Bab ini memuat gambaran umum perusahaan yang diteliti yaitu mengenai sejarah perusahaan, produk yang dihasilkan perusahaan, personalia perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi analisis data yang diperoleh dari perusahaan dengan metode dan teknik analisis yang telah diperoleh dalam metodologi penelitian.
Bab VI Kesimpulan Saran dan Keterbatasan
Bab ini mengenai kesimpulan dari pembahasan yang ada dan saran-saran yang mungkin dapat dipergunakan dalam mengembangkan perusahaan serta dari penelitian ini.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Minat
1. Pengertian Minat
Hurlock (1992:114) mengatakan “minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang diinginkan, bila mereka memilihnya secara bebas, dan bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan dan mendatangkan kepuasaan”. Sedangkan Winkel (1991:533) mengartikan minat sebagai “sesuatu kecenderungan yang agak menetap pada seseorang utnuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu”
Berdasarkan apa yang diuraikan diatas, peneliti dapat menyimpulkan pengertian minat adalah suatu kecenderungan yang agak menetap sebagai sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu, merasa senang berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu, dan memilih secara bebas bila bisang-bidang tersebut menguntungkan dan mendatangkan kepuasan
2. Macam-macam Minat
a. Minat rekreasi, meliputi bermain dan berolah raga, bersantai, berpergian, mengoleksi benda, mendengarkan radio atau kaset, menonton televise, melamun dan mengembangkan hobi.
b. Minat sosial meliputi berpesta, minum minuman keras,
mengkonsumsi obat-obat terlarang, bercakap-cakap, menolong orang lain, mempelajari politik dan peristiwa dunia, mengungkapkan kritik dan saran untuk pembaharuan.
c. Minat pribadi, meliputi penampilan diri, berpakaian, berprestasi, kemandirian, dan uang.
d. Minat pendidikan, meliputi pelajaran-pelajaran yang nantinya berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya melalui sekolah dan kursus, guru dan cara mengajarnya, pendidikan yang sesuai dengan pekerjaan tertentu.
e. Minat pada agama, meliputi pembatasan masalah agama, pelajaran agama di sekolah, mengunjungi tempat ibadah, dan mengikuti berbagai upacara keagamaan.
f. Minat pada symbol status, meliputi status sosial ekonomi yang lebih tinggi, prestasi, menjadi anggota kelompok yang diterima, status hamper dewasa dalam masyarakat.
g. Minat pada pekerjaan, meliputi pekerjaan yang disukai. 3. Minat Pekerjaan pada Mahasiswa atau Remaja
Minat pekerjaan mahasiswa adalah kecenderungan mahasiswa utnuk merasa tertarik dan berprilaku terhadap jenis-jenis pekerjaan yang ada atau
yang tesedia di lingkungan dimana mahasiswa tinggal. Minat tersebut muncul karena orang selalu menanyakan tentang apa yang ingin mahasiswa lakukan sesudah dewasa dan juga pengalaman mahasiswa dalam mendengar atau melihat mengenai berbagai pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan minat mahasiswa terhadap pekerjaan adalah (Hurlock, 1992:144)
a. Sikap Orang Tua
Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap pekerjaan. Sering kali melalui sikapnya orang tua mendesak anak agar tertarik pada pekerjaan yang mereka anggap bagus dan bergengsi tanpa memperhatikan minat anak, menganjurkan anak utnuk menghindari pekerjaan tertentu, karena dianggap tidak menguntungkan.
b. Pekerjaan Bergengsi
Sejak kecil, anak sudah menemukan bahwa berbagai pekerjaan mempunyai tingkat prestise, misalnya pekerjaan kantor jauh lebih bergengsi dari pada pekerja pabrik.
c. Kekaguman Pada Seseorang
Anak mengembangkan sikap positif terhadap pekerjaan orang yang dikagumi. Anak memiliki kecenderungan untuk mengembangkan sikap negatif (tidak menguntungkan) terhadap profesi orang yang tidak disukai.
d. Kemampuan dan Minat
Kemampuan fisik dan kecerdasan, minat dan kepribadian memegang peranan penting dalam sikap anak terhadap berbagai pekerjaan.
e. Kesesuaian Seks
Walaupun batas-batas seks untuk pekerjaan hampir hilang, beberapa pekerjaan tetap dianggap “pekerjaan pria” dan yang lain “pekerjaan wanita”
f. Kesempatan untuk Mandiri
Semakin anak bertambah usia, maka semakin anak dibatasi oleh orang dewasa, semakin anak dituntut untuk mandiri, sehingga setiap pekerjaan yang menuntut otonomi dalam pelaksanaanya dinilai lebih tinggi dari pada pekerjaan yang “sudah diatur”
g. Stereotif Budaya
Budaya yangberkaitan dengan pekerjaan tersebut. Stereotif yang tidak menarik menimbulkan sikap negative terhadap pekerjaan tersebut.
h. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dengan orang dari berbagai profesi mewarnai sikap anak terhadap profesi tertentu. Seorang anak yang memiliki pengalaman positif terhadap suatu profesi tertentu akan mengembangkan sikap positif terhadap profesi tersebut, dan sebaliknya bila anak memiliki pengalaman negative terhadap suatu
profesi tertentu maka anak akan mengembangkan sikap negative terhadap profesi tersebut.
Selain dipengaruhi oleh delapan faktor, minat pekerjaan dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang terbentuk dalam interaksinya dengan dirinya sendiri dan dunia luar. Tipe-tipe kepribadian tersebut adalah tipe realistik, tipe peneliti dan pengusut, tipe seniman, tipe sosial, tipe pengusaha, dan tipe orang penting. Dunia luar (lingkungan) juga digolongkan menurut patokan sampai seberapa jauh lingkungan tersebut mendekati salah satu model, yaitu lingkungan realistik, lingkungan penelitian dan pengusutan, lingkungan kesenian, lingkungan pelayanan sosial, lingkungan pengusaha dan lingkungan yang berusasana (Hollan, dalam Winkel 1991:520)
Perpaduan antara tipe kepribadian dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan sehingga dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas. Hollan (dalam Winkel 1991:520) mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlainan, sebenarnya adalah orang dari berbagai ragam kepribadian dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda-beda pula. Demikian juga mahasiswa dengan mengenal dirinya sendiri dan mengetahui minatnya, kemampuannya, dan cita-citanya, maka mahasiswa akan dapat membuat pilihan sendiri secara tepat.
B. Manajemen
Manajemen ternyata bukan lagi hal yang asing lagi di masyarakat. Setiap organisasi yang bersifat profit dan non profit making semuanya
menerapkan manajemen. Hampir setiap organisasi menggunakan ilmu manajemen untuk mengelola usahanya, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, sampai pengawasan berbagai kegiatannya. Penerapan manajemen juga bervariasi sesuai dengan bentuk dan ukuran organisasinya serta pengetahuan anggota organisasi tentang manajemen itu sendiri.
1. Pengertian Manajemen
Dibawah ini pengertian manajemen menurut beberapa ahli. Mary Parker Follet
Manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. (Handoko, 1985: 8)
James A.F. Stoner
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Stoner, 1986: 9)
T. Hani Handoko
Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan, dan pengawasan. (Handoko, 1985: 10)
Dari pengertian mengenai manajemen diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa pengertian manajemen adalah proses pengelolaan suatu usaha mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap penggunaan sumber-sumber daya yang ada utnuk mencapai tujuan perusahaan, individu dan masyarakat.
2. Fungsi Manajemen
Ada beberapa fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko yaitu fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia (staffing), pengarahan (leading), pengawasan (controlling).
Berikut penjelasan dari fungsi-fungsi manajemen di atas.
a. Perencanaan (planning) adalah penetapan tujuan organisasi,
penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem anggaran dan standart yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, pembentukan kelompok kerja, penugasan tanggung jawab tertentu dan pendelegasian wewenang kepada pihak individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Penyusunan Personalia adalah penarikan, pelatihan dan
karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
d. Pengarahan adalah untuk membuat atau mendapatkan para
karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
e. Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
3. Manajemen dan Kewirausahaan
Ilmu manajemen sangat luas dan menjadi dasar dari ilmu-ilmu lain yang lebih kecil cangkupannya. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, organisasi, perusahaan, informasi dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu dalam pengelolaan organisasi, kelompok bahkan individu memerlukan dasar ilmu manajemen. Maka tak heran jika kata manajemen sering kita dengar dalam setiap kali kita berkomunikasi dengan organisasi, kelompok bahkan individu dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hubungannya dengan kewirausahaan manajemen memegang peranan yang sangat sentral. Karena setidaknya seorang wirausaha haruslah memiliki dasar manajemen untuk menjalankan usahanya. Karena memutuskan diri untuk menjadi entrepreneur berarti seseorang, kelompok
atau organisasi di tuntut mandiri menjalankan fungsi-fungsi manajemen secara efektif dan efisien sesuai kebutuhan usahanya untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai. Jadi seorang wirausaha tidak hanya bisa mengandalkan satu keunggulan saja misalnya kemampuannya berinovasi, seorang wirausaha tidak akan mampu bertahan dalam usahanya bila meskipun dia pencipta inovasi baru di pasaran tetapi dia tidak tahu kapan harus berinovasi? Kapan harus melepas produk baru? Berapa alokasi dana yang optimal untuk meluncurkan produk baru? Atau bagaimana tren produk yang akan laku di pasaran 1 tahun ke depan atau 10 tahun ke depan?
Maka jelas sekali hubungan manajemen dengan dunia wirausaha yaitu sebagai salah satu faktor kunci yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha untuk menjalankan usahanya. Tentu saja harus didukung dengan keunggulan kompetitif dalam bersaing di pasaran misalnya keunggulan dalam berinovasi menciptakan produk baru.
C. Wirausaha
1. Pengertian Wirausaha
Kata entrepreneurship bias diterjemahkan dengan kata
kewirausahaan. Dahulu sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan. Terjemahan kewiraswastaan sering banyak dikritik, karena ada yang berpendapat bahwa berusaha yang menimbulkan resiko, kekritisan, dan kejelian serta kreativitas tidak hanya dimiliki oleh orang yang berada di perusahaan swasta saja. Entrepreneurship bisa saja muncul dilingkungan
koperasi sehingga sering disebut dengan kewirakoperasian. Selain itu, bisa muncul juga di dunia pendidikan, yang dikenal dengan istilah educational
entrepreneurship, bahkan entrepreneurship bias muncul dalam badan usaha
milik Negara, yang dikenal dengan nama government state enterprice
entrepreneurship. Bahkan kalangan entrepreneur pada sector informal
menyebut dirinya sebagai borefoot entrepreneurship (Thoby Mutis, 1995).
Kewirausahaan dan wirausaha memiliki hubungan yang sangat erat. Kewirausahaan merupakan segala sesuatu hal yang menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang dapat dipelajari tentang sukses maupun mundurnya wirausaha. Analisa yang berhubungan dengan wirausaha dapat pula mengenai watak, prilaku, sikap, perkembangan pribadi, sejarah kelompok, maupun minat, motivasi dan ambisi seorang wirausaha dalam mencapai suksesnya. Tetapi beberapa ahli ekonomi mengartikan seorang wirausaha berbeda dengan pengusaha. Seperti pendapat ahli dibawah ini, yang berpendapat wirausaha bukanlah sekedar pengusaha melainkan pengusaha yang sukses karena memiliki cirri-ciri serta kemampuan tertentu untuk menciptakan sesuatu yang baru (Subanar, 2001: 11). Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli tentang apa itu wirausaha:
a. Schumpeter, 1930
Wirausaha adalah orang yang memutuskan untuk mengambil alih resiko (take a risk) dalam memperkenalkan produk atau jasa-jasa yang
b. Webster
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, serta menanggung resiko atas keputusan bisnisnya tersebut.
c. Fillion, 1998
Wirausaha adalah orang yang imajinatif, yang ditandai oleh kemampuannya dalam menetapkan sasaran-sasaran itu. Juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang, membuat keputusan dengan menerapkan inovasi yang memiliki resiko moderat. d. Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka 1989
Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wirausaha adalah orang yang mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki yang ada pada dirinya dan sekitarnya serta berani mengambil resiko yang moderat kemudian dikembangkan secara mandiri dan bebas terkait dalam usaha mengelola, merencanakan, mengoperasikan dan mengkontrol sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang tepat.
2. Karakteristik Wirausaha
Menurut Mc Clelland wirausaha memiliki karakteristik sebagai berikut (Wiratmo M, 1995: 4-5) :
a. Keinginan untuk berprestasi
Keinginan atau dorongan dalam diri untuk memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Dimana pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetensi individu.
b. Keinginan untuk bertanggung jawab
Seorang wirausaha seharusnya memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dengan tanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.
c. Preferensi pada resiko-resiko menengah
Wirausaha bukan penjudi, maka dari itu mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkatan kinerja yang tinggi. Suatu tingkatan yang memerlukan usaha keras dan dipercaya dapat mereka penuhi.
d. Persepsi pada kemungkinan berhasil
Keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan dengan berdasarkan fakta-fakta yang dipelajari dengan penilaian yang objektif.
e. Rasa ingin tahu terhadap rangsangan oleh umpan balik
Wirausaha selalu ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka di rangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
f. Aktivitas energik
Wirausahawan menunjukan energi yang jauh lebih tingi dibandingkan rata-rata orang, mereka bersifat aktif serta memiliki proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru.
g. Orientasi ke masa depan
Seorang wirausaha melakukan perencanaan dan berfikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh dimasa depan.
h. Ketrampilan dalam pengorganisasian
Wirausaha akan menunjukkan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam pencapaian tujuan.
i. Sikap terhadap uang
Keuntungan financial adalah nomor 2 jika dibandingkan dengan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambing kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai kompetensi mereka.
D. Kewirausahaan
1. Komponen Utama Kewirausahaan
Setiap orang yang berminat menjadi wirausaha tentu saja harus tahu bahwa untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses dibutuhkan kepribadian, motivasi, serta kemampuan dan fasilitas yang mendukung.
Kewirausahaan adalah segala sesuatu tentang kesuksesan wirausaha yang berhubungan dengan usahanya tersebut. Secara garis besar, kewirausahaan meliputi 3 komponen utama dari seorang wirausaha (Subanar H, 1993: 14), yaitu:
a. Kepribadian
b. Motivasi dan Kemampuan c. Fasilitas dan Pertumbuhan
Ketiga hal itu tidaklah independen tetapi dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Kepribadian dipengaruhi oleh:
Sikap dan tingkah laku, latar belakang pendidikan, kondisi lingkungan, bakat, iman seseorang dan lain-lain
b. Motivasi dan Kemampuan dipengaruhi oleh:
Tingkat pendidikan, tingkat kemampuan ekonomi, gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut, tekanan dari pihak-pihak eksternal, persepsi individu dan lain-lain.
c. Fasilitas dan Pertumbuhan dipengaruhi oleh:
Tingkat kemajuan kehidupan, trend kebutuhan yang ada, peluang dan keterbatasan sumber, subsidi pemerintah, dan lain-lain.
2. Faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan
Menurut Thomas W. Zimmerer (Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 2003: 98-99) :
a. Wirausahawan sebagai pahlawan
Anggapan wirausaha sebagai pahlawan atau model untuk diikuti mendorong mayarakat untuk membuka usaha sendiri. Sehingga status ini mendorong seseorang untuk memulai usaha sendiri.
b. Pendidikan kewirausahaan
Mulai maraknya pendidikan kewirausahaan di tingkat universitas terutama di Amerika memacu orang untuk berwirausaha setelah memiliki bekal yang cukup dari pendidikan kewirausahaan tersebut. c. Faktor ekonomi dan kependudukan
Dari segi demografi orang mulai bisnis antara umur 25 tahun sampai 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu negara sebagian besar pada kisaran umur di atas.lebih lagi banyak orang menyadari bahwa dalam kewirausahaan tidak ada lagi pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi atau apapun juga dapat mencapai sukses dengan memiliki bisnis.
d. Pergeseran ke ekonomi jasa
Di Amerika pada tahun 200 sektor jasa menghasilkan 925 pekerjaan dan 85% GDP negara tersebut. Demikian halnya di negara-negara lain sektor jasa berkembang pesat karena sektor ini relatif rendah investasi awalnya dan mendorong bagi bermunculannya wirausaha sektor jasa ini.
e. Kemajuan teknologi
Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer pribadi, laptop, mesin fax, printer warna, mesin penjawab telepon seseorang dapat bekerja di rumah seperti layaknya bisnis besar. Sekarang biaya untuk teknologi bisa disesuaikan dengan tingkat bisnisnya tidak semahal dulu.
f. Gaya hidup bebas
Gaya hidup bebas yang sangat menjadi trend anak muda jaman sekarang sangat mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan. Ketidakmauan dikuasai orang lain, kebebasan, inovasi, kemandirian, keuntungan yang lebih merupakan implikasinya. Sehingga memacu seseorang untuk membuka bisnis sendiri dari pada bekerja kepada orang lalin.
g. E-commerce dan The World Wide Web
Perdagangan on line bertumbuh cepat sekali, yang menciptakan
banyak kesempatan bagi wirausaha berbasis internet atau website.
Dari data yang dikumpulkan 47% binis kecil melakukan akses internet, sedangkan 35% sudah memiliki website sendiri. Faktor ini juga mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan.
h. Peluang internasional
Globalisasi telah membuka peluang usaha dan peluang pasar bagi usaha baru di pasaran internasional. Karena dengan globalisasi, biaya perdagangan keluar negeri ditekan serendah mungkin sehingga
memungkinkan untuk menembus pasar luar negeri. Faktor ini juga memacu munculnya usaha ekspor impor barang dan jasa.
3. Keuntungan dan kelemahan dalam kewirausahaan
Seseorang akan termotivasi menjadi wirausaha bila ada keuntungan-keuntungan yang bisa mereka rasakan dengan menjadi wirausaha. Tetapi sebaliknya setiap profesi yang dijalani tidaklah selalu mulus tetapi selalu ada kendala-kendala yang harus dihadapi. Berikut ini adalah keuntungan-keuntungan dan kendala-kendala menjadi seorang wirausaha (Alma, 2000: 4)
Keuntungan-keuntungan dalam dunia kewirausahaan
a. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri. b. Terbuka kesempatan untuk mendemonstrasikan potensi seseorang
secara penuh.
c. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal.
d. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha konkrit.
e. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.
Kelemahan-kelemahan dalam dunia kewirausahaan
a. Memperoleh pendapatan tidak pasti, dan memikul berbagai resiko jika resiko ini telah diantisipasi dengan baik, maka wirausaha telah menggeser resiko tersebut.
c. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab harus berhemat.
d. Tanggung jawab yang besar, banyak keputusan yang harus dibuat walaupun kadang kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.
Hal-hal diatas hendaknya menjadi pertimbangan sebelum seseorang memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha. Sebab sebelum memutuskan untuk menjadi seorang wirausaha seseorang diwajibkan untuk mengetahui resiko yang akan dihadapi sebelum terjun kesana.
E. Tingkat Pendidikan Orang Tua
1. Pengertian Pendidikan
Menurut Wasty (2006 : 21) pendidikan itu adalah proses pengalaman yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah. Menurut M.Y. Langeveld (dalam buku wasty 2006 : 21) pendidikan sebagai pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannya, untuk membawa mereka ke tingkat kedewasaan.
Menurut N. Drijarkara, SJ (Buku Informasi Mahasiswa Baru, 2005: 17) intisari pendidikan adalah suatu hubungan manusiawi antara pendidik dan si terdidik satu sama lain. Kedua belah pihak saling menghargai sebagai manusia dan saling membantu mewujudkan kemanusiaan mereka, namun ada perbedaan, yaitu yang satu lebih membimbing dan yang lain lebih
dibimbing. Dengan demikian, pendidikan dilangsungkan dalam suatu hubungan pendamping yang bersifat dialogis dan dinamis, ketika kedua belah pihak membuka hati dan pikiran dan bersama menuju masa depan.
Pendidikan di Indonesia setidaknya dapat memperkuat integritas dalam lingkungan Indonesia yang sedang membangun. Maka semua pengetahuan, ketrampilan dan sikap dapat menunjang pembangunan itu.
Tingkatan pendidikan di Indonesia dibagi ke dalam beberapa tingkatan, sebagai berikut:
a. Sekolah Dasar (SD)
b. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
c. Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA/SMK) d. Perguruan Tinggi (Universitas)
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Keluarga adalah merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruh, karena itu keluarga merupakan lembaga pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1989:8}. Pada keluarga inilah anak mendapat asuhan dari orang tua menuju ke arah perkembangannya.
Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh pada pola pikir dan orientasi pendidikan anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua akan melengkapi pola pikir dalam mendidik anaknya. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan, ketrampilan
berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Di samping itu keluarga merupakan lembaga pendidikan yang membekali anak dengan berbagai pengalaman sosial dan nilai moral. Keluarga merupakan lingkungan yang juga ikut berpengaruh bagi anak sebagai individu dalam proses terbentuknya sikap, selain lingkungan pendidikan sekolah dan masyarakat.
F. Jenis Pekerjaan Orang Tua
1. Pengertian Pekerjaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:488), pekerjaan didefinisikan sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jika bentuk yang dilakukan bermacam-macam, maka ini disebut jenis pekerjaan. Spillane (1982:14) mengelompokkan jabatan/pekerjaan dalam Sembilan (9) golongan antara lain:
a. Golongan A i. Mandor ii. Pedagang iii. Pegawai kantor iv. Pegawai sipil ABRI
v. Pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan vi. Pemilik bus
vii. Penggarap tanah viii. Pengawas keamanan
ix. Petani pemilik rumah x. Peternak
xi. Tuan tanah b. Golongan B
i. Buruh nelayan ii. Buruh tani iii. Petani kecil iv. Penebang kayu c. Golongan C
i. ABRI ii. Guru SD iii. Kepala bagian
iv. Kepala kantor pos (cabang) v. Manager perusahaan kecil vi. Pamong praja
vii. Pegawai badan hokum
viii. Pegawai negri (golongan IA-ID) ix. Supervisor/pengawas
d. Golongan D i. Pensiunan
ii. Tidak mempunyai pekerjaan tetap