi merupakan salah satu unsure penting yang sering digunakan
dalam komunikasi karena sering dianggap sebagai bahasa universal
yang dapat menembus rintangan yang ditimblkan oleh perbedaan
bahasa dan kata-kata. Ilustrasi (dalam hal ini pula foto, diagram, peta,
grafik, dan tanda-tanda ) dapat mengungkapkan suatu hal secara lebih
berhasil guna pada teks.41
Dendi Sudiana berpendapat fungsi ilustrasi, sebagai berikut :
1) Menarik perhatian
2) Merangsang minat pembaca secara keseluruhan pesan
3) Menonjolkan salah satu pernyataan
4) Menjelaskan salah satu penyataan
5) Memenangkan salah satu perhatian pembaca diantara rentetan
pesan lainnya dalam suatu media yang sama.
6) Menciptakan suatu suasana khas
7) Mendramatisasi isi pesan
8) Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang
ditampilkan
9) Mendukung judul42
Berdasarkan pendapat diatas, penulis memahami ilustrasi
merupakan uunsur bahasa universal yang didalamnya termasuk
foto-foto, diagram, peta, garafik, dan tanda-tanda dappat mengungkapkan
suatu hal secara lebih berhasil dari teks. Fungsi dari ilustrasi adalah
menarik perhatian merangsang minat pembaca keseluruhan pesan ,
menonjolkan salah satu pernyataan, memenangkan salahs satu
perhatian pembaca siantara rentetan lainnya dalam suatu media yang
sama, menciptakan Susana yang khas, mendramatisasi pesan,
menggunakan judul.
Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian, ilustrasi yang
terdapat pada majalah popular adalah cover, judul, rubric, foto-foto,
dan produk. Karena majalah popular adalah majalah hiburan untuk
pria dewasa, kebanyakan ilustrasi yang dipakai majalah popula pada
setiap rubriknya adalah sosok perempuan seksi dengan busana yang
sanagt sensual.
• Layout
Menurut dendi sudiana, tata letak (layout) meliputi penetapan
keputusan-keputusan meliputi berbagai komponen judul, ilustrasi,
daskah, dan tanda-tanda identifikasi, yang akan disusun dan di
tempatkan pada halaman.43
Penulisan memahami pendapat diatas bahwa , layout yang baik
harus memperhatikan penempatan mengenai berbagai komponen judul
ilustrasi , naskah, dan tanda-tanda identifikasi. Yang akan disusun dan
di tempatkan pada halaman sehingga memudahkan pembaca dalam
mencerna pesan yang disampaikan.
Kemudian tujuan layout menurut Cristianto Wibisono :
1) Agar mudah dibaca dan agar menarik membaca, menelaah
bagian-bagian tulisan
2) Untuk memudahkan pembaca mengetahui berita mana yang paling
penting
3) Untuk menghasilkan atau menciptakan halaman-halaman yang
menarik dan menghasilkan
4) Untuk memudahkan pembaca mengenali surat kabar.44
Penulis memahami pendapat diatas bahwa tujuan layout adalah
agar mudah dibaca dan agar menarik membaca, menelaah
bagian-bagian tulisan, untuk memudahkan pembaca mengetahui berita mana
yang paling penting , untuk menghasilkan atau menciptakan
52 '
1 + @ 2 + $ # + + ; ; +
halaman yang menari dan menghasilkan untuk mempermudahkan para
pembaca mengenali surat kabar.
Jika dikaitkan dengan pokok penelitian maka penulis bahwa
majalah popular menggunakan layout dalam menentukan tata letak
terhadap judul , ilustrasi dan tulisan-tulisan agar menarik dan
mempermudah pembaca dalam mencerna pesan yang dianggap
penting.
• Huruf
Berkaitan dengan pemilihan jenis huruf, Frank Jefkins menjelaskan :
Tipografi adallah seni memilih jenis huruf menggabungkan
dengan ruang yang etrsedia . tipologi yang baik mengarah pada
keterbacaan, kemenarikan, dapat menciptakan gaya dan karakter
subyek.45
Kemudian dendi sudiana menambahkan
Setiap huruf harus memuaskan dalam dirinya sendiiri, tetapi
yang terlebih penting lagi adalah ia harus tampak memuaskan dalam
pertalian dengan huruf –huruf naratunggal laiinnya. Sesungguhnya,
ujiian bagi suatu jenis huruf bukan terletak pada penampilan
huruf-huuruf secara naran tunggal, melainkan betapa huruf tersebut
tergabung kedalam bentuk kata-kata, baris-baris dan
halaman-halaman.46
= 0 + $ : 2 + +
''.
Penulis memahami kedua pendapat diatas bahwa , tipologi
(huruf) yang baik harus mengarah pada keterbacaan, kemenarikan,
dapat menciptakan gaya dan karakter subyek yang tergabuung kedalam
bentuk kata-kata.
Jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian bahwa majalah
popular juga menggunakan jenis huruf yang tersusun dalam kata-kata
yang dapat menarik penglihatan pembacanya.
2. Rubrik
Menurut Onong Uchana Effendi, rubric adalah ruangan pada
halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu
aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat . rubrik wanita, rubric
olah raga, rubric pendapat pembaca dan lain-lain.47
Menurut krida laksana harmurti rubric adalah kelompok karangan
atau tulisan yang di golongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.48
Menurut kamus besar bahasa Indonesia rubric adalah kepala
ruangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dan sebagai berikut.49
Penulis memahami dari ketiga pendapat diatas bahwa rubric adalah
sebuah ruangan dalam majalah tertentu yang telah ditentukan dan di
khususkan atas dasar aspek dan tema-tema tertentu.
Jadi berkaitan dengan focus masalah peneliatian rubric majalah
popular di dalamnya terbagi dari beberapa rubric. Salah satunya adalah
. C C+ , :0 " + + " + ,
'('
( + ! " ( $ $ - $ "
'(' ('
rubric liputan malam. Rubrik ini di khususkan untuk menceritakan sebuah
kehidupan malam di Ibu kota.
F. Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Semiotika adalah sebuah cabang keilmuan yang memperlihatkan
pengaruh semakin penting sejak empat decade yang lalu, tidak saja sebagai
“metode kajian” (decoding), “akan tetapi juga sebagai metode penciptaan”
(encoding).50
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda-tanda. Tanda- tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan keluar di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan
bersama-sama manusia.
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk
pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa
sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang
berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’, dalam
bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti:
bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik
didefinisikan sebagai berikut. 51
Semiotics is usually defined as a general philosophical theory
dealing with the production of signs and symbols as part of code
systems which are used to communicate information. Semiotics
% 1 + "- E < 4 9 ' (.
; FF 9 ; F9 F " + " # + + ;
includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs
(all signs or signals which are accessible to and can be perceived
by all our senses) as they form code systems which systematically
communicate information or massages in literary every field of
human behavior and enterprise.
(Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum
yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol
sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk
mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda
visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau
sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera
yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem
kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan
secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda.52 Semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari
tanda-tanda, lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.53 Dengan
demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.
Semiotika merupakan suatu model dari ilmu pengetahuan social yang
/ 2 * + - )
$ , + ) * +
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut dengan tanda.
Semiotika adalah teori dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan.
Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial dan budaya
sebagai pemaknaan, bukan sebagai hakikat esensial objek.54
2. Semiotic Roland Barthes
Untuk menganalisis teks pada rubrik dalam majalah Popular,
penulis menggunakan analisis menurut metode Roland Barthes, denotasi,
Konotasi dan mitos.
Firs order
Second order
1 + "- % < 4 9 ' # ;
$ + $ " +- - # * + $ 2
+- < ? + + 5 + ..7.(
Facility Sign
Denotation Signifier
Connotation Myth
Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara signifier dan signified dalam sebuah tanda terhadap
realitas eksternal. Denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan signifikasi tahap kedua.
Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda tertentu dengan
perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya.
Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak
intersubjektif.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja dengan mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami kepada aspek tentang realitas atau gejala
alam55.
Dapat dipahami bahwa denotasi adalah apa yang digambarkan
tanda terhadap sebuah objek, konotasi adalah bagaimana menggambarkannya,
dan mitos adalah pemahaman akan beberapa aspek realitas atau gejala
alam yang sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat.
Menurut konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Konotasi identik dengan operasi ideologi
yang disebut sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam
suatu periode tertentu.
4 + 0 /" $ ! " %
Maka denotative bersifat langsung, yaitu makna khusus yang
terdapat dalam sebuah tanda dan pada intinya disebut sebagai gambaran
sebuah petanda. Makna konotatif adalah makna denotatif ditambah dengan
segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkannya. Di dalam
mitos sebuah petanda dapat memiliki beberapa petanda.
The first order of signification is that of denotation: at this
level there is a sign consisting as the signifier and a signified.
Connotation is a second-order of signification which uses the
denotative dign (signifier and signified) as its signifier and
attaches. To it an additional signified. Related to connotation
refers to as myth. Myths were the dominant ideologis of our time.
The orders of signification called denotation and connotation
combine to produce ideology which has been described as the third
order of signification. Myths help to make sense of our experience
within of culture. In the third order of signification, the sign
reflects major culturally. A particular word view such as
masculinity, femininity, freedom, individualism, objectivism and so
on.
Menurut Okke Koyuma Sumantri Zaimar dikemukakan oleh
Barthes bahwa ada tiga cara berbeda dalam membaca mitos, contoh
penerapannya diambil dari teks yang dikemukakan Barthes, yaitu:
a. Pembaca menyesuaikan diri dengan penanda yang kosong, ia