• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBJEKTIVIKASI PEREMPUAN DALAM FOTO MAJALAH. (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular. Edisi Oktober 2011) SABILLA TRI ANANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OBJEKTIVIKASI PEREMPUAN DALAM FOTO MAJALAH. (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular. Edisi Oktober 2011) SABILLA TRI ANANDA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

OBJEKTIVIKASI PEREMPUAN DALAM FOTO MAJALAH (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular

Edisi Oktober 2011) SABILLA TRI ANANDA

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Objektivikasi Perempuan Dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011)”. Objek dalam penelitian ini adalah delapan foto yang ada pada rubrik Exposure di dalam majalah Popular edisi Oktober 2011. Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiologi Rholand Barthes. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran objektivikasi perempuan dalam foto-foto rubrik Exposure majalah Popular Edisi Oktober 2011 dan mengungkap mitos apa yang terdapat dalam foto-foto tersebut. Terdapat dua Objektivikasi dalam majalah ini, yang pertama adalah dalam bentuk objektivikasi seksual yang menjadikan tubuh perempuan sebagai objek untuk diamati, dinilai, dan dinikmati nilai-nilai seksualitasnya. Bentuk objektivikasi yang kedua membatasi aktivitas perempuan di wilayah domestik. Kemudian, mitos yang dapat digali dari pemaknaan atas tanda dalam foto-foto adalah mitos kecantikan yang mendefinisikan kecantikan perempuan dalam kriteria yang seragam dan mitos yang menempatkan perempuan untuk selalu beraktivitas di wilayah domestik.

Kata Kunci : Semiotika Roland Barthes, Feminisme, Perempuan, Objektivikasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam realitas sosial sehari-hari masalah tentang ketidakadilan yang dialami oleh perempuan selalu menarik untuk dibicarakan, karena hal ini menjadi fenomena di dalam kehidupan masyarakat maupun dalam bentuk pemberitaan di media. Seringkali posisi perempuan di media massa ditempatkan sebagai pelengkap dunia laki-laki dan keindahan perempuan dijadikan sebagai objek seksual di media massa.

(2)

2

Pornografi merupakan salah satu bentuk obyektivikasi perempuan di media massa. Pornografi adalah gambar-gambar pencabulan yang dapat diperoleh dalam bentuk foto dan gambar video (Bungin, 2003:154). Kasus pelecehan seksual, perkosaan, dan kekerasan seksual lainnya dalam masyarakat ditengarai disebabkan oleh semakin maraknya pornografi, dan perempuan juga yang menjadi korban utama dalam peristiwa kejahatan seksual tersebut.

Media massa yang selalu menempatkan perempuan dalam streotype bahwa perempuan itu harus selalu tampil cantik, dan seksi untuk dapat memikat lawan jenisnya. Streotype itu kemudian menjadi sumber eksploitasi dan pelecehan perempuan di media massa. Ditambah lagi dengan kecenderungan perempuan masa kini yang senang memamerkan keindahan tubuhnya.

Berdasarkan histrologi media massa, erotisme merupakan kecenderungan media massa dalam pemberitaannya ketika media telah kehilangan idealisme, ketika media merasa tirasnya terancam, ketika media massa perlu bersaing dengan sesama media, ketika media baru memposisikan dirinya di masyarakat dan ketika masyarakat membutuhkan pemberitaan erotisme (Bungin, 2003:141).

Obyektivikasi tubuh perempuan telah menyebar luas di masyarakat dalam berbagai bentuk dan dapat diperoleh dengan mudahnya melalui berbagai jenis media, salah satunya media cetak. Media cetak terdiri dari berbagai jenis, seperti surat kabar, tabloid, majalah dan sebagainya.

Saat ini semakin banyak majalah pria dewasa yang mengeksploitasi perempuan sebagai objek erotisme pemberitaan mereka, seperti Playboy, Lipstick, Male Emporium, FHM Magazine, X-File, Popular dan lain-lain (Bungin, 2003:139-140). Majalah Popular merupakan salah satu majalah pria dewasa yang beredar luas di Indonesia dan memiliki banyak pembaca. Popular berasal dari Indonesia dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1988 oleh PT Nitra Indrya Harsa dan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia(www.wikipedia.com). Majalah ini memberikan batasan usia kepada pembacanya yaitu berusia 21 tahun keatas. Namun, majalah ini dijual dengan bebas dan mudah didapatkan maka sangat besar kesempatan untuk dibaca oleh seseorang yang belum berusia dewasa.

Salah satu rubrik yang menampilkan tubuh perempuan sebagai objek dalam majalah ini adalah rubrik Exposure, yaitu rubrik yang berisi gambar atau

(3)

3

foto perempuan dengan pakaian yang sangat minim dan pose-pose yang provokatif. Dengan alasan memberikan hiburan, maka semakin banyak media yang kemudian mengeksploitasi tubuh perempuan dan menjadikannya sebagai ajang bisnis untuk mengeruk keuntungan besar tanpa memikirkan tanggung jawab moral dan sosial.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merasa perlu untuk menganalisis hal tersebut. Menggunakan semiotika sebagai alat analisis, peneliti berusaha mengetahui bagaimana bentuk objektivikasi perempuan yang digambarkan dalam foto rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011, serta mengungkap mitos apa yang ada dibalik foto-foto tersebut.

Fokus Masalah

Fokus masalah yang ditarik oleh peneliti berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah : (1)“Bagaimanakah objektivikasi perempuan yang terdapat dalam foto-foto rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011?” dan (2) “Apa mitos yang dapat digali dari pemaknaan atas tanda yang terdapat dalam foto-foto rubrik Exposure pada majalah Popular Edisi Oktober 2011?”

Tujuan Penelitian

Penelitina ini bertujuan Mengetahui bagaimana objektivikasi perempuan dalam rubrik Exposure, majalah Popular edisi Oktober 2011? Dan Mengungkap mitos yang terdapat dalam rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011.

KAJIAN PUSTAKA Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean.. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader).

Fokus perhatian Barthes tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of significations). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified (makna denotasi). Pada tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda (objek) dan petanda (makna) di dalam

(4)

4

tanda, dan antara tanda dan dengan referannya dalam realitasnya eksternal. Hal ini mengacu pada makna sebenarnya (riil) dari penanda (objek).

Kemudian signifikasi tahap kedua adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu (makna konotasi). Mitos terletak pada tingkat kedua penandaan,. Ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi berkembang menjadi makna denotasi, maka terbentuklah mitos. Barthes menciptakan peta tentang bagaimana

tanda bekerja : Gambar 1

Peta Rholand Barthes 1. Signfier

(Penanda)

2. Signified (Petanda) 3. Denotative sign (Tanda Denotatif) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF) 5.CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 5. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Sumber : Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2004. hal: 69

Tradisi semiotika meyakini manakala realitas media telah terpajang di hadapan publik atau khalayaknya maka media seketika kehilangan otoritasnya untuk memaksa tafsiran makna yang dikehendaki. Pemaknaan pun berpindah ke tangan pembaca, pembaca boleh semena-mena karena tafsir realitas tergantung pengalaman kebudayaan yang dipunyainya. (Sunarto dan Hermawan, 2011:233).

Bagi Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five major code) yang di dalamnya terdapat penanda teks (leksia). Lima kode yang ditinjau Barthes yaitu (Sobur, 2004:65-66) :

1. Kode Hermeneutik atau kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks, kode teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional. Di dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaiannya di dalam cerita.

2. Kode Proaretik, atau kode tindakan/lakuan dianggap sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang, yang artinya antara lain semua teks bersifat naratif. Barthes melihat semua lakuan dapat dikodifikasi. Pada praktiknya ia menerapkan beberapa prinsip seleksi.

(5)

5

Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa karena kita dapat memahaminya.

3. Kode Simbolik, merupakan aspek pengodean yang paling khas bersifat struktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes pascastruktural. Pemisahan dunia secara kultural dan primitif menjadi kekuatan dan nilai-nilai yang berlawanan yang secara mitologis dapat dikodekan. 4. Kode Kultural (Kode Gnomik), kode ini merupakan acuan teks ke

benda-benda yang sudah diketahui dan sudah dikodifikasi oleh budaya. Menururt Barthes, realisme tradisional didefenisi oleh acuan kepada apa yang telah diketahui.

5. Kode Semik atau kode konotatif menawarkan banyak sisi, dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip.

Feminisme Eksistensialis

Munculnya ide-ide feminis berangkat dari kenyataan bahwa konstruksi sosial gender yang ada mendorong citra perempuan masih belum dapat memenuhi cita-cita persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Kesadaran akan ketimpangan struktur, sistem, dan tradisi dalam masyarakat kemudian melahirkan kritik feminis dalam berbagai wujud ekspresi, baik melalui sikap, penulisan artikel, novel maupun melalui media lainnya.

Aliran feminisme eksistensialis dianggap sesuai dalam penelitian ini adalah karena feminisme ini memfokuskan perhatiannya pada masalah eksistensi dan kuasa perempuan atas tubuhnya sendiri. Di dalam objektivikasi perempuan, misalnya dalam pornografi, perempuan seolah kehilangan eksistensi atas tubuhnya sendiri.

Objektivikasi Perempuan Dalam Media Massa

Objektivikasi pada perempuan berarti kegiatan menjadikan perempuan sebagai hal perkara atau orang yang menjadi pokok pikiran, sasaran, tujuan, pelengkap atau tujuan penderita. Objektivikasi terjadi, ketika seseorang, melalui sarana-sarana sosial direndahkan derajatnya, dijadikan benda atau komoditas, dibeli atau dijual. (Syarifah, 2006:153).

Berdasarkan teori objektivikasi, tubuh perempuan dianggap sebagai objek untuk dilihat dan dievaluasi. Budaya masyarakat yang mengobjekkan tubuh perempuan, mensosialisasikan perempuan untuk memperlakukan dirinya sebagai objek yang dievaluasi atas dasar penampilan.

(6)

6 METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berparadigma kritis. Tujuan penelitian kritis adalah untuk mengkritik hubungan sosial yang timpang dan bermaksud untuk menghilangkan keyakinan dan gagasan palsu yang beredar di masyarakat, juga mengkritik sistem kekuasaan yang mendominasi satu kelompok tertentu.

Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah foto-foto di dalam rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011. Foto pada rubrik Exposure ini menampilkan perempuan sebagai model tunggal dengan pakaian yang sangat minim dan pose-pose yang provokatif. Waktu pelaksanaan penelitian adalah Desember 2011 Hingga Juli 2012..

Kerangka Analisis

Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiologi Rholand Barthes signifikasi dua tahap, denotasi, konotasi dan mitos. Analisis dilakukan dalam level teks dan konteks. Dalam konsep Barthes, tahapan denotasi, konotasi, dan mitos dilakukan menggunakan analisis leksia dan analisis lima kode pembacaan. Kelima kode tersebut adalah kode hermeneutika, kode proairetik, kode simbolik, kode kultural, dan kode semik.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer, yaitu foto-foto yang terdapat pada rubrik Exposure pada majalah

Popular edisi Oktober 2011.

2. Data sekunder, penelitian ini memaksimalkan metode library research, dengan mengumpulkan literatur serta berbagai sumber bacaan berupa majalah, buku, internet dan sebagainya yang relevan dan mendukung penelitian.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menganalisis delapan foto yang terdapat pada rubrik Exposure pada majalah Popular edisi Oktober 2011 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, yaitu melalui tahapan:

(7)

7 Analisis Leksia

Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Pada gambar, leksia biasanya didasarkan pada satuan tanda-tanda (gambar) yang dianggap penting dalam pemaknaan.

Kode Pembacaan

Bagi Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok (five major code) yaitu :

1. Kode hermeneutika 2. Kode proairetik 3. Kode simbolik 4. Kode kultural 5. Kode semik

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis

Analisis Foto 1

Gambar 5

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 88-89

Sumber : Majalah Popular Edisi Oktober 2011 Tabel 1

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 95 Signified (Penanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Full Shot

(8)

8

Fokus Selective Focus

Pencahayaan High Contrast

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

1. Seorang perempuan sedang berbaring sambil mengangkat kaki sebelah kanannya dan diletakkan diatas kaki kiri.

2. Ia meletakkan jari telunjuk pada tangan kanan di bibir dan tangan kiri memegang sisi atas sofa.

3. Ia mengenakan bikini merah dengan motif bunga-bunga biru dan putih. 4. Ia menggunakan lensa kontak berwarna cokelat

5. Rambut panjang model dibiarkan tergerai.

6. Model mengenakan tata rias alami dan kukunya dicat berwarna merah. 7. Tato menghiasi tubuhnya, antara lain di lengan atas bagian dalam di

tangannya kanannya dan di bawah pergelangan tangan kiri

8. Latar dari gambar tersebut adalah pepohonan yang berwarna hijau tua. b. Kode Pembacaan

Kode Hermeneutika

Mengapa perempuan tersebut berada pada posisi bebaring? Mengapa ia berpose seperti itu? Mengapa ia mengenakan bikini? Mengapa ia memberi tatapan menggoda ke kamera? Mengapa mengecat rambutnya berwarna cokelat dan menggunakan lensa kontak? Mengapa ia memulas kukunya dengan cat kuku berwarna merah? Mengapa ia menghias tubuhnya dengan tato?

Kode Proairetik

Posisi berbaring menunjukkan inferioritas perempuan di masyarakat. Pakaian minim yang dikenakannya menandakan bahwa keindahan fisik perempuan merupakan hal yang terpenting untuk menarik perhatian, khususnya laki-laki karena foto-foto ini dimuat pada majalah pria dewasa.

Make up ringan dan alami yang digunakannya untuk menimbulkan kesan segar dan alami Tindakan mewarnai kuku dan rambut, menggunakan lensa kontak, dan menghiasi tubuh dengan tato menunjukkan bahwa ia adalah sosok perempuan masa kini yang senang bergaya kebarat-baratan.

(9)

9  Kode Simbolik

Penggunaan sepatu stiletto diasoisasikan dengan perempuan kelas atas yang tidak perlu melakukan banyak aktivitas, karena tingginya hak sepatu tersebut membatasi pergerakan perempuan. Stiletto adalah jenis sepatu dengan hak yang sangat tinggi dan berujung runcing. Stiletto sering dipandang sebagai simbol subordinasi perempuan, karena dengan menggunakan sepatu tersebut, perempuan seolah sulit melangkah, apalagi berlari. Sehingga ia seolah-olah tidak bisa melarikan diri dan selalu berada dalam kungkungan laki-laki.

Ia seolah sedang bersantai dan meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Rumah digambarkan sebagai tempat yang sangat menyenangkan untuk perempuan. Ia bisa tetap tampil menarik walaupun berada di dalam rumah. Pemakaian bikini bermotif bunga-bunga memberikan kesan ceria.

Kode Kultural

Walaupun model memiliki wajah pribumi dan memiliki nama Indonesia, namun terlihat bahwa ia berusaha tampil kebarat-baratan dengan rambut yang dicat cokelat serta penggunaan lensa kontak berwarna senada dengan rambutnya. Tidak hanya itu, upaya untuk berpenampilan barat juga terlihat dari Pengadopsian nilai-nilai barat juga terlihat dari bikini digunakannya. Posisi berbaring dengan mengangkat satu kaki ke atas tidak sesuai dengan budaya timur dan dianggap kurang sopan.

Kode Semik

Hingga saat ini penampilan kebarat-baratan dianggap lebih istimewa, modern dan menunjukkan bahwa perempuan tersebut berasal dari kalangan menengah atas. Perempuan berusaha memenuhi tuntutan tersebut, agar dianggap menarik oleh lawan jenis, karena ia percaya nilai dirinya bergantung pada penilaian laki-laki terhadapnya dan beranggapan bahwa ia akan diterima oleh masyarakat jika memiliki fisik yang menarik.

(10)

10 Analisis Foto 2

Gambar 3

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 92

Sumber : Majalah Popular Edisi Oktober 2011 Tabel 2

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 Signified (Penanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Medium Shot

Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

1. Seorang perempuan mengenakan pakaian dalam berwarna hitam dan ditutupi oleh lingerie berwarna hitam transparan.

2. Perempuan tersebut berpose seolah sedang memoles lipstick ke bibirnya.

(11)

11

4. Tidak ada senyum di wajahnya, bibirnya sedikit dimajukan dan dagunya sedikit diangkat.

5. Rambutnya ikalnya dibiarkan tergerai dan dicat cokelat.

6. Kuku pada jari-jarinya yang lentik dipulas kuteks berwarna merah. 7. Terlihat tato menghiasi pergelangan tangan kirinya..

8. Wajahnya dirias dengan make up tipis dan natural. 9. Lokasi pemotretan adalah di sebuah kamar mandi b. Kode Pembacaan

Kode Hermeunetika

Mengapa perempuan tersebut berada di kamar mandi? Mengapa ia mengenakan pakaian dalam dan lingerie? Mengapa ia berpose seolah sedang merias wajahnya? Mengapa ia tidak tersenyum dan menatap angkuh ke kamera?

Kode proairetik

Kegiatan memoles lipstick yang dilakukannya menandakan bahwa perempuan saat ini memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kosmetik menyempurnakan penampilannya. Walaupun ditutupi oleh lingerie, namun pakaian dalam yang dikenakannya terlihat sangat jelas. Lokasi pemotretan adalah sebuah toilet yang bersih dan modern, dan biasanya terdapat pada rumah mewah.

Kode Simbolik

Foto tersebut menggambarkan kebiasaan perempuan masa kini yang tidak bisa lepas dari penggunaan make up untuk mempercantik dirinya. Make up telah menjadi kebutuhan perempuan untuk mentutupi kekurangan pada wajahnya.

Kode Kultural

Wajah yang cantik jika dipadu dengan bentuk tubuh yang proporsional, akan dikatakan sebagai seorang perempuan dengan fisik sempurna. Di zaman sekarang, tampaknya perempuan lebih banyak memperhatikan penampilan luarnya saja. Sementara masalah inner beauty malah dikesampingkan.

Kode Semik

Setiap orang menilai kecantikan dengan caranya masing-masing. Namun definisi kecantikan bagi laki-laki umumnya sama, yaitu perempuan bertubuh langsing, berambut panjang dan berkulit putih. Sebagian perempuan tidak percaya diri untuk tampil di muka umum apabila belum sempat merias diri. Mahalnya

(12)

12

biaya yang harus mereka keluarkan tidak menyurutkan keinginan untuk tampil cantik dan menarik.

Kemudian hal tersebut dimanfaatkan oleh produsen kosmetik dengan memproduksi berbagai produk tata rias dengan aneka kelebihan. Perempuan yang ingin melentikkan bulu mata bisa menggunakan mascara dan pipi merona dengan blush on. Ditambah dengan produk perawatan yang menjanjikan wajah putih, mulus dan bebas jerawat. Perempuan berlomba-lomba menggunakannya demi menjadi sosok yang dipuja lawan jenis. Tanpa disadari perempuan dijadikan sasaran untuk mendapat keuntungan bagi produsen make up.

Analisis Foto 3

Gambar 4

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 93

Sumber : Majalah Popular Edisi Oktober 2011 Tabel 6

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 93 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

Pengambilan gambar Medium Shot

Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

(13)

13 a. Analisis Leksia

1. Seorang perempuan sedang melakukan kegiatan mencuci piring 2. Ia mencuci sebuah mangkuk keramik berwarna putih

3. Ia tersebut mengenakan bikini berwarna merah bermotif corak hitam. 4. Model mengenakan sarung tangan berwarna kuning.

5. Wajahnya dirias dandanan tebal dan rambutnya tergerai indah. 6. Lokasi pemotretan adalah di sebuah dapur yang bersih dan modern. 7. Keramik pada bak pencuci piring dan lemari penyimpanan didominasi

oleh warna cokelat. Bak pencuci piring berwarna abu abu metalik b. Kode Pembacaan

Kode Hermeunetika

Mengapa ia mengenakan bikini saat mencuci piring? Mengapa ia tersenyum manis ke kamera? Mengapa ia mengenakan bikini berwarna merah? Mengapa ia berdiri sambil sedikit menekuk bagian pinggangnya dan menyilangkan kedua kakinya? Mengapa ia menggunakan sarung tangan? Mengapa wajahnya dirias dandanan tebal saat beraktivitas di dapur?

Kode Proairetik

Kegiatan mencuci piring yang dilakukannya menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh perempuan sehari-hari. Model terlihat sangat cantik dengan make up yang memberikan kesan alami. Tindakan tersenyum manis ke kamera menunjukkan bahwa ia adalah sosok perempuan yang ramah, dan menyenangkan. Penggunaan bikini menunjukkan bahwa perempuan ini ingin memikat perhatian laki-laki dengan mengumbar keindahan tubuhnya.

Dandanan tebal menunjukkan tuntutan masyarakat bahwa perempuan harus terlihat cantik dalam aktivitas apapun. Tangannya dibalut dengan sarung tangan berwarna kuning yang berfungsi melindungi kulit tangannya dan kukunya yang terawat agar tidak rusak oleh sabun pencuci piring.

Kode Simbolik

Ketika seorang perempuan sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring maka yang terbayang adalah sosok yang tidak menarik, dan berantakan. Namun foto ini berusaha mematahkan streotype tersebut dengan menampilkan seorang perempuan yang tetap cantik saat beraktivitas di dapur.

(14)

14  Kode Kultural

Budaya patriarki sangat jelas terlihat dalam foto tersebut. Sejak dulu terdapat pembedaan antara laki-laki dengan perempuan, salah satunya dalam hal aktivitas. Sejak kecil seorang anak laki-laki dibiasakan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat sebanyak-banyaknya di luar rumah. Sebaliknya perempuan sejak kecil diajarkan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Kode Semik

Budaya patriarki saat ini masih memegang peranan dalam sebuah keluarga. Aktivitas yang tepat untuk perempuan adalah melakukan pekerjaan rumah tangga di wilayah domestik dan bagian paling penting dari perempuan untuk menarik perhatian laki-laki adalah keindahan fisiknya.

Analisis Foto 4

Gambar 5

Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94

Sumber : Majalah Popular Edisi Oktober 2011 Tabel 4

Identifikasi Kode Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94 Signified (Petanda) Signifier (Penanda)

(15)

15

Sudut pandang Eye Level Angle

Fokus Deep Focus

Pencahayaan High Key

Pewarnaan Warm

a. Analisis Leksia

1. Seorang perempuan sedang memasak sambil berdiri mengangkat kaki kanannya

2. Tangan kanannya mengaduk makanan yang sedang dimasak.

3. Ia mengenakan bikini berwarna merah dengan motif garis-garis hitam 4. Mengenakan sepatu stiletto berwarna abu-abu dan pink

5. Wajahnya dirias dandanan tebal dan ia tersenyum ke kamera 6. Lokasi pemotretan adalah disebuah dapur yang mewah dan bersih

b. Kode Pembacaan Kode Hermeunetika

Mengapa perempuan tersebut memasak? Mengapa ia berdiri sambil mengangkat kaki kanannya padahal ia mengenakan sepatu berhak tinggi? Mengapa ia mengenakan bikini? Mengapa ia tersenyum riang? Mengapa ia membiarkan rambutnya tergerai? Mengapa wajahnya dirias dandanan tebal?

Kode Proairetik

Kegiatan memasak menandakan pandangan masyarakat yang membebankan perempuan untuk menguasai pekerjaan rumah tangga. Model berdiri dengan hanya bertumpu pada satu kaki. Posisi tubuh berdiri dengan mengangkat satu kaki sambil mengenakan sepatu berhak tinggi menandakan berat badan yang ideal, karena ia mampu menjaga keseimbangan dengan posisi yang sulit seperti itu. Make-up, aksesoris dan sepatu tinggi menandakan bahwa ia adalah perempuan yang selalu memperhatikan penampilan.

Kode Simbolik

Dapur dan memasak merupakan dua hal yang sering dihubungkan dengan perempuan. Peralatan modern dan dapur yang mewah menunjukkan ia berasal dari kalangan menengah atas. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai, biasanya orang

(16)

16

yang sedang memasak akan menggelung rambutnya untuk mencegah rambut jatuh ke makanan yang sedang dimasak. Menggunakan aksesoris cincin dengan hiasan mutiara terlihat menganggu rangkaian kegiatan memasak.

Kode Kultural

Perempuan banyak digambarkan dalam streotip tradisional; hanya memasak di dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, yang cenderung merendahkan posisi perempuan di hadapan laki-laki. Masih ada pembatasan-pembatasan bagi perempuan untuk menyejajarkan dirinya dengan laki-laki.

Kode Semik

Masyarakat yang didominasi oleh laki-laki membedakan peranan antara anak laki-laki dan perempuan. Sejak kecil, anak laki-laki dididik untuk menjadi sosok yang cerdas, kuat, bertanggung jawab dan selalu didukung untuk belajar serta melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk meraih cita-citanya. Sementara itu, anak perempuan sejak kecil dilatih untuk menjadi sosok yang penurut, penyabar, betah dirumah dan diajarkan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga serta aktivitas lain yang erat dengan sifat feminin dalam dirinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Majalah sebagai salah satu bentuk media massa dihadapkan pada berbagai persaingan dalam menjaring pembaca. Dengan semakin bertambahnya jumlah dan jenis majalah, menjadikan persaingan semakin ketat. Untuk mengahadapi persaingan, majalah memiliki berbagai pilihan strategi, misalnya konsisten dalam menyajikan berita hangat yang menarik, informasi yang bermanfaat atau melengkapi majalah dengan berbagai bonus. Namun sayangnya, demi iklan dan menarik perhatian masyarakat, para pemilik majalah tersebut melakukan segala cara hingga menyuguhkan foto-foto dengan unsur pornografi agar majalah tersebut dapat diterima dengan segera oleh masyarakat dan penjualannya pun meningkat.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis di dalam foto-foto rubrik Exposure Majalah Popular Edisi Oktober 2011, tubuh perempuan diposisikan sebagai objek keindahan untuk dievaluasi, dilihat, diamati untuk memenuhi kepuasan para pembaca majalah tersebut. Foto-foto tersebut seolah

(17)

17

menyampaikan bahwa tubuh perempuan hanya dianggap sebagai sebuah benda dan menjadikannya bisnis yang bernilai untuk diperdagangkan, bukan sebagai diri yang memilki jiwa dan perasaan.

Perempuan dalam rubrik Exposure ini juga mencoba untuk memenuhi dua standar ideal seorang perempuan menurut konstruksi laki-laki. Pertama, standar kesempurnaan keindahan fisik seorang perempuan yaitu dengan tubuh langsing, rambut indah dan kulit mulus.Kemudian yang kedua sosok ideal seorang perempuan yang rajin dan piawai mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang serba bisa dalam menangani segala pekerjaan yang berhubungan dengan wilayah domestik.

Mitos kecantikan ditampilkan melalui berbagai media dan disuguhkan kepada masyarakat menyebabkan kaum perempuan menetapkan kualitas dirinya berdasarkan keindahan fisik yang ditampilkan di media massa tersebut. Akhirnya perempuan terbiasa bercermin pada media massa dan membandingkan dirinya dengan artis-artis cantik di majalah atau televisi.

Mitos kecantikan berkaitan dengan tipe perempuan narsis yang dijelaskan Beauviour dalam feminisme eksistensialis. Seorang narsis terobsesi untuk menyempurnakan wajah, tubuh dan pakaiannya. Kualitas diri narsisme ditentukan oleh penilaian fisiknya oleh masyarakat. Ia menganggap dirinya berharga jika dianggap cantik oleh masarakat. Seorang narsisme seolah tidak mempunyai rasa percaya diri untuk menentukan definisi kecantikan bagi dirinya sendiri. Akibatnya, ia hanya menghabiskan waktunya untuk berdandan dan melupakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dirinya, misalnya menambah wawasan dan pengetahuannya. Mitos kedua yang terdapat dalam foto-foto tersebut adalah mitos penempatan perempuan di wilayah domestik. Terdapat anggapan yang beredar di masyarakat bahwa perempuan seharusnya berada dirumah dan mengurus keperluan rumah tangga.

Bila dikaitkan dengan paham feminisme eksistensialis, perempuan dalam foto-foto tersebut melakukan jenis kegiatan “Ada dalam Dirinya”. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan bukan atas pilihan dan keputusan perempuan untuk melaksanakannya. Tetapi, karena kebiasaan yang dibebankan secara turun temurun kepadanya. Berbeda dengan kegiatan “Ada untuk Dirinya”, biasanya

(18)

18

merupakaan kegiatan yang memiliki tujuan, kesenangan dan kepuasan dalam melaksanakannya. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan pilihan dan pertimbangan untuk mencapai tujuan tertentu.

Melalui mitos-mitos yang ditampilkannya, majalah Popular ingin menyebarkan suatu gagasan kepada masyarakat bahwa tempat terbaik bagi seorang perempuan adalah di dalam rumah. Perempuan yang berada di rumah dapat tampil dengan wajah penuh make up, rambut ditata rapi dan penggunaan berbagai aksesoris. Aktivitas di luar rumah dianggap dapat merusak kecantikannya karena harus berhadapan dengan debu dan polusi.

Perempuan seharusnya didorong untuk menuntut ilmu, menggapai cita-citanya dan melakukan kegiatan yang disenanginya agar menjadi sosok yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Perempuan harus menyadari bahwa konsep kecantikan yang selama ini dibentuk oleh media adalah upaya dari para produsen produk kecantikan agar produknya laku di pasaran. Perempuan harus terus mengembangkan bakatnya agar menjadi manusia yang utuh, yang bereksistensi penuh terhadap dirinya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Objektivikasi perempuan dalam foto-foto tersebut terjadi dalam dua bentuk. Pertama, objektivikasi seksual yaitu menempatkan keindahan tubuh perempuan sebagai objek untuk dievaluasi. dinikmati dan dinilai hanya berdasarkan bagaimana penampilannya. Objektivikasi yang kedua adalah, ketika perempuan direndahkan derajatnya sebagai pekerja rumah tangga. Perempuan dibatasi hanya beraktivitas di ranah domestik.

2. Mitos yang dapat digali dari pemaknaan atas tanda yang terdapat dalam rubrik foto-foto tersebut adalah mitos kecantikan yang menetapkan kriteria kecantikan fisik perempuan dalam kriteria yang sama, yaitu berkulit putih dan mulus, rambut panjang dan tubuh tinggi langsing. Kedua, mitos pengekangan perempuan di wilayah domestik menjadikannya begitu lekat dengan pekerjaan rumah tangga.

(19)

19 Saran

Beberapa saran yang ingin diberikan penulis adalah :

1. Saran penelitian, semiotika merupakan kajian yang membutuhkan wawasan luas untuk mendapatkan analisis mendalam. Disarankan kepada peneliti-peneliti lain lain agar memperbanyak bahan bacaan yang berkaitan dengan objek analisisnya demi tercapainya kedalaman penelitian.

2. Saran dalam kaitan akademis, agar penelitian selanjutnya dengan kajian yang sama dapat menggunakan kerangka analisis yang berbeda, misalnya menggunakan analisis wacana kritis agar tercipta keragaman dalam penelitian.

3. Saran dalam kaitan praktis, agar media berhenti memanfaatkan perempuan sebagai benda yang diobjektivikasi untuk mendapatkan keuntungan, karena hal tersebut sangat merugikan perempuan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Bungin, Burhan. 2003. Pornomedia: Konstruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta: Prenada Media.

___________. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. __________. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syarifah. 2006. Kebertubuhan Perempuan Dalam Pornogarfi. Jakarta: Yayasan Kota Kita

Sunarto dan Hermawan, Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi. 2011. Jakarta: ASPIKOM.

Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminist Thought. Yogyakarta: Jalasutra

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media

(20)

20 Jurnal

Suprapto, Maria Helena, & Aditomo, Anindito. (2007). Aku dan Dia Cantik Mana? Perbandingan Sosial, Body Dissatisfaction dan Objektivikasi Diri. Anima Indonesian Psychological Journal Volume 22 no 2.

Majalah

Majalah Popular Edisi Oktober 2011 Internet

Gambar

Foto Rubrik Exposure Pada Majalah Popular Halaman 93
Foto Rubrik Exposure Majalah Popular Halaman 94

Referensi

Dokumen terkait

Kampoeng Djowo Sekatul diharapkan dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada konsumen, harga yang ditawarkan diharapkan dapat lebih sesuai dengan daya beli

[r]

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 38 .Tahun 2015 tentang Pemberian Gaji/ Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas Dalam Tahun

Batasan Masalah pada Perancangan dan Implementasi Aplikasi Kamus Bahasa Biak pada android yaitu menerjemahkan bahasa Biak ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya, kamus ini

The ability of the powered prosthesis and controller to provide level walking functionality was assessed by characterizing the knee and ankle joint biome- chanics (e.g., joint

lalu lintas ya, jadi saya berpikirnya karena memang tidak lewat jalur- jalur seperti itu, saya anggap gak jadi masalah kalo gak pake, jadi anak gakmau yaudah, pake yang

Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat

Kriptografi merupakan ilmu yang digunakan untuk mengamankan data. Tetapi kriptografi perlu di- update atau dimodifikasi untuk meningkatkan keamanan. Dalam penelitian