SKRIPSI
oleh :
LUTFI BAGUS SETIAWAN
NPM. 0843010194
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
iii
PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJ ALAH TEMPO (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Pada Cover Majalah Tempo
“Kesaksian Menjer at Mir anda” Edisi 30 J anuar i-5 Febr uar i 2012)
Oleh :
LUTFI BAGUS SETIAWAN NPM. 0843010194
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 14 J uni 2012
PEMBIMBING Tim Penguji :
1. Ketua
J uwito, S.Sos, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si
N.P.T. 3.6704.95.0036.1 N.P.T. 3.6704.95.0036.1 2. Seker tar is
Dr s.Syaifuddin Zuhr i.MSi. N.P.T.3.7006.94.0035.1 3. Anggota
Drs. Kusnar to, M.si NIP. 195808011984021001
Mengetahui, DEKAN
Dr a. Ec. Hj. Suparwati, MSi NIP. 195507181983022001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ii
Disusun Oleh :
LUTFI BAGUS SETIAWAN NPM. 0843010194
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
J uwito, S.Sos, M.Si N.P.T. 3.6704.95.0036.1
Mengetahui, DEKAN
Dr a. Ec. Hj. Supar wati, Msi NIP 195507.1819.8302.2001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
xii
ABSTRAK
LUTFI BAGUS SETIAWAN, PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH
TEMPO (Studi Semiotika Terhadap Pemaknaan Karikatur “Kesaksian Menjerat
Miranda” Pada Cover Majalah TEMPO Edisi 30 J anuari-5 Februari 2012)
Penelitian ini didasarkan pada fenomena bahwa adanya kasus suap cek pelawat
untuk pemenangan Miranda Swaray Goeltom pada pemilihan Gubernur Senior Bank
Indonesia pada tahun 2004 yang telah banyak menyeret nama politisi kondang. Kasus
ini mulai bergulir sejak tahun 2008.
Metode yang digunakan untuk mengetahui makna yang ada adalah dengan
menggunakan analisis semiotik yang termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Disini menggunakan teori semiotik Charles Sanders Peirce, yang membagi tanda
menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol.
Hasil dari penelitian ini, menurut peneliti, adanya usaha dari Miranda untuk
melindungi kejahatan orang lain demi menutupi perannya dalam kasus cek pelawat.
Namun langkah yang diambil salah sehingga menimbulkan kecurigaan yang akhirnya
membuat posisi Miranda tersudut dalam kasus cek pelawat.
Kata kunci :
Karikatur, semiotik, majalah Tempo, kasus cek pelawat, Charles Sanders
Pierce.
ABSTRACT
This research based on the phenomena of that the bribery case traveler's checks
for winning the election of Miranda Swaray Goeltom Senior Governor of Bank
Indonesia in 2004 which has a lot to drag the name of famous politicians. This case
started rolling since 2008.
The method used to determine the meanings is to use a semiotic analysis
included descriptive qualitative research. Here using the theory of semiotics Charles
Sanders Peirce, who divides signs into three categories: icon, index and symbol.
The results of this research, according to researchers, the efforts of Miranda to protect
the crime of others to cover up his role in the case of traveler's checks. However, any
steps taken, giving rise to suspicion that led to the position of being cornered in the case
of Miranda's checks.
Keywords :
caricature, semiotic, Tempo Magazine, cases of travel’s checks , Charles
Sanders Pierce.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji sukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat
dan hidayatNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PEM AKNAAN KARIKATUR KESAKSIAN M ENJERAT M IRANDA PADA COVER
M AJALAH TEM PO
(St udi Semiot ik Terhadap Karikat ur “ Kesaksian M enjerat M iranda” Pada Cover M ajalah Tempo Edisi 30 Januari-5 Februari 2012 ).Pada kesempatan ini juga peneliti ingin menyampaikan banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1.
Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarta MP, selaku rektor UPN “Veteran” Jatim.
2.
Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3.
Juwito S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jatim.
4.
Drs. Syaifudin Zuhri, M.Si sebagai Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5.
Juwito S.Sos, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Peneliti, Terima Kasih atas
segala waktu, masukan, dan bimbingan Bapak terkait penyusunan skripsi ini.
6.
Seluruh dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun staf karyawan FISIP hingga
UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
7.
Kedua orang tua peneliti yang sangat berjasa bagi peneliti. Terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada bapak dan ibu.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
v
8.
Irma Yulita teman terbaik dan sangat kusayang yang selama ini sangat membantu
dan memotivasi peneliti sebelum hingga selesainya skripsi ini.
9.
Teman-teman yang membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini: Reni, Tata, Lulut,
Ajeng, Akhmad dan teman-teman AK.UPN Radio dan juga media Ilmu Komunikasi
lainnya, Kinne, Xphose, UPN Tv, dan juga Himakom.
Tak lupa peneliti mengucapkan selamat jalan kepada Alm. Fachrizal Dwi Putra
yang telah meninggal dunia pada tanggal 28 Januari 2012. Skripsi ini peneliti
dedikasikan bagi almarhum sebagai bentuk persahabatan.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa peneitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu kritik maupun saran selalu peneliti harapkan demi tercapainya hal terbaik
dari skripsi ini. Besar harapan peneliti, semoga penelitian ini dapat memberikan
manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, 16 April 2012
Peneliti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
x
Gambar 2.2 Model Kategori Tanda Oleh Pierce...52
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir……….………54
Gambar 4.1 karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” dalam kategori tanda Pierce………..66
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar karikatur “KESAKSIAN MENJERAT MIRANDA” pada cover majalah Tempo………...82
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
Halaman
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI...xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 13
1.3 Tujuan Penelitian ... 13
1.4 Kegunaan Penelitian ... 13
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 14
2.1 Landasan Teori ... 14
2.1.1 Media Cetak ... 14
2.1.2 Majalah ... 14
2.1.3 Cover atau Sampul ... 16
2.1.4 Hukum ... 16
2.1.5 Politik ... 17
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vii
2.1.6 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ... 18
2.1.7 Seni Dalam Politik ... 19
2.1.8 Konsep Makna ... 20
2.1.9 Pemaknaan Warna ... 23
2.1.10 Konsep Bayangan ... 28
2.1.11 Makna Busana Jas ... 29
2.1.12 Makna Rok Sepan ... 30
2.1.13 Makna Garis ... 30
2.1.14 Makna Sepatu High Heels ... 33
2.1.15 Makna Jejak Sepatu ... 35
2.1.16 Makna Uang Dollar ... 36
2.1.17 Makna Alat Kebersihan ... 37
2.1.18 Makna Lantai ... 38
2.1.19 Makna Dinding ... 39
2.1.20 Makna Jam Tangan ... 39
2.1.21 Makna Rambut ... 40
2.1.22 Karikatur ... 42
2.1.23 Karikatur dalam Media Massa... 43
2.1.24 Karikatur Sebagai Krtik Sosial ... 45
2.1.25 Komunikasi Non Verbal ... 46
2.1.26 Pendekatan Semiotika ... 47
2.1.27 Semiotika Charles S Pierce ... 50
2.2 Kerangka Berpikir ... 52
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
viii
3.3 Definisi Konseptual ... ...57
3.3.1 Ikon (Icon) ... ...57
3.3.2 Indeks (Index) ... ...58
3.3.3 Simbol (Symbol) ... ...58
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 59
3.5 Metode Analisis Data ... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data...61
4.1.1 Pemaknaan Terhadap Karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda”...61
4.1.2 Majalah Tempo...63
4.2 Penyajian Data...64
4.3 Analisis pemaknaan karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda”...67
4.3.1 Ikon...68
4.3.2 Indeks... ...70
4.3.3 Simbol...72
4.4 Makna keseluruhan Pemaknaan Karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” dalam Model Triangle of Meaning Pierce...73
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan...77
5.2 Saran...78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
LAMPIRAN………...82
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Kehadiran media massa terutama media cetak merupakan penanda awal
dari kehidupan modern sekarang ini. Pesan melalui media cetak diungkapkan
dengan huruf-huruf dan baru menimbulkan makna apabila khalayak berperan
secara aktif. Karena itu berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain, pada media
cetak harus disusun sedemikian rupa, sehingga mudah dicerna oleh khalayak.
Kelebihan media cetak adalah media ini dapat dikaji ulang, didokumentasiakan,
dan dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, serta dapat dijadikan bukti otentik
yang bernilai tinggi. (Effendy, 2000 : 313-314).
Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. beberapa pakar psikologi memandang
bahwa dalam komunikasi anta manusia, maka media yang paling dominan dalam
berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan telinga. Pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk
mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan
dalam tindakan. Pesan-pesan media dipenuhi oleh gambar-gambar simbolis yang
memang dirancang untuk mempengaruhi individu dan masyarakat. (Littlejohn,
2009 : 410)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2
Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi
antar manusia media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca
indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca
indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap suatu hal sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media cetak sebagai salah satu media massa memiliki fungsi utama yaitu
memberikan informasi kepada khalayak. Media cetak khususnya majalah
berbentuk seperti buku, memiliki kualitas yang baik dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Sehingga informasi yang terkandung didalamnya dapat
dibaca berulang kali yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa
disimpan dalam waktu yang lama.
Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang menandai
kehidupan masyarakat modern dalam menyampaikan informasinya, media
mempunyai cara pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan
dengan segmentasi, konsumen, orientasi internal diri media itu sendiri dan
banyak faktor-faktor kepentingan yang lain. Media massa merupakan bidang
kajian yang kompleks, media massa bukan berarti hanya suatu variasi media
yang menyajikan informasi kepada khalayak, tetapi khalayak juga yang
menggunakan media massa dengan cara yang beragam. Beberapa orang yang
menggunakan media untuk mendapatkan informasi, ada juga yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu. Media
cetak bisa dipakai untuk mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Karena memiliki kemampuan membawa pesan yang
spesifik dengan penyajian yang mendalam. Majalah berbentuk seperti buku
yang mempunyai kualitas permanent sehingga bisa disimpan dalam waktu yang
lama.
Majalah yang ada saat ini, seiring dengan perkembangan jaman telah
mengalami banyak kemajuan. Jika pada mulanya kehadiran majalah dalam
bentuk cetak sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas apa adanya. Maka
saat ini hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan menarik. Karena
dicetak dengan kualitas yang tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat ini saangat beaneka ragam seperti majalah anak-anak, remaja, dewasa, olahraga,
keluarga, politik, laki-laki dan perempuan. Semakin banyak jumlah majalah
yang beredar di masyarakat secara otomatis akan membuat pembaca menjadi
selektif dalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka akan
informasi dan hiburan.
Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya
meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar dan iklan (Djuroto, 2002:32).
Majalah mempunyai fungsi menyebarkan informasi yang ada disekitar
lingkungan masyarakat. Selain itu, memberikan hiburan baik dalam bentuk
tekstual atau visual seperti gambar kartun maupun karikatur. Dalam buku
Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36), mengatakan bahwa Visualisasi
adalah cara atau sarana untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas
secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang
untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan
mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar
4
merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi
bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap
gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki
subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah
dikenal (Waluyanto, 2000:128).
Buku yang tesusun dari lembaran kertas berjilid dan berbentuk persegi
panjang itu umumnya kurang menarik, yang menarik yang sering mempesona
justru sampulnya atau biasa disebut cover. Walaupun orang sering mengatakan “ Jangan melihat atau menilai sebuah buku hanya dari sampulnya atau covernya
“,namun kekuatan sampul / cover sebagai daya tarik dari sebuah buku atau
majalah juga tidak dapat dipungkiri. Sampul merupakan bagian yang tidak dapt
dipisahkan dari sebuah buku dan memiliki peranan penting karena pada saat akan
membeli atau membaca buku, yang pertama kali diperhatikan adalah sampul dan
ilustrasi gambarnya. Karena melalui ilustrasi sampul, seorang penulis dapat
menuangkan ide dan kreatifitasnya dari karya sastra yang dihasilkan. Sehingga
sampul buku dibuat untuk membuat calon pembeli atau pembaca tertaik dalam hal
pemahaman pesan.
Cover / sampul juga perlu didesain secara indah dan artistik agar mampu
menarik perhatian khalayak untuk membaca atau membelinya. Pemilihan judul
(teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat
menginformasikan isi yang terkandung dalam buku atau majalah tersebut
(Pudjiastuti, 1999 : 29). pada sebuah cover / sampul, ilustrasi digunakan sebagai
gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk
grafis yang memikat. Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik
perhatian) yang palimg efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut
juga mampu menunjang pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan
ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah
mengingat gambar dari pada kata – kata.
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial sering kali kita temui
didalam berbagai media cetak, didalam media ini karikatur menjadi cover berita
utama, pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai
penyejuk setelah para pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel – artikel yang
lebih serius dengan sederet huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran.
Meskipun sebenarnya pesan -pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur
sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan lewat artikel dan berita,
namun pesan – pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang
menghibur. Seringkali gambar terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat
kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahsa simbol
atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non verbal
dalam karikatur diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh pembaca
secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur
tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan
6
pandangan – pandangan seorang karikaturis, namun akan dapat berkembang
secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam maknanya.
Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar
makna sosial di balik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari
karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru Nugroho,
bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap dan
dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami
makna dari masing-masing tindakan (Indarto, 1999 : 1).
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari unsur
kecerdasaan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif melalui
seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam
kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas secara huoris, tapi terkadang juga tidak terlalu homuris. Dengan demikian memahami karikatur juga
perlu memiliki referensi – referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang
ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan
kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang
berkembang yang dijadikan headline.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa cover / sampul yang berbentuk
karikatur merupakan salah satu wujud lambang ( simbol ) atau bahasa visual yang
keberadaanya dikelompokkan kedalam kategori non verbal dan dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ungkapan. Karikatur merupakan
ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol
yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan
non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada
isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih
mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti. Karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan
menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa
fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar
menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada
sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya.
Dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula.
Dimana didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.
Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal).
Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu
yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya
tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide,
cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.
Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis
8
menciptakan situasi yang simbolis pula. Atau memiliki sesuatu yang mesti di
ungkap maksud dan artinya.
Kasus cek pelawat Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia
yang melibatkan Miranda Swaray Goeltom dan sejumlah anggota DPR saat ini
masih dalam proses persidangan. Sebanyak 480 lembar cek senilai Rp. 24
miliar sebagian besar mengalir ke 41 anggota DPR periode 1999-2004 dari empat fraksi, antara lain : Golkar, PPP, TNI/Polri, PDIP, dan sisanya pihak lain.
Miranda Swaray Goeltom sendiri baru dijadikan tersangka oleh KPK pada
Januari 2012.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin
oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas Gubernur sebagai pemimpin,
dibantu oleh Deputi Gubernur Senior sebagai wakil, dan sekurang-kurangnya
empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur Senior selama 5 tahun dan dapat diangkat
kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1 kali masa
jabatan berikutnya.
Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur diusulkan dan
diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Calon Deputi Gubernur
diusulkan oleh Presiden berdasarkan rekomendasi dari Gubernur Bank
Indonesia. (vide Pasal 41 No. 3 tahun 2004 yang mengubah UU No. 3 tahun 1999 tentang Bank Indonesia). Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak
dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, terbukti
melakukan tindak pidana, tidak dapat hadir dalam jangka waktu 3(tiga) bulan
berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan
pailit atau tidak mampu memenuhi kewajiban kepada kreditur, atau berhalangan
tetap.
Sebagai suatu forum pengambilan keputusan tertinggi, Rapat Dewan
Gubernur diselenggarakan sekurang kurangnya sekali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, serta sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu untuk melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
moneter atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipal dan strategis.
Pengambilan keputusan dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur, atas dasar
prinsip musyawarah demi mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, Gubernur
menetapkan keputusan akhir.
(http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Dewan+Gubernur)
Dalam pembuatan sebuah buku, kedudukan cover / sampul cukup penting
untuk menarik perhatian khalayak. Gagasan menampilkan tokoh, yang realistis,
diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah
dimengerti dibanding dengan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar
merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan
tertentu pada isi pesan. Dan peran gambar dalam sampul sangat besar
pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata – kata, dan paling cepat untuk pemahaman dan dimengerti maksudnya, karena terkait maksud pesan yang
terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal sebagian besar
10
dari khalayak sasaran. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitasnya yang
tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan
informasi visual yang diperlukan.
Simbol – simbol atau tanda – tanda pada sebuah ilustrasi baik itu verbal
maupun visual bukanlah tidak berarti apa – apa, di dalamnya ia mengemban
sebuah makna yang dapat digali kandungan faktualnya atau dengan kata lain
bahasa simbolis tersebut menciptakan situasi yang simbolis pula, artinya penuh
dengan tanda tanya atau hal – hal yang mesti diungkap maksud dan arti yang terkandung dalam simbolnya. Dalam bidan perancangan grafis, kemudian
berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya
dukung gambar sebagai lambing visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi
yang terdapat pada ilustrasi sampul. Upaya mendayagunakan lambang visual,
berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas
untuk menimbulkan kesan tertentu pada pengamatanya. (http :
//www.fsrd.itb.ac.id/thesis-disertasi/magister-desain-angkatan-2000)
Karena itulah dalam penelitian ini peneliti menaruh perhatian terhadap
pemaknaan karikatur sampul depan majalah “Tempo edisi 30 Januari–5 Februari
2012” dengan judul “Kesaksian Menjerat Miranda”. Karena pada sampul majalah
tersebut digambarkan seorang wanita menggunakan pakaian kantor dan
menggunakan jam tangan di tangan kirinya sedang memegang alat pembersih
lantai. Sosok gambar tersebut membersihkan lantai yang terdapat bekas jejak kaki
yang menggunakan sepatu fantovel dan sejumlah uang Dollar Amerika. Jejak kaki
tersebut mirip jejak kaki pelaku pencurian. Ujug alat pembersih lantai dan
background gambar berwarna kuning dengan mengambil fokus pada ujung
ruangan.
Hal ini berarti sebuah permasalahan karikatur tersebut mulai di fokuskan
pada sosok ekonom dengan ditunjukkan domisai warna kuning pada sampul
majalah dalam kasus cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Bank
Indonesia. Permasalahan ini juga semakin ditegaskan dengan judul karikatur yang
menggunakan warna merah untuk menegaskan pernasalahan kasus tersebut pada
sosok seorang ekonom. Dari permasalahan tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengungkapkan makna-makna yang terkandung pada ilustrasi cover
majalah Tempo edisi 30 Januari–5 februari 2012 yang berjudul Kesaksian
Menjerat Miranda.
Tempo merupakan salah satu Majalah yang mempunyai rubrik khusus dalam menyajikan karikatur. Majalah yang terkenal dengan pesan-pesannya yang
kritis ini lebih banyak menyajikan topik-topik dalam bidang sosial politik dalam
setiap kali penerbitannya. Akibat kekritisannya tersebut Majalah Tempo juga
pernah di bredel pada tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat Tempo
terus tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan Pers,
Tempo berhasil bangkit dan menerbirtkan kembali sirkulasinya pada tahun 1998
dan berhasil menjadi pemimpin untuk industri penerbitan Majalah di Indonesia
serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar diseluruh wilayah Indonesia.
(www.tempointeractive.com).
12
Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung
didalamnya. Oleh karena itu, pembahasan ini menggunakan kajian kritis yang
bertujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada
(Sobur, 2006 : 132).
Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui studi
tentang tanda dan yang berhubungan dengannya, baik tanda verbal maupun tanda
visual untuk mendukung kesatuan penampilan karikatur serta mengetahui muatan isi pesan (verbal dan visual). Selain itu, juga menggunakan warna sebagai acuan
untuk meneliti karikatur karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce,
maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi
tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi
cover depan majalah Tempo edisi 30 Januari-5 Februari 2012.
Peneliti memilih majalah Tempo karena merupakan salah satu majalah
mingguan yang pada umumnya meliput berita dan politik. Pada Majalah Tempo,
terdapat rubrik opini yang menyesuaikan isu-isu hangat tentang politik yang
masih banyak dibicarakan oleh masyarakat luas, salah satunya tentang
tokoh-tokoh politik nasional. Dengan adanya penyampaian pesan lewat karikatur akan
didapatkan presepsi yang berbeda-beda dari khalayak sasaran yang memaknainya.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah makna karikatur pada cover majalah Tempo?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemaknaan
karikatur pada cover majalah “Tempo”.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis, memberikan makna pada tanda dan lambang
yang terdapat dalam objek untuk memperoleh hasil dari interpretasi data
mengenai pemaknaan ilustrasi sampul depan buku dengan menggunakan metode
semiotik Peirce.
2. Kegunaan praktis, untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi
semiotik, sehingga dapat memberi masukan bagi para pembaca buku ini mengenai makna dari karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” pada sampul depan majalah
“Tempo”.
14
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,
yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak
digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di
masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,
televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti
dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman
putih (Kasali, 1995 : 99).
2.1.2 Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan
berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang
patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya
yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah
tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.
Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi
foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel
utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah
sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan
keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk
umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Majalah Umum
Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,
komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan
seni.
b. Majalah Khusus
Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai
bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.
16
2.1.3 Cover a tau Sampul
Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sebuah majalah. Karena pada saat kita akan membeli atau membaca
dari sebuah majalah yang diperhatiikan pertama kali adalah sampul dan
ilistrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar
mampu menarik perhatian khalayak atau pembacanya.
Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung di
dalamnya. Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran
pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis
yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun
akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang
ingin disampaikan.
2.1.4 Hukum
Hukum adalah system yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan
dalam bidang politik, ekonomi, dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan social antar masyarakat
terhadap kriminalisai dalam hukum pidana. Hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan
memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang
akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali
keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur
persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan
lingkungan peraturan atau tindakan militer. Filsuf Aristoteles ,menyatakan bahwa “Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan
dengan peraturan tirani yang merajalela.
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari system hukum Eropa, hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut,
baik perdata mauoun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan denga sebutan Hindia Belanda (
Nederlansch-Indie). Hukum agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari’at Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga
berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau
yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
(http://in.wikipedia.org/wiki.Hukum-Wikipedia/bahasaIndonesia,ensiklopedia bebas.htm) 2.1.5 Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
18
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal
dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
Ada perbedaan yang besar antara sistem politik Indonesia dan
negara demokratis lainnya di dunia. Diantaranya adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang merupakan cirri khas dari kearifan lokal
Indonesia, Mahkamah Konstitusi yang juga berwenang mengadili sengketa
hasil pemilihan umum. Bentuk negara kesatun yang menerapkan prinsip-prinsip federalisme seperti adanya Dewan Perwakilan Daerah, dan sistem
multipartai berbatas dimana setiap partai yang mengikuti pemilihan umum
harus memenuhi ambang batas 2,5% untuk dapat menempatkan anggotanya di
Dewan Perwakilan Rakyat maupun di Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah/DPRD Kabupaten/Kota.
(http://in.wikipedia.org/wiki.politik-Wikipedia/bahasaIndonesia,ensiklopedia bebas.htm)
2.1.6 Pembicaraan Poltik Sebagai Kegiatan Simbolik
Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah
berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang
melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,
konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut
adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan
lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).
Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang
irasional dengan menganggap seolah-olah ada hubungan antara suatu
lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam
konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang
dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan
perang dengan mengadakan warna atau meniadakan warna tersebut. Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu
program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses
simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).
2.1.7 Seni dalam Politik
Dalam pembicaraan mengenai kaitan antara seni dan politik, tidak
terlepas tentang peran karya seni tersebut dalam hal ini berupa karikatur
terhadap suatu kesadaran politik pada masyarakat, sebagaimana
kandungan arti dan makna yang terdapat di dalam karya seni itu.
Sebuah karya seni akan dapat menggugah kesadaran pada
masyarakat jika karya seni itu dapat memberikan pengertian tentang apa
yang disampaikan kepada masyarakat tersebut, dan dapat memberikan
pengertian tentang betapa pentingnya arti dari kekuasaan dalam hal ini
berupa demokratisasi politik.
Peran seni sebagai alat politik dapat dilihat melalui pendekatan
kultur dan sosialisasi politik. Sidney Verba, sebagaimana dikutip oleh
Lucian Pye dalam political culture mendeskripsikan kultur politik sebagai
suatu hal yang terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan empiris,
20
simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang membatasi keadaan dalam
mana tindakan politik terjadi. Dengan kata lain, konsep kultur politik
menekankan setiap individu mempunyai suatu jenis orientasi kepada dunia
politik, yang dapat ditunjukan melalui perilaku ataupun hanya sekedar
berpendapat atau bersikap. Sementara itu pendekatan sosialisai politik menekankan untuk membentuk sebuah kultur politik suatu bangsa, ia
mendorong penduduk atau sebagaian penduduk untuk memandang dan
mengalami kehidupan politik dengan sebuah cara yang baru (Brotoseno dalam Marliani, 2004 : 31).
Lewat beberapa analisa diatas, dapat kita jelaskan seni dalam hal
ini berupa karikatur “Kesaksian Menjerat Miranda” pada rubrik opini
majalah Tempo edisi 30 Januari-5 Februari 2012 dalam upaya
mensosialisasikan isyarat-isyarat dan informasi-informasi politik yang
memperkuat atau mengubah pola-pola politik, dimana pesan-pesan yang
disampaikan tersebut diterima dan di interpretasikan dalam lingkungan
sosialnya merupakan suatu bentuk seni yang berperan sebagai alat
sosialsasi politik.
2.1.8 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan
kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam.
Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.
“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti
misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati
makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.
Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi
adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar
dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan
dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)
menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,
22
(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,
2004 : 258).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep
makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)
sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita
gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada
dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari
kata-kata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi
emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal
bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana
terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan
tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang
cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain
yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,
kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa
menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita
peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat
kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang
benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang
tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang
sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai
tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).
2.1.9 Pemaknaan War na
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,
kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam
Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan
24
warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat
dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat
buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat
positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat
kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya
berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 : 25).
Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal,
misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah
darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di
beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi
merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai
hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan
kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu
kebencian dan dendam tergantung dari situasi.
Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam
budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna
oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada
suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 :
376).
Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya
“periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan
periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan
mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :
1. Merah.
Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta,
nafsu, agresif, bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif,
bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk
menunjuk emosi atau debaran jantung.
2. Oranye.
Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan,
antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan,
keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan
pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu
yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan
dan independent.
3. Kuning.
Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang,
dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan
optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah
26
menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk
menaikkan metabolisme.
4. Merah Muda.
Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,
keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.
5. Hijau.
Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan
materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon,
pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda,
stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan,
rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan,
ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan
elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri,
posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari
warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya,
keras kepala, dan berpendirian tetap.
6. Biru.
Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan,
teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan
yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual,
kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian,
kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari
dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,
pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme,
persahabatan dan harmoni serta kasih sayang, kalem,
ketenangan, menenangkan namunjuga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru
dapat membuat orang lebih konsentrasi.
7. Abu-abu.
Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan,
kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius,
kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan,
bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.
8. Putih.
Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan,
steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri,
spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian,
kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan,
lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.
9. Hitam.
Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan,
kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan,
perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat,
28
formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam,
kemarahan, harga diri dan ketangguhan.
10. Ungu/Jingga.
Ungu/jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan,
transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi,
upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi,
ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi dan meditasi,
ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan
romantik.
11. Cokelat
Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat
dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat
bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita
merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan
kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman dan
hangat.
2.1.10 Konsep Bayangan
Bayang-bayang terjadi apabila cahaya terhalang sesuatu, maka
terbentuklah bayang-bayang. Cahaya merambat dalam garis lurus. Bila
cahaya terhalang sesuatu maka akan timbulah bayangan. Jika sumber
cahayanya lemah, seperti matahari pada hari berawan, bayangan tidak
kentara. Ditempat teduh tidak ada bayang-bayang, karena tempat teduh
sudah merupakan bayangan sebuah benda yang menghalangi sinar
matahari. Apabila suatu benda bergerak mendekati cahaya, bayang-bayang
benda tersebut membesar karena benda tersebut menghalangi cahaya menjadi lebih besar, maka bayang-bayang yang timbul pun akan menjadi
makin besar. Dan apabila benda menjauhi cahaya, bayang-bayang benda
itupun menjadi kecil karena benda tersebut hanya menjadi penghalang yang semakin kecil.
2.1.11 Mak na Busana J as
Jas adalah baju resmi (potongan Eropa) berlengan panjang,
berkancing satu sampai tiga, dipakai di luar kemeja.
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
Dari bahan, warna, potongan, dan kapan dipakainya, pada dasarnya
ada empat macam jenis jas. Yaitu, jas sangat resmi, jas resmi, jas harian,
dan jas santai. Bahan, warna, dan potongan jas yang dipakai bergantung
dari waktu dan tingkat kepentingan peristiwa yang hendak diikuti orang.
(Hardjana, 2008 : 9).
Secara sosial jas pun punya peran sendiri, bukan sekedar benda
berbentuk dan berfungsi. Jas penah menjadi cap status sosial ketika
awalnya diciptakan di akhir abad 17, tapi pada dua abad berikutnya
30
berubah menjadi lebih aspiratif ketika orang mulai berpakaian dengan
maksud untuk memperlihatkan jati dirinya.
Sepanjang sejarahnya jas berkonotasi dengan perkembangan sosial
dan berasimilasi dengan kebudayaan Eropa sebelum merembas ke belahan
dunia mana saja sekarang ini. Dengan perjalanan yang tidak singkat jas pada akhirnya mengalami keterbatasan dan penyempitan peran. Ia kini
sangat terkait dengan dunia kaum pekerja dan tidak lagi dipakai sepanjang
hari.
http://www.matramagz.com/Main-Things/Style/Jas-Pakaian-Pria-Paling
Abadi.html
2.1.12 Mak na Rok Sepan
Rok merupakan gaun atau baju perempuan bagian bawah
(bawahan), sedangkan rok sepan adalah rok berukuran ketat (pas badan).
Umumnya rok sepan digunakan sebagai bagian dari busana wanita saat bekerja
khususnya yang bekerja di dalam kantor. Rok sepan biasanya dipadukan dengan
atasan berupa blus atau jas.
(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)
2.1.13 Mak na Gar is
Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua dimensi tipis
memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis sebagai sekumpulan
titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan
sosoknya disebut dengan garis.
Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekaskan
jejaknya sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa
mempergunakan pensil, pena, kuas dan lain-lain. Bagi senirupa garis memiliki fungsi yang fundamental, sehingga diibaratkan jantungnya senirupa. Garis sering
pula disebut dengan kontur, sebuah kata yang samar dan jarang dipergunakan.
Pentingnya garis sebagai elemen senirupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Nenek moyang manusia jaman dulu, menggunakan garis ini sebagai media
ekspresi senirupa di gua-gua. Mereka menggunakan garis ini untuk membentuk
obyek-obyek ritual mereka. Sebagai contoh adalah lukisan di dinding gua Lascaux
di Prancis, Leang-leang di Sulawesi, Altamira di Spanyol dan masih banyak
lainnya. Selain berupa lukisan, nenek moyang manusia juga menggunakan garis
sebagai media komunikasi, seperti huruf paku peninggalan bangsa Phoenicia
(abad 12 – 10 SM) yang berupa goresan-goresan.Disamping potensi garis sebagai
pembentuk kontur, garis merupakan elemen untuk mengungkapkan gerak dan
bentuk. Baik bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
Dalam hubungannya sebagai elemen senirupa, garis memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat di
sekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Sebagai contoh adalah bila
kita melihat garis berbentuk ‘S’, atau yang sering disebut ‘line of beauty’ maka
kita akan merasakan sesuatu yang lembut, halus dan gemulai. Perasaan ini terjadi
32
karena ingatan kita mengasosiasikannya dengan bentuk-bentuk yang dominan
dengan bentuk lengkung seperti penari atau gerak ombak di laut.
Beberapa jenis garis beserta suasana yang ditimbulkannya seperti, garis lurus
mengesankan kekuatan, arah dan perlawanan. Garis lengkung mengesankan
keanggunan, gerakan, pertumbuhan. Berikut kami saijkan beberapa jenis garis beserta asosiasi yang ditimbulkannya :
Horizontal : Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.
Ver tikal : Stabilitas, kekuatan atau kemegahan.
Diagional : Tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.
Lengkung S : Grace, keanggunan.
Zig-zag : Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.
Bending up r ight : Sedih, lesu atau kedukaan.
Diminishing Per spective : Adanya jarak, kejauhan, kerinduan dan sebagainya.
Concentr ic Arcs : Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan dsb.
Pyr amide : Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif.
Conflicting Diagonal : Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan.
Spiral : Kelahiran atau generative forces.
Rhytmic horizontals : Malas, ketenangan yang menyenangkan.
Upwar d Swirls : Semangat menyala, berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh.
Upwar d Spray : Pertumbuhan, spontanitas, idealisme.
Inver ted Per spective : Keluasan tak terbatas, kebebasan mutlak, pelebaran tak
terhalang.
Water Fall : Air terjun, penurunan yang berirama, gaya berat.
Rounded Ar chs : Lengkung bulat mengesankan kekokohan.
Rhytmic Cur ves : Lemah gemulai, keriangan.
Gothic Ar chs : Kepercayaan dan religius.
Radiation Lines : Pemusatan, peletupan atau letusan.
Lebih jauh lagi, garis sesuai fungsinya yang khas, yang mampu membentuk symbol yang memiliki pengertian khusus, sangat menunjang
penggunaannya sebagai elemen symbol. Penggunaan garis sebegai elemen
symbol, pertama kali diperkenalkan oleh Otto Neurath (1882 – 1945) seorang
pengajar dan ilmuwan sosial, yang menamakan symbol tersebut sebagai Isotype.
Kemudian bahasa Isotype ini berkembang dan menjadi salah satu bahasa gambar
yang mampu mewakili berbagai bentuk komunikasi. Dalam perkembangan
selanjutnya bentuk-bentuk simbol ini banyak dipergunakan dalam perancangan
logo dalam upayanya agar mudah diingat dan mempunyai daya komunikasi yang
baik. (www.abangadek-adv.com/index.php)
2.1.14 Mak na Sepatu High Heels
Pada abad-abad yang lampau, hingga sebelum abad ke-19, pada umumnya
orang-orang berkelas rendah berjalan tanpa alas kaki. Sebaliknya, orang-orang
yang berkelas lebih tinggi membedakan dirinya dengan cara menggunakan alas
kaki.
34
Hal ini ditemukan dalam sejarah Mesir Kuno. Pada Zaman ini kaum
bangsawan menggunakan alas kaki dari potongan kulit. Inilah cikal bakal sepatu.
Adapun sepatu yang bersol karet seperti yang kita kenal sekarang ini baru
diproduksi untuk pertama kalinya pada 1800. Pada 1892 Goodyear membuat
sepatu karet yang kemudian diberi nama Keds, atau yang lebih akrab kita kenal
dengan sebutan “sepatu kets”.
Melompat lebih jauh dari sekadar alas kaki, sepatu untuk kebutuhan
olahraga dibuat pada 1917 ketika Converse memproduk sepatu basket pertama,
Converse All Star. Pada tahun yang sama, sepatu kets menjadi sepatu atletik pertama yang diproduksi secara besar-besaran.
Pada 1924, Adi Dassler mendirikan Adidas yang kemudian memproduksi
sepatu tenis pertama pada 1931. Tidak mau ketinggalan, sepatu sepak bola pun
lahir ketika perusahaan Puma berdiri pada 1948 yang memproduksi sepatu Puma
Atom. Sepatu ini digunakan oleh tim sepak bola Jerman Barat saat itu.
Sedangkan Nike yang terkenal itu menyusul nongol pada 1962. Pada 1985,
Nike menjadi ikon sepatu basket memanfaatkan popularitas sang legenda basket
Chicago Bulls, Michael Jordan.
Dalam sejarahnya, tren sepatu beringsut dari olahraga ke mode. Pada awal
1950-an, sepatu sneakers menjadi tren di kalangan anak muda yang biasanya
memadukan sepatu jenis ini dengan celana jeans. Pada tahun ini juga sepatu
ber-hak tinggi (high heels) yang populer dengan sebutan “stiletto” marak digunakan.
Pada 1970, sepatu ber-hak setinggi 2 sampai 5 inci diincar oleh para pengikut
mode. Tren sepatu kembali ke era sepatu bersol rata pada 1990 ketika ramai
model persegi dan berwarna. Namun, sepatu ber-hak segera kembali ke
kejayaannya.
Sepatu high heels dengan model wedge shoes (bertumit sebiji) menjadi tren di
kalangan wanita pada era 2006 – 2008. High heels terus menjadi incaran para
wanita yang ingin menonjolkan sisi kecantikan lewat alas kakinya.
(http://www.anneahira.com/sejarah-sepatu.htm)
2.1.15 Mak na J ejak Sepatu
Jejak merupakan bekas tapak kaki atau bekas langkah yang
menunjukkan adanya orang di tanah dan sebagainya. Sedangkan sepatu
merupakan lapik atau pembungkus kaki yg biasanya dibuat dr kulit (karet dsb), bagian
telapak dan tumitnya tebal dan keras. (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)
Sepatu adalah suatu jenis alas kaki (footwear) yang biasanya terdiri
bagian-bagian sol, hak, kap, tali, dan lidah. Pengelompokkan sepatu biasanya dilakukan berdasarkan fungsi atau tipenya, seperti sepatu resmi (pesta), sepatu
santai (kasual), sepatu dansa, sepatu olahraga, sepatu kerja, ortopedik dan
minimalis.
Satuan untuk ukuran sepatu mengikuti beberapa standar dan
berbeda di bagian-bagian dunia. Pengukuran ukuran sepatu seseorang biasanya
dilakukan dengan menggunakan piranti Brannock.
36
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sepatu)
2.1.16 Mak na Uang Dollar
Uang merupakan alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan
hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas,
emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.
Sedangkan mata uang sendiri adalah satuan harga uang atau satuan uang suatu
negara. Biasanya mata uang tiap negara memiliki perbedaan dan mata uang
tersebut dijadikan transaksi barang, jasa dan sebagainya. Tetapi ada juga mata
uang yang dapat menjadi alat transaksi internasional seperti Dollar, Poundsterling
atau Euro. (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)
Dolar AS adalah mata uang resmi Amerika Serikat. Dolar AS juga digunakan secara luas di dunia internasional sebagai kurs cadangan devisa di luar
AS. Penerbitan uang dolar AS dikontrol oleh sistem perbankan Federal Reserve.
Simbol yang paling umum digunakan untuk dolar AS adalah lambang dolar ($).
Kode ISO 4217 untuk dolar AS adalah USD; dolar AS juga dirujuk sebagai US$
oleh Dana Moneter Internasional.
AS adalah salah satu dari banyak negara yang menggunakan mata
uang bernama dolar. Beberapa negara lainnya menggunakan dolar AS sebagai
mata uang resmi mereka, dan banyak lainnya yang memperbolehkannya digunakan dalam kapasitas legal de facto. Lihat dolar. Kata buck umumnya
digunakan oleh orang Amerika untuk merujuk kepada satu dolar AS dalam
percakapan sehari-hari (informal).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dolar_Amerika_Serikat)
2.1.17 Mak na Alat Keber sihan
Alat-alat kebersihan terdiri dari berbagai macam merek, bentuk,
dan ukuran. Setiap alat kebersihan tersebut pasti telah memiliki fungsi khusus dan
digunakan untuk membersihkan barang tertentu. Alat-alat tersebut telah
diklasifikasikan sesuai dengankegunaanya masing-masing. Misalnya saja alat
kebersihan yang digunakan untuk membersihkan lantai. Pasti sudah ada banyak
sekali alat kebersihan yang berfungsi untuk membersihkan lantai seperti sapu, pel,
vacuum cleaner, dll.
Sementara pel itu sendiri juga masih terbagi menjadi dua jenis yaitu pel kering dan pel basah. Setelah menggunakan pel basah masih diperlukan
kain peresapan untuk pel basah. Tentu ada banyak sekali peralatan kebersihan
yang selalu menemani anda untuk membersihkan rumah anda. Alat kebersihan
tidak hanya memiliki fungsi tunggal untuk membersihkan barang tertentu, tetapi
ada juga alat kebersihan yang memiliki fungsi ganda seperti vacuum cleaner yang
tidak hanya mampu untuk membersihkan debu-debu di lantai tetapi juga mampu
menyedot debu-debu yang ada di sofa dan perabotan yang lain. Peralatan
kebersihan juga masih dibagi untuk alat kebersihan yang digunakan untuk rumah tangga dan perusahaan. Alat kebersihan yang untuk rumah tangga biasanya
38
berukuran lebih kecil, sementara perusahaan memerlukan peralatan kebersihan
yang lebih besar karena digunakan untuk membersihkan area yang lebih besar.
(http://alatkebersihan.net/alat-alat-kebersihan-yang-paling-umum-digunakan-untuk-kebutuhan-rumah-dan-kantor)
2.1.18 Mak na Lantai
Lantai adalah bagian baw ah (alas, dasar) suatu ruangan at au bangunan
(terbuat dari papan, semen, ubin, dan sebagainya). Biasanya dalam sebuah gedung at au
kant or t erdapat t ingkat annya. (ht tp:/ / bahasa.kemdiknas.go.id/ kbbi/ index.php)
Penomoran lantai merupakan suatu pola yang digunakan untuk
memberi angka pada sebuah bangunan, yang beragam menurut tingkatan "lantai
satu" dan pada nama yang diberikan pada tingkat bawah tanah. Bilangan ruangan
biasanya dimulai dengan bilangan lantai dan biasanya angka pertama dari huruf
menggambarkan lantai. Pada bangunan besar ada 2 aturan yang umum:
1. Bilangan ganjil digunakan untuk satu sisi bangunan dan malah juga untuk yang lain.
2. Digit kedua pada bilangan ruangan menandakan blok atau sayap spesifik dari sebuah bangunan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat_(bangunan))
2.1.19 Mak na Dinding
Dinding merupakan penutup sisi samping (penyekat) ruang, rumah,
bilik, dan sebagainya yang terbuat dari papan, anyaman bambu, tembok, dan
sebagainya. Dinding berfungsi untuk memisahkan antara ruangan yang satu
dengan ruangan yang lainnya. (http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php)
Dalam pengertian lain, dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang melindungi suatu area. Umumnya, dinding membatasi
suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam
bangunan menjadi ruangan-ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang
di alam terbuka. Tiga jenis utama dinding struktural adalah dinding bangunan,
dinding pembatas (boundary), serta dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong
atap dan langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan
cuaca. Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta
dinding kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding
penahan berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat
berupa bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Dinding)
2.1.20 Mak na J am Tangan
Jam tangan adalah penunjuk waktu yang dipakai di pergelangan
tangan manusia. Jam tangan (arloji) elektrik pertama kali diperkenalkan pada
40
tahun 1957 di Lancaster, Pennsylvania, Amerika Serikat oleh Hamilton Watch
Company. Penelitian untuk menghasilkan arloji elektrik tersebut telah dimulai
sejak tahun 1946. Namun pada tahun 1969, Hamilton Electric Obsolete
menghentikan produksi arloji elektrik tersebut karena telah menemukan teknologi
yang lebih canggih sesuai dengan kemajuan zaman.
(ht