• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21 – 27 Desember 2011)."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

R. HAMDAN ARROSYID

NPM. 0743010247

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER

MAJ ALAH TEMPO ENGLISH EDITION

(Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaeti Pada Cover Majalah Tempo English Edition Edisi 21 – 27 Desember 2011)

Disusun oleh,

R. HAMDAN ARROSYID NPM. 0743010247

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2012

Pembimbing Tim Penguji :

1. Ketua

Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., Med. Dr a. Sumar djijati, M.Si.

NPTY. 3 7305 99 0170 1 NIP. 196203 23199309 2001

2. Sekr etar is

Dr s. Kusnar to, M.Si. NIP. 195808 01198402 1001

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, S.Sos., M.Si., M.Ed. NPTY. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, DEKAN

Dr a. Ec. Hj. Supar wati, M.Si. NIP. 19550718 1898302 2001

(3)

R. Hamdan Ar r osyid,

PEMAKNAAN KARIKATUR COVER MAJ ALAH TEMPO ENGLISH EDITION (Studi Semiotik Pemaknaan Kar ikatur Nunun Nur baetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21-27 Desember 2011)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang dikomunikasikan karikatur Nunun Nurbaetie pada cover majalah tempo terhadap kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia edisi 21-27 Desember 2011.

Teori – teori yang digunakan antara lain adalah surat kabar atau koran sebagai wadah komunikasi massa, karikatur sebagai proses komunikasi dan kritik sosial, teori semiotika dan teori Triangle of Meaning Charles Sanders Pierce.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memakai pendekatan semiotika. Dengan obyek penelitian adalah karikatur Nunun Nurbaetie edisi 21-27 Desember 2011. Corpus pada penelitian ini adalah gambar karikatur Nunun Nurbaetie Pada Cover Majalah Tempo Edisi 21-27 Desember 2011.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah karikatur ini menyinggung tentang kasus korupsi pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia dan cek pelawat para pejabat tinggi negara.

(4)

ABSTRACT

R. Hamdan Ar Rosyid,

THE MEANING OF CARTOON ON THE COVER OF TEMPO MAGAZINE ENGLISH EDITION (Semiotic studies about the meaning of Nunun Nur baetie car toon in Tempo Magazine at, December 21 until 27 2011 Edition).

Purpose of this research is to explore about the meaning of Nunun Nurbaetie cartoon to corruption case about “pemilihan Deputi Gubernur senior Bank Indonesia” edition December 21 until 27 2011.

The writer is using the following theories, newspaper as a mass communication, cartoon picture as a communication proccess and social critic, semiotic theory and the

Triangle of Meaning theory by Charles Sanders Pierce.

The writer is using qualitative-descriptive method by using semiotic approach in this research with the Nunun Nurbaetie cartoon as research object at December 21 until 27 2011 edition. Corpus of this research is Nunun nurbaetie cartoon at Tempo magazine, December 21 until 27 2011 edition about the case of coruption “pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia”.

Hypothesis in this research is, this cartoon criticize about corruption case “pemilihan Deputi Gubernur Senior” which is dragging several names of elites government in Indonesia .

Keywords : Char les Sander s Peir ce’s semiotic theor y, Nunun Nur baetie car toon,

(5)

Tidak bisa berkata-kata selain pujian rasa syukur kehadirat Allah Swt. atas

rahmat dan karunia-Nya yang selalu mencurahkan kasih sayang kepada

umatnya sehingga skripsi dengan judul “

PEMAKNAAN KARIKATUR NUNUN

NURBAETI PADA COVER MAJ ALAH TEMPO ENGLISH EDITION

Edisi 21-27

Desember 2011” dapat terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini membutuhkan banyak sekali usaha baik tenaga maupun

pikiran. Peneliti didalam menyelesaikan penelitiannya tidak sendiri karena

banyak sekali yang memberikan dukungan doa dan motivasi dari orang-orang

yang terdekat peneliti. Karena itu dengan tulisan ini setidaknya untuk

menggantikan ucapan rasa terima kasih peneliti kepada orang-orang yang

menjadi bagian penting didalam kehidupan peneliti.

Berikut ini rasa ucapan syukur dan banyak terima kasih diberikan

peneliti kepada :

1.

Ibu Dra. Hj Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Juwito S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional

(6)

iv

3.

Zainal Abidin Achmad. Msi. Med selaku dosen pembimbing yang selalu

membimbing saya dengan penuh pengertian sehingga berkat bimbingan

beliau laporan skripsi ini bisa terselesaikan.

4.

Kedua orang tua peneliti yang selalu memberikan doa dan dorongan

yang tidak henti-hentinya kepada peneliti.

5.

Sahabat-sahabat peneliti yaitu viki, sonny, hilman, dias, jefry, RRR, erfan,

yeye, affan capoera, cupank (Rea Reo) dan bang harik chibi, diwek, ardan,

sobier, basuki, simon, pesek, sendog, joshua, apotik, ateng, oiyo lali gaswat

durung (YABAHA) semoga Tuhan Memberkatimu. Terima Kasih.

Akhirnya peneliti berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Segala saran dan kritik selalu diharapkan dari peneliti yang

bersifat membangun selalu terbuka lebar dan ditujukan kepada pihak siapa saja

untuk menjadikan penelitian ini bermanfaat bagi semua orang yang menjadi

Adik adik kelas.

Surabaya, 14 Juni 2012

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... . 10

1.3. Tujuan Penelitian ... . 10

1.4. Kegunaan Penelitian ... . 10

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... . 10

1.4.2. Kegunaan Praktis ... . 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... .. 12

2.1. Landasan Teori ... .. 12

2.1.1. Media cetak …... 12

2.1.2. Majalah ... .. 13

2.1.3. Majalah sebagai Media Komunikasi Massa ... .. 15

2.1.4. Cover dan Sampul ... .. 16

2.1.5. Kartun dan karikatur ... .. 17

2.1.6. Karikatur dalam Media Massa ... .. 19

2.1.7. Karikatur Sebagai Kritik sosial ... .. 20

2.1.8. Komunikasi Non Verbal ... .. 22

2.1.9. Komunikasi Politik ... .. 23

(8)

2.1.11.Konsep Korupsi ... . 25

2.1.12.Konsep Kacamata ... . 26

2.1.13.Konsep Kerudung (Jilbab) ... . 27

2.1.14.Konsep Ritsleting ... . 28

2.1.15.Makna Tangan ... . 29

2.1.16.Konsep Makna ... . 32

2.1.17.Pemaknaan Warna ... . 34

2.1.18.Pendekatan Semiotik ... . 39

2.1.19.Semiotika Charles Sanders Pierce ... . 41

2.2. Kerangka Berpikir ... . 44

BAB III METODE PENELITIAN ... .. 46

3.1. Metode Penelitian ... .. 46

3.2. Corpus ... .. 47

3.3. Unit Analisis ... .. 48

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... .. 50

3.5. Metode Analisis Data ... .. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... .. 52

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... .. 52

4.1.1. Majalah Tempo ... .. 53

4.2. Penyajian Data dam Analisis Data ... .. 55

4.3. Analisis Pemaknaan Karikatur Nunun Nurbaetie ... .. 60

4.3.1 Ikon ... .. 61

4.3.2. Indeks ... .. 63

4.3.3. Simbol ... .. 65

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... .. 68

5.1. Kesimpulan ... .. 68

5.2. Saran ... .. 70

DAFTAR PUSTAKA ... .. 71

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan Tanda, Obyek dan Interpretan Peirce ... . 41

Gambar 2.2. Model Kategori Tanda Oleh Peirce ... . 42

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Penelitian ... . 45

Gambar 4.1. Hubungan Antara Obyek, Tanda dan Interpretant

dalam Semiotik Peirce ... . 63

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Media sebagai sumber informasi mempunyai kekuatan dan

pengaruh terhadap audience. Graeme burton dalam bukunya “Yang

Tersembunyi di Balik Media” (2008) menyebutkan bahwa media massa

dapat mempengaruhi cara kita untuk berpikir dan bertindak. Media massa

mampu mengubah opini publik : yaitu mereka dapat mengangkat berbagai

isu yang mungkin tidak terbayangkan oleh publik dan media dapat

menawarkan cara untuk melihat isu tersebut. Sehingga dengan demikian

media dapat mempengaruhi opini mengenai berbagai peristiwa.

Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa

elektronik. Media massa cetak terdiri dari surat kabar, buku, majalah, dan

lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar, dan buku, justru

mampu memberi pemahaman yang tinggi kepada para pembaca, karena ia

sarat dengan analisis yang lebih dalam dibandingkan media yang lainnya

(Cangara, 2005 : 128).

Media elektronik merupakan suatu media yang penyampaian

informasinya lebih cepat dan berteknologi lebih canggih dibandingkan

(12)

2

dapat berjalan dengan baik, salah satu media penyalur komunikasi adalah

media elektronik. Kita telah mengenal banyak sekali media elektronik

yang semakin canggih, semakin banyak dan beragam.

Dimulai dari media yang satu arah. Yang dimaksud dengan media

satu arah adalah media penyalur informasi tanpa perlu adanya feedback

dari si penerima atau dengan kata lain tidak terjadinya suatu interaksi

saling “mengobrol” antara lain seperti televisi, radio ataupun internet.

Namun, disini ada pengecualian untuk internet karena perkembangan

zaman, pemakai internet pun dapat berkomunikasi secara dua arah.

Media massa seperti media cetak, selain memberikan informasi

juga sebagai alat kritik sosial. Kritik sosial sebenarnya bagaian yang

sangat penting dalam kemajuan jalannya pemerintahan, karena kritik

menciptakan cambuk bagi pemerintahan agar mampu dan sebisa mungkin

mengerti apa yang diinginkan masyarakat terhadap pemerintahan, lewat

karikatur media cetak yang diproduksi para desaigner media dalam hal ini

majalah. Kritik sosial seringkali ditemui di dalam berbagai media cetak,

seperti surat kabar, majalah dan tabloid. (Wijaya, 2004: 4).

Media cetak memiliki beberapa jenis, diantaranya surat kabar,

majalah atau media lainya yang pembuatannya memakai teknik cetak

mencetak, contoh : poster, flyer, pamflet dan selebaran - selebaran lainnya.

Surat kabar merupakan media utama yang digunakan dalam periklanan di

(13)

distribusi, Jangkauan media lainnya, radio dan TV dibatasi, harga satuan

surat kabar murah dan dapat di beli eceran. (Wijaya, 2004: 16)

Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 40

tahun 1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sementara Pasal 6 UU Pers

menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegak kan nilai-nilai

dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi

manusia, serta menghormati kebhinekaanmengembangkan pendapat

umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benarmelakukan

pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kepentingan umum memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian penting,

lembaga pers sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi ( the fourth

estate) setelah lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta

pembentuk opini publik yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan

pers itu baru dapat dijalankan secra optimal apabila terdapat jaminan

kebebasan pers dari pemerintah dikutip dari Jakob Oetama salah satu

tokoh pers.

Majalah merupakan medium yang memiliki kualitas dalam

menyajikan informasi. Majalah juga memiliki kemampuan membawa

(14)

4

hiburan pnyajian mendalam yang sangat jarang ditemukan pada media

lain. Pesan-pesan terdapat pada majalah dibentuk melalui proses

intepretasi atau fenomena yang terjadi.

Di Indonesia sendiri majalah lebih dulu melakukan jurnalisme

interpretatif ketimbang koran ataupun kantor-kantor berita. Bagi majalah,

interpretasi justru menjadi sajian utama. Aneka majalah sengaja

menyajikan tinjauan dan analisis terhadap suatu peristiwa secara

mendalam, dan itulah hakikat interpretasi.

Tidak hanya itu saja, dalam kenyataannya, majalah ikut berperan

dalam reformasi politik maupun sosial. Majalah tidak seperti koran yang

biasanya memiliki perspektif nasional, sehingga terbebas dari sentimen

kedaerahan. Bahwa majalah juga berjasa ikut memelihara kesadaran

tentang kesatuan bangsa, dan menyodorkan berbagai topik diskusi kepada

semua orang. (River, 2003 : 212).

Seiring dengan perkembangan jaman, majalah sudah mengalami

berbagai kemajuan. Jika dalam jaman dahulu majalah hadir dalam bentuk

sederhana, dicetak di kertas dengan kualitas apa adanya. Maka saat ini

majalah hadir dalam bentuk sajian yang menarik. Karena dengan kualitas

tinggi serta sangat menarik. Kini majalah telah tersegmentasi, dengan

mulai adanya majalah khusus anak-anak, seperti majalah BOBO. Khusus

majalah remaja, Gadis, kawanku, dan lain-lain. Untuk politik terdapat

(15)

serta wanita. Hal ini menyebabkan masyarakat semakin selektif dalam

memilih majalah sesuai dengan kebutuhan mereka terhadap informasi

maupun hiburan.

Fungsi dari majalah adalah menyebarkan informasi kepada

masyarakat. Majalah memberikan hiburan baik dalam bentuk tekstual

maupun visual seperti gambar kartun maupun karikatur. Artini Kusmiyati

juga mengatakan di dalam bukunya Teori Komunikasi Visual (1999 : 36)

bahwa media gambar atau visual maupun mengkomunikasikan pesan

dengan cepat dan berkesan. Sebuah gambar bila dapat memilihnya bisa

memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata, juga secara individual

mampu untuk memikat perhatian.

Adapun keuntungan masyarakat memilih majalah dalam

mendapatkan informasi adalah karena sifat majalah tersebut. Sifat umum

nya yang timless, kemudian didukung oleh visualiusasi yang menarik pada

setiap artikel-artikelnya dan setiap artikelnya pun berbeda dengan media

massa cetak lainnya. Selain itu, di dalam majalah terdapat bagian-bagian

yang lebih menarik dibandingkan media massa cetak lainnya seperti surat

kabar, koran, dan lain-lain.

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari sebuah majalah. Karena pada saat akan membeli atau

membaca majalah, yang diperhatikan pertama kali adalah sampul dan

(16)

6

pada ilustrasi cover. Cover atau sampul perlu didesain secara indah dan

artistik agar mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya.

Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, muda dimengerti

dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung

didalamnya (Pudjiastuti, 1999 : 29).

Pada sebuah cover atau sampul, ilustrasi digunakan sebagai

gambaran pesan yang tidak dibaca, namun bisa mewakili dalam bentuk

grafis yang memikat ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang

disampaikan.

Ilustrasi gambar pada sebuah sampul merupakan komunikasi visual

sistem pemenuhan kebutuhan manusia dibidang komunikasi visual.

Dewasa ini ilustrasi gambar mengalamiperkembangan yang sangat pesat.

Hampir di segala sektor kegiatan, lambang atau simbol, visual hadir dalam

bentuk gambar, sistem bentuk tanda, corprate identity sampai berbagai

display produk di pusat pertokoan dengan daya tarik. Ilustrasi yang

digunakan untuk membantu menekankan pesan dengan cepat, tepat, dan

tegas yang merupakan terjemahan dari sebuah judul. Ilustrasi sebagai

gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita berupa

grafis informasi yang memikat. Meskipun ilustrasi merupakan attention

getter (penarik perhatian) yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi

bila ilustrasi tersebut menunjang pesan yamg terkandung. (Kusmiati, 1999

(17)

Berhubungan dengan ilustrasi gambar sampul, maka peneliti

menaruh perhatian terhadap karikatur Nunun Nurbaeti yang terdapat pada

cover depan majalah Tempo edisi 21-27 Desember 2011. Pemilihan

karikatur Nunun Nurbaeti pada cover depan majalah Tempo adisi 21-27

Desember 2011 sebagai objek penelitian dikarenakan apa yang disajikan

dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan-akan menggambarkan

tanggapan permasalahn terhadap kasus Nunun Nurbaeti terkait kasusnya

yaitu dugaan suap cek perjalanan pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia 2004, yang terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia

yang diwakili oleh kartunis.

Pada karikatur tersebut Nunun Nurbaeti digambarkan pada kondisi

tangan kanan yang sedang memegang mulutnya seperti resleting yang

rusak dan hendak dibetulkan, sehingga gambar tersebut seakan-akan ia

menyimpan rahasia besar dibalik kasusnya , kemudian dilengkapi dengan

memakai jilbab dan kacamata yang berwarna coklat. Selanjutnya ia

tampak memejamkan mata dan mengangkat alis sebelah kirinya

seolah-olah sedang terpojok oleh pihak-pihak terkait yang dalam hal ini adalah

pihak kejaksaan dan pengadilan.

Pengertian karikatur sendiri menurut indarto (1999 : 5) adalah

bahwa karikatur mrupakan wahana penyampaian kritik sosial yang sering

kali kita temui didalam berbeagai media massa baik media cetak maupun

elektronik. Keberadaanya biasanya disajikan sebagai selingan atau

(18)

8

yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan

pukkiran. Meskipun sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam

sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan

lewat berita dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah

dicerna karena sifatnya yang menghibur. Sering kali gambar itu terkesan

lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh

karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

Kesenjangan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan

bahasa simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud,

penggunaan bentuk non verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada

pengembangan interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagian respon

terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata

lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terhadap ide dan

pandangan-pandangan seorang kritikus, namun melalui suatu proses interpretasi

muatan makna yang terkandung didalamnya akan dapat berkambung

secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam

pemaknaannya.

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkat

makna sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud

dari karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru

Nugroho, bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus

(19)

melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan (Indarto,

1999 : 1)

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan

dari unsur-unsur kecerdasaan, ketajaman, dan ketepatan berpikiran secara

kritis serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena

permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, secara

keseluruhan dikemas secara harmonis, dengan demikian memahami

karikatur juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar mampu

menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikatursnya. Tokoh, isi,

maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural

sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang berkembang

yang dijadikan headline.

Dengan mengunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce,

makna tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis

tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang

terkandung dalam karikatur Nunun Nurbaeti yang terdapat pada cover

(20)

10

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan

masalah dalam penulisan ini adalah:

“Bagaimana pemaknaan karikatur Nunun Nurbaeti pada civer

majalah Tempo edisai 21-27 Desember 2011”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna

yang dikomunikasikan karikatur Nunun Nurbaeti pada cover majalah

Tempo edisi 21-27 Desember 2011 dengan menggunakan pendekatan

Semiotika.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari peneliti yang penulis lakukan nantinya

diharapkan dapat menjadi kontribusi serta manfaat bagi penulis lain.

1.4.1. Kegunaan Teor itis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran atau masukan atas wawasan serta bahan referensi

bagi mahasiswa, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi pada jenis penelitian

(21)

1.4.2. Kegunaan Pr aktis

Untuk mengetahui penerapan tanda semiotik, sehimgga dapat

memberi masukan bagi para pembaca majalah mengenai makna dari

(22)

12 BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,

yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak

maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak

digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama kota.

Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan

lain-lain, tidak lepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi

dalam masyarakat. Media massa menjadi jembatan yang menghubungkan

komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan

lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti, 2000 : 3).

Media cetak dalam hal ini adalah suatubentuk media yang statis

untuk mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran

dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman

putih ( Kasali, 1992 : 99). Sedangkan iklan media cetak adalah pesan atau

informasi tentang penawaran suatu produk atau jasa yang disampaikan

kepada khalayak dengan menggunakan media cetak seperti koran, majalah,

(23)

2.1.2 Majalah

Majalah itu sendiri berbeda dengan media cetak lainnya seperti

surat kabar, karena majalah dispesialisasikan untuk menjangkau konsumen

tertentu. Majalah juga dibedakan atas majalah bulanan, majalah

dwimingguan dan majalah mingguan. Yang isinya meliputi berbagai

liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen

pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya.

Majalah merupakan media cetak yang contentnya mengarah pada

advertising, meskipun tidak secara penuh berisikan advertising, pada saat

ini majalah telah memiliki segmentasi audience nya sendiri. Seperti para

penyuka politik tentunya akan cenderung membaca majalah politik, dan

tidak tertarik untuk membaca majalah yang memiliki segmentasi audience

lainnya

Kelebihan yang dimiliki oleh majalah dibandingkan radio dan

televisi, adalah dikarenakan majalah merupakan media cetak, dan bersifat

timeless, tidak menuntut audiens nya untuk tergesa–gesa dalam

mengkonsumsi pesannya. Kelebihan lainnya, ialah audiens lebih fokus

dalam menangkap dan menginterpretasikan informasi yang disampaikan

oleh majalah.

Kekurangan dari majalah sendiri jika dibandingkan dengan dua

media lainnya dalam segi aktualitasnya, dimana radio merupakan yang

(24)

14

juga dengan keunggulan (audio visual) dalam transmisi pesan yang

dimilikinya

Majalah umumnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi

foto, gambar, atau lukisan tetapi daoat pula berisi daftar isi atau artikel

utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah

sebagai bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan

keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa.

Adanya keinginan yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhan sehingga

sangatlah penting bagi suatu majalah untuk mengelompokkan pembaca.

Pengelompokan ini dilakukan dengan cara mengadakan rubrik untuk

kelompok pembaca tertentu untuk sebagai sasarannya.

Menurut Junaedhi (1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi dua

jenis, yaitu:

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,

komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film, dan seni.

b. Majalah Khusus

majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai

bidang-bidang khusus seperti majalah politik, ekonomi, dan keluarga.

(25)

2.1.3 Majalah sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah melalui media massa. Media massa

secara universal memiliki fungsi memberikan informasi, mendidik,

menghibur, dan mempengaruhi.(Effendi, 2002 : 93). Karakteristik

komunikasi massa menurut Rivers, Jensen, dan Peterson(2004),

menyebutkan bahwa

1. Komunikasi massa bersifat satu arah

2. Selalu ada proses seleksi karena setiap media memiliki

khalayak

3. Mampu menjangkau khalayak luas

4. Media massa berusaha membidik sasaran tertentu

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang peka terhadap

kondisi lingkungan

Bentuk-bentuk komunikasi massa ada dua, yaitu komunikasi media

massa cetak atau pers yang meliputi surat kabar dan komunikasi media

massa elektronik meliputi radio, televisi, fil, dan lain-lain(Effendy,

2002:54)

Sebagai terbitan berkala, majalah selain sebagai penyampai dan

(26)

16

membahas suatu masalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama,

bahkan tidak terbatas selama masih ada peminatnya (Rivers, 2004:54)

Majalah sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya

sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi, dan

budaya. Dari media itu kita bias tahu mengenai apa yang wajar atau

disetujui, apa yang salah dan apa yang benar, apa yang semestinya

diharapkan sebagai individu, kelompok atau bangsa lain. Majalah memang

di anggap sebagai media massa, meskipun demikian masih da ratusan

majalah khusus (special interest magazine), yang masing-masing

ditunjukan untuk khalayak yang memiliki perhatian dan gaya hidup

khusus (Shimp, 2003:517).

2.1.4 Cover da n Sampul

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari sebuah majalah. Karena pada saat kita membeli atau

membaca dari sebuah majalah, yang diperhatikan pertama kali adalah

sampul dan ilustrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan

krteatifitasnya pada ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara artistik

dan indah agar mampu menarik perhatian khalayak untuk membacanya.

Pemilihan judul atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah

dimengerti, dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang

(27)

gsmbaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam

bentuk grafis yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik

perhatian, namun akan lebih efektif jika ilustrasi tersebut menunjang pesan

yang ingin disampaikan.

.

2.1.5 Kar tun dan Kar ikatur

Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya

kartun strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik, dan kartun animasi

adalah bagian dari apa yang dinamakan karun.

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang kartunis, baik dari

segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,

refrensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topic isu yang tepat.

Karena itu, kita bias mendeteksi intelektual seorang karikarturis dari sudut

ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang

dikeritik justru tersenyum (Sobur, 2006:140).

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang

dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari

wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat

bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi makna. Disamping itu,

gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan

mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk

(28)

18

visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi, dan tata visual) karikatur

dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika

diharapkan menjadi salah satu pendekatan untukmmperoleh makna yang

terkandung dibalik verbal dan tanda visual dalam layanan masyarakat.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,

tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.

Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema, dan pengertian

yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara

menggambarkan apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

Dalam mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut,

penelitian menggunakan pendekatan semiotik, yaitu studi tentang tanda

yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan

tanda-tanda lain, pengirimian, dan pennerimaannya oleh mereka yang

menggunakannya. Selain itu penelitian juga menggunakan warna sebagai

acuan untuk penilitian, karena memiliki makna yang bermacam-macam.

Sedangkan kartun sendiri merupakan suatu keahlian seorang

kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi,

cara melobi, refrensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih isu yang

tepat. Kartun merupakan tanggapan atau opini secara subjektif terhadap

suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena

(29)

sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang

yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003:40).

Kartun mempunyai kelebihan sekaligus kelemahan. Ia dapat

ditangkap oleh pemikiran orang, tapi tidak mampu menjelaskan persoalan

secara lengkap dan tuntas. Kemudahan dan daya tembus sebuah kartun

dapat diterma oleh semua kalangan mulai dari rakyat yang buta huruf

sampai intelektual yang sarat dengan cara pandang kritis. Oleh karena itu,

kartun yang berhasil tentu saja terbit dari ide yang cerdas dan dapat

dinikmati secara cerdas pula (Bintoro dalam Marliani, 2004:45).

2.1.6 Kar ikatur dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi

yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,

televise, dan lain sebagainya. Komuikasi massa merupakan komunikasi

dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui

media massa.

Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah

menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan

estetika. Karikatur penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya

akan makna, oleh karena itu karikatur merupakan ekspresi dari situasi

yang menonjol didalam masyarakat.

Sebuah gambar lelucon yang membawa pesan kritik social

(30)

20

Sedangkan gambar lelucon yang muncul dari media massa, yang hanya

berisikan humor semata tanpa membawa beban kritik social apapun

biasannya disebut karikatur (Sobur, 2006;38).

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di

Indonesia akan lebih mudah di analisa mengenai konsep politik Indonesia

dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan direct speech

(komunikasi langsung) dan symbolic speech (komunikasi tidak langsung).

Komunikasi langsung merupakan konsep politik yang analisanya

langsung, seperti humor, gossip, diskusi, argument, intrik, dan lain-lain.

Sedangkan komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung

dipahami maupun diteliti seperti patung, monumen, dan simbol-simbol

lainnya (Bintoro dalam marliani, 2004:49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang diuraikan diatas,

merupakan alas an utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.

Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik

yang sehat dan juga suatu keahlian seorang karikaturis adalah bagaimana

dia memilih topik-topik isu yang tepat dan masih hangat.

2.1.7 Kar ikatur sebagai Kr itik Sosial

Kritik social adalah salah satu bentuk komunikasi dalam

masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalanya

sebuah system social atau proses bermasyarakat, dalam konteks inilah

(31)

Dengan kata lain, kritik social dalam hal ini berfungsi sebagai wahana

untuk konservasi dan reproduksi sebuah system social atau masyarakat

(Masoed, 1999:47).

Kritik social juga berarti sebuah inovasi social, bahwa kritik social

menjadi saranakomunikasi, gagasan baru, sembari menilai gagasan yang

lama untuk suatu perubahan social. Persepsi kritik social yang demikian

lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat

kritik sosila adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan

social (Masoed, 1999:49). Kritik social yang murni kurang didasarkan

pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru melibatkan dan

mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik social kiranya didasarkan

pada easa tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung

jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya.

Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam

menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan

pemerintahnya. kontrol sosial dan kritik social merupakan dua sisi dari

mata uang yang sama, yang selalu ada didalam masyarakat manapun.

Dengan demikian, apabila kontrol sosial cenderung dipahami sebagai

aktivitas pengendalian, kritik social cenderung dianggap sebagai aktivitas

(32)

22

Kritik sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam

kemajuan jalannya pemerintahan, karena kritik menciptakan cambuk bagi

pemerintahan agar mampu dan sebisa mungkin mengerti apa yang

diinginkan masyarakat dan juga merupakan apresiasi dari masyarakat

terhadap pemerintahn, lewat karikatur media cetak yang diproduksi para

designer media dalam hal ini majalah. Kritik sosial sering kali ditemui di

dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan tabloid.

Kritikikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka tidak tidak

begitu dirasakan melecehkan atau memperlakukan (Wijana, 2004:4).

2.1.8 Komunikasi Non Ver bal

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua

peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang

sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non

verbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini,

peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non

verbal (Mulyana, 2001:312).

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi

beberapa bagian, antara lain :

1. Isyarat tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang

(33)

maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun

maksudnya sama.

2. Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang

mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen.

3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Secar umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan

pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi

oleh budaya.

2.1.9 Komunikasi Politik

Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu

proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam

arti sempit seperti kata yang diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti

kata yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol,

kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh,

dan pakaian.

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharing (berbagi) simbol,

(34)

24

Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran social,

terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan

peran komunikator politik sebagai pemimpin public opinion. Karena

mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula di tolak,

kemudian dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam

Marliani, 2004:13).

2.1.10 Kasus Nunun Nur baetie

Nunun Nur baetie adalah istri dari mantan Wakapolri Adang

Daradjatun. Selain menjadi petinggi di perusahaannya, ia juga tergolong

kaum sosialita di Jakarta yang suka menghadiri fashion show’

Namanya mulai dikenal orang sejak tersangkut kasus suap

pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia, Miranda Gultom. Namun

kasusnya hingga kini tidak kejelasan, karena Nunun sendiri menghilang

sejak tahun lalu. Nunun diduga melakukan penyogokan dan menjadi

buronan kepolisian internasional, Interpol. Ia akhirnya ditangakap di

Thailand pada Desember 2011 setelah melarikan diri keluar negeri

(35)

2.1.11 Konsep Kor upsi

Korusi berasal dari bahasa latin, Coruptio-Corrumpere yang artinya

busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balikan atau menyogok. Korupsi

menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat public yang

menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan

perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan

pribadi.

Dalam arti luas, korupsi atau korupsi politis adalah

penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk

pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi

berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan

dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan

korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah

kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana

pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bias

berbentuk sepele atau berat, terorganisir atau tidak. Walau korupsi sering

memudahkan kegiatan criminal seperti penjualan narkotikan, pencucian

uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat

(36)

26

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan

antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai

politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi.Senin,30/04/2012/23:24)

2.1.12 Konsep Kacamata

Kacamata adalah lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan

mempertajam pengelihatan (ada yang berangka dan ada yang tidak).

Sekarang selain menjadi alat bantu pengelihatan, kacamata juga sudah

menjadi pelengkap gaya serta menjadi alat bantu khusus untuk menikmati

hiburan seperti kacamata khusus tiga dimensi.

Sekarang ini, kacamata lazim sekali menggunakan lensa plastik.

Hal ini disebabkan pertimbangan untuk melindungi mata si pengguna

karena lensa plastik tidak mudah pecah dibandingkan dengan lensa kaca.

Selain itu, dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, lensa

kacamata plastik pun diusahakan supaya tidak mengalami pecah

berkeping-keping sehingga tidak membahayakan mata penggunanya.

Pengguna kacamata di zaman sekarang tidak lagi terbatas sebagai

alat bantu pengelihatan. Saat ini, kacamata sudah menjadi salah satu

aksesoris fashion yang turut berkembang pesat. Tidak jarang pula

(37)

Walaupun begitu, kacamata sekarang ini mulai dirasa merepotkan.

Walaupun praktis dan mudah digunakan, namun kacamata juga diraskan

menghambat manusia dalam berkegiatan seperti misalnya ketika

berolahraga, ketika makan makanan panas yang menyebabkan lensa

kacamata berembun, berenang, ketika berjalan di tengah hujan, atau

melakukan perpindahan dari tempat yang bersuhu cukup drastic misalnya

dari tempat yang dingin sekali ke tempat yang panas. Keberadaan lensa

kontak untuk membantu pengelihatan serta operasi lasik pun mulai

menjadi alternative bagi pengguna kacamata.

(id.wikipedia.org/wiki/Kacamata. Sabtu,02/05/2012/21:00).

2.1.13 Konsep Ker udumg (J ilbab)

Ker udung adalah semacam selendang yang menutupi sebagian

besar atau seluruh bagian atas kepala dan rambut perempuan. Kerudung

bisa dipakai karena berbagai tujuan, seperti demi kehangatan, untuk

kebersihan, untuk fashion atau jatidiri unik; dengan alasan keagamaan,

menyembunyikan kebotakan, demi kesopanan, atau alasan-alasan lainnya.

Kerudung dapat menjadi sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan.

Perempuan Yahudi Ortodoks yang sudah menikah, misalnya, diwajibkan

untuk menutupi rambut mereka, seringkali menggunakan kerudung yang

dikenal dengan nama tiche atau snood, sesuai dengan aturan kesopanan

(38)

28

Kerudung dulunya dipakai juga oleh perempuan Kristen yang telah

menikah di Eropa abad pertengahan, bahkan dipakai juga oleh perempuan

yang belum menikah. Kebiasaan menutupi rambut ini disebut wimple

dalam bahasa inggris.

Kerudung dan jilbab paling umum dikenakan oleh perempuan

muslim. Pakaian Islam antara lain burqa, chador, niqab, dupatta, dan

lain-lain. Kata hijab dalam Bahasa Arab, yang merujuk pada perilaku dan

pakaian santun, seringkali digunakan untuk menjelaskan kerudung yang

dipakai oleh perempuan Muslim. (id.wikipedia.org/wiki/Kerudung.

Sabtu,02/05/2012/22:00)

2.1.14 Konsep Ritsleting

Ritsleting (kadang-kadang juga disebut r etsleting, seler eta n,

kancing seler et) adalah peranti populer untuk mempertautkan dua sisi

kain. Ritsleting digunakan dalam pakaian, koper dan berbagai tas, alat-alat

olahraga, perlengkapan bertenda (mis. tenda, kantong tidur), dan

benda-benda dari tekstil, kulit, dll.

Pada umumnya ritsleting terdiri dari dua potong kain, yang

masing-masing ditempatkan pada salah satu sisinya untuk kemudian

dipertautkan, dengan puluhan atau ratusan gigi dari metal atau plastik.

Penariknya, yang dioperasikan dengan tangan, bergerak sepanjang deretan

(39)

yang mempertautkan atau memisahkan barisan gigi yang

berhadap-hadapan, tergantung arah gerakannya. Gesekan penariknya pada

gigi-giginya menyebabkan bunyi yang khas. Ritsleting disukai orang karena

menolong mempercepat orang mengancingkan atau membuka pakaian,

tas, sepatu, dll., dibandingkan apabila orang harus menggunakan tali atau

kancing. (id.wikipedia.org/wiki/Ritsleting. Sabtu,02/05/2012/23:00)

2.1.15 Mak na tangan

Tangan adalah salah satu anggota tubuh manusia yang juga penting

fungsinyanya.tangan umumnya ada dua bagian, yaitu, tangan kanan dan

tangan kiri. Tangan juga mempunyai sepuluh jari, masing- masing terbagi

setengah ditangan kanan dan setengah lagi ditangan kiri. Dan jari

umumnya ada lima ; ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari

kelingking. Tanpa kita sadarai akan mendapatkan kesulitan untuk

mengambil sesuatu apabila satu dari jari kita hilang.

Hubungan kelima jari tyersebut tidak dapat dipisahkan karena

kesemuanya itu mempunyai filosofi dalam masyarakat. Yang apabila salah

satunya hilang, maka masyarakat tersebut akan mengalami kesulitan

dalam hubungan social.

Funsi-fungsi dari kelima jari tersebut dianalogikan bdalam

kehidupan social itu ibarat :

(40)

30

Adalah jari yang selalu mengisyaratkan apabila ingin mengatakan

hal yang baik ataupun buruk. Sekalipun fungsinya hanya

mengisyaratkan hal-hal kecil. Namun, tanpanya fungsi jari tidak

akan maksimal. Ibu jari dalam masyarakat social diibaratkan

seperti pemimpin. Yang tanpa masyarakat akan mengalami

kesusahan dalam berinteraksi. Dan fungsi pemimpin adalah

mengayomi masyarakat.

2.Jari telunjuk

Adalah jari yang mengisysratkan arah untuk menunjukkan

sesuatu atau menyuruh seseorang atau melarang seseorang untuk

berbuat. Fungsi jari telinjuk sangat berperan dalam jari-jari lima.

Sedangkan dalam kehidupan masyarakat jari telunjuk diibaratkan

sebagai aparat atau penegak hokum, yang tanpanya masyarakat

akan kacau dan tak beraturan. Dan fungsi penegak hokum dalam

masyarakat sebagai pengatur jalannya undang-undang.

3. Jari tengah.

Adalah jari yang berfungsi sebagai penyeimbang dari lima jari

yang lain. Yang fungsinya adala sebagai penyelaras dari fungsi

tangan. dalam kehidupan masyarakat dapat dianalogikan, sebagai

guru atau tokoh masyarakat atau wakil rakyat, yang sangat

(41)

akan terjalin harmonis. Karena fungsinya di dalam masyarakat

sebagai penegah antara penegak hokum dan masyarakat sipil.

4.Jari manias.

Adalah jari yang selalu diberikan perhiasan atau pemantas dalam

jari tangan. Terkadang kita meletakkan cincin tunangan di jari ini.

Dlam kehidupan masyarakat dikiaskan sebagai seorang

bangsawan yang dengan hartanya dapat membangun ekonomi

Negara ataupun membantu masyarakat. Karena jari manis ini

sangat membantu jari kelingking. Sebagaimana hartawan,

membantu ekonomi rakyat dan jalannya roda pemerintahan.

5.Jari kelingking.

Adalah jari terakhir dalam tangan kita. Fungsinya sebagai alat

untuk mengeluarkan kotoran dari telinga atau hidung kita, dan ini

adalah jari yang paling bermanfaat untukl tubuh kita. Jari ini

diibaratkan sebagai rakyat jelatah atau masyarakat golongan

bawah. Tanpanya kehidupan bernegara dan bermasyarakat tidak

akan terlaksana, dan tanpa rakyat pula aparat penegak hokum

tidak bisa mmerintah dan pemimpin tidak mempunyai pengikut,

karena tugas-tugas berat biasanya dilakukan oleh masyarakat sipil

(42)

32

(

http://www.scrib.com/doc/14414498/TEORI-JARI-TANGAN-SOSIAL. Kamis, 02/05/2012/22:00)

2.1.16 Konsep Makna

Para ahli mangakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya the meaning of

meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008:27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (Sobur, 2004:248),

merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli

filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam. Semenjak

plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan

“ultarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergubahkan konsep itu

dengan penafsiran yangvsangat luas yang merentang sejak pengungkapan

mental dari Locke sampai respon yang dikeluarkan dari Skinner. Tetapi,

kata Jerold (Jerold Katz dalam kurniawan, 2008:47), “setiap usaha untuk

memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa saat misalnya,

Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya

memberikan jawaban salah”.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan

dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah

(43)

alamiah, dan menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson

dalam Sobur, 2004:258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep

makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito.1997:123-125)

sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak teletak pada kata-kata

melanikan manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati

bmakna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak

secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita

maksudkan.

2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang

digunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari

kata-kata ini dapat berubah dan ini khusus yang terjadi pada dimensi

emosional makna.

3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi

mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal

bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan

eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat

dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana

terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan

(44)

34

cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan, dan konsep-konsep

lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang

spesifik, kita tidak bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah

kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.

Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara

berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Maknayang kita

peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat

kompleks, tetapi hanya hanya segian saja dari makna-makna ini

yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut

yang tetap tinggal dibenak kita, karena pemaknaan yang

sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai

tetapi tidak pernah tecapai.

2.1.17 Pemaknaan War na

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk.sertiap kata dar kata-kata seperti :merah, kuning

, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlianan. Dalam

Roget”s Thesaurus, seperti dikutip m\Mulyana (2003:206-261), terdapat

kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa warna kepercayaan

(45)

dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat

buruk dan negative, missal : daftar hitam, dunia hitam, kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat

positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu

yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang bersifat

kebaikan, seperti : murni, bersih, dsan suci. Jadi kata hitam umumnya

berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positif (Sobur, 2001:25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang suatu hal,

misalnya warna merah, berarti api atau darah, dibeberapa kata merah darah

lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun dibeberapa

bahasa kata mera digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah.

Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang

kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran, dan kejayaan, namun

tak jarang pula warna merah diartikan sebagai kebencian dan dendam

tergantung dari situasinya.

Kuning bisa diartikan sebagai optimis, filosofi budaya barat.

Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri,

kebangsawanan, transformasi, kekerasan, dan keangkuhan. Warna oranye

yang berarti energy, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada sesuatu

produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003:376).

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992, dalam bukunya

(46)

36

periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan

nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, dianyaranya :

1. Merah.

Merah merupakan power, energy, kehangatan, cinta, nafsu, agresif,

bahaya, kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, bersaing, warna ini

memberikan pengaruh kemauan keras dan penuh semangat. Seiring

untuk menunjukan emosi atau debaran jantung.

2. Oranye.

Oranye merupakan wearna energy, keseimbangan, kehamgatan,

antusiasme, perluasan, pencapaian, persahabatan, kesehatan pikiran

dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu

yang tumbuh, tekanan social, modal kecil, murah, ketertarikan, dan

independent.

3. Kuning.

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan

toleransi tinggi. Pengaruh warna kuning ini antara lain riang,

dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan

optimis, dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik

perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikan metabolism.

(47)

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,

keberanian, dan kesenangan, ikatan antara merah dan kehidupan

memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.

5. Hijau.

Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntunga, pembaharuan,

warna bumi, penyembuh fisik, kesuksesan materi, kelimpahan,

kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan,

pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda, stabilitas, daya

tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan, rujukan, cinta,

keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan, dan

persahabatan. Warna hijau melambangkan elastisitas keinginan.

Cenderung pasif, bertahan, mandiri, warna ini adalah teguh dan

kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala, dan berpendirian

tetap.

6. Biru.

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan,

teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang

baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan,

dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan,

loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan,

kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, ide, pesan, berbagi,

(48)

38

harmonisasi serta kasih saying, kalem, ketenangan, menenangkan

namun juga dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai efek

menenangkan, warna ini dapat membuat orang lebih konsentrasi.

7. Abu-abu.

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan,

kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius,

kedewasaan, konservatif, praktis, bosan, professional, kualitas,

diam, dan tenang.

8. Putih.

Putih melambangkan positif, ketetapan, ketidak bersalahan, steril,

kematian, kedamaian, pencapaian tinggi, spiritualis, kedewasaan,

keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan,

kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral, dan

fleksibel.

9. Hitam.

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian,

misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan,

pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan,

kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri, dan

ketangguhan.

(49)

Ungu/Jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan,

transformasi, kekasaran, keangkuhan, penagruh, pandangan ketiga,

pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara,

kebijakan, pencerahaan, arogan, intuisi, mimpi, ketidak sadaran,

telepati, empati, imjinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri,

independensi, kontemplasi dan meditasi, ambisi, kemewahan,

kekayaan, feminism, artistic, kuno, dan romantic.

11.Cokelat.

Cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi

sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber

energy yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini

mewakili rasa aman, komitmen, dan kepercayaan. Cokelat juga

memberikan rasa nyaman dan hangat.

2.1.18 Pendekatan Semiotik

Kata semiotika berasal dari bahasa yunani, semeion yang verarti

tanda, atau seme penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik

dan skolastik atas seni logika, retroika, dan poetika. Semiotika adalah

cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda

terdapat dimana-mana, kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,

lampu lalu lintas, bendera, dan sebainya.

Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan bahkan

(50)

40

Kurniawan, 2008:34) mengikrarkan bahwa tidak ada satu pun di dunia ini

yang sepenting bahasa,”there is nothing outside language”. Bahasa dalam

hal ini dibaca sebagai teks atau tanda. Dalam konteks ini tanda memegang

peranan penting dalam kehidupan umat manusia sehingga : “manusia yang

tak mampu mengenal tanda, tak akan bertahan hidup” (Widagdo dalam

Kurniawan, 2008).

Menutut john Fiske pada intinya semua model yang vmembahas

mengenai makna dalam studi semiotik memiliki bentuk yang sama, yaitu

membahas tiga elemen antara lain :

1. Sign atau tanda itu sendiri

Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda.

Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna

yang terkandung di dalam nya dan juga bagaimana mereka saling

berhubungan dengan orang-orang yangmenggunakannya. Dalam

hal ini tanda dipahami sebagai konstruksi makna dan hanya bisa

dimaknai oleh orang-orang yang telah menciptakannya.

2. Codesi atau kode

Sebuah system yang terdiri dari berbagai macam tanda yang

(51)

atau budaya untuk mengeksploitasi media komunikasi yang sesuai

dengan transmisi pesan mereka.

3. Budaya

Lingkungan dimana tanda dan kode itu berada.kode dan tanda

tersebut segala sesuatunya tidak dapat lepas dari latar belakang

budaya dimana tanda dan kode itu digunakan.

Dalam semiotic model yang digunakan dapat berasal dari berbagai

ahli, seperti Saussure, Pierce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang

akan digunakan adalah model milik Pierce karena adanya kelebihan yang

dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

Tampilan iklan yang muncul di berbagai media tersebut terdapat

berbagai macam tanda yang dibuat oleh pengiklan dalam usahanya untuk

memberikan pesan atau informasi bagi khalayak berupa karikatur.

Berbagai macam tanda itulah yang hendaknya dikaji dalam sebuah

tampilan iklan melalui pendekatan semiotika.

2.1.19 Semiotika Char les Sander s Pier ce

Semiotic untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai

kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur,

2004:83). Bagi Pierce, tanda “is something which stands to somebody for

(52)

42

teori segitiga makna (triangle meaning) menurut Pierce salah satu bentuk

tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.

Sesuatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi, oleh Pierce disebut

ground, object , dan interpretant (Sobur, 2004:41).

Sementara itu inmterpretant adalah tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen

makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna

tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna adalah persoalan

bagaimana makna muncul dari sebuah tanda. Ketika tanda itu digunakan

orang pada waktu berkomunikasi (Barthes dalam Kurniawan, 2008:37).

Charles S. Pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut

menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks, dan symbol adalah tanda yang

hubungan antara tanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk

alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek

atau acuan bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta. Indeks adlah

tanda yang menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan

penandannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda

yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah

asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum

melalui konvesi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa

disebut simbol. Jadi simbol tanda menunjuk hubungan alamiah antara

tanda dan penandannya. Hub ungan diantaranya bersifat arbitrer atau

(53)

(Sobut, 2004:42). Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan

dalam gambar berikut ini : (Fieske dalam Sobur, 2001:81)

Sign

Interpretant

Object

Gambar 2.1 Hubungan Tanda, Objek dan Inter pr etant Peir ce

Charles S pierce membagi antara tanda dan acuannya tersebut

menjadi tiga kategori, yaitu : ikon, indeks, dan simbol. Ketiga kategori

tersebut digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut.

Icon

Index

Symbol

(54)

44

2.2 Ker angka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang pendidikan yang

berbeda – beda dalam memahami suatu peristiwa atau obyek. Hal ini

dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan

pengetahuan (frame of reference) yang berbeda – beda dari setiap individu

tersebut. Begitu juga penelitian yang memahami lambang dan tanda yang

ada, dalam obyek yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, maka peneliti

dalam memaknai karikatur Nunun Nurbaetie melakukan pemaknaan

terhadap tanda dan lambang berbentuk gambar dengan menggunakan teori

segitiga makna Peirce (triangle meaning) yang meliputi tanda, obyek dan

interpretant sehingga diperoleh hasil interpretasi data mengenai karikatur

Nunun Nurbaetie tersebut.

Tanda yang dimaksud disini adalah gambar dalam media cetak

yang kemudian tanda tersebut dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu ikon,

indeks dan simbol. Obyek disini adalah karikatur Nunun Nurbaetie pada

cover majalah Tempo “English Edition” edisi 21-27 desember 2011.

Setelah menganalisis kategori tanda tersebut, maka peneliti akan

mengetahui makna gambar karikatur Nunun Nurbaetie tersebut.

(55)

Gambar 2.3 Ker angka Berpikir Penelitian

KARIKATUR NUNUN NURBAETI PADA COVER MAJALAH TEMPO ENGLISH

EDITION Edisi 21-27 Desember 2011

Analisis semiotika

• Ikon

• Indeks

• Simbol

INTERPRETASI

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan

menggunakan pendekatan semiotika. Yang melatar belakangi

digunakannya metode deskriptif kualitatif ini adalah terdapat beberapa

faktor pertimbangan. Pertama, metode deskriptif kualitatif akan lebih

mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda.

Kedua, metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan

antara obyek dengan peneliti. Ketiga, metode deskriptif kualitatif lebih

peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola

– pola nilai yang dihadapi. (Moelong, 2002 : 33).

Pada dasarnya semiotika bersifat kualitatif – interpretatif, yaitu

suatu metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai

obyek kajian, serta bagaimana menafsirkan dan memahami kode dibalik

tanda dan teks tersebut. (Marliani, 2004 : 48).

Oleh karena itu peneliti harus memperhatikan beberapa hal dalam

penelitian ini. Pertama, konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau

teks yang diteliti. Disini peneliti diharapkan dapat memahami makna dari

(57)

pesannya dikemas secara aktual dan diorganisasikan secara bersama.

Ketiga, pembentukan secara bertahap dari makna sebuah pesan melalui

pemahaman dan interpretasi.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Dengan menggunakan metode semiotika, peneliti berusaha

menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol – simbol

dan tanda – tanda yang ditampilkan sepanjang dalam gambar karikatur.

Pendekatan semiotik termasuk dalam metode kualitatif. Tipe penelitian ini

adalah deskriptif, dimana peneliti berusaha untuk mengkaji pemaknaan

karikatur Nunun Nurbaetie versi kasus suap pemilihan Deputi Senior Bank

Indonesia pada cover majalah Tempo “English edition” edisi 21-27

Desember 2011.

3.2 Cor pus

Gambar

Gambar 2.1  Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Peirce
Gambar 2.3  Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar karikatur Nunun Nurbaetie OBJECT (OBYEK) pada cover majalah tempo English
Gambar 4.2  Gambar karikatur Nunun Nurbaetie dalam kategori tanda

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Kesimpulan dalam hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa implementasi kebijakan (X1) dan budaya organisasi (X2) secara empirik memberikan kontribusi

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waste dari alumunium foil dengan menggunakan diagram tulang ikan [2], memberikan

Dalam penelitian ini keahlian komite audit diukur menggunakan persentase jumlah komite audit dengan keahlian finansial atau akuntansi terhadap jumlah total komite audit

menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “ Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu ”..

didihnya 78,4°C Untuk mendapatkan etanol harus dengan beberapa proses yakni pengurangan kadar lignin, dilanjutkan dengan proses hidrolisis asam sulfat yang mengubah pati

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi empati adalah kemampuan individu yang melibatkan komponen kognitif dan afektif untuk menempatkan diri dalam