• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Gambaran Tokoh Sapu Tangan Fang Yin

4.1.3.1 Gambaran Tokoh Fang Yin

Tabel 4.1 Analisis Gambaran Tokoh Fang Yin

No. Reprasentamen Objek Interpretant

1. Tokoh Fang Yin Ikon: Fang Yin

(00: 01: 09 – 00: 01: 16)

Seorang muda keturunan etnis Tionghoa, bernama Fang Yin yang artinya hamparan rumput harum.

2. Agama dan kepercayaan Fang Yin

Simbol: “Seorang guru spiritual mencoba membantunya. Mengajarkannya keikhalasan Konghucu. Disampaikannya hakikat shio” (00: 12: 10 – 00: 12: 19) Fang Yin beragama Konghucu dan sebagai warga etnis Tionghoa mempercayai kepercayaan peruntungan melalui shio. 3. Fang Yin membagi-bagi angpao

Ikon: Fang Yin membagikan angpao

Gambar 4.2 Fang Yin Membagikan Angpao

(00: 40: 04 – 00: 40: 09)

Fang Yin masih menjalankan tradisi nenek moyangnya, yaitu merayakan Imlek dengan membagi-bagikan angpao

4. Pakaian sehari-hari Fang Yin

Ikon: Fang Yin yang sering kali mengenakan baju abu-abu

Gambar 4.3 Pakaian Sehari-hari Fang Yin yang Berwarna

Abu-Abu Warna abu-abu mengidentifikasi kan keadaan samar-samar dan ketidakjelasan. Yang dimaksud keadaan samar-samar dan tidak jelas adalah identitasnya sebagai orang keturunan Tionghoa di Indonesia 5. SikapFang Yin

setelah diperkosa Indeks: Fang Yin tidak menatap lawan bicara yang menandakan ia tidak ingin membangun relasi dengan lawan bicaranya.

Gambar 4.4 Fang Yin yang Tertutup

(00: 15:41 – 00: 15: 42)

Fang Yin tidak ingin menjalin kontak mata dengan lawan bicara mengindikasikan bahwa ia tidak mau membangun relasi dengan lawan bicaranya. Ia juga menjawab dengan mengangkat bahu yang mengindikasikan bahwa ia tidak tertarik untuk berbincang dengan lawan bicara.

Simbol: “...Jadi jangan pernah kamu ucapin tempat busuk itu lagi.”

(00: 24: 12 – 00: 24: 15)

Fang Yin tidak menyukai mendengar nama Indonesia karena mengingtkannya dengan peristiwa tragis yang dialaminya.

Gambar 4.5 Tokoh Fang Yin

Fang Yin adalah tokoh utama dalam film ini yang diperankan oleh Leoni Vitria Hartanti. Fang Yin adalah perempuan keturunan etnis Tionghoa. Nama Fang Yin sendiri adalah penamaan Tionghoa yang biasanya digunakan untuk seorang anak perempuan. Pada bagian awal film dikatakan bahwa Fang Yin merupakan nama samaran dan “nama sebenarnya, dirahasiakan sampai semuanya berlalu” (00: 01: 09 – 00: 01: 29). Penamaan tokoh ini bisa diartikan menjadi dua persepsi. Pertama, penggunaan nama samaran ini untuk menggiring persepsi penonton bahwa kisah ini diangkat dari kisah nyata seseorang sehingga demi keselamatan ia tidak menggunakan nama aslinya atau kedua, nama Fang Yin digunakan untuk menggambarkan esensi sebuah kebudayaan yang melekat pada seseorang karena menurut Danesi (2012: 118) nama secara langsung mengkaitkan seseorang dengan budaya.

Kehidupan warga etnis Tionghoa di Indonesia terwakilkan dalam cerminan kehidupan Fang Yin dan keluarganya. Hal ini digambarkan melalui atribut-atribut budaya yang ada dalam tokoh Fang Yin dan keluarganya. Misalnya, ajaran

Konghucu yang dianutnya. Menurut Nugraha (2008: 16) Ajaran Konghucu sudah melekat dan melebur dengan dengan budaya Tionghoa dikarenakan Konghucu berperan menjadi landasan filsafat bagi masyarakat Tionghoa. Dengan begitu walau seorang etnis Tionghoa tidak beragama Konghucu, tapi nilai-nilai ajaran Konghucu melekat padanya. Selain itu, ada pula hakikat shio yang seringkali digunakan oleh warga etnis Tionghoa sebagai acuan. Hakikat shio ini digunakan warga etnis Tionghoa untuk menuntun mereka mendapatkan kebahagian dan keberuntungan serta menghapus nasib jelek atau minimal menguranginya (Nugraha, 2008:36). Selain dua atribut budaya itu, Fang Yin juga ditunjukan masih merayakan tradisi nenek moyangnya yaitu Imlek. Dengan pakaian serba merah ia divisualisasikan sedang membagi-bagikan angpao kepada anak-anak.

Tidak hanya menggambarkan kehidupan berbudaya yang masih dilakukan olehnya, Fang Yin juga menggambarkan kehidupan warga etnis Tionghoa pada masa Orde Baru. Hal ini tergambar dari pakaian sehari-hari Fang Yin yang berwarna abu-abu. Warna abu-abu menggambarkan ketidakjelasan atau keadaan samar-samar. Dalam hal ini Fang Yin memrepresentasikan identitas warga etnis Tionghoa yang hidup di Indonesia yang terhalang dengan kabut ketidakjelasan.

“Apa arti Indonesia bagi Fang Yin? Lahir di sana tak ia minta. Ketika trauma masih menganga, Indonesia hanya kubangan luka.” (00: 30:45 – 00: 30:56). Pertanyaan ini menunjukan bahwa identitas warga etnis Tionghoa di Indonesia selalu menjadi pergulatan batin, terutama bagi mereka yang terkena dampak negatif dari kerusuhan Mei 1998, seperti Fang Yin.

Fang Yin adalah anak satu-satunya. Ia digambarkan sebagai perempuan yang ceria, dekat dengan anak-anak dan memiliki mimpi yang mulia. Perempuan berumur 22 tahun ini, seringkali mengajar anak-anak jalanan di kolong jembatan. Rasa simpati melihat anak-anak yang putus sekolah membuatnya mempunyai mimpi untuk membuat yayasan bagi anak-anak jalanan, yang mana yayasan itu bisa menjadi tempat bernaung, belajar dan bermain bagi mereka (00: 03: 30 – 00: 03: 41). Kedekatannya dengan anak-anak jalanan yang diajarnya, membuat ia menjadi disayangi oleh mereka. Orang tuanya juga menganggap Fang Yin adalah anak yang ceria, banyak yang sayang denganya dan tidak mudah putus asa (00: 16: 46 – 00: 16: 57).

Setelah ia diperkosa oleh sekumpulan pemuda pada saat kerusuhan terjadi, Fang Yin mengalami trauma yang membuat dia menjadi sosok yang pemurung dan menutup diri dari sekelilingnya. Ia bahkan mengalami depresi yang membuatya semakin rendah diri. Saat pemulihan di rumah sakit, ia mengaku „kotor‟ kepada kekasihnya (00:11:51 – 00: 11: 53) dan ketika di Amerika, ia sempat melakukan usaha bunuh diri (00: 21: 34 – 00:21:38) karena trauma masih menghantuinya. Diskrminasi etnis yang dirasakannya membuat ia merasa malu dan takut dengan ciri fisiknya (mata sipit) sehingga ia tak ingin kembali ke Indonesia karena khawatir hal tersebut bisa membahayakan dirinya. Sikap tertutup Fang Yin tergambar ketika ia menolak teman lelaki yang mencoba mendekatinya karna ia khawatir tidak beda dengan yang Albert yang meninggalkannya (00: 27: 20 – 00: 27: 27).

Setelah merasa diperlakukan tidak adil, Fang Yin mulai memupuk kepahitannya. Ia kehilangan kepercayaan terhadap Indonesia. Bahkan, Fang Yin mencaci serta mengumpat tentang Indonesia yang disebutnya sebagai negara dengan hukum yang bobrok (00: 30: 00 – 00: 30: 02). Puncak kekecewaannya adalah ketika akhirnya dengan tekad bulat memutuskan untuk mengubah kewarganegaraanya menjadi warga negara Amerika Serikat.

Dokumen terkait