PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO
“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”
( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo
Edisi 16-22 J anuar i 2012 )
SKRIPSI
O l e h :
BILA TYANTIA
0843010049
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN & PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN" J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”
( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo
Edisi 16-22 J anuari 2012 )
Disusun Oleh :
BILA TYANTIA
0843010049
Telah diseminarkan oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2012
Menyetujui
Tim Penguji :
Pembimbing Utama : 1. Ketua
J uwito, S.Sos, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 36704 9500361 NPT. 36704 9500361
2. Sekretaris
Dr s. Saifudin Zuhr i, M.Si NPT. 37006 9400351
3. Anggota
Dr s. Kusnar to, M.Si
NIP. 1950808011984021001
Mengetahui Dekan
ABSTRACT
BILA TYANTIA, TEMPO MAGAZINE COVER CARICATURE MEANING
“SHOCK ELECTRICAL PROJ ECT TENDER”. (Studies Semiotics About
Meaning Car ricature Tempo Magazine Cover Issue16 to 22 J anuary 2012).
The source of this research is based on the phenomenon of the issues raised by the
issue of the magazine due on 31 January 16 to 22 cases of procurement corruption
scandal to the people of middle power in a number of areas undertaken by Sutan
Bhatoegana. In this study perform or interpret meaning by identifying as a whole.
Caricature on the cover of the magazine due to be analyzed. so that ultimately can be
obtained from the interpretation of data concerning the caricature portrayal of "SHOCK
ELECTRICAL PROJECT TENDER" on the issue of Tempo Magazine Cover 16 to 22
January 2012.
Theory used in this study is semiotic theory of Charles S. Pierce. Pierce semiotic
theory argues that the mark is formed by the triangular relationship that is the sign
associated with the object yangdirujuknya. The relationship led to interpretan. Pierce
describes his model as follows: A sign is something that the member mean something to
someone. This study used a qualitative descriptive research method with semiotic
approach. The reason researchers used descriptive method kualtatif there are several
factors considered, the first qualitative descriptive method will be easier to adjust when in
fact double the research, both qualitative descriptive method presents a direct relationship
between the researcher with the object of research, these three descriptive qualitative
methods are more sensitive and can adjust themselves with a lot of influence on the
patterns of values encountered.
TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”
( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo
Edisi 16-22 J anuar i 2012 )
Disusun Oleh :
BILA TYANTIA
0843010049
Telah disetujui untuk mengik uti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
J uwito, S.Sos, M.Si NPT. 36704 9500361
Mengetahui
D E K A N
ABSTRAK
BILA TYANTIA. PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” (Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 J anuar i 2012 )
Sumber dari penelitian ini berdasarkan fenomena permasalahan yang diangkat oleh majalah tempo edisi 31 16-22 Januari mengenai kasus skandal korupsi pengadaan listrik untuk rakyat menengah kebawah di sejumlah daerah yang dilakukan oleh Sutan Bhatoegana. Pada penelitian ini melakukan pemaknaan atau menginterprestasikan dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan. Karikatur pada cover majalah tempo akan dianalisa. sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interprestasi data mengenai penggambaran karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” pada Cover Majalah Tempo edisi 16-22 Januari 2012.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotic Charles S. Pierce. Teori semiotic Pierce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan obyek yangdirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Peirce menjelaskan modelnya sebagai berikut: Tanda adalah sesuatu yang member arti atas sesuatu bagi seseorang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif kualtatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan apabila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga Skripsi dengan judul PEMAKNAAN
KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO “KESETRUM TENDER
PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo
Edisi 16-22 J anuari 2012 ) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis
juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berpa moril, spiritual maupun
materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala
ilmunya.
5. Kedua Orang Tuaku dan Adik yang selalu memberikan dukungan pada
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 21 Mei 2012
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
ABSTRAKSI ... ix
ABSTRACT ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 14
1.3 Tujuan Penelitian ... 14
1.4 Kegunaan Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15
2.1 Landasan Teori ... 15
2.1.1 Media Cetak ... 15
2.1.2 Majalah ... 15
2.1.3 Majalah Sebagai Media Massa ... 16
2.1.4 Ilustrasi Cover ... 18
2.1.5 Karikatur dan Kartun ... 20
2.1.6 Karikatur Dalam Media Massa ... 22
2.1.7 Fungsi dan tujuan Karikatur ... 23
2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial ... 24
2.1.9 Teknik Pembuatan Karikatur ... 26
2.1.10 Rubrikasi ... 27
2.1.11 Komunikasi Politik ... 28
2.1.12 Relasi Politik Dengan Hukum ... 29
2.1.13 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ... 30
2.1.15 Konsep Fraksi Dalam DPR ... 33
2.1.16 Pengertian Korupsi ... 34
2.1.17 Pemaknaan Listrik ... 37
2.1.18 Pemaknaan Warna ... 38
2.1.19 Pendekatan Semiotika ... 39
2.1.20 Analisis Semiotik Charles S. Pierce ... 42
2.2 Kerangka Berpikir ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Metode Penelitian ... 47
3.2 Kerangka Konseptual ... 48
3.2.1 Karikatur ... 48
3.2.2 Korpus ... 51
3.3 Unit Analisis ... 52
3.3.1 Ikon (icon) ... 52
3.3.2 Indeks (index) ... 52
3.3.3 Simbol (symbol) ... 53
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.5 Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 57
4.1.1 Pemaknaan Terhadap Karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ... 57
4.1.2 Majalah Tempo ... 58
4.2 Penyajian Data ... 62
4.3 Analisa Pemaknaan Karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ... 65
4.3.1 Ikon... 65
4.4 Analisis Pemaknaan Warna Pada Cover Majalah Tempo Yang
Berjudul “KESETRUM TENDER PROYEK
LISTRIK”... ... 73
4.4.1 Hitam... 73
4.4.2 Putih ... 74
4.5 Makna Keseluruhan Pada Karikatur “BAHASYIM SALABIM” dalam Model Segitiga menurut Pierce ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan bermasyarakat kita selalu berkomunikasi untuk
menjalin sebuah hubungan. Karena dengan adanya komunikasi kita akan
mengetahui tentang sesuatu hal masing-masing antara satu dengan yang
lainnya. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui
media). Komunikasi merupakan dasar kehidupan manusia yang diutuhkan
dalam rangka bersosialisasi dengan sesamanya. Sebagai kebutuhan yang
paling dasar dan seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia,
maka proses komunikasi yang dilakukan manusia membutuhkan media
komunikasi yang mampu mendukung tercapainya proses tersebut.
Dari sudut pandang pengetahuan, manusia berkomunikasi karena
manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu memiliki hubungan
dengan orang lain, atau selalu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Para pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda-beda,
meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara
berbagai pendapat tersebut. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa
kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas
untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku
seperti yang kita inginkan. Namun menurut scheidel tujuan dasar kita
berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan
psikologis kita.
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media atau
saluran komunikasi merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat
penyampaian atau pengiriman pesan, misalnya saja surat kabar, radio,
televise, majalah, ataupun telepon. Menurut William I. Gorden komunikasi
memiliki empat fungsi yakni fungsi komunikasi sebagai komunikasi
sosial, sebagai komunikasi ekspresif, sebagai komunikasi ritual, dan
komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi komunikasi tampaknya
tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan
fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi-fungsi yang dominan. Media
Massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun
1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain
untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu
gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai
serta pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan.
Diantara beberapa jenis media tersebut, media cetak seperti surat kabar
memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa lainnya. Dan yang
3
khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti jika mereka
diterpa media radio, televise, dan film.
Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi
media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki
ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi
daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka
yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki
lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya
langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi
yang mereka dapat dari media massa tertentu. Adapun fungsi dari media
massa itu sendiri dibagi menjadi lima, yakni :
1. Sebagai pelaku Media Informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang
terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena
memerlukan informasi.
2. Fungsi Pendidikan
Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga
masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
3. Fungsi Hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi
berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.
Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar,
4. Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Sosial participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)
b. Sosial responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap
rakyat)
c. Sosial support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)
d. Sosial kontrol (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan
pemerintah)
5. Sebagai Lembaga Ekonomi
Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat
memamfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers
sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari
hasil produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.
Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang
menandai kehidupan masayarakat modern dalam menyampaikan
informasinya, media memiliki cara pengemasan yang variatif dan beragam
yang tentunya telah disesuaikan dengan segmentasi, konsumen, orientasi
interal dari media itu sendiri serta berbagai faktor-faktor kepentingan yang
lain. Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa
bukan berarti hanya sutu variasi media yang menyajikan informasi kepada
khlayak saja akan tetapi juga menggunakan media massa dengan cara yang
5
informasi, ada juga yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan
atau mengisi waku. Media cetak juga dapat digunakan untuk
mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya,
karena media cetak memiliki kemamuan membawa pesan yang spesifik
dengan penyajian data yang mendalam.
Majalah berbentuk seperti buku yang memiliki kualias permanent
sehingga dapat disimpan dalam jangka waku yang lama. Seiring dengan
perkembangan zaman, maja majalah kini telah mengalami banyak
kemajuan. Pada mulanya kehadiran majalah dalam bentuk cetakan
sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas yang apa adanya. Maka
saat ini majalah hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan
menarik, serta dcetak dengan mnggunakan kualitas yang baik dan bermutu
tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat ini beraneka aga, seperti
majalah anak, remaja, dewasa, olahraga, laki-laki, perempuan, politik, dan
sebagainya. Semakin banyak jumlah majalah yang beredar dimasyarakat
secara otomatis akan membuat para pembacana menjadi semakin selektif
didalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka untuk
mendapatkan informasi maupun hiburan. Majalah merupakan media yang
terbit secara berkala, yag didalamnya meliput berbagai macam artikel,
cerita, gambar serta iklan-iklan yang menarik. (Djuroto, 2002:32)
Majalah memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi yang ada
disekitar lingkungan masyarakat, selain itu majalah memberikan hiburan
mengatakan bahwa visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat
sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu
menarik emosi para pembacanya dan dapat menolong seseorang untuk
menganalisa, merencanakan, dan memutuskan suatu problema dengan
mengkhalayakannya pada kejadian yang sebenar-benarnya.
Media verbal merupakan media yang paling cepat untuk
menanamkan pemahaman bagi para pembacanya. Informasi bergambar
lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap
gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki
subyek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan
mudah dikenal. (Waluyanto, 2000:128)
Kita ketahui bahwa media cetak seperti majalah tidak hanya
berperan sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi
juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik. Assegaff dalam
bukunya yang berjudul jurnalistik masa kini (1991:11) mengemukakan
bahwa dari keseluruhan fungsi pers yaitu memberikan informasi hiburan
serta kontrol sosial. Fungsi pers sebagai kontrol sosial adalah yang
terpenting karena pada hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat
yakni dalam menjalankan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan baik
berupa dukungan maupun sebuah kritikan.
Kontrol sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara baik eksplisit
maupun implicit. Secara eksplisit kontrol sosial ini dapat terlihat dari
7
yang terjadi dan berkembang yang merupakan berita utama dari majalah
tersebut ataupun berita yang menjadi wacana publik pada saat itu. Secara
implicit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya dengan tampilan
karikatur. Keberadaan karikatur pada majalah bukan berarti hanya
melengkapi majalah tersebut melainkan dapat memberikan hiburan selain
memberikan berita-berita utama yang disajikan. Akan tetapi keberadaan
karikatur juga dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan
pada masyarakat dan khalayak luas.
Karikatur sebagai wahana penyampaian kritik sosial seringkali kita
temui didalam berbagai media cetak, didalam media ini karikatur menjadi
pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya.
Keberadaanya biasanya disajikan sebagai selingan atau sebagai penyejuk
setelah para pembaca menikmati rubrik dan artikel yang lebih serius
dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran
pembacanya. Sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah
karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat
berita dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah
dimengerti karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar karikatur
tersebut terkesan lucu sehingga kritikan yang disampaikan karikatur
tersebut tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan.
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan
bahasa simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud,
pengembangan interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon
terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata
lain meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan
pandangan-pandangan seseorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi
muatan makna yang terkandung didalamnya akan dapat berkembang
secara dinamis sehingga dapat menjadi lebih kaya dalam segi
pemaknaanya. Karikatur adalah karya pribadi, produk suatu keahlian
karikaturis baik dalam segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis,
psikologis, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih
tema atau issue yang tepat. (Effendi, 2003:140)
Dalam sebuah karikatur yang baik kita dapat menemukan
perpaduan dari unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir
secara kritis serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi
fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas
secara keseluruhan yang dikemas sehumoris mungkin. Dengan demikian
memahami karikatur juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar
mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya.
Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara
karikatural sangat bergantung pada issue besar yang berkembang yang
dijadikan headline, karena karikatur merukan tanggapan atau opini secara
subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu persoalan, pemikiran, atau
pesan tertentu. Dari uraian diatas dapat dilihat karikatur merupakan salah
9
dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud lisan maupun tulisan. Karikatur
merupakan ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang
dituju melalui simbol dengan berwujud gambar, tulisan, dan lainnya.
Peletakan karikatur juga dapat menjadi nilai plus tersendiri.
Headline dengan menggunakan karikatur pada bagian paling depan sebuah
majalah yaitu cover, dapat mempermudah konsumen untuk mengetahui
secara langsung, berita hangat apa yang sedang beredar di masyarakat saat
ini. Jangan pungkiri keberadaan kemasan cover dari majalah. Walaupun
banyak orang yang mengatakan “Jangan melihat atau menilai buku hanya
dari cover atau sampulnya”, namun kekuatan cover atau sampul sebagai
daya tarik dari sebuah cover juga tidak dapat dipungkiri. Cover merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah majalah dan memiliki
peranan penting karena pada saat akan membeli atau membaca majalah,
yang pertama kali kita lihat atau perhatikan adalah cover dan ilustrasi
gambarnya. Karena melalui ilustrasi gambarnya, seorang penulis dapat
menuangkan ide dan kreatifitasnya dari karya yang dihasilkan. Sehingga
cover majalah dibuat untuk membuat calon pembeli atau pembaca dalam
hal pemahaman pesan.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
dapat membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah
dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar
penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat
berpengaruh karena gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling
cepat pemahamannya, dan mudah dimengerti karena terkait dengan
maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang
sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang
tinggi untuk dapat menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut
kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada
sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan nilai
faktualnya, dengan kata lain bahasa simbol menciptakan situasi yang
simbolis pula dimana didalamnya terkandung makna dan maksud yang
harus diungkap.
Karikatur juga dapat menjadi kontrol sosial. Keberadaan karikatur
maupun gambar kartun dalam media massa cetak, khususnya pada majalah
tidak hanya melengkapi artikel tulisan-tulisan dimajalah saja, tetapi juga
memberikan informasi kepada masyarakat agar mereka tahu antara
tindakan-tindakan mana yang layak dan tidak layak untuk dilakukan.
Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun)
yang lebih efektif dibanding dengan kata-kata, karena kartun mempunyai
kekuatan dan karakter Simbol pada gambar merupakan simbol yang
disertau maksud (signal). Simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada
untuk sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak
jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir,
11
Disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat digali, dengan kata lain bahasa simbolis
menciptakan situasi yang simbolis pula atau memiliki sesuatu yang harus
diungkap maksud dan artinya. Menurut Sobur (2003:140) kartun
merupakan sebuah produk keahlian dari seorang kartunis baik dalam segi
pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi
bacaan, maupun bagaimana dia memilih issue yang tepat.
Kartun juga merupakan tanggapan opini secara subyektif terhadap
suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu karena itu
dapat mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini
serta bagaimana cara dia mengkritik secara langsung agar orang yang
dikritik tidak tersinggung. Kartun juga merupakan symbolic speech
(komunikasi tidak langsung) yang artinya adalah penyampaian pesan yang
terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung melainkan
menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung
dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol
pada gambar karikatur tersebut merupakan simbol yang disertai signal
(maksud) yang digunakan dengan sadar oleh sipengirim pesan dan mereka
yang menerima pesan tersebut. Kartun yang membawa kritik sosial
muncul disetiap penerbitan majalah adalah political cartoon (kartun
politik) atau editorial cartoon (kartun editorial) yang biasa digunakan
sebagai cover majalah maupun versi gambar humor dalam suatu majalah
dosen FSRD ITB kartun adalah gambar yang dapat melukiskan adegan
mengenai perilaku manusia dengan berbagai kiprahnya dalam kehidupan
sosial, baik diungkapkan secara simbol atau representasional dengan
cara-cara humor ataupun cara-cara-cara-cara satiris.
Alasan mengapa peneliti mengambil obyek penelitian karikatur
“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” pada cover majalah
TEMPO edisi 16-22 Januari 2012 karena cover majalah TEMPO edisi
tersebut mengulas tentang profil Sutan Bhatoegana yang merupakan
seorang Wakil Ketua Komisi Energi dan Fraksi Demokrat di DPR. Sutan
sendiri merupakan pembicara aktif dari fraksi Demokrat yang saat ini
sering kali dipergunjingkan dikalangan para politikus di Indonesia.
Karikatur dalam majalah TEMPO edisi 16-22 Januari 2012 tersebut
menggambarkan jari-jemari seorang Wakil Ketua Komisi Energi dan
Fraksi Demokrat di DPR yang sedang terkena sengatan aliran listrik.
Dengan tampilan mata yang membelalak dan senyum yang terkesan
seperti dibuat-buat Sutanpun tergambar dalam karikatur tersebut.
Karikatur yang dimuat dalam majalah TEMPO edisi 16-22 Januari
2012 ini menggambarkan seorang pria yang menyerupai wajah Sutan
Bhatoegana dengan kedua jari telunjuk yang mengarah ke sengatan listrik
berlambangkan ($) dollar dengan mata yang membelalak serta kedua alis
yang naik dan tatanan gigi yang tampak jelas.
Peneliti berusaha mengungkap makna yang terkandung pada
13
Sutan Bhatoegana. Sutan merupakan Wakil Ketua Komisi Energi dan
Fraksi Demokrat di DPR. Sutan sendiri merupakan pembicara aktif dari
fraksi Demokrat yang saat ini sering kali dipergunjingkan dikalangan para
politikus di Indonesia.
TEMPO merupakan salah satu majalah yang mempunyai rubrik
khusus dalam menyajikan karikatur. Majalah yang terkenal dengan
pesan-pesannya yang sangat kritis ini lebih banyak menyajikan rubrik-rubrik dan
topic-topik dalam bidang sosial politik dalam setiap kali pemberitaannya.
Akibat kekritisannya tersebut majalah TEMPO juga pernah dibredel pada
tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat TEMPO terus
tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan pers,
TEMPO berhasil bangkit dan memberitakan kembali sirkulasinya pada
tahun 1998 dan berhasil menjadi pemimpin untuk industry penerbitan
majalah di Indonesia serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar
di seluruh wilayah Indonesia. (www.tempointeractive.com).
Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
melakukan analisis yang bertujuan untuk melakukan sebuah studi
semiotika untuk mengetahui pemaknaan karikatur dalam cover majalah
TEMPO edisi 16-22 Januari 2012 yang berjudul “KESETRUM TENDER
1.2 Per umu san Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah bagaimana makna karikatur pada majalah TEMPO
edisi 16-22 Januari 2012 yang berjudul “KESETRUM TENDER PROYEK
LISTRIK” ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna
karikatur pada majalah TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK
LISTRIK” edisi 16-22 J anuari 2012.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai karikatur majalah TEMPO
“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” edisi 16-22 Januari
2012.
2. Kegunaan Pr aktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian
serta pertimbangan pada bidang karikatur khususnya pada karikaturis
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua yakni
media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak
digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di
masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,
televisi, film dan lain-lain. Tidak terlepas kaitannya dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan anatara komunikastor dan komunikan
yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat.
(Sugiharti dalam Oermana, 2009:14)
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis
yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman
putih. (Kasali, 1995 :99)
2.1.2 Majalah
Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai
liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca,
majalah bulanan, majalah tengah bulanan, majalah mingguan dan
sebagainya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Majalah lazimnya
berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi
dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih
mewah dari surat kabar atau kertas glosi. Majalah sebagai salah satu bentuk dari
media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang
merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang
berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang
dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhie (1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Majalah Umum
Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,
komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan
seni
b. Majalah Khusus
Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai
bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.
2.1.3 Majalah Sebagai Media Massa
Berbeda dengan surat kabar, majalah telah jauh lebih
menspesialisasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu.
17
pembaca surat kabar, namun memiliki pasar yang mengelompok. Usia
majalah juga jauh lebih panjang dari surat kabar. Majalah memiliki
kedalaman isi yang jauh lebih panjang dari surat kabar yang banyak
menyajikan berita. Disamping itu, majalah menemani pembaca dengan
menyajikan cerita atas berbagai kejadian dengan tekanan unsur menghibur
atau mendidik. Jenis-jenis majalah itu sendiri dapat dibedakan atas dasar
frekuensi penerbitan dan khalayak pembaca. Sedangkan frekuensi
penerbitan di Indonesia pada umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali
sebulan, tiga kali sebulan, dan ada pula yang terbit triwulanan. Klasifikasi
majalah menurut khalayak pembaca umumnya dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Majalah Konsumen
Majalah konsumen adalah majalah yang diarahkan pada para
konsumen yang akan langsung membeli barang-barang
konsumsinya. Majalah-majalah jenis ini dijual secara eceran,
langganan, dan di toko-toko buku.
2. Majalah Bisnis
Majalah bisnis adalah majalah yang ditujukan untuk kepentingan
kalangan bisnis.
3. Majalah Per tanian
Majalah pertanian adalah majalah yang ditujukan kepada para
Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen-segmen
demografis, misalnya, majalah anak-anak, remaja, pria, remaja wanita,
wanita dewasa atau editorial. Dari segi kebijakan editorial dapat dibedakan
antara Majalah Berita (Tempo, Editor), Majalah Umum (Intisari), Wanita
(Femina, Kartini), Bisnis (Swasembada, Warta Ekonomi) dan Special
Interest (ASRI) dan lain-lain. Majalah sebagai media massa tidak
melepaskan konsekuensinya sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan
informasi, edukasi dan budaya. Dari media itu kita bisa tahu mengenai apa
yang wajar atau disetujui, apa yang salah dan apa yang benar, apa yang
mesti diharapkan sebagai individu, kelompok atau bangsa lain.Majalah
memang di anggap sebagai media massa, meskipun demikian masih
tercatat ada ratusan majalah khusus (special interest magazine), yang
masin-masing ditujukan untuk khalayak yang memiliki perhatian dan gaya
hidup khusus (Shimp, 2003:517).
2.1.4 Ilustr asi Cover
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian ilustrasi
adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi suatu
buku, majalah, karangan dan dapat pula berupa gambar, desain atau
diagram penghias halaman cover. Sesuai dengan pengertian tersebut maka
ilustrasi cover adalah sebuah gambar atau lukisan dan tulisan-tulisan yang
dipergunakan untuk menghiasi sebuah majalah, sekaligus sebagai media
untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari pihak tim kreatif suatu
19
Dengan adanya ilustrasi berupa gambar pada cover, khalayak atau
pembaca diharapkan tertarik dan tergugah untuk mengetahui pesan, sesuai
dengan yang diharapkan melalui ilustrasi, khalayak dapat lebih mudah
mendapatkan pemahaman serta lebih kaya lagi terhadap ide-ide yang
terdapat pada isi majalah tersebut. Gambar adalah lambang lain yang
digunakan dalam berkomunikasi non verbal, gambar dapat digunakan
untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Gambar merupakan salah
satu wujud lambing atau bahasa visual yang didalamnya terkandung
stuktur rupa seperti garis, warna dan komposisi. Keberadaannya
dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, ia
dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan.
Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan guna
mengefektifkan komunikasi.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka ilustrasi cover sangat
berperan dalam mengefektifkan komunikasi, karena ilustrasi merupakan
sebuah proses komunikasi dimana terdapat informasi atau pesan yang
sengaja digunakan oleh komunikator (illustrator) untuk disampaikan atau
ditransmisikan kepada komunikan (khalayak atau pembaca) dengan
menggunakan bahasa. Namun secara Etimologikata Ilustrasi (illustration)
berasal dari bahasa Latin, Illustrare yang artinya menjelaskan atau
menerangkan sesuatu, yakni cerita atau artikel dengan gambar.
Keefektifan sebuahilustrasi dalam penyampaian suatu pesan terhadap
1. Mempunyai daya tarik
2. Jelas
3. Sederhana
4. Mudah dimengerti
5. Representatif (mewakili isi cerita yang terkandung pada gambar)
Seni ilustrasi dapat diklasifikasikan ke dalam lima bagian, yakni
ilustrasi cerita, ilustrasi artikel, ilustrasi sampul, karikatur dan vignet (Tim
MGMP,1996: 27-29). Ilustrasi cover: Ilustrasi yang dapat kita jumpai
dalam sampul berbagai media penerbitan, yakni buku, komik, jurnal
ilmiah maupun majalah. Ilustrasi sampul menyajikan gambar yang
merepresentasikan isi yang terkandung dalam buku, komik, jurnal
ilmiah maupun majalah. (
http://www.scribd.com/doc/28681139/Kartun-Dan-Seni-Ilustrasi)
2.1.5 Karikatur dan Kar tun
Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang,
biasanya orang terkenal dengan “mempercantiknya” dengan menggunakan
penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek. (Sudarta,
1987:138). Senada dengan Sudarta, Pramono berpendapat bahwa sebetulnya
karikatur adalah bagian dari kartun opini. Tetapi kemudian menjadi salah
kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya
berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa
pesan kritik sosial, yang muncul di setiap penerbitan majalah adalah
21
tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai
karikatur. (Sudarta, 1987:139)
Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan
representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan
sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana
kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8). Karikatur adalah produk
suatu keahlian seseorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual,
teknik melukis, psikologis, cara melobi, refrensi, bacaan, maupun
bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karikatur adalah bagian dari
opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus.
Semula karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka.
Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk
menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena
penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.
Sedangkan kartun sendiri merupakan seorang kartunis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih isu yang tepat.kartun
merupakan tanggapan opini secara subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh,
suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu bisa mendeteksi tingkat
intelektual yang membuat kartun dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik
yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur,
2.1.6 Karikatur dalam Media Massa
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi
yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,
televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi
dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media
massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa
menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan
estetika, disamping kadar humornya.
Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang layak
akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang
menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang
disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya
evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu
permasalahan yang sedang hangat di permukaan. Gambar lelucon yang
membawa pesan kritik sosial sebagaimana di setiap ruang opini surat
kabarbiasanya disebut karikatur. Sedangkan gambar lelucon yang muncul di
media massa yanghanya berisikan humor semata tanpa membawa beban
kritik sosial apapun biasanya disebut kartun.
Menurut Anderson dalam memahami studi komunikasi politik di
Indonesia akan lebih mudah di analisa mengenai konsep politik Indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech
(komunikasi langsung) dan symbolic speech (komunikasi tidak langsung).
23
sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,
seperti humor, gossip, diskusi, argument, intrik, dan lain-lain. Sedangkan
komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun
diteliti seperti patung, monument dan simbol-simbol lainnya. (Bintoro
dalam marliani, 2004:49).
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan diatas
merupakan alasan utama dijadikan karikatur sebagai objek studi ini. Selain
karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang
sehat dan juga suatu keahlian seseorang karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik-topik isu yang tepat dan masih kontroversi.
2.1.7 Fungsi dan Tujuan Karikatur
Meski terlihat sederhana, sebenarnya karikatur memiliki fungsi
yang cukup banyak. Ketika membaca Koran ataupun majalah terutama pada
edisi-edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga memiliki
daya tarik tersendiri. Bahkan karikatur itu sendiri dapat menjadi ciri khas
dari media tersebut. Dan selain di majalah atau Koran lukisan yang
mengandung pesan tertentu ini juga sering muncul di media lain. Adapun
fungsi dan tujuan karikatur ini antara lain adalah :
1. Sebagai hiburan
Ketika membaca artikel pada suatu majalah atau Koran, orang sering
nyaman tersebut mereka selalu melihat karikatur yang ada untuk dapat
menyegarkan pikirannya kembali.
2. Sebagai penyalur hobi
Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar dengan
kegiatan melukis. Karena membuat karikatur dirasa juga tidak berbeda
jauh dengan melukis atau membuat gambar. Dapat dikatakan
perbedaan lukisan dengan karikatur sangat minim sekali.
3. Sebagai kritik sosial
Saat ini banyak sekali orang yang merasa jenuh dengan kehidupan
sosial atau lingkungan disekitarnya. Karena apa yang dilihatnya sering
kali tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada. Dan untuk
melakukan protes atau sindiran terhadap situasi ini, beberapa orang
membuat karikatur sebagai media untuk menggambarkan isi hatinya
tersebut.
(http://www.anneahira.com/karikatur.html)
2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial
Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam
masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber control terhadap
jalannya sebuah system sosial atau proses bermasyarakat, dalam konteks
inilah kritik sosial merupakan unsur, penting dalam memelihara system
25
wahana konvervasi dan reproduksi sebuah system sosial atau masyarakat
(Masoed, 1999:47).
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi, bahwa kritik sosial
menjadi sarana komunikasi, gagasan baru, sembri menilai gagasan yang
lama untuk suatu perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang demikian
lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturslis. Mereka melihat kritik
sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial
(Masoed, 1999:49).
Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneroopongan
kepentingan diri saja, melainkan justru melebatkan dan mengajak
masyarakat stsu khslsysk untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata
dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa
tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung jawab atas
perkembangan lingkungan sosialnya.
Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam
menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan
pemerintahannya. Kontrol sosial dan kritik sosial merupakan dua sisi dari
mata uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun.
Dengan demikian, apabila control sosial cenderung dianggap sebagai
aktivitas pembebasan dari segala bentuk kontrol dan pengendalian. Kritik
sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam kemajuan jalannya
pemerintahan, karena kritik menciptakan cambuk bagi pemerintah agar
juga merupakan apresiasi dari masyarakat terhadap pemerintahan, lewat
karikatur media cetak yang diproduksi para karikaturis. Kritik sosial
seringkali ditemui di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar,
majalah, tabloid. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka
tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004:4).
2.1.9 Tek nik Pembuatan Kar ikatur
Agar dapat menjadi kakarikatur yang sempurna, seorang pelukis
atau yang biasa disebut dengan karikaturis perlu memperhatikan beberapa
hal serta teknik dalam pembuatan karikatur yang antara lain adalah:
1. Pemilihan tema
Ketika membuat karikatur sebaiknya memilih tema yang saat ini
sedang menjadi topic atau bahan perbincangan hangat dikalangan
masyarakat. Bila ini dilakukan pasti akan menarik banyak orang
untuk menikmati serta melihat hasil karikatur tersebut.
2. Pembuatan gambar
Gambar atau lukisan yang dibuat untuk member karikatur perlu
teknik tersendiri. Karena hal ini berbeda dengan lukisan yang
dibuat untuk hiasan atau pajangan didinding. Yang terpenting
adalah justru terletak pada karakter lukisan yang dibuat dan
terkesan kuat sehingga pesan yang disampaikan dapat mengena
bagi para penikmatnya.
27
Ekspresi ini merupakan salah satu hal yang paling utama yang
harus diperhatikan ketika membuat lukisan karikatur. Karena
letak keistimewaannya juga terdapat pada ekspresi ini, terutama
pada bagian wajah. Semua unsure harus mengandung tingkat
kelucuan serta keunikan, bukan terletak pada ukuran skalanya.
4. Penggunaan kalimat
Karikatur yang baik adalah ketika kita bisa meminimalkan
penggunaan kalimat, karena kekuatan dari lukisan jenis ini
terletak pada pesan dan karakter gambar yang dibuat.
5. Penyesuaian media dan sasaran
Misalnya dalam pembuatan karikatur untuk media, majalah,
ataupun Koran politik maka jenis pesan yang disampaikan juga
harus bersinggungan dengan kehidupan politik terkini.
(http://www.anneahira.com/karikatur.html)
2.1.10 Rubr ikasi
Media menyuguhkan informasinya melalui strategi rubrikasi,
artinya pesan-pesan yang disuguhkan dengan cara mengelompokkan
berdasarkan kategori tertentu. Misalnya saja berdasarkan bidang ataupun
lingkup geografisnya. Rubrikasi tetap misalnya menempatkan berita dan
artikel berdasarkan tema politik, ekonomi, olahraga, criminal ataupun
dianggap penting untuk masyarakat dan dapat menarik perhatian, ada pula
yang mengkategorikan berdasarkan wilayah.
Media pers yang tau tentang implikasi dan rubrikasi ini pastilah
memiliki solusi dengan cara mengefektifkan rapat redaksi. Dalam forum
itulah sebuah nilai berita dicari, dibahas, dan dianalisis sehingga setiap
wartawan dengan spesialisasi apapun sangat mungkin menemukan berita
yang menggemparkan dan menjadi berita utama di media tersebut. (Panuju,
2005:98)
2.1.11 Komunikasi Politik
Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu
proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam hal
ini bukanlah pembicaraandalam arti sempit seperti kata yang diucapkan
melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif, yang berarti
segala cara orang bertukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan,
gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.
Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol,
gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak, komunikator
dalam proses komunikasi politik memainkan pesan sosial, terutama dalam
pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan peran
komunikator politik sebagai pemimpin public opinion, karena mereka
29
dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam Marliani,
2003:13).
2.1.12 Relasi Politik Dengan Huk um
Hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya kepentingan
untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan. Ciri-ciri hukum mengandung
perintah dan larangan, menuntut kepatuhan dan adanya sangsi, hukum yang
berjalan akan menciptakan ketertiban dan keadilan di masyarakat. Sebagai
salah satu kaidah yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa negara,
hukum adalah sebuah produk dari kegiatan politik, yang dapat terbaca dari
konteks dan kepentingan yang melahirkan hukum itu dan bagaimana hukum
tersebut dijalankan. Kaidah hukum dibuat untuk memberikan sangsi secara
langsung dan didasarkan pada tindakan nyata atas apa yang
disepakati/diterapkan sebagai bentuk-bentuk pelanggaran berdasarkan
keputusan politik.
Dengan dasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keadilan akan
dapat terwujud apabila aktifitas politik yang melahirkan produk-produk
hukum memang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu sendiri. Terlepas dari
proses kerjanya lembaga-lembaga hukum harus bekerja secara independen
untuk dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum, dasar dari
pembentukan hukum itu sendiri yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
politik juga harus mengandung prinsip-prinsip pembangunan supermasi
Pada hukum terdapat istilah-istilah seperti penjara, tahanan,
narapidana, terdakwa, tersangka. Penjara adalah tempat untuk membatasi
ruang gerak atau kebebasan individu yang berada di dalamnya. Penjara di
Indonesia sendiri dikenal dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan, yang
merupakan Unit Pelayanan Teknis di bawah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Dimana didalamnya dilakukan pembinaan terhadap
narapidana. Sedangkan rumah tahanan sendiri adalah tempat tersangka
atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara
merupakan unit pelaksanaan teknis di bawah Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
2.1.13 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik
Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah
berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang
melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,
konstitusi dan sebagainya (Marliani, 2004:27). Sebagai pengguna dan
penafsir lambang, manusia terkadang irasional dengan mengganggap
seolah-olah ada hubungan antara suatu lambang dengan apa yang
dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam konteks perpolitikan dapat
dianggap sebagai lambang tertentu yang dipersepsi sebagai sesuatu yang
memiliki daya atau kekuatan tertentu sehingga pihak-pihak yang
berkepentingan merasa perlu melakukan perang dengan mengadakan
31
sekedar adu warna dan bukan menjadi adu politik hal ini sekali lagi
Indonesia sendiri dikenal dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan, yang
merupakan Unit Pelayanan Teknis di bawah Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia. Dimana didalamnya dilakukan pembinaan terhadap
narapidana. Sedangkan rumah tahanan sendiri adalah tempat tersangka
atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara
merupakan unit pelaksanaan teknis di bawah Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
2.1.14 Penger tian Dewan Per wak ilan Rak yat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut
Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu
lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan
umum.DPR dianggap sebagai salah satu lembaga yang paling korup di
Indonesia.
Anggota DPR sendiri memiliki hak serta kewajiban yang harus dilaksanakan pada masa jabatannya, adapun hak dan kewajiban tersebut antara lain :
1. Hak anggota DPR :
a. Mengajukan usul rancangan undang-undang
c. Menyampaikan usul dan pendapat
d. Memilih dan dipilih
e. Membela diri
f. Imunitas
g. Protokoler
h. Keuangan dan administratif
2. Kewajiban anggota DPR :
a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan
perundangundangan
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan
pribadi, kelompok, dan golongan
e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat
f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara
g. Menaati tata tertib dan kode etik
h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan
lembaga lain
i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui
33
j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan
masyarakat
k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis
kepada konstituen di daerah pemilihannya
(http://id.wikipedia.org/wiki/DPR.html)
2.1.15 Konsep Fraksi Pada Dewan Per wakilan Rakyat
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang
DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR, dibentuk fraksi sebagai
wadah berhimpun anggota DPR. Dalam mengoptimalkan pelaksanaan
fungsi, tugas dan wewenang DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR,
fraksi melakukan evaluasi terhadap kinerja anggota fraksinya dan
melaporkan kepada publik. Setiap anggota DPR harus menjadi anggota
salah satu fraksi. Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi
ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR.
Fraksi mempunyai sekretariat. Sekretariat Jenderal DPR menyediakan
sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas
fraksi. Adapun tabel fraksi dalam Dewan Perwakilan Rakyat tertera
Fraksi J umlah Anggota
Ketua
Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 148 Mohammad Jafar Hafsah
Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) 107 Setya Novanto Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (F-PDIP)
94 Tjahjo Kumolo
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS)
57 Mustafa Kamal
Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN)
46 Asman Abnur
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP)
37 Hasrul Azwar
Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB)
28 Marwan Ja'far
Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (F-Gerindra)
26 Mujiyono Haryanto Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat
(F-Hanura)
17 Ahmad Fauzi
Gambar 2.1 :
Anggota Fr aksi DPR
2.1.16 Penger tian Kor upsi
Pengertian korupsi (bahasa latin:corruptio dari kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau
politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
35
menyalahgunakan kekuasaan politik yang dipercayakan kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
1. Perbuatan melawan hukum
2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau saran
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain,
diantaranya:
1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)
2. Penggelapan dalam jabatan
3. Pemerasan dalam jabatan
4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara
negara)
5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)
Dalam arti luas, korupsi atau korupsi olitis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan
rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari
yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan
untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, da mana pura-pura
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa
berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya sangat
penting untuk membedakan korupsi dan kriminalitas. Tergantung dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.Kondisi
yang mendukung munculnya korupsi :
1. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung
jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di
rezim-rezim yang bukan demokratik.
2.Kurangnya transparasi di pengambil keputusan pemerintah
3.Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih
besar dari pendanaan politik yang normal.
4.Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar
5.Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan
“teman lama”
6.Lemahnya ketertiban hukum
7.Lemahnya profesi hukum
8.Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa
37
10.Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum
11.Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau
“sumbangan kampanye”
(www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf.htm)
2.1.17 Pemaknaan Listr ik
Sengatan listrik (electrocution, electrical shock) terjadi jika tubuh
kita dialiri arus listrik, dan itu terjadi jika tubuh kita menjadi penghubung
antara dua titik yang memiliki beda potensial listrik (dinyatakan dengan
Volt). Misalnya tangan kita memegang dua kabel beda fasa, atau kabel
fasa dan kabel netral, atau salah satu tangan memegang kabel fasa
sementara kaki telanjang kita menginjak tanah atau lantai. Saat itulah arus
listrik mengalir dari kabel ke kabel atau dari kabel ke tanah melewati
tubuh kita dan kita pun merasakan apa yang sering kita sebut sebagai
"kesetrum".
Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik
(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara
sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus
listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena kontak dari
tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat
menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik,
terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga
Seperti yang diketahui, bahwa bumi atau tanah memiliki potensial
yang rendah. Hal ini akan menyebabkan listrik akan selalu mencoba
mengalir ke bumi dari sumber tegangan melalui konektor. Maka dalam
kasus kesetrum, manusia berlaku sebagai konektor atau konduktor karena
pada tubuh manusia komponen air lah yang paling besar presentasenya.
Semakin basah atau lembab kulit manusia maka hambatan listrik kulit
makin kecil sehingga akan makin mudah terjadi setrum sehingga arus
listrik makin mudah mengalir.
(http://ameliarina.blogspot.com/2011/03/sengatan-listrik.html)
2.1.18 Pemaknaan War na
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata
memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,
kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam
Rogert’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003: 260-261), terdapat
kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan
warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat
dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat
buruk dan negatif, misal: daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat
positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu
yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat
39
berkonotasi negatif dan warna putih berkonotasi positif (Sobur, 2001:25).
Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya
warna kuning dapat diartikan sebagai optimis, filosofi dalam budaya barat.
Sedangkan warna merah berarti api atau darah, dibeberapa kata merah
darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di
beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi
merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai
hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan
kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu
kebencian dan dendam tergantung dari situasi.
2.1.19 Pendekatan Semiotika
Kata “Semiotika” yang berarti tanda. Semiotika sendiri berakar
dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika.
Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian
pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur
karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung
dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda,
tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara
verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif.
Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima
merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bahasa. Dalam
perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi
kehidupan manusia. Derida (dalam Kurniawan, 2008:34) memiliki
pendapat bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa, “there
is nothing outside language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks”
atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam
kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal
tanda, tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008).
Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat dan ahli terkemuka dalam
semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat
berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi
dengan sarana tanda.
Tanda yang dapat dimanfaatkan dalam seni rupa berupa tanda
visual yang bersifat non-verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti
garis, warna, bentuk, tekstur, komposisi dan sebagainya. Tanda-tanda yang
bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan seperti objek manusia,
binatang, alam, imajinasi atau hal-hal abstrak lainnya. Apapun alasannya
(senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang
kasat mata. Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul
segala yang kasat mata dan merupakan media antar perupa (seniman)
dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa
rupa dalam segitiga,estetis-simbolis-bercerita (story telling). Bahas
41
baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.
Menurut John Fiske, pada intinya semua model yang membahas
mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu
membahas tiga elemen, antara lain :
1. Sign atau tanda itu sendiri
Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara
seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang
terkandung di dalamnya dan juga bagaiman mereka saling
berhubungan dengan orang-orang yang menggunakannya.
2. Codesi atau kode
Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang
terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau
budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan
transmisi pesan mereka.
3. Budaya
Lingkungan dimana tanda dan kode itu berada. Kode dan lambang
tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakangnya
budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.
Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai
ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainya. Pada penelitian ini yang
akan digunakan adalah model semiotik milik Pierce, karena adanya
kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi
terdapat berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam
usahanya untuk memberikan pesan atau informasi bagi khalayak berupa
karikatur. Berbagai macam tanda itulah yang hendak dikaji dalam sebuah
tampilan iklan melalui pendekatan semiotika.
2.1.20 Ana