• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIZQI FKIK Gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur Tahun 2017 RIZQI FKIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RIZQI FKIK Gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur Tahun 2017 RIZQI FKIK"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN PERILAKU PENGENDARA DALAM MEMAKAIKAN

HELM PADA PENUMPANG ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN 03

CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)

Rizqi Suryaramadhanty

1113101000041

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN PERILAKU PENGENDARA DALAM MEMAKAIKAN

HELM PADA PENUMPANG ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN

CIPINANG MELAYU 03 JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

Telah disetujui, diperiksa, dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tangerang Selatan, 4 Januari 2018 Oleh :

Rizqi Suryaramadhanty 1113101000041

Mengetahui, Pembimbing Skripsi

Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.KM, M.KKK

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

LEMBAR PENG ESAH AN

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RIZQI SURYARAMADHANTY NIM : 1113101000041

Tangerang Selatan, 4 Januari 2018 Penguji I,

Dewi Utami Iriani, M. Kes, Ph.D NIP. 19750316 200710 2 001

Penguji II,

Dr. M. Farid Hamzens, M.Si NIP. 19630621 199403 1 001

Penguji III,

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur Tahun 2017” ini merupakan hasil karya saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Januari 2018

Rizqi Suryaramadhanty, NIM : 1113101000041

Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur Tahun 2017

(xix + 159 halaman, 3 tabel, 7 gambar, 3 bagan, 13 lampiran) ABSTRAK

Pemakaian helm pada penumpang anak merupakan suatu kewajiban mengacu pada UU No. 22 tahun 2009. Selain itu terdapat tiga faktor utama penumpang anak dipakaikan helm : kefatalan, belum dapat mengambil keputusan sendiri, dan usia yang tepat diajarkan dasar-dasar keselamatan berlalu linats. Berdasarkan studi pendahuluan di SDN Cipinang Melayu 03, sepuluh dari sebelas pengendara (90,9%) tidak memakaikan helm pada penumpang anak namun memiliki pandangan bahwa helm penting untuk menjaga keselamatan anak ketika akan melintasi jalan raya atau jarak tempuh yang dilalui jauh.

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak ditinjau menggunakan theory of planned behavior. Penelitian ini dilakukan sejak April hingga Desember 2017. Metode pengambilan informan yang digunakan adalah accidental sampling dengan total informan dua belas informan (4 pengendara, 4 siswa, 1 satpam, 2 petugas kepolisian, 1 kepala sekolah). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Analisis yang dilakukan adalah analisis Miles dan Huberman.

Hasil penelitian pada aspek sikap menunjukkan pengendara memiliki pandangan bahwa pemakaian helm pada penumpang anak penting ketika melintasi jalan raya atau berjarak tempuh jauh. Pada aspek norma subyektif pengendara hanya menganggap memiliki pengaruh dari adanya pihak kepolisian. Pada aspek persepsi kontrol perilaku, pengendara menganggap hal yang memudahkan mereka untuk berperilaku adalah apabila memiliki informasi adanya pihak kepolisian yang berjaga. Pengendara hanya memiliki niat untuk memakaikan helm pada penumpang anak jika akan melintasi jalan raya atau mendapatkan informasi adanya kepolisian yang berjaga di daerah tertentu. Pengendara memiliki kecenderungan perilaku untuk tidak memakaikan helm pada penumpang anak jika hanya melintasi jalan pintas/jarak tempuhnya dekat.

Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan pengetatan penerapan peraturan hukum bagi pengendara yang tidak memakaikan helm untuk penumpang anak sehingga diharapkan kecenderungan perilaku pengendara menjadi lebih baik dan tidak tergantung dengan keberadaan polisi dan persepsi risiko kecelakaan yang lebih rendah di nonjalan raya.

Daftar bacaan : 47 (1972 - 2017)

(6)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduate thesis, January 2018

Rizqi Suryaramadhanty, NIM : 1113101000041

Description of Motorcycle Rider’s Behavior on The Use of Children Helmet to Their Children Pillion Passengers in SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur 2017

(xix + 159 pages, 3 tabel, 7 pictures, 3 schematics, 13 attachments) ABSTRACT

The use of children’s helmet for children pillion passengers is an obligation refers to Law regulation of Indonesia No. 22 2009. Based on preliminary study, it is known that ten form eleven riders (90,9%) did not gave helmet for their children pillion passengers but believe that the use of helmet is important to ensure their safety in a main street.

This was a qualitative descriptive research which had an objective to describe how motorcycle rider’s behavior in the term of the use of children’s helmet to their children pillion passengers in SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur 2017 using a concept form theory of planned behavior. This research was started from April and ended on December 2017. Accidental sampling was used as the method of informan sampling and the total of informan were 12 informans (4 riders, 4 children, 1 security, 2 police officer, 1 headmaster). Primary data were collected by indepth interview and observation process. Analysis method that used in this research was Miles and Huberman analysis.

The results for the attitude of the riders showed that they thought that the use of children’s pillion passengers was important only when they were cross the main street. For the subjective norm the results showed that the only motivation to behave nicely was the presence of police officer on the street they would passed. For perceived behavioral control the results showed that the most facilitate factor to the riders was the information about the presence of the police officer. The rider’s intention to give helmet to their pillion passengers only existed when they were passed the main street and had an information about the presence of police officer. Based on this results, it can be said that riders had a tendency to give helmet to their pillion passengers if they were just passed through main street or for the long trip.

The suggestion that can be given from the researcher is with more cooperation and also the improvement of the implementation of the regulation about using helmet for pillion riders, it is expected to improve riders behavior in the future and not depend on the existence of the police officer or their perceptions of distance (short distance does not mean saver from risk).

Reference : 47 (1972 - 2017)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : Rizqi Suryaramadhanty

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Padjajaran VII Blok L no. 8, Pondok Jatimurni, RT 05 RW 07, Pondok Gede, Bekasi 17431

Nomor HP : +62 858-8359-7218

Email : ramadhanty23@gmail.com

Pendidikan Formal

2001 – 2006 : SDN Jatimurni 3 Bekasi

2006 – 2007 : SDN Setu 03 Petang 2007 – 2010 : SMPN 81 Jakarta 2010 – 2013 : SMAN 48 Jakarta

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak

Sekolah Dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur Tahun 2017”.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang atas izin Allah SWT menyebarkan kebaikan dan mengajarkan umatnya untuk terus menggali ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat bagi sesama umat manusia.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi Strata I Kesehatan Masyarakat, Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Keluarga penulis, yaitu orang tua dan kakak tercinta karena atas doa dan dukungan yang diberikan penulis dapat memperoleh pendidikan yang tinggi hingga jenjang universitas dan selalu merasa mampu menjalani setiap proses penyelesaian skripsi demi mendapatkan gelar untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

(9)

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.K.M, M.KKK selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing penulis dengan segala arahan dan ilmunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu dr. Iting Shofwati S.T, M.KKK selaku dosen penanggung jawab peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan sebagai dosen penguji II pada saat seminar proposal dan seminar hasil.

6. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si, ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D, dan bapak Rulyenzi Rasyid, M.KKK selaku para penguji sidang skripsi yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh informan dalam penelitian ini yaitu orang tua, siswa, dan satpam

sekolah SDN Cipinang Melayu 03.

8. Bapak H. Memen, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Cipinang Melayu 03 yang telah membantu penulis dalam hal pemberian izin tempat penelitian. 9. DIKYASA POLDA Metro Jaya dan DIKYASA Satlantas Jakarta Timur yang

telah dengan terbuka membantu penulis dalam hal pengumpulan data dengan proses wawancara.

(10)

11.Seluruh teman dekat penulis, Mayang Pramudita Yusuf, Hilmi Abdul Aziz, Rhedylla Dwi Poetra atas kekonyolannya yang menghibur penulis selama penyelesaian skripsi ini dan dukungannya untuk selalu semangat dan bisa mendapatkan gelar seperti yang sudah mereka dapatkan ; beberapa anggota Katigabelas yang walaupun sudah tahu baik dan buruknya penulis tetap dengan senang hati terus memberikan semangat dan bantuan untuk penulis ; selalu berlima-nya penulis, Ana Muslima, Wihdaturrahmah, Avita Falahdina, dan Dinda Apriliani yang selalu mewarnai hari-hari penulis dan saling mendukung dari semester awal perkuliahan hingga semester akhir titik darah penghabisan ; dan kakak kelas yang tidak dapat penulis sebutkan namanya, terima kasih atas segala dukungan, perhatian, dan kesediaannya mendengarkan segala keluh kesah penulis selama ini. Terima kasih.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, dengan segala doa dan harapan semoga semua kebaikan yang mereka berikan dapat bermanfaat bagi penulis. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kelak dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sehingga dapat mengembangkan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan bermanfaat bagi seluruh pembaca. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tangerang Selatan, Januari 2018

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR ISTILAH ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor ... 7

(12)

1.5.3 Bagi Kepolisian RI ... 7

1.5.4 Bagi Peneliti ... 8

1.6 Ruang Lingkup ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku ... 9

2.1.1 Theory of Reasoned Action ... 9

2.1.2 Theory of Planned Behavior ... 11

2.1.4 Perbandingan Teori Perilaku ... 14

2.1.5 Perilaku Aman Berkendara ... 15

2.2 Helm Sebagai Pelindung Kepala Pengendara dan Penumpang Saat Berkendara ... 24

2.2.1 Definisi Helm ... 24

2.2.2 Jenis-Jenis Helm ... 24

2.2.3 Bagian-Bagian Helm ... 25

2.2.4 Cara Kerja Helm ... 26

2.2.5 Kriteria Memilih Helm yang Baik dan Benar ... 28

2.2.6 Regulasi Penggunaan Helm ... 28

2.3 Aman Berkendara Bagi Penumpang Anak ... 30

2.3.1 Definisi Penumpang dan Anak... 30

2.3.2 Pentingnya Keselamatan Anak Sebagai Penumpang ... 30

2.3.3 Helm Sebagai Alat Pelindung Diri Bagi Penumpang Anak ... 32

2.4 Definisi Jalan Raya... 34

2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 35

2.5 Kerangka Teori ... 40

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ... 42

(13)

3. 2 Definisi Istilah ... 43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 46

4.1 Jenis Penelitian ... 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

4.3 Populasi dan Informan Penelitian ... 46

4.3.1 Populasi ... 46

4.3.2 Informan ... 47

4.4 Sumber Data ... 49

4.5 Metode Pengumpulan Data... 49

4.6 Instrumen Penelitian ... 51

4.7 Analisis Data ... 52

4.8 Keabsahan Data... 53

4.9 Penyajian Data ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN ... 57

5.1 Profil Sekolah Dasar Negeri Cipinang Melayu 03... 57

5.2 Gambaran Sikap Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 58

5.3 Gambaran Norma Subyektif Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 61

5.4 Gambaran Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 65

5.5 Gambaran Niat Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 68

5.6 Gambaran Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 69

(14)

BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN ... 74

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 74

6.2 Pembahasan Penelitian ... 75

6.2.1 Sikap Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak... 75

6.2.2 Norma Subyektif Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 78

6.2.3 Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 82

6.2.4 Niat Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak ... 88

6.2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak 91 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 94

7.1 Simpulan ... 94

7.2 Saran ... 95

7.2.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor ... 95

7.2.2 Bagi SDN Cipinang Melayu 03 ... 95

7.2.3 Bagi Kepolisian RI ... 95

7.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 96

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action………. 11 Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior………. 14 Gambar 2.3 Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Tertutup SNI 1811-2007... 26 Gambar 2.4 Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Terbuka SNI 1811-2007... 26 Gambar 2.5 Komponen Dasar Helm Sebagai Pelindung Kepala ………... 27

(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Berdasarkan Theory of Planned Behavior (Ajzen,

1985)……… 41

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan Theory of Planned Behavior

(Ajzen, 1985)……….

42

Bagan 5.1 Kontribusi Sikap, Norma Subyektif, Persepsi Kontrol Perilaku, dan Niat Terhadap Perilaku Pemakaian Helm pada Penumpang Anak…………..

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Teori Perilaku…….……… 15 Tabel 4.1 Karakteristik Informan dalam Penelitian Perilaku Pengendara di

SDN Cipinang Melayu 03 Tahun 2017……….. 47

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Informed Consent……… 101

Lampiran II Pedoman Wawancara Informan Utama………. 102

Lampiran III Pedoman Wawancara Informan Pendukung……… 103

Lampiran IV Pedoman Wawancara Informan Kunci……… 104

Lampiran V Hasil Observasi Pemakaian Helm pada Penumpang Anak……. 105

Lampiran VI Hasil Observasi Sikap Pengendara……….…….…… 106

Lampiran VII Hasil Observasi Lingkungan Teman Sebaya Pengendara………. 108

Lampiran VIII Hasil Observasi Persepsi Kontrol Perilaku Pengendara………. 109

Lampiran IX Matriks Hasil Wawancara Mendalam Informan Utama………….. 111

Lampiran X Matriks Hasil Wawancara Mendalam Informan Pendukung ……... 117

Lampiran XI Matriks Hasil Wawancara Mendalam Informan Kunci………….. 118

Lampiran XII Matriks Hasil Penelitian………. 121

(19)

DAFTAR ISTILAH

BSN Badan Standardisasi Nasional

Ditlantas Polda Metro Jaya Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya

PBC Perceived behavioral control

POLRI Kepolisian Republik Indonesia

PP Peraturan pemerintah

SDN Sekolah Dasar Negeri

SNI Standard Nasional Indonesia

TPB Theory of planned behavior

TRA Theory reasoned action

UU Undang-undang

(20)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan berkendara menjadi suatu hal yang penting mengingat sistem transportasi di dunia berkembang semakin pesat termasuk perkembangan sepeda motor dari segi kuantitas. Kecelakaan lalu lintas dan kematian di jalan raya menjadi hal yang serius dan darurat untuk diperhatikan di hampir pada seluruh bagian di wilayah Asia Tenggara (Mohan, 2010). Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling populer pada mayoritas negara Asia dan negara berkembang (Zamani-Alavijeh dkk., 2011). Enam puluh persen dari kematian di jalan di Malaysia merupakan pengguna kendaraan bermotor roda dua dan sebesar 70 – 90% di Thailand (WHO, 2014).

(21)

meninggal dunia, 36.767 luka berat dan 108.811 menderita luka ringan (Ditjen Hubdat, 2008-2012 dalam Asdar dkk.2013).

Proporsi kematian pengemudi sepeda motor adalah yang terbesar di Indonesia, yaitu 36% dibandingkan dengan seluruh korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia (2015). Kontribusi sepeda motor dalam kecelakaan di Jakarta adalah sebesar 59,2% (POLRI, 2015). Menurut penelitian Kashani dkk. (2014) sepeda motor adalah penyebab kecelakaan terfatal yang menyebabkan kematian.

(22)

anak berusia kurang dari tujuh tahun menggunakan helm sebesar 34,3% dan untuk yang berusia 8 – 14 tahun menggunakan helm sebesar 23,3% (Pervin dkk., 2009). Di Indonesia, pada tahun 2004, kecelakaan lalu lintas dengan korban penumpang anak terdapat 955 kasus kematian (Mohan, 2010). Sedangkan kecelakaan lalu lintas dengan korban anak pada tahun 2013 mencapai 25.553 kasus kecelakaan (POLRI, 2013). Jumlah kecelakaan dan kematian tersebut dapat disebabkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara baik terhadap dirinya maupun penumpang. Sebagaimana yang tercantum dalam data Laporan Pelanggaran Lalu Lintas Ditlantas Polda Metro Jaya tahun 2016, terdapat 3.692 kasus pelanggaran terkait helm pada sepanjang tahun 2016.

Penggunaan helm menjadi suatu hal yang penting karena dengan menggunakan helm, kefatalan akibat suatu kecelakaan saat berkendara dapat diminimalkan. Sebagaimana fungsi helm yaitu sebagai pelindung kepala, helm terbukti dapat menyelamatkan jiwa penggunanya. Menurut NHTSA (2007) helm menyelamatkan jiwa 1.784 pengendara motor pada tahun 2007 di China. Selanjutnya, berdasarkan penelitian Xuequn dkk. (2011) helm dapat mengurangi cedera kepala akibat kecelakaan sebesar 70% dan mengurangi risiko kematian hingga 40%.

(23)

(Asril, 2012). Di wilayah tersebut terdapat satu sekolah dasar yang letaknya terdekat dengan lokasi rawan kecelakaan, yaitu SDN Cipinang Melayu 03.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan sepuluh dari sebelas pengendara (90,9%) tidak membawa helm untuk penumpang anak namun seluruh pengendara memiliki anggapan bahwa helm untuk penumpang anak adalah suatu hal yang penting ketika berkendara. Berdasarkan ketidaksesuaian tersebut serta mempertimbangkan adanya unsur kewajiban bagi pihak pengendara untuk turut serta mempertanggungjawabkan keselamatan penumpang dengan memakaikan helm dan efek yang dapat terjadi apabila penumpang anak tidak diberikan helm saat berkendara maka peneliti merasa perlu mengkaji lebih dalam dengan melakukan penelitian mengenai perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur yang ditinjau berdasarkan aspek sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat pengendara.

1.2 Rumusan Masalah

Terdapat landasan hukum mengenai keselamatan berkendara yang berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 106 ayat 8 berbunyi “Setiap orang yang

(24)

hasil studi pendahuluan, terdapat kesenjangan antara penerapan peraturan tersebut dengan keadaan aktual di lapangan, bahwa sepuluh dari sebelas pengendara tidak memakaikan helm pada penumpang anaknya. Hal tersebut menjadi penting untuk ditindaklanjuti karena anak menjadi golongan umur yang penting diperhatikan keselamatannya. Selain sebagai penerus keturunan, usia anak juga merupakan usia mendasar untuk diajarkan peduli terhadap keselamatan diri sendiri. Keselamatan penumpang anak menjadi hal yang serius mengingat penumpang anak belum dapat menjaga keselamatannya sendiri sehingga pengendara lah yang seharusnya menjamin keselamatannya termasuk pemakaian helm saat berlalu lintas menggunakan sepeda motor.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan juga didapatkan informasi bahwa seluruh pengendara mengatakan bahwa helm penting untuk menjaga keselamatan penumpang anak. Namun hal tersebut tidak mereka terapkan dalam berkendara dengan penumpang anak dari dan menuju sekolah, sehingga penelitian ini ingin menggali sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan niat terhadap perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran sikap pengendara terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017?

(25)

3. Bagaimana gambaran persepsi kontrol perilaku pengendara terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017?

4. Bagaimana gambaran niat pengendara terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017?

5. Bagaimana gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017? 1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak berdasarkan komponen sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, da niat pengendara di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran sikap pengendara terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.

2. Diketahuinya gambaran norma subyektif pengendara terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.

(26)

4. Diketahuinya gambaran niat pengendara terhadap perilaku dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.

5. Diketahuinya gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi empat bagian yaitu manfaat penelitian bagi pengendara sepeda motor, bagi SDN Cipinang Melayu 03, bagi kepolisian RI, dan bagi peneliti.

1.5.1 Bagi Pengendara Sepeda Motor

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kewaspadaan dan kepatuhan bagi pengendara sepeda motor supaya lebih memperhatikan aspek keselamatan berkendara khususnya penggunaan helm pada penumpang anak.

1.5.2 Bagi SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk pihak sekolah untuk turut serta dengan pihak kepolisian bersama-sama dapat meningkatkan aspek keselamatan bagi anak sekolah dasar terutama dalam hal penggunaan helm bagi penumpang anak.

1.5.3 Bagi Kepolisian RI

(27)

terus meningkatkan upaya-upaya keselamatan, khususnya penggunaan helm pada penumpang anak.

1.5.4 Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu K3 yang telah dipelajari dalam masa perkuliahan khususnya mengenai keselamatan berkendara.

1.6 Ruang Lingkup

(28)

BAB II TI NJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku merupakan suatu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari dalam diri manusia. Manusia berperilaku untuk menjalankan kegiatannya sehari-hari dan untuk berinteraksi satu sama lain. Perilaku dapat menjadi suatu hal yang abstrak (tidak terlihat) dan dapat pula menjadi suatu tindakan yang terlihat dan dapat diamati.

Perilaku yang dibahas dalam penelitian ini adalah perilaku pengendara sepeda motor dalam pemakaian helm pada penumpang anak yang bersifat kualitatif. Diantara teori-teori perilaku yang lain, terdapat dua teori yang dianggap paling cocok dengan penelitian ini, yaitu theory reasoned action (TRA) dan theory of planned behavior (TPB). Theory reasoned action merupakan dasar pembentukan teori perilaku terencana (TPB) dimana terdapat domain niat yang menjadi hal yang berbeda untuk diteliti dibandingkan dengan teori lainnya.

2.1.1 Theory of Reasoned Action

(29)

Tujuan utama dibuatnya TRA adalah untuk menjelaskan perilaku yang terbentuk akibat adanya kehendak dari seseorang (volitional behaviors). Dalam TRA prediktor utama pembentuk perilaku adalah niat.

Niat tersebut adalah hasil dari interaksi antara faktor dalam diri seseorang dan pengaruh norma subyektif dari lingkungan sekitar seseorang.

Berdasarkan gambar 2.1 sikap terbentuk dari kekuatan keyakinan dan evaluasi terhadap keyakinan tersebut. Yang dimaksud dengan kekuatan keyakinan (belief strenght) adalah seberapa besar seseorang memiliki keyakinan positif atau negatif terhadap suatu hal. Sedangkan evaluasi terhadap keyakinan (belief evaluation) adalah seberapa besar seseorang merasa akan melakukan suatu hal dilihat dari outcome yang akan ditimbulkannya, apakah outcome positif atau negatif.

(30)

Sumber : Ajzen, Icek (1975) dalam Hale, Jerold L. dkk, (2014) Gambar 2.1

Theory of Reasoned Action

2.1.2 Theory of Planned Behavior

Theory of planned behavior (TPB) atau dapat disebut juga dengan

teori perilaku terencana merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari theory reasoned action (TRA). Sama halnya dengan theory of reasoned action, teori perilaku terencana menjelaskan aspek internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Satu hal yang membedakan TPB dengan TRA adalah di dalam TPB terdapat faktor kontrol perilaku (perceived of behavioral control) yang dapat mempengaruhi niat dan perilaku seseorang (Ajzen,

1985). Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

(31)

kontrol perilaku adalah persepsi seseorang terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu apakah seseorang merasa mudah atau sulit untuk melakukan tingkah laku tertentu. Ajzen (2005) menyatakan perceived behavioral control menjalankan fungsi control beliefs mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendorong atau

menghambat individu untuk melakukan sebuah perilaku. Kepercayaan dalam kontrol ini didasarkan pada pengalaman terdahulu individu tentang suatu perilaku, informasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku yang diperoleh dengan melakukan observasi pada pengetahuan yang dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal individu, dan juga oleh berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan perasaan individu mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan suatu perilaku.

Faktor kontrol perilaku merupakan suatu keadaan dimana seseorang bisa mengatur kemampuan/ketidakmampuannya dalam melakukan suatu perilaku (dipengaruhi oleh faktor eksternal) sehingga akhirnya dia memutuskan untuk berperilaku atau tidak, yang kemudian disebut juga dengan nonvolitional behaviors (perilaku diluar kehendak). Faktor nonvolitional behaviors ini pula yang membedakan TPB dengan TRA, dimana dalam TRA hanya dibahas mengenai volitional behaviors.

Ajzen (1985) dan Ajzen (2005) menjelaskan bahwa dalam di dalam kontrol perilaku terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi, yaitu dijelaskan sebagai berikut.

(32)

Terdapat beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi kontrol perilaku yang kemudian mempengaruhi niat untuk berperilaku, diantaranya :

1. Informasi, keahlian, dan kemampuan dan kemauan. 2. Keadaan emosi dan paksaan (emotions and compulsions).

Faktor internal memiliki peranan untuk membentuk persepsi kontrol perilaku dan keberhasilan timbulnya niat terhadap perilaku. Faktor internal ini merupakan kumpulan dari fungsi kognitif seseorang dan segala sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang tersebut termasuk keadaan mental.

b. Faktor Eksternal

Sama halnya dengan faktor internal, faktor eksternal juga memiliki peranan untuk mempengaruhi kontrol perilaku yang kemudian mempengaruhi niat terhadap perilaku seseorang, yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Ketersediaan Waktu.

Kurangnya waktu dapat mempengaruhi seseorang untuk dapat mengontrol perilakunya sesuai yang diharapkan. Umumnya, kejadian seperti ini adalah faktor yang tidak terduga. Perilaku yang sudah direncanakan sebelumnya dapat menjadi tidak terlaksana akibat satu dan lain hal yang berhubungan dengan waktu.

(33)

seseorang yang awalnya patuh untuk memakaikan helm pada penumpang anak dikarenakan terdapat informasi razia kepolisian menjadi tidak patuh ketika mendapat informasi bahwa razia kepolisian sudah tidak dilakukan lagi.

2. Ketergantungan terhadap Orang Lain.

Menurut Ajzen (1985), suatu niat terhadap perilaku tidak dapat terwujud jika orang lain yang berhubungan dengan perilaku tersebut tidak memberikan dukungan ke arah yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa keinginan seseorang untuk mewujudkan niat terhadap perilaku dipengaruhi oleh peran dari orang lain. Sebagai contoh, perilaku orang tua saat memakaikan helm pada penumpang anak tidak akan terwujud jika anak tersebut menolak untuk memakai helm karena satu dan lain alasan.

Gambar 2.2

Theory of Planned Behavior

2.1.4 Perbandingan Teori Perilaku

(34)

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Teori Perilaku

Theory of Reasoned Action Theory of Planned Behavior

Perilaku dapat terbentuk dari prediktor utama berupa niat (volitional behavior)

Terdapat faktor nonvolitional behavior sehingga aktualisasi perilaku tidak hanya dilihat berdasarkan niat tetapi juga dilihat dari aspek persepsi kontrol perilaku. Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dalam TRA, niat merupakan prediktor utama dalam membentuk perilaku karena niat merupakan volitional behavior (perilaku terbentuk sesuai dengan kehendak). Sedangkan dalam TPB, terdapat nonvolitional behavior yaitu adanya persepsi kontrol perilaku, dimana memungkinkan perilaku yang terealisasi tidak sesuai dengan kehendak (niat). Karena persepsi kontrol perilaku dapat langsung mempengaruhi perilaku. Sehingga memungkinkan situasi dimana niat yang tinggi tidak sejalan dengan perilaku yang terjadi akibat adanya nonvolitional behavior. Keberhasilan perilaku dalam TPB tergantung dari bagaimana seseorang menanggapi persepsi kontrol perilaku mereka, apakah dianggap menjadi suatu penghalang atau pendorong untuk berperilaku.

2.1.5 Perilaku Aman Berkendara

2.1.5.1 Definisi

(35)

pejalan kaki. Safety riding atau perilaku aman berkendara memiliki definisi yang beragam. Menurut Utari (2009), safety riding merupakan suatu upaya yang dilakukan pengendara untuk memperkecil kemungkinan terjadinya celaka dan memperbesar tingkat keamanan dalam berkendara. Tidak hanya itu, safety riding juga meliputi kesadaran pengendara terhadap bahaya di sekitarnya. Sedangkan menurut Kusmagi (2010) safety riding adalah bagaimana pengendara sepeda motor dapat berkendara dengan aman, mengikuti aturan dan regulasi yang berlaku dengan tujuan terjaminnya keselamatan pengendara maupun pengguna jalan lain. Selanjutnya menurut Sumiyanto dkk. (2014) safety riding adalah suatu bentuk perilaku pengendara yang memperhatikan aspek keselamatan dengan tujuan tidak celaka dalam berlalu lintas. Selain itu, safety riding juga digunakan sebagai pengingat pengendara untuk selalu mengantisipasi segala hal yang dapat terjadi saat berlalu lintas, baik hal negatif maupun hal positif.

2.1.5.2 Perilaku Aman Sebelum Berkendara

(36)

terjaga (Motorcycle Safety Foundation, 2014). Sedangkan menurut Kusmagi (2010) perilaku yang aman sebelum berkendara adalah sebagai berikut.

a. Memeriksa kelengkapan memastikan semua peralatan di sepeda motor berfungsi dengan baik, seperti lampu depan, lampu belakang, lampu sein, dan juga rem.

b. Membawa SIM dan STNK sebagai identitas diri dan sebagai penunjuk bahwa pengendara adalah orang yang berhak membawa kendaraan serta mencegah tuduhan membawa kendaraan secara tidak sah. c. Memakai alat-alat pelindung keselamatan diri, seperti jaket, helm,

sarung tangan, dan sepatu yang bisa melindungi jika terjadi kecelakaan.

d. Memeriksa kondisi ban dari kondisi yang dapat menyebabkan celaka seperti pecah ban karena tekanan terlalu tinggi atau kehabisan angin. e. Mengatur posisi spion baik kiri dan kanan supaya dapat mengamati

kondisi lalu lintas di belakang dengan baik (jika terdapat penumpang jangan sampai terhalang).

f. Memperhatikan batas maksimum kemampuan motor untuk menampung beban barang bawaan.

g. Memperhatikan kondisi fisik sebelum mengemudikan kendaraan. Jika diperlukan, rencanakan kapan harus berhenti dan beristirahat.

(37)

i. Anak sebagai penumpang sebaiknya diberikan helm dan peralatan kelengkapan berkendara yang sesuai dengan ukurannya. Pemakaian helm yang tidak sesuai dengan ukuran kepala anak tidak dianjurkan karena tidak dapat melindungi secara maksimal.

j. Memberitahukan segala sesuatu yang mungkin terjadi di jalan kepada penumpang yang jarang atau tidak pernah naik motor sebelumnya sehingga penumpang dapat mempersiapkan diri dan tidak menimbulkan celaka.

Selain itu, berdasarkan Buku Petunjuk Tata Cara Bersepeda Motor di Indonesia, terdapat dua hal utama yang harus dipersiapkan

sebelum berkendara yaitu keselamatan pengendara dan persiapan kendaraan yang akan digunakan (Dirjen Perhubungan Darat, 2008) yaitu sebagai berikut.

1) Keselamatan Pengendara a. Helm

1. Menggunakan helm yang berada dalam kondisi baik, jangan membeli helm bekas.

2. Memeriksa helm secara berkala. Masa pakai helm dapat berkurang setiap kali dipakai. Periksa apakah terdapat retak, periksa kondisi lapisan dalam helm, periksa apakah ada bahan material yang terlepas.

(38)

4. Menggunakan helm yang mudah terlihat seperti warna putih, merah, kuning atau jingga.

5. Membersihkan helm dengan air dan sabun yang lembut supaya terhindar dari kerusakan. Tidak dianjurkan menggunakan bensin dan bahan kimia sebagai pembersih helm, serta tidak mengecat atau memasang stiker pada helm.

b. Pelindung Mata dan Wajah

1. Memenuhi persyaratan standar yang berlaku.

2. Memeriksa kelayakan pelindung mata dan wajah seperti tidak ada goresan, tidak membatasi pandangan dari berbagai arah, dan dapat diikat erat sehingga tidak mudah bergeser.

3. Pengendara berkacamata harus memastikan kacamata yang digunakan sosok untuk berkendara, jangan menggunakan kacamata dengan daya redam silau pada malam hari karena menghalau masuknya cahaya dan dapat membahayakan pengendara dan pengguna jalan lain.

c. Pakaian Pelindung

1. Jaket dan celana harus menutup seluruh lengan dan kaki bahkan pada cuaca panas, melekat erat pada leher, pergelangan tangan, pinggang saat anda berkendara, membuat tubuh hangat dan tetap kering, dan gunakanlah pakaian berwarna cerah. 2. Sarung tangan harus didesain untuk berkendara sepeda motor,

(39)

mengendalikan sepeda motor, pas melekat pada tangan dengan baik dan terdapat lubang sirkulasi, memiliki ruang yang cukup untuk jari anda agar anda mudah menekuk tangan saat mengoperasikan sepeda motor, dan melindungi tangan dari angin dan hujan.

3. Sepatu harus didesain untuk berkendara sepeda motor dan terbuat dari kulit atau bahan sintetis kuat lainnya, melindungi pergelangan kaki, memiliki alas sepatu yang mampu menapak dengan baik dan memiliki bagian yang diperkuat sebagai perlindungan tambahan, tidak memiliki tali-tali atau sisi yang elastis karena dapat menimbulkan kecelakaan jika tersangkut pada rantai motor.

d. Menggunakan Sepeda motor yang Tepat Sesuai Tujuannya 1. Sepeda Motor Harian

Sepeda motor ini didesain untuk berjalan di jalan raya. Bannya dibuat agar mampu menapak dengan baik di jalan raya.

2. Sepeda Motor Trail

Sepeda motor ini biasanya digunakan untuk berkendara di jalan aspal dan nonaspal. Sepeda motor ini dilengkapi dengan lampu sehingga dapat digunakan di jalan raya.

3. Sepeda Motor Off-road

(40)

jalan raya. Jenis ini juga biasanya tidak dilengkapi dengan surat dan lampu serta indikator.

4. Sepeda Motor Roda Tiga

Jenis ini lebih kepada sepeda motor dengan tiga roda, tetapi bukan sepeda motor dengan tambahan kereta tempel di bagian sisinya.

2) Persiapan Kendaraan

Selain mempersiapkan diri demi aspek keselamatan, persiapan kendaraan juga menjadi hal yang penting yang perlu diperhatikan berkaitan pula dengan aspek keselamatan di jalan raya. Keselamatan pengendara tidak hanya ditinjau dari aspek manusianya tetapi juga aspek kendaraan sebagai tools dalam berkendara. Adapun yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut.

a. Memeriksa Alat Kendali

1. Rem depan dan belakang pada saat bersamaan harus dapat berfungsi.

2. Kopling dan gas keduanya harus dapat berfungsi dengan halus dan gas harus segera berbalik ketika dilepas.

3. Memastikan semua kabel dan tali dalam kondisi baik, berfungsi secara halus dan dan tidak terdapat kabel yang kusut dan dalam keadaan terurai.

b. Memeriksa Ban

(41)

2. Memeriksa tapak ban karena ban dengan permukaan yang tidak rata merupakan hal yang dapat membahayakan saat berkendara, khususnya pada saat melintas di jalan yang licin. 3. Memeriksa apakah terdapat kerusakan seperti terdapat pecahan pada tapak ban, paku, ataupun potongan benda tajam lainnya.

c. Memeriksa Lampu dan Sein

1. Memastikan bahwa semua lampu utama dan sein dapat bekerja dengan baik.

2. Memastikan lampu indikator bekerja dengan baik seperti berkedip dan menyala terang.

3. Memeriksa lampu utama dengan menaruh tangan di depan lampu utama saat lampu dalam keadaan menyala untuk memastikan bahwa lampu bekerja dengan baik.

4. Memeriksa lampu dim untuk memastikan bahwa lampu jauh dan dekat dapat bekerja dengan baik pula.

5. Memastikan lampu rem bekerja dengan baik dengan cara mencoba semua tuas rem dan melihat nyala lampunya pada dinding atau dengan menggunakan tangan.

6. Memeriksa klakson dapat berbunyi dengan baik dan terdengar.

d. Memeriksa Spion

(42)

e. Memeriksa Pengoprasian Teknis Bahan Bakar dan Oli Mengecek oli dan bahan bakar sebelum mulai berkendara. f. Memeriksa Rantai

Memastikan apakah rantai sepeda motor telah dilumasi dan setelannya telah tepat dan memastikan terdapat pelindung rantai pada motor.

2.1.5.3 Perilaku Aman Saat Berkendara

Selain tahap persiapan sebelum berkendara, perilaku aman saat berkendara juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan karena celaka atau tidak celakanya pengendara juga besar dipengaruhi pada tahap saat berkendara di jalan raya. Menurut Kusmagi (2010), perilaku aman saat berkendara meliputi :

a. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan yang ada. b. Menghormati pengguna jalan lain dan berkendara dengan tertib

karena jalan raya adalah fasilitas umum yang dipakai oleh semua masyarakat.

c. Memiliki pandangan ke depan dan ke belakang dengan jelas dan menghindari titik buta dimana pengendara tidak dapat melihat dengan jelas seperti menyalip kendaraan dari sebelah kiri sehingga tidak dapat melihat penyeberang jalan atau kendaraan lain dari arah sebelah kanan.

d. Memastikan lampu sepeda motor menyala dengan baik pada malam hari.

(43)

f. Mengurangi kecepatan saat sedang hujan atau jalanan licin.

g. Memastikan dapat terlihat oleh pengguna jalan lainnya terlebih jika cuaca sedang hujan sebaiknya menepi.

h. Melindungi penglihatan dengan menggunakan helm full face atau pelindung mata lainnya, sehingga konsentrasi tidak terganggu akibat masuknya benda-benda asing ke dalam mata.

2.2 Helm Sebagai Pelindung Kepala Pengendara dan Penumpang Saat

Berkendara

2.2.1 Definisi Helm

Helm merupakan salah satu alat pelindung diri dalam keselamatan berlalu lintas. Helm menjadi alat pelindung diri utama yang sangat penting untuk digunakan mengingat fungsi helm adalah melindungi organ yang vital yaitu kepala yang apabila menjadi organ target kecelakaan dampak yang ditimbulkan dapat berkembang menjadi dampak yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian. Ditinjau dari segi bahasa, helm berasal dari bahasa Belanda yang artinya adalah alat pelindung tubuh yang dikenakan di kepala (Kusmagi, 2010). Berdasarkan BSN (2007) definisi helm adalah bagian dari perlengkapan kendaraan bermotor berbentuk topi pelindung kepala yang berfungsi melindungi kepala pemakainya apabila terjadi benturan.

2.2.2 Jenis-Jenis Helm

(44)

menutupi kepala, leher dan bagian telinga. Sedangkan helm standar tertutup adalah helm yang menutup kepala, leher hingga bagian mulut. 2.2.3 Bagian-Bagian Helm

Menurut Kusmagi (2010) helm terdiri dari empat bagian utama, yaitu lapisan luar yang keras, lapisan tebal bagian dalam, lapisan lunak bagian dalam, dan tali pengikat. Sedangkan berdasarkan SNI 1811-2007 (BSN, 2007), bagian-bagian helm adalah sebagai berikut.

a. Tempurung sebagai bagian terluar dari helm.

b. Lapisan pelindung sebagai penyerap energi saat terjadi benturan.

c. Pelindung muka sebagai pelindung bagian muka baik sebagian ataupun keseluruhan terbuat dari lapisan bening yang tembus pandang.

d. Bantalan kenyamanan sebagai pemberi rasa nyaman saat dipakai. e. Lapisan pengaman sebagai pelindung kepala yang terletak di bagian

paling dalam dari helm.

f. Alat penahan sebagai penahan posisi helm saat digunakan.

g. Tali pemegang sebagai pengikat helm yang berupa tali dengan kunci pengikat.

h. Tutup dagu sebagai bagian dari tali pemegang yang menutupi rahang bawah saat tali pemegang dalam keadaan terkunci.

i. Lubang ventilasi sebagai jalur pertukaran udara di dalam helm.

j. Lubang pendengaran sebagai jalur masuknya suara sehingga pengguna tetap dapat mendengar walaupun menggunakan helm.

(45)

Gambar 2.3

Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Tertutup SNI 1811-2007

Gambar 2.4

Konstruksi dan Bagian-Bagian Helm Standard Terbuka SNI 1811-2007

2.2.4 Cara Kerja Helm

Berdasarkan Motorcycle Safety Foundation, terdapat empat cara kerja dasar helm untuk melindungi kepala. Cara kerja tersebut adalah sebagai berikut (Motorcycle Safety Foundation, 2014).

(46)

Tempurung helm terbuat dari bahan yang kuat dan keras yang disebut dengan polikarbonat. Komponen ini didesain untuk menahan benturan dari benda apapun yang keras. Tempurung helm meredam kekuatan benturan hingga sampai ke dalam kepala.

b. Penyerap benturan (impact-absorbing liner)

Di dalam tempurung terdapat penyerap benturan yang umumnya terbuat dari polistirene atau dikenal dengan sebuat sterofoam. Lapisan ini menjadi bantalan dan penyerap terhadap guncangan atau benturan.

c. Lapisan dalam yang nyaman (comfort padding)

Lapisan ini terbuat dari busa yang lembut yang membuat nyaman saat digunakan dan sesuai dengan ukuran kepala ketika digunakan. Pada beberapa helm, padding dapat dikeluarkan untuk tujuan dibersihkan dengan mudah. d. Sistem retensi yang baik

Pengunci di bagian dagu pada helm (chin strap) merupakan komponen yang penting untuk memastikan helm akan tetap terpakai di kepala dalam keadaan apapun. Strap ini langsung terhubung dengan tempurung.

Gambar 2.5

(47)

2.2.5 Kriteria Memilih Helm yang Baik dan Benar

Adapun kriteria pemilihan helm yang baik dan benar adalah sebagai berikut (Kusmagi, 2010).

a) Menggunakan helm terstandardisasi berlogo SNI.

b) Memilih helm sesuai ukuran kepala dan memperhatikan aspek kenyamanan. Ciri bahwa helm yang dipilih telah sesuai dengan ukuran kepala adalah tidak mudah dilepas, sedikit menekan pada bagian pipi dan rahang serta bagian atas kepala.

c) Menggunakan helm yang melindungi seluruh bagian kepala.

d) Menggunakan helm dengan fasilitas double visor lebih baik karena memiliki dua kaca, kaca bening digunakan saat malam hari dan kaca gelap saat terik siang hari.

e) Memilih helm dengan keadaan ventilasi yang baik supaya tidak berembun saat dingin dan tidak meninggalkan bakteri akibat keringat yang menguap di siang hari.

f) Memilih helm berwarna cerah demi aspek keamanan, terlihat oleh pengendara lain saat berlalu lintas.

2.2.6 Regulasi Penggunaan Helm

Penggunaan helm saat berkendara merupakan suatu hal yang telah diatur dalam regulasi Republik Indonesia yaitu dalam pasal 57 UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) ayat 1 “setiap

kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan

(48)

dimaksud pada ayat (1) bagi sepeda motor berupa helm standar nasional

Indonesia”.

Selain pengendara motor, penumpang sepeda motor pun juga diwajibkan untuk menggunakan helm. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang yang sama, UU No 22 Tahun 2009 tentang LLAJ pasal 106 ayat 8 “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional

Indonesia.” Selain itu, pada PP No. 80 tahun 2012 juga dikatakan bahwa

penumpang juga diwajibkan memakai helm, tidak hanya terbatas pada pengendara (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012).

Setiap peraturan yang berhubungan dengan keselamatan berkendara dibuat untuk dipatuhi demi ketertiban dan keselamatan saat berlalu lintas di jalan raya. Terdapat sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar peraturan tersebut. Sebagai mana pada pasal 291 UU No. 22 tahun 2009 tentang LLAJ ayat 1 “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tidak mengenakan

helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106

ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau

denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).”

dan ayat 2 “setiap orang yang mengemudikan sepeda motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua

(49)

2.3 Aman Berkendara Bagi Penumpang Anak

2.3.1 Definisi Penumpang dan Anak

Menurut Government of Western Australia Department of Transport. (2016) penumpang didefinisikan sebagai orang yang

menumpang di bangku sepeda motor yang terletak di belakang pengendara. Sedangkan definisi penumpang berdasarkan UULLAJ adalah orang yang berada di kendaraan selain pengendara. Berdasarkan beberapa regulasi di berbagai negara, salah satunya di Australia Barat, penumpang sepeda motor paling tidak berusia delapan tahun dan mampu menginjakkan kakinya pada pijakan motor demi alasan keselamatan.

Mengacu pada standar WHO, definisi anak adalah seseorang yang berusia dibawah lima belas tahun. Anak-anak menjadi kelompok umur yang penting untuk diperhatikan keselamatannya sebagai penumpang sepeda motor mengingat pada usia tersebut, anak belum dapat mempertimbangkan aspek keselamatan dirinya sehingga peran orang dewasa dan lingkungan sosialnya sangat penting untuk menjaga keselamatan anak sebagai penumpang saat berkendara (WHO, 2015).

2.3.2 Pentingnya Keselamatan Anak Sebagai Penumpang

(50)

usia ini pula mereka belum bisa membedakan mana hal yang positif dan mana hal negatif yang dapat mendatangkan bahaya (WHO, 2015).

Pada usia sekolah, anak mengalami perubahan kognitif sehingga mereka memahami kondisi “jika dan kapan” mereka dapat melakukan

sesuatu. Pada usia ini, anak juga sudah dapat diajarkan mengenai hak dan kewajiban yang harus mereka lakukan. Kedisiplinan sebaiknya mulai dibangun untuk membentuk karakter yang memahami bahwa segala sesuatu memiliki konsekuensi jika dilakukan. Peran orang tua, teman, dan lingkungan sekitarnya sangat mempengaruhi kepatuhan anak terhadap suatu aturan, termasuk aturan dalam berkendara walaupun hanya sebagai penumpang. Anak akan patuh pada suatu hal berdasarkan hasil observasi yang mereka lakukan pada kehidupan sehari-hari (WHO, 2015).

Menurut Santrock (2008), anak usia sekolah menengah hingga akhir (6 – 12 tahun), mengalami perubahan pada otak. Volume total pada otak stabil pada usia sekitar 12 tahun namun mengalami perubahan yang signifikan pada beberapa struktur dan bagian yang terus berkembang. Bagian tersebut adalah prefortal cortex, yang mempengaruhi anak menjadi lebih berkembang dalam hal memperhatikan suatu hal, dapat membuat alasan, dan lebih mengontrol fungsi kognisinya.

(51)

pada usia tersebut adalah usia paling tepat untuk diajarkan menaati suatu peraturan baru karena pada usia tersebut secara kognitif anak dinilai sudah mampu untuk belajar memahami dan menaati peraturan. Weiner dan Elkind (1972) juga menambahkan bahwa anak usia sekolah (6 – 12 tahun) telah memiliki kemampuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan lebih baik sehingga dalam konteks penelitian yang dilakukan, anak telah dapat memahami konsekuensi yang dapat terjadi jika tidak menggunakan helm saat berada di sepeda motor.

Anak merupakan aset orang tua dan keluarga yang paling berharga mengingat peran mereka sangat penting sebagai penerus keluarga dan negara di masa yang akan datang. Kecelakaan yang terjadi pada anak sebagai penumpang sejatinya dapat dicegah jika pihak-pihak primer yang terdekat dengan anak mengupayakan usaha keselamatan yang seharusnya dilakukan. Ketika usaha keselamatan yang dilakukan telah maksimal, angka kematian, kecacatan, maupun kesakitan pada anak sebagai penumpang seharusnya bisa menurun.

Hal yang membahayakan ketika terjadi kecelakaan pada anak sebagai penumpang adalah bahwa organ tubuh pada anak belum terbentuk sesempurna yang dimiliki orang dewasa sehingga peluang mereka untuk bertahan hidup menjadi lebih kecil dan sangat rentan untuk mengalami masalah kesehatan yang serius (WHO, 2015).

2.3.3 Helm Sebagai Alat Pelindung Diri Bagi Penumpang Anak

(52)

penumpang anak. Dengan digunakannya alat pelindung diri saat berkendara kemungkinan terjadinya luka maupun kecacatan akibat kecelakaan dapat direduksi. Adapun alat pelindung diri yang utama bagi penumpang anak adalah helm, pakaian, dan alas kaki.

Helm merupakan alat pelindung diri utama yang dianjurkan bagi penumpang anak (Haworth dkk., 1994). Helm tersebut adalah helm yang sesuai dengan ukuran kepalanya, tidak terlalu besar maupun terlalu kecil sehingga tidak dibenarkan jika anak diberikan helm berukuran untuk orang dewasa. Di Indonesia, tidak terdapat peraturan khusus mengenai jenis helm yang diwajibkan untuk penumpang anak tetapi hanya dianjurkan untuk mengenakan helm sesuai ukuran kepalanya agar memakaikan proteksi yang maksimal (WHO, 2015). Lain halnya dengan Thailand dan Vietnam yang sudah memiliki standar helm untuk anak usia lima tahun kebawah seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.6

(53)

2.4 Definisi Jalan Raya

Berdasarkan Undang-Undang No 38 tahun 2004 dan PP No.34 tahun 2006, diketahui bahwa jalan dapat dikelompokkan berdasarkan status dan fungsinya. Berdasarkan status, jalan dikelompokkan menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Sedangkan jalan berdasarkan fungsinya dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

(54)

merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa.

Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan jalan raya adalah Jalan Raya Kalimalang yaitu berstatus jalan kabupaten yang memiliki fungsi jalan kolektor primer, yaitu jalan umum yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dan juga memiliki fungsi menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

2.5 Perilaku Pengendara dalam Memakaikan Helm pada Penumpang Anak

Perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor seperti yang telah dikemukakan pada poin 2.1 mengenai teori perilaku. Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hasil analisis, teori yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana (TPB). Pemilihan TPB sebagai dasar teori penelitian adalah dengan penggunaan TPB dapat diketahui faktor niat sebagai prediktor utama pembentuk perilaku dimana tidak terdapat dalam teori lainnya. Selain itu dalam TPB telah dimasukkan aspek kontrol perilaku yang tidak terdapat pada TRA.

1. Perilaku

(55)

Oleh karena itu, untuk mengetahui gambaran perilaku dalam konteks penelitian, peneliti harus dapat menggali informasi tentang bagaimana sikap seseorang yang bisa ditinjau dari tingkatannya, bagaimana norma subyektif dapat mempengaruhi dirinya, dan bagaimana seseorang mengontrol perilakunya sehingga dapat terbentuk perilaku yang diinginkan. Kemudian setelah ketiga komponen tersebut terbentuk, niat seseorang dapat tergambarkan, yaitu mengenai bagaimana sebenarnya seseorang ingin berperilaku walaupun niat tersebut tidak selalu berakhir pada realisasi yang sesuai. Dalam konteks penelitian ini, perilaku yang diharapkan (pemakaian helm pada penumpang anak) dapat diprediksi melalui besaran niat. Semakin positifnya komponen sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku maka akan semakin positif pula niat yang terbentuk sehingga perilaku yang positif pun dapat ditimbulkan. 2. Sikap

Sikap merupakan merupakan hasil evaluasi positif atau negatif seseorang terhadap outcome yang mungkin ditimbulkan (Ajzen, 1985). Sikap dapat digambarkan melalui tingkatan-tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010).

a. Menerima, yaitu responden mampu menerima rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi perilakunya, seperti contohnya seorang pengendara mau memakaikan helm untuk penumpang anak.

(56)

c. Menghargai, yaitu responden dapat memakaikan suatu makna positif dari perilaku yang dilakukannya, misalnya dengan mengajak orang lain untuk memakaikan helm pada penumpang anak.

d. Bertanggung jawab, yaitu merupakan tingkatan tertinggi dari sikap. Responden akan merasa tetap akan bersikap sesuai yang dianutnya walaupun orang lain meresponnya dengan negatif, misal seorang pengendara tetap memakaikan helm pada penumpang anak walaupun jaraknya dekat dan dicemooh orang lain.

Dalam konteks penelitian ini, sikap yang positif dapat diartikan sebagai pandangan penggunaan helm sebagai sesuatu yang bermanfaat dan dapat mengurangi dampak akibat suatu kecelakaan, sedangkan sikap negative adalah sebaliknya. Seperti dalam penelitian Yogatama (2013), sikap dapat dilihat dari bagaimana pegendara meyakini dan menilai secara baik bahwa helm dapat menjadi penyelamat dan menghindari cedera parah di bagian kepala. Selain itu, penelitian Trinh dan Le (2016), sikap dapat dibentuk dan dilihat melalui kebiasaan, misalnya dengan orang tua menggunakan helm, akan membentuk perilaku anak juga untuk menggunakan helm. Selain kebiasaan, sikap juga dapat dibentuk melalui media-media tertentu. Penelitian Trinh tersebut juga menunjukkan bahwa orang tua dengan paparan media tertentu mengenai penggunaan helm akan menghasilkan perilaku penggunaan helm untuk anak yang lebih baik untuk waktu yang akan datang.

(57)

Norma subyektif dapat membentuk niat dan mempengaruhi perilaku. Norma subyektif merupakan seberapa besar dorongan dari orang-orang yang dianggap berpengaruh bagi dirinya (dorongan yang bersifat subyektif) menekan seseorang untuk melakukan sesuatu (Ajzen, 1985). Robertson dkk. (2014) menyatakan bahwa norma subyektif dapat mempengaruhi pengendara memakaikan helm pada anak. Dukungan maupun dorongan tersebut yang ada di sekitar orang tua sebagai pengendara akan meningkatkan perilaku orang tua untuk memakaikan helm kepada anaknya sebagai penumpang. Zamani-Alavijeh dkk. (2011) menambahkan bahwa dorongan dari keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perilaku penggunaan helm. Norma subyektif juga dapat berkaitan dengan orang-orang yang disegani seperti penegak hukum seperti pada penelitian (Zamani-Alavijeh dkk. (2011)) menyatakan bahwa pada orang dewasa sebagai pengendara pun sukarela untuk memakai helm jika ada petugas lalu lintas yaitu hanya dua dari total 29 informan yang diteliti.

(58)

yang berpengaruh tersebut terhadap perilaku yang akan ditimbulkan. Seperti misalnya, seorang pengendara berusia 18 tahun ternyata lebih dipengaruhi oleh teman sebayanya dalam hal memakaikan helm pada penumpang anak (misal, adiknya) dibandingkan pengaruh oleh orang tuanya.

4. Kontrol Perilaku (Perceived Behavioral Control)

Kontrol perilaku menurut Ajzen (1985) adalah bagaimana persepsi seseorang terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu apakah seseorang merasa mudah atau sulit untuk melakukan tingkah laku tertentu. Kontrol perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (Informasi, keahlian, dan kemampuan ; keinginan (power of will) ; dan keadaan emosi serta paksaan (emotions and compulsions)) dan faktor eksternal (waktu dan ketergantungan terhadap

orang lain). Sehingga untuk menggali informasi mengenai kontrol perilaku faktor internal dan eksternal tersebut perlu diketahui.

(59)

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam upaya mengontrol bahaya yang diprediksi (faktor internal).

5. Niat

Niat menurut Ajzen (1985) adalah hasil interaksi dari ketiga komponen pembentuknya yaitu sikap, norma subyektif, dan juga kontrol perilaku. Pada penelitian Gravetter & Wallnau (2004) dalam Robertson dkk. (2014) menujukkan bahwa variabel sikap, norma subyektif, serta kontrol perilaku memiliki hubungan yang signifikan intensi. Nilai pengaruh tersebut tergolong efek yang besar. Selain itu, dalam penelitian Trinh dan Le (2016) niat orang tua sebagai pengendara dapat mempengaruhi perilakunya dalam berkendara termasuk dalam memakaikan helm kepada anak sebagai penumpang dan dapat dikatakan terdapat korelasi yang kuat antara niat dengan perilaku (Trinh dan Le, 2016).

Seperti yang telah dijelaskan, niat dalam TPB adalah prediktor utama dalam menentukan perilaku. Semakin positif sifat tiap pembentuknya (sikap tertinggi tingkatannya, pengaruh norma subyektif yang baik dan juga besarnya pengaruh tersebut, dan kontrol perilaku yang baik) maka intensi akan semakin positif pula sehingga perilaku dapat terlihat sesuai dengan intensi yang ada.

2.5 Kerangka Teori

(60)

planned behavior oleh Ajzen (1985). Adapun kerangka teori penelitian dapat dilihat pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Kerangka Teori Berdasarkan Theory of Planned Behavior

(61)

BAB III KERANGKA BERPI KI R DAN DEFI NI SI I STI LAH

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir

Penelitian ini akan melihat gambaran perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak. Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada theory of planned behavior oleh Ajzen (1985). Dalam theory of planned behaviour, perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat,

dimana niat ini dilatarbelakangi oleh sikap individu, norma subjektif, dan perceived of behavioural control yang dapat dilihat pada bagan 3.1.

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan Theory of Planned Behavior

(62)

3. 2 Definisi Istilah

No Domain Definisi Istilah Metode Instrumen Triangulasi Hasil Pengambilan Data

1 Perilaku

Suatu bentuk kecenderungan pengendara dalam bertindak yang dapat diamati selama wawancara dan observasi berlangsung yaitu berupa perilaku memakaikan helm pada penumpang anak.

- gambaran pemakaian helm pada penumpang anak

Intensi awal pengendara motor untuk memakaikan helm pada penumpang anak tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi apapun.

(63)

No Domain Definisi Istilah Metode Instrumen Triangulasi Hasil Pengambilan Data

3 Sikap pengendara

Tanggapan pengendara mengenai pemakaian helm pada penumpang anak yang dapat dilihat melalui tingkatan sikap (menerima, menanggapi, menghargai, mengenai pemakaian helm pada penumpang anak berdasarkan tingkatan sikap. penting dalam membentuk perilakunya untuk memakaikan helm pengendara sehingga pengendara memakaikan helm pada penumpang anak

5 Persepsi Kontrol perilaku pengendara

Keyakinan pengendara tentang kemudahan atau kesulitan pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak yang dapat dinilai melalui komponen internalnya (informasi, keahlian, dan

Wawancara

- gambaran persepsi pengendara terkait faktor-faktor yang mendorong pengendara untuk berperilaku memakaikan helm pada penumpang anak

(64)

No Domain Definisi Istilah Metode Instrumen Triangulasi Hasil Pengambilan Data

kemampuan ; keinginan (power of will) ; dan keadaan emosi serta

paksaan (emotions and

compulsions)) dan juga komponen

eksternalnya (waktu dan ketergantungan terhadap orang lain).

(65)

BAB IV METODOLOGI PENELI TI AN

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa teks, naratif, kata-kata baik secara tertulis maupun lisan dari informan serta perilaku yang diamati (Sugiyono, 2009). Tujuan penggunaan pendekatan kualitatif adalah untuk memahami fenomena yag dialami oleh informan penelitian secara menyeluruh dan mendalam. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam dan observasi. Melalui jenis penelitian kualitatif diharapkan dapat menggali dan mendapatkan informasi secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambaran faktor determinan perilaku pengendara dalam memakaikan helm pada penumpang anak sekolah dasar di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur tahun 2017.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April – Desember 2017 di SDN Cipinang Melayu 03 Jakarta Timur 2017.

4.3 Populasi dan Informan Penelitian

4.3.1 Populasi

Gambar

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior…………………………………………………….
Tabel 4.2 Triangulasi Metode dan Triangulasi Sumber Penelitian……………
Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action
Gambar 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam skripsi ini adalah merupakan factor yang mempengaruhi produktivitas. Skripsi yang lain berjudul motivasi kerja pegawai terhadap produktivitas. pegawai di CV.. Ini

Pada pedagang pengecer (pasar) keuntungan yang didapatkan dibawah pedagang besar, dan resiko yang didapatkkan dalam kegiatan penyaluran tataniaga cukup tinggi

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Vertigo merupakan sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebesar 20 juta wisman dengan target devisa sebesar 240 triliun rupiah

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

The knowledge method applied in this study case, with the laser scanning survey and digital modelling, allowed us to understand the geometry and the spatial complexity of one