• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 Januari 2012 )."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO

“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”

( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo

Edisi 16-22 J anuar i 2012 )

SKRIPSI

O l e h :

BILA TYANTIA

0843010049

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN & PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN" J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”

( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo

Edisi 16-22 J anuari 2012 )

Disusun Oleh :

BILA TYANTIA

0843010049

Telah diseminarkan oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2012

Menyetujui

Tim Penguji :

Pembimbing Utama : 1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si

NPT. 36704 9500361 NPT. 36704 9500361

2. Sekretaris

Dr s. Saifudin Zuhr i, M.Si NPT. 37006 9400351

3. Anggota

Dr s. Kusnar to, M.Si

NIP. 1950808011984021001

Mengetahui Dekan

(3)

ABSTRACT

BILA TYANTIA, TEMPO MAGAZINE COVER CARICATURE MEANING

“SHOCK ELECTRICAL PROJ ECT TENDER”. (Studies Semiotics About

Meaning Car ricature Tempo Magazine Cover Issue16 to 22 J anuary 2012).

The source of this research is based on the phenomenon of the issues raised by the

issue of the magazine due on 31 January 16 to 22 cases of procurement corruption

scandal to the people of middle power in a number of areas undertaken by Sutan

Bhatoegana. In this study perform or interpret meaning by identifying as a whole.

Caricature on the cover of the magazine due to be analyzed. so that ultimately can be

obtained from the interpretation of data concerning the caricature portrayal of "SHOCK

ELECTRICAL PROJECT TENDER" on the issue of Tempo Magazine Cover 16 to 22

January 2012.

Theory used in this study is semiotic theory of Charles S. Pierce. Pierce semiotic

theory argues that the mark is formed by the triangular relationship that is the sign

associated with the object yangdirujuknya. The relationship led to interpretan. Pierce

describes his model as follows: A sign is something that the member mean something to

someone. This study used a qualitative descriptive research method with semiotic

approach. The reason researchers used descriptive method kualtatif there are several

factors considered, the first qualitative descriptive method will be easier to adjust when in

fact double the research, both qualitative descriptive method presents a direct relationship

between the researcher with the object of research, these three descriptive qualitative

methods are more sensitive and can adjust themselves with a lot of influence on the

patterns of values encountered.

(4)

TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”

( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo

Edisi 16-22 J anuar i 2012 )

Disusun Oleh :

BILA TYANTIA

0843010049

Telah disetujui untuk mengik uti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

J uwito, S.Sos, M.Si NPT. 36704 9500361

Mengetahui

D E K A N

(5)

ABSTRAK

BILA TYANTIA. PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” (Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo Edisi 16-22 J anuar i 2012 )

Sumber dari penelitian ini berdasarkan fenomena permasalahan yang diangkat oleh majalah tempo edisi 31 16-22 Januari mengenai kasus skandal korupsi pengadaan listrik untuk rakyat menengah kebawah di sejumlah daerah yang dilakukan oleh Sutan Bhatoegana. Pada penelitian ini melakukan pemaknaan atau menginterprestasikan dengan cara mengidentifikasi secara keseluruhan. Karikatur pada cover majalah tempo akan dianalisa. sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interprestasi data mengenai penggambaran karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” pada Cover Majalah Tempo edisi 16-22 Januari 2012.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotic Charles S. Pierce. Teori semiotic Pierce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan obyek yangdirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Peirce menjelaskan modelnya sebagai berikut: Tanda adalah sesuatu yang member arti atas sesuatu bagi seseorang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif kualtatif terdapat beberapa faktor pertimbangan, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan apabila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi

(6)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga Skripsi dengan judul PEMAKNAAN

KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO “KESETRUM TENDER

PROYEK LISTRIK” ( Studi Semiotik Pemaknaan Cover Majalah Tempo

Edisi 16-22 J anuari 2012 ) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si

selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis

juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berpa moril, spiritual maupun

materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala

ilmunya.

5. Kedua Orang Tuaku dan Adik yang selalu memberikan dukungan pada

(7)

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan

yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 21 Mei 2012

(8)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... ix

ABSTRACT ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1 Landasan Teori ... 15

2.1.1 Media Cetak ... 15

2.1.2 Majalah ... 15

2.1.3 Majalah Sebagai Media Massa ... 16

2.1.4 Ilustrasi Cover ... 18

2.1.5 Karikatur dan Kartun ... 20

2.1.6 Karikatur Dalam Media Massa ... 22

2.1.7 Fungsi dan tujuan Karikatur ... 23

2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial ... 24

2.1.9 Teknik Pembuatan Karikatur ... 26

2.1.10 Rubrikasi ... 27

2.1.11 Komunikasi Politik ... 28

2.1.12 Relasi Politik Dengan Hukum ... 29

2.1.13 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik ... 30

(9)

2.1.15 Konsep Fraksi Dalam DPR ... 33

2.1.16 Pengertian Korupsi ... 34

2.1.17 Pemaknaan Listrik ... 37

2.1.18 Pemaknaan Warna ... 38

2.1.19 Pendekatan Semiotika ... 39

2.1.20 Analisis Semiotik Charles S. Pierce ... 42

2.2 Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Metode Penelitian ... 47

3.2 Kerangka Konseptual ... 48

3.2.1 Karikatur ... 48

3.2.2 Korpus ... 51

3.3 Unit Analisis ... 52

3.3.1 Ikon (icon) ... 52

3.3.2 Indeks (index) ... 52

3.3.3 Simbol (symbol) ... 53

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5 Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 57

4.1.1 Pemaknaan Terhadap Karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ... 57

4.1.2 Majalah Tempo ... 58

4.2 Penyajian Data ... 62

4.3 Analisa Pemaknaan Karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” ... 65

4.3.1 Ikon... 65

(10)

4.4 Analisis Pemaknaan Warna Pada Cover Majalah Tempo Yang

Berjudul “KESETRUM TENDER PROYEK

LISTRIK”... ... 73

4.4.1 Hitam... 73

4.4.2 Putih ... 74

4.5 Makna Keseluruhan Pada Karikatur “BAHASYIM SALABIM” dalam Model Segitiga menurut Pierce ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat kita selalu berkomunikasi untuk

menjalin sebuah hubungan. Karena dengan adanya komunikasi kita akan

mengetahui tentang sesuatu hal masing-masing antara satu dengan yang

lainnya. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang

kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui

media). Komunikasi merupakan dasar kehidupan manusia yang diutuhkan

dalam rangka bersosialisasi dengan sesamanya. Sebagai kebutuhan yang

paling dasar dan seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia,

maka proses komunikasi yang dilakukan manusia membutuhkan media

komunikasi yang mampu mendukung tercapainya proses tersebut.

Dari sudut pandang pengetahuan, manusia berkomunikasi karena

manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu memiliki hubungan

dengan orang lain, atau selalu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Para pakar komunikasi mengemukakan fungsi-fungsi yang berbeda-beda,

meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih di antara

berbagai pendapat tersebut. Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa

kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas

(12)

untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku

seperti yang kita inginkan. Namun menurut scheidel tujuan dasar kita

berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan

psikologis kita.

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media atau

saluran komunikasi merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat

penyampaian atau pengiriman pesan, misalnya saja surat kabar, radio,

televise, majalah, ataupun telepon. Menurut William I. Gorden komunikasi

memiliki empat fungsi yakni fungsi komunikasi sebagai komunikasi

sosial, sebagai komunikasi ekspresif, sebagai komunikasi ritual, dan

komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi komunikasi tampaknya

tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan

fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi-fungsi yang dominan. Media

Massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun

1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain

untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.

Untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu

gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai

serta pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan.

Diantara beberapa jenis media tersebut, media cetak seperti surat kabar

memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa lainnya. Dan yang

(13)

3

khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti jika mereka

diterpa media radio, televise, dan film.

Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi

media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki

ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi

daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka

yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki

lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya

langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi

yang mereka dapat dari media massa tertentu. Adapun fungsi dari media

massa itu sendiri dibagi menjadi lima, yakni :

1. Sebagai pelaku Media Informasi

Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang

terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena

memerlukan informasi.

2. Fungsi Pendidikan

Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers

memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga

masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.

3. Fungsi Hiburan

Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi

berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot.

Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar,

(14)

4. Fungsi Kontrol Sosial

Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Sosial participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan)

b. Sosial responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap

rakyat)

c. Sosial support (dukungan rakyat terhadap pemerintah)

d. Sosial kontrol (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan

pemerintah)

5. Sebagai Lembaga Ekonomi

Pers adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat

memamfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers

sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari

hasil produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

Kehadiran media massa merupakan salah satu gejala yang

menandai kehidupan masayarakat modern dalam menyampaikan

informasinya, media memiliki cara pengemasan yang variatif dan beragam

yang tentunya telah disesuaikan dengan segmentasi, konsumen, orientasi

interal dari media itu sendiri serta berbagai faktor-faktor kepentingan yang

lain. Media massa merupakan bidang kajian yang kompleks, media massa

bukan berarti hanya sutu variasi media yang menyajikan informasi kepada

khlayak saja akan tetapi juga menggunakan media massa dengan cara yang

(15)

5

informasi, ada juga yang menggunakan media untuk mendapatkan hiburan

atau mengisi waku. Media cetak juga dapat digunakan untuk

mentransmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya,

karena media cetak memiliki kemamuan membawa pesan yang spesifik

dengan penyajian data yang mendalam.

Majalah berbentuk seperti buku yang memiliki kualias permanent

sehingga dapat disimpan dalam jangka waku yang lama. Seiring dengan

perkembangan zaman, maja majalah kini telah mengalami banyak

kemajuan. Pada mulanya kehadiran majalah dalam bentuk cetakan

sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas yang apa adanya. Maka

saat ini majalah hadir dalam bentuk dan sajian yang lebih bagus dan

menarik, serta dcetak dengan mnggunakan kualitas yang baik dan bermutu

tinggi. Macam-macam majalah yang beredar saat ini beraneka aga, seperti

majalah anak, remaja, dewasa, olahraga, laki-laki, perempuan, politik, dan

sebagainya. Semakin banyak jumlah majalah yang beredar dimasyarakat

secara otomatis akan membuat para pembacana menjadi semakin selektif

didalam memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka untuk

mendapatkan informasi maupun hiburan. Majalah merupakan media yang

terbit secara berkala, yag didalamnya meliput berbagai macam artikel,

cerita, gambar serta iklan-iklan yang menarik. (Djuroto, 2002:32)

Majalah memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi yang ada

disekitar lingkungan masyarakat, selain itu majalah memberikan hiburan

(16)

mengatakan bahwa visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat

sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu

menarik emosi para pembacanya dan dapat menolong seseorang untuk

menganalisa, merencanakan, dan memutuskan suatu problema dengan

mengkhalayakannya pada kejadian yang sebenar-benarnya.

Media verbal merupakan media yang paling cepat untuk

menanamkan pemahaman bagi para pembacanya. Informasi bergambar

lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap

gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki

subyek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan

mudah dikenal. (Waluyanto, 2000:128)

Kita ketahui bahwa media cetak seperti majalah tidak hanya

berperan sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi

juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik. Assegaff dalam

bukunya yang berjudul jurnalistik masa kini (1991:11) mengemukakan

bahwa dari keseluruhan fungsi pers yaitu memberikan informasi hiburan

serta kontrol sosial. Fungsi pers sebagai kontrol sosial adalah yang

terpenting karena pada hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat

yakni dalam menjalankan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan baik

berupa dukungan maupun sebuah kritikan.

Kontrol sosial dapat dilakukan dengan beberapa cara baik eksplisit

maupun implicit. Secara eksplisit kontrol sosial ini dapat terlihat dari

(17)

7

yang terjadi dan berkembang yang merupakan berita utama dari majalah

tersebut ataupun berita yang menjadi wacana publik pada saat itu. Secara

implicit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya dengan tampilan

karikatur. Keberadaan karikatur pada majalah bukan berarti hanya

melengkapi majalah tersebut melainkan dapat memberikan hiburan selain

memberikan berita-berita utama yang disajikan. Akan tetapi keberadaan

karikatur juga dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan

pada masyarakat dan khalayak luas.

Karikatur sebagai wahana penyampaian kritik sosial seringkali kita

temui didalam berbagai media cetak, didalam media ini karikatur menjadi

pelengkap terhadap tajuk rencana, opini, serta artikel pilihan lainnya.

Keberadaanya biasanya disajikan sebagai selingan atau sebagai penyejuk

setelah para pembaca menikmati rubrik dan artikel yang lebih serius

dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran

pembacanya. Sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah

karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat

berita dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah

dimengerti karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar karikatur

tersebut terkesan lucu sehingga kritikan yang disampaikan karikatur

tersebut tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan.

Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan

bahasa simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud,

(18)

pengembangan interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon

terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata

lain meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan

pandangan-pandangan seseorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi

muatan makna yang terkandung didalamnya akan dapat berkembang

secara dinamis sehingga dapat menjadi lebih kaya dalam segi

pemaknaanya. Karikatur adalah karya pribadi, produk suatu keahlian

karikaturis baik dalam segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis,

psikologis, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih

tema atau issue yang tepat. (Effendi, 2003:140)

Dalam sebuah karikatur yang baik kita dapat menemukan

perpaduan dari unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir

secara kritis serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi

fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas

secara keseluruhan yang dikemas sehumoris mungkin. Dengan demikian

memahami karikatur juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar

mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya.

Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara

karikatural sangat bergantung pada issue besar yang berkembang yang

dijadikan headline, karena karikatur merukan tanggapan atau opini secara

subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu persoalan, pemikiran, atau

pesan tertentu. Dari uraian diatas dapat dilihat karikatur merupakan salah

(19)

9

dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan

dengan bahasa verbal yang berwujud lisan maupun tulisan. Karikatur

merupakan ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang

dituju melalui simbol dengan berwujud gambar, tulisan, dan lainnya.

Peletakan karikatur juga dapat menjadi nilai plus tersendiri.

Headline dengan menggunakan karikatur pada bagian paling depan sebuah

majalah yaitu cover, dapat mempermudah konsumen untuk mengetahui

secara langsung, berita hangat apa yang sedang beredar di masyarakat saat

ini. Jangan pungkiri keberadaan kemasan cover dari majalah. Walaupun

banyak orang yang mengatakan “Jangan melihat atau menilai buku hanya

dari cover atau sampulnya”, namun kekuatan cover atau sampul sebagai

daya tarik dari sebuah cover juga tidak dapat dipungkiri. Cover merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah majalah dan memiliki

peranan penting karena pada saat akan membeli atau membaca majalah,

yang pertama kali kita lihat atau perhatikan adalah cover dan ilustrasi

gambarnya. Karena melalui ilustrasi gambarnya, seorang penulis dapat

menuangkan ide dan kreatifitasnya dari karya yang dihasilkan. Sehingga

cover majalah dibuat untuk membuat calon pembeli atau pembaca dalam

hal pemahaman pesan.

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan

dapat membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah

dimengerti dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar

(20)

penekanan tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat

berpengaruh karena gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling

cepat pemahamannya, dan mudah dimengerti karena terkait dengan

maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang

sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang

tinggi untuk dapat menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut

kebutuhan informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada

sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat digali kandungan nilai

faktualnya, dengan kata lain bahasa simbol menciptakan situasi yang

simbolis pula dimana didalamnya terkandung makna dan maksud yang

harus diungkap.

Karikatur juga dapat menjadi kontrol sosial. Keberadaan karikatur

maupun gambar kartun dalam media massa cetak, khususnya pada majalah

tidak hanya melengkapi artikel tulisan-tulisan dimajalah saja, tetapi juga

memberikan informasi kepada masyarakat agar mereka tahu antara

tindakan-tindakan mana yang layak dan tidak layak untuk dilakukan.

Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun)

yang lebih efektif dibanding dengan kata-kata, karena kartun mempunyai

kekuatan dan karakter Simbol pada gambar merupakan simbol yang

disertau maksud (signal). Simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada

untuk sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak

jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir,

(21)

11

Disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar

memiliki makna yang dapat digali, dengan kata lain bahasa simbolis

menciptakan situasi yang simbolis pula atau memiliki sesuatu yang harus

diungkap maksud dan artinya. Menurut Sobur (2003:140) kartun

merupakan sebuah produk keahlian dari seorang kartunis baik dalam segi

pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi

bacaan, maupun bagaimana dia memilih issue yang tepat.

Kartun juga merupakan tanggapan opini secara subyektif terhadap

suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu karena itu

dapat mendeteksi tingkat intelektual yang membuat kartun dari sudut ini

serta bagaimana cara dia mengkritik secara langsung agar orang yang

dikritik tidak tersinggung. Kartun juga merupakan symbolic speech

(komunikasi tidak langsung) yang artinya adalah penyampaian pesan yang

terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan secara langsung melainkan

menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung

dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol

pada gambar karikatur tersebut merupakan simbol yang disertai signal

(maksud) yang digunakan dengan sadar oleh sipengirim pesan dan mereka

yang menerima pesan tersebut. Kartun yang membawa kritik sosial

muncul disetiap penerbitan majalah adalah political cartoon (kartun

politik) atau editorial cartoon (kartun editorial) yang biasa digunakan

sebagai cover majalah maupun versi gambar humor dalam suatu majalah

(22)

dosen FSRD ITB kartun adalah gambar yang dapat melukiskan adegan

mengenai perilaku manusia dengan berbagai kiprahnya dalam kehidupan

sosial, baik diungkapkan secara simbol atau representasional dengan

cara-cara humor ataupun cara-cara-cara-cara satiris.

Alasan mengapa peneliti mengambil obyek penelitian karikatur

“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” pada cover majalah

TEMPO edisi 16-22 Januari 2012 karena cover majalah TEMPO edisi

tersebut mengulas tentang profil Sutan Bhatoegana yang merupakan

seorang Wakil Ketua Komisi Energi dan Fraksi Demokrat di DPR. Sutan

sendiri merupakan pembicara aktif dari fraksi Demokrat yang saat ini

sering kali dipergunjingkan dikalangan para politikus di Indonesia.

Karikatur dalam majalah TEMPO edisi 16-22 Januari 2012 tersebut

menggambarkan jari-jemari seorang Wakil Ketua Komisi Energi dan

Fraksi Demokrat di DPR yang sedang terkena sengatan aliran listrik.

Dengan tampilan mata yang membelalak dan senyum yang terkesan

seperti dibuat-buat Sutanpun tergambar dalam karikatur tersebut.

Karikatur yang dimuat dalam majalah TEMPO edisi 16-22 Januari

2012 ini menggambarkan seorang pria yang menyerupai wajah Sutan

Bhatoegana dengan kedua jari telunjuk yang mengarah ke sengatan listrik

berlambangkan ($) dollar dengan mata yang membelalak serta kedua alis

yang naik dan tatanan gigi yang tampak jelas.

Peneliti berusaha mengungkap makna yang terkandung pada

(23)

13

Sutan Bhatoegana. Sutan merupakan Wakil Ketua Komisi Energi dan

Fraksi Demokrat di DPR. Sutan sendiri merupakan pembicara aktif dari

fraksi Demokrat yang saat ini sering kali dipergunjingkan dikalangan para

politikus di Indonesia.

TEMPO merupakan salah satu majalah yang mempunyai rubrik

khusus dalam menyajikan karikatur. Majalah yang terkenal dengan

pesan-pesannya yang sangat kritis ini lebih banyak menyajikan rubrik-rubrik dan

topic-topik dalam bidang sosial politik dalam setiap kali pemberitaannya.

Akibat kekritisannya tersebut majalah TEMPO juga pernah dibredel pada

tahun 1982 dan 1994 namun hal ini tidak membuat TEMPO terus

tenggelam. Dengan semangatnya untuk memperjuangkan kebebasan pers,

TEMPO berhasil bangkit dan memberitakan kembali sirkulasinya pada

tahun 1998 dan berhasil menjadi pemimpin untuk industry penerbitan

majalah di Indonesia serta diterbitkan dengan skala nasional atau beredar

di seluruh wilayah Indonesia. (www.tempointeractive.com).

Maka berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan analisis yang bertujuan untuk melakukan sebuah studi

semiotika untuk mengetahui pemaknaan karikatur dalam cover majalah

TEMPO edisi 16-22 Januari 2012 yang berjudul “KESETRUM TENDER

(24)

1.2 Per umu san Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahannya adalah bagaimana makna karikatur pada majalah TEMPO

edisi 16-22 Januari 2012 yang berjudul “KESETRUM TENDER PROYEK

LISTRIK” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna

karikatur pada majalah TEMPO “KESETRUM TENDER PROYEK

LISTRIK” edisi 16-22 J anuari 2012.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada ilmu komunikasi mengenai karikatur majalah TEMPO

“KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK” edisi 16-22 Januari

2012.

2. Kegunaan Pr aktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian

serta pertimbangan pada bidang karikatur khususnya pada karikaturis

(25)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak

maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak

digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di

masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,

televisi, film dan lain-lain. Tidak terlepas kaitannya dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi

jembatan yang menghubungkan anatara komunikastor dan komunikan

yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat.

(Sugiharti dalam Oermana, 2009:14)

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis

yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran

dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman

putih. (Kasali, 1995 :99)

2.1.2 Majalah

Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai

liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca,

(26)

majalah bulanan, majalah tengah bulanan, majalah mingguan dan

sebagainya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Majalah lazimnya

berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi

dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih

mewah dari surat kabar atau kertas glosi. Majalah sebagai salah satu bentuk dari

media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang

merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang

berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang

dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhie (1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi

dua jenis, yaitu:

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,

komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan

seni

b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai

bidang-bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

2.1.3 Majalah Sebagai Media Massa

Berbeda dengan surat kabar, majalah telah jauh lebih

menspesialisasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu.

(27)

17

pembaca surat kabar, namun memiliki pasar yang mengelompok. Usia

majalah juga jauh lebih panjang dari surat kabar. Majalah memiliki

kedalaman isi yang jauh lebih panjang dari surat kabar yang banyak

menyajikan berita. Disamping itu, majalah menemani pembaca dengan

menyajikan cerita atas berbagai kejadian dengan tekanan unsur menghibur

atau mendidik. Jenis-jenis majalah itu sendiri dapat dibedakan atas dasar

frekuensi penerbitan dan khalayak pembaca. Sedangkan frekuensi

penerbitan di Indonesia pada umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali

sebulan, tiga kali sebulan, dan ada pula yang terbit triwulanan. Klasifikasi

majalah menurut khalayak pembaca umumnya dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu:

1. Majalah Konsumen

Majalah konsumen adalah majalah yang diarahkan pada para

konsumen yang akan langsung membeli barang-barang

konsumsinya. Majalah-majalah jenis ini dijual secara eceran,

langganan, dan di toko-toko buku.

2. Majalah Bisnis

Majalah bisnis adalah majalah yang ditujukan untuk kepentingan

kalangan bisnis.

3. Majalah Per tanian

Majalah pertanian adalah majalah yang ditujukan kepada para

(28)

Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen-segmen

demografis, misalnya, majalah anak-anak, remaja, pria, remaja wanita,

wanita dewasa atau editorial. Dari segi kebijakan editorial dapat dibedakan

antara Majalah Berita (Tempo, Editor), Majalah Umum (Intisari), Wanita

(Femina, Kartini), Bisnis (Swasembada, Warta Ekonomi) dan Special

Interest (ASRI) dan lain-lain. Majalah sebagai media massa tidak

melepaskan konsekuensinya sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan

informasi, edukasi dan budaya. Dari media itu kita bisa tahu mengenai apa

yang wajar atau disetujui, apa yang salah dan apa yang benar, apa yang

mesti diharapkan sebagai individu, kelompok atau bangsa lain.Majalah

memang di anggap sebagai media massa, meskipun demikian masih

tercatat ada ratusan majalah khusus (special interest magazine), yang

masin-masing ditujukan untuk khalayak yang memiliki perhatian dan gaya

hidup khusus (Shimp, 2003:517).

2.1.4 Ilustr asi Cover

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pengertian ilustrasi

adalah gambar (foto, lukisan) untuk membantu memperjelas isi suatu

buku, majalah, karangan dan dapat pula berupa gambar, desain atau

diagram penghias halaman cover. Sesuai dengan pengertian tersebut maka

ilustrasi cover adalah sebuah gambar atau lukisan dan tulisan-tulisan yang

dipergunakan untuk menghiasi sebuah majalah, sekaligus sebagai media

untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari pihak tim kreatif suatu

(29)

19

Dengan adanya ilustrasi berupa gambar pada cover, khalayak atau

pembaca diharapkan tertarik dan tergugah untuk mengetahui pesan, sesuai

dengan yang diharapkan melalui ilustrasi, khalayak dapat lebih mudah

mendapatkan pemahaman serta lebih kaya lagi terhadap ide-ide yang

terdapat pada isi majalah tersebut. Gambar adalah lambang lain yang

digunakan dalam berkomunikasi non verbal, gambar dapat digunakan

untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Gambar merupakan salah

satu wujud lambing atau bahasa visual yang didalamnya terkandung

stuktur rupa seperti garis, warna dan komposisi. Keberadaannya

dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, ia

dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan.

Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan guna

mengefektifkan komunikasi.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka ilustrasi cover sangat

berperan dalam mengefektifkan komunikasi, karena ilustrasi merupakan

sebuah proses komunikasi dimana terdapat informasi atau pesan yang

sengaja digunakan oleh komunikator (illustrator) untuk disampaikan atau

ditransmisikan kepada komunikan (khalayak atau pembaca) dengan

menggunakan bahasa. Namun secara Etimologikata Ilustrasi (illustration)

berasal dari bahasa Latin, Illustrare yang artinya menjelaskan atau

menerangkan sesuatu, yakni cerita atau artikel dengan gambar.

Keefektifan sebuahilustrasi dalam penyampaian suatu pesan terhadap

(30)

1. Mempunyai daya tarik

2. Jelas

3. Sederhana

4. Mudah dimengerti

5. Representatif (mewakili isi cerita yang terkandung pada gambar)

Seni ilustrasi dapat diklasifikasikan ke dalam lima bagian, yakni

ilustrasi cerita, ilustrasi artikel, ilustrasi sampul, karikatur dan vignet (Tim

MGMP,1996: 27-29). Ilustrasi cover: Ilustrasi yang dapat kita jumpai

dalam sampul berbagai media penerbitan, yakni buku, komik, jurnal

ilmiah maupun majalah. Ilustrasi sampul menyajikan gambar yang

merepresentasikan isi yang terkandung dalam buku, komik, jurnal

ilmiah maupun majalah. (

http://www.scribd.com/doc/28681139/Kartun-Dan-Seni-Ilustrasi)

2.1.5 Karikatur dan Kar tun

Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang,

biasanya orang terkenal dengan “mempercantiknya” dengan menggunakan

penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek. (Sudarta,

1987:138). Senada dengan Sudarta, Pramono berpendapat bahwa sebetulnya

karikatur adalah bagian dari kartun opini. Tetapi kemudian menjadi salah

kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya

berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa

pesan kritik sosial, yang muncul di setiap penerbitan majalah adalah

(31)

21

tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai

karikatur. (Sudarta, 1987:139)

Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan

representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan

sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana

kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8). Karikatur adalah produk

suatu keahlian seseorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual,

teknik melukis, psikologis, cara melobi, refrensi, bacaan, maupun

bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karikatur adalah bagian dari

opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus.

Semula karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka.

Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk

menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena

penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik.

Sedangkan kartun sendiri merupakan seorang kartunis, baik dari

segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,

referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih isu yang tepat.kartun

merupakan tanggapan opini secara subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh,

suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu bisa mendeteksi tingkat

intelektual yang membuat kartun dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik

yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur,

(32)

2.1.6 Karikatur dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi

yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,

televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi

dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media

massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa

menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan

estetika, disamping kadar humornya.

Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang layak

akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang

menonjol di dalam masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang

disampaikan sebuah gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya

evolusi. Dengan kata lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu

permasalahan yang sedang hangat di permukaan. Gambar lelucon yang

membawa pesan kritik sosial sebagaimana di setiap ruang opini surat

kabarbiasanya disebut karikatur. Sedangkan gambar lelucon yang muncul di

media massa yanghanya berisikan humor semata tanpa membawa beban

kritik sosial apapun biasanya disebut kartun.

Menurut Anderson dalam memahami studi komunikasi politik di

Indonesia akan lebih mudah di analisa mengenai konsep politik Indonesia

dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech

(komunikasi langsung) dan symbolic speech (komunikasi tidak langsung).

(33)

23

sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,

seperti humor, gossip, diskusi, argument, intrik, dan lain-lain. Sedangkan

komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun

diteliti seperti patung, monument dan simbol-simbol lainnya. (Bintoro

dalam marliani, 2004:49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan diatas

merupakan alasan utama dijadikan karikatur sebagai objek studi ini. Selain

karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik yang

sehat dan juga suatu keahlian seseorang karikaturis adalah bagaimana dia

memilih topik-topik isu yang tepat dan masih kontroversi.

2.1.7 Fungsi dan Tujuan Karikatur

Meski terlihat sederhana, sebenarnya karikatur memiliki fungsi

yang cukup banyak. Ketika membaca Koran ataupun majalah terutama pada

edisi-edisi tertentu selain artikel, pemuatan gambar jenis ini juga memiliki

daya tarik tersendiri. Bahkan karikatur itu sendiri dapat menjadi ciri khas

dari media tersebut. Dan selain di majalah atau Koran lukisan yang

mengandung pesan tertentu ini juga sering muncul di media lain. Adapun

fungsi dan tujuan karikatur ini antara lain adalah :

1. Sebagai hiburan

Ketika membaca artikel pada suatu majalah atau Koran, orang sering

(34)

nyaman tersebut mereka selalu melihat karikatur yang ada untuk dapat

menyegarkan pikirannya kembali.

2. Sebagai penyalur hobi

Hal ini sering dilakukan terutama oleh orang yang gemar dengan

kegiatan melukis. Karena membuat karikatur dirasa juga tidak berbeda

jauh dengan melukis atau membuat gambar. Dapat dikatakan

perbedaan lukisan dengan karikatur sangat minim sekali.

3. Sebagai kritik sosial

Saat ini banyak sekali orang yang merasa jenuh dengan kehidupan

sosial atau lingkungan disekitarnya. Karena apa yang dilihatnya sering

kali tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada. Dan untuk

melakukan protes atau sindiran terhadap situasi ini, beberapa orang

membuat karikatur sebagai media untuk menggambarkan isi hatinya

tersebut.

(http://www.anneahira.com/karikatur.html)

2.1.8 Karikatur Sebagai Kritik Sosial

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam

masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber control terhadap

jalannya sebuah system sosial atau proses bermasyarakat, dalam konteks

inilah kritik sosial merupakan unsur, penting dalam memelihara system

(35)

25

wahana konvervasi dan reproduksi sebuah system sosial atau masyarakat

(Masoed, 1999:47).

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi, bahwa kritik sosial

menjadi sarana komunikasi, gagasan baru, sembri menilai gagasan yang

lama untuk suatu perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang demikian

lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturslis. Mereka melihat kritik

sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial

(Masoed, 1999:49).

Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneroopongan

kepentingan diri saja, melainkan justru melebatkan dan mengajak

masyarakat stsu khslsysk untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata

dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa

tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung jawab atas

perkembangan lingkungan sosialnya.

Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam

menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan

pemerintahannya. Kontrol sosial dan kritik sosial merupakan dua sisi dari

mata uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun.

Dengan demikian, apabila control sosial cenderung dianggap sebagai

aktivitas pembebasan dari segala bentuk kontrol dan pengendalian. Kritik

sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam kemajuan jalannya

pemerintahan, karena kritik menciptakan cambuk bagi pemerintah agar

(36)

juga merupakan apresiasi dari masyarakat terhadap pemerintahan, lewat

karikatur media cetak yang diproduksi para karikaturis. Kritik sosial

seringkali ditemui di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar,

majalah, tabloid. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka

tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004:4).

2.1.9 Tek nik Pembuatan Kar ikatur

Agar dapat menjadi kakarikatur yang sempurna, seorang pelukis

atau yang biasa disebut dengan karikaturis perlu memperhatikan beberapa

hal serta teknik dalam pembuatan karikatur yang antara lain adalah:

1. Pemilihan tema

Ketika membuat karikatur sebaiknya memilih tema yang saat ini

sedang menjadi topic atau bahan perbincangan hangat dikalangan

masyarakat. Bila ini dilakukan pasti akan menarik banyak orang

untuk menikmati serta melihat hasil karikatur tersebut.

2. Pembuatan gambar

Gambar atau lukisan yang dibuat untuk member karikatur perlu

teknik tersendiri. Karena hal ini berbeda dengan lukisan yang

dibuat untuk hiasan atau pajangan didinding. Yang terpenting

adalah justru terletak pada karakter lukisan yang dibuat dan

terkesan kuat sehingga pesan yang disampaikan dapat mengena

bagi para penikmatnya.

(37)

27

Ekspresi ini merupakan salah satu hal yang paling utama yang

harus diperhatikan ketika membuat lukisan karikatur. Karena

letak keistimewaannya juga terdapat pada ekspresi ini, terutama

pada bagian wajah. Semua unsure harus mengandung tingkat

kelucuan serta keunikan, bukan terletak pada ukuran skalanya.

4. Penggunaan kalimat

Karikatur yang baik adalah ketika kita bisa meminimalkan

penggunaan kalimat, karena kekuatan dari lukisan jenis ini

terletak pada pesan dan karakter gambar yang dibuat.

5. Penyesuaian media dan sasaran

Misalnya dalam pembuatan karikatur untuk media, majalah,

ataupun Koran politik maka jenis pesan yang disampaikan juga

harus bersinggungan dengan kehidupan politik terkini.

(http://www.anneahira.com/karikatur.html)

2.1.10 Rubr ikasi

Media menyuguhkan informasinya melalui strategi rubrikasi,

artinya pesan-pesan yang disuguhkan dengan cara mengelompokkan

berdasarkan kategori tertentu. Misalnya saja berdasarkan bidang ataupun

lingkup geografisnya. Rubrikasi tetap misalnya menempatkan berita dan

artikel berdasarkan tema politik, ekonomi, olahraga, criminal ataupun

(38)

dianggap penting untuk masyarakat dan dapat menarik perhatian, ada pula

yang mengkategorikan berdasarkan wilayah.

Media pers yang tau tentang implikasi dan rubrikasi ini pastilah

memiliki solusi dengan cara mengefektifkan rapat redaksi. Dalam forum

itulah sebuah nilai berita dicari, dibahas, dan dianalisis sehingga setiap

wartawan dengan spesialisasi apapun sangat mungkin menemukan berita

yang menggemparkan dan menjadi berita utama di media tersebut. (Panuju,

2005:98)

2.1.11 Komunikasi Politik

Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu

proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam hal

ini bukanlah pembicaraandalam arti sempit seperti kata yang diucapkan

melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif, yang berarti

segala cara orang bertukar simbol, kata-kata yang dituliskan dan diucapkan,

gambar, gerakan, sikap tubuh dan pakaian.

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol,

gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak, komunikator

dalam proses komunikasi politik memainkan pesan sosial, terutama dalam

pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan peran

komunikator politik sebagai pemimpin public opinion, karena mereka

(39)

29

dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam Marliani,

2003:13).

2.1.12 Relasi Politik Dengan Huk um

Hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya kepentingan

untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan. Ciri-ciri hukum mengandung

perintah dan larangan, menuntut kepatuhan dan adanya sangsi, hukum yang

berjalan akan menciptakan ketertiban dan keadilan di masyarakat. Sebagai

salah satu kaidah yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa negara,

hukum adalah sebuah produk dari kegiatan politik, yang dapat terbaca dari

konteks dan kepentingan yang melahirkan hukum itu dan bagaimana hukum

tersebut dijalankan. Kaidah hukum dibuat untuk memberikan sangsi secara

langsung dan didasarkan pada tindakan nyata atas apa yang

disepakati/diterapkan sebagai bentuk-bentuk pelanggaran berdasarkan

keputusan politik.

Dengan dasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keadilan akan

dapat terwujud apabila aktifitas politik yang melahirkan produk-produk

hukum memang berpihak pada nilai-nilai keadilan itu sendiri. Terlepas dari

proses kerjanya lembaga-lembaga hukum harus bekerja secara independen

untuk dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum, dasar dari

pembentukan hukum itu sendiri yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

politik juga harus mengandung prinsip-prinsip pembangunan supermasi

(40)

Pada hukum terdapat istilah-istilah seperti penjara, tahanan,

narapidana, terdakwa, tersangka. Penjara adalah tempat untuk membatasi

ruang gerak atau kebebasan individu yang berada di dalamnya. Penjara di

Indonesia sendiri dikenal dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan, yang

merupakan Unit Pelayanan Teknis di bawah Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia. Dimana didalamnya dilakukan pembinaan terhadap

narapidana. Sedangkan rumah tahanan sendiri adalah tempat tersangka

atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara

merupakan unit pelaksanaan teknis di bawah Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

2.1.13 Pembicaraan Politik Sebagai Kegiatan Simbolik

Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah

berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang

melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,

konstitusi dan sebagainya (Marliani, 2004:27). Sebagai pengguna dan

penafsir lambang, manusia terkadang irasional dengan mengganggap

seolah-olah ada hubungan antara suatu lambang dengan apa yang

dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam konteks perpolitikan dapat

dianggap sebagai lambang tertentu yang dipersepsi sebagai sesuatu yang

memiliki daya atau kekuatan tertentu sehingga pihak-pihak yang

berkepentingan merasa perlu melakukan perang dengan mengadakan

(41)

31

sekedar adu warna dan bukan menjadi adu politik hal ini sekali lagi

Indonesia sendiri dikenal dengan sebutan Lembaga Pemasyarakatan, yang

merupakan Unit Pelayanan Teknis di bawah Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia. Dimana didalamnya dilakukan pembinaan terhadap

narapidana. Sedangkan rumah tahanan sendiri adalah tempat tersangka

atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia. Rumah Tahanan Negara

merupakan unit pelaksanaan teknis di bawah Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

2.1.14 Penger tian Dewan Per wak ilan Rak yat (DPR)

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut

Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu

lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang

merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai

politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan

umum.DPR dianggap sebagai salah satu lembaga yang paling korup di

Indonesia.

Anggota DPR sendiri memiliki hak serta kewajiban yang harus dilaksanakan pada masa jabatannya, adapun hak dan kewajiban tersebut antara lain :

1. Hak anggota DPR :

a. Mengajukan usul rancangan undang-undang

(42)

c. Menyampaikan usul dan pendapat

d. Memilih dan dipilih

e. Membela diri

f. Imunitas

g. Protokoler

h. Keuangan dan administratif

2. Kewajiban anggota DPR :

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan

perundangundangan

c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan

pribadi, kelompok, dan golongan

e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat

f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara

g. Menaati tata tertib dan kode etik

h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan

lembaga lain

i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui

(43)

33

j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan

masyarakat

k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis

kepada konstituen di daerah pemilihannya

(http://id.wikipedia.org/wiki/DPR.html)

2.1.15 Konsep Fraksi Pada Dewan Per wakilan Rakyat

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang

DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR, dibentuk fraksi sebagai

wadah berhimpun anggota DPR. Dalam mengoptimalkan pelaksanaan

fungsi, tugas dan wewenang DPR, serta hak dan kewajiban anggota DPR,

fraksi melakukan evaluasi terhadap kinerja anggota fraksinya dan

melaporkan kepada publik. Setiap anggota DPR harus menjadi anggota

salah satu fraksi. Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi

ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR.

Fraksi mempunyai sekretariat. Sekretariat Jenderal DPR menyediakan

sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas

fraksi. Adapun tabel fraksi dalam Dewan Perwakilan Rakyat tertera

(44)

Fraksi J umlah Anggota

Ketua

Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 148 Mohammad Jafar Hafsah

Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) 107 Setya Novanto Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (F-PDIP)

94 Tjahjo Kumolo

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS)

57 Mustafa Kamal

Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN)

46 Asman Abnur

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP)

37 Hasrul Azwar

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB)

28 Marwan Ja'far

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (F-Gerindra)

26 Mujiyono Haryanto Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat

(F-Hanura)

17 Ahmad Fauzi

Gambar 2.1 :

Anggota Fr aksi DPR

2.1.16 Penger tian Kor upsi

Pengertian korupsi (bahasa latin:corruptio dari kerja corrumpere

yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).

Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau

politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal

(45)

35

menyalahgunakan kekuasaan politik yang dipercayakan kepada mereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar

mencakup unsur-unsur sebagai berikut :

1. Perbuatan melawan hukum

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau saran

3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi

4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain,

diantaranya:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)

2. Penggelapan dalam jabatan

3. Pemerasan dalam jabatan

4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara

negara)

5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)

Dalam arti luas, korupsi atau korupsi olitis adalah penyalahgunaan

jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan

rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari

yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan

untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat

yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,

yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, da mana pura-pura

(46)

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa

berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering

memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian

uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya sangat

penting untuk membedakan korupsi dan kriminalitas. Tergantung dari

negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap

korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal

di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.Kondisi

yang mendukung munculnya korupsi :

1. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung

jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di

rezim-rezim yang bukan demokratik.

2.Kurangnya transparasi di pengambil keputusan pemerintah

3.Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih

besar dari pendanaan politik yang normal.

4.Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar

5.Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan

“teman lama”

6.Lemahnya ketertiban hukum

7.Lemahnya profesi hukum

8.Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa

(47)

37

10.Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal

memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum

11.Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau

“sumbangan kampanye”

(www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf.htm)

2.1.17 Pemaknaan Listr ik

Sengatan listrik (electrocution, electrical shock) terjadi jika tubuh

kita dialiri arus listrik, dan itu terjadi jika tubuh kita menjadi penghubung

antara dua titik yang memiliki beda potensial listrik (dinyatakan dengan

Volt). Misalnya tangan kita memegang dua kabel beda fasa, atau kabel

fasa dan kabel netral, atau salah satu tangan memegang kabel fasa

sementara kaki telanjang kita menginjak tanah atau lantai. Saat itulah arus

listrik mengalir dari kabel ke kabel atau dari kabel ke tanah melewati

tubuh kita dan kita pun merasakan apa yang sering kita sebut sebagai

"kesetrum".

Kesetrum atau dalam bahasa ilmiah disebut sengatan listrik

(electric shock) adalah sebuah fenomena dalam kehidupan. Secara

sederhana kesetrum dapat dikatakan sebagai suatu proses terjadinya arus

listrik dari luar ke tubuh. Sengatan listrik dapat terjadi karena kontak dari

tubuh manusia dengan sumber tegangan yang cukup tinggi sehingga dapat

menimbulkan arus melalui otot atau rambut. Ketika tersengat lsitrik,

terdapat beda potensial (arus dari potensial tinggi ke rendah) sehingga

(48)

Seperti yang diketahui, bahwa bumi atau tanah memiliki potensial

yang rendah. Hal ini akan menyebabkan listrik akan selalu mencoba

mengalir ke bumi dari sumber tegangan melalui konektor. Maka dalam

kasus kesetrum, manusia berlaku sebagai konektor atau konduktor karena

pada tubuh manusia komponen air lah yang paling besar presentasenya.

Semakin basah atau lembab kulit manusia maka hambatan listrik kulit

makin kecil sehingga akan makin mudah terjadi setrum sehingga arus

listrik makin mudah mengalir.

(http://ameliarina.blogspot.com/2011/03/sengatan-listrik.html)

2.1.18 Pemaknaan War na

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,

kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam

Rogert’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003: 260-261), terdapat

kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan

warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat

dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat

buruk dan negatif, misal: daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat

positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu

yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat

(49)

39

berkonotasi negatif dan warna putih berkonotasi positif (Sobur, 2001:25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya

warna kuning dapat diartikan sebagai optimis, filosofi dalam budaya barat.

Sedangkan warna merah berarti api atau darah, dibeberapa kata merah

darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di

beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi

merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai

hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan

kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu

kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

2.1.19 Pendekatan Semiotika

Kata “Semiotika” yang berarti tanda. Semiotika sendiri berakar

dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika.

Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian

pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur

karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung

dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda,

tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara

verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif.

Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima

(50)

merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bahasa. Dalam

perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi

kehidupan manusia. Derida (dalam Kurniawan, 2008:34) memiliki

pendapat bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini sepenting bahasa, “there

is nothing outside language”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks”

atau “tanda”. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam

kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal

tanda, tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008).

Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat dan ahli terkemuka dalam

semiotika modern Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat

berfikir dengan sarana tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi

dengan sarana tanda.

Tanda yang dapat dimanfaatkan dalam seni rupa berupa tanda

visual yang bersifat non-verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti

garis, warna, bentuk, tekstur, komposisi dan sebagainya. Tanda-tanda yang

bersifat verbal adalah objek yang dilukiskan seperti objek manusia,

binatang, alam, imajinasi atau hal-hal abstrak lainnya. Apapun alasannya

(senirupawan, designer) untuk berkarya, karyanya adalah sesuatu yang

kasat mata. Karena itu secara umum bahasa digunakan untuk merangkul

segala yang kasat mata dan merupakan media antar perupa (seniman)

dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer membatasi bahasa

rupa dalam segitiga,estetis-simbolis-bercerita (story telling). Bahas

(51)

41

baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.

Menurut John Fiske, pada intinya semua model yang membahas

mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu

membahas tiga elemen, antara lain :

1. Sign atau tanda itu sendiri

Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara

seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang

terkandung di dalamnya dan juga bagaiman mereka saling

berhubungan dengan orang-orang yang menggunakannya.

2. Codesi atau kode

Sebuah sistem yang terdiri dari berbagai macam tanda yang

terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau

budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai dengan

transmisi pesan mereka.

3. Budaya

Lingkungan dimana tanda dan kode itu berada. Kode dan lambang

tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakangnya

budaya dimana tanda dan lambang itu digunakan.

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai

ahli, seperti Saussure, Pierce dan sebagainya. Pada penelitian ini yang

akan digunakan adalah model semiotik milik Pierce, karena adanya

kelebihan yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi

(52)

terdapat berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam

usahanya untuk memberikan pesan atau informasi bagi khalayak berupa

karikatur. Berbagai macam tanda itulah yang hendak dikaji dalam sebuah

tampilan iklan melalui pendekatan semiotika.

2.1.20 Ana

Gambar

Gambar 2.1 :
Gambar 2.2 :
Gambar 2.2:
Gambar 4.1 Gambar Karikatur “KESETRUM TENDER PROYEK LISTRIK”

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waste dari alumunium foil dengan menggunakan diagram tulang ikan [2], memberikan

Dalam penelitian ini keahlian komite audit diukur menggunakan persentase jumlah komite audit dengan keahlian finansial atau akuntansi terhadap jumlah total komite audit

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa unsur intrinsik dan nilai budaya pada Legenda Sang Kuriang Kesiangan , serta wawancara dengan instruktur

didihnya 78,4°C Untuk mendapatkan etanol harus dengan beberapa proses yakni pengurangan kadar lignin, dilanjutkan dengan proses hidrolisis asam sulfat yang mengubah pati

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi empati adalah kemampuan individu yang melibatkan komponen kognitif dan afektif untuk menempatkan diri dalam

Penelitian ini mengunakan populasi total dengan alat pengumpulan datanya adalah skala yang diisi oleh orangtua, yakni Compassion Scale untuk mengungkap compassion orangtua