• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Sejarah Tanaman Kopi di Indonesia

Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi arabika berasal dari Afrika, yaitu dari daerah pegunungan di Ethiopia. Namun demikian, kopi arabika baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Jazirah Arab. Melalui para saudagar arab, minuman tersebut menyebar ke daratan lainnya (Rahardjo, 2012). Adapun klasifikasi kopi adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Kopi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (suku kopi – kopian)

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp. [Coffea arabica L. (kopi arabika, Coffea canephora var. robusta (kopi robusta), Coffea liberica (kopi liberika), Coffea excelsa (kopi excelsa)] (Rahardjo, 2012).

Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi Robusta (90%) dan sisanya kopi arabika. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun, penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di Pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi jawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun (Rahardjo, 2012).

Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang sangat besar. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut saat itu. Namun, tidak ada yang berhasil secara memuaskan. Oleh karena itu, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian, terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi jenis kopi robusta (Rahardjo, 2012).

4.2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia

Sistem pengusahaan kopi di Indonesia sebesar 96 persen merupakan perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8, dimana luas areal untuk kopi perkebunan rakyat dari tahun 2008 hingga 2017 mendominasi luas areal kopi Indonesia. Rata – rata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia periode 2008 – 2017 tidak mengalami peningkatan yang signifikan bahkan cenderung menurun dengan rata – rata penurunan 0,6 persen per tahun.

Tabel 8. Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun 2008 – 2017

2008 1.236.842 22.442 35.826 1.295.110

2009 1.217.506 22.794 25.935 1.266.235

2010 1.162.810 22.681 24.873 1.210.364

2011 1.184.967 22.572 26.159 1.233.698

2012 1.187.669 22.565 25.056 1.235.290

2013 1.194.081 22.556 25.076 1.241.713

2014 1.230.495 22.369 24.462 1.277.326

2015 1.183.244 22.366 24.391 1.230.001

2016 1.180.556 22.509 25.447 1.228.512

2017 1.179.769 22.525 25.493 1.227.787

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017)

Selain itu, jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan terlihat pada tabel 9 bahwa mayoritas perkebunan kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta dengan persentase sebesar 75 persen dari total keseluruhan kopi yang ditanam pada periode 2008 – 2017. Selain itu, rata – rata laju pertumbuhan luas areal kopi arabika cenderung mengalami peningkatan sebesar 2 persen per tahun, sedangkan

rata – rata laju pertumbuhan luas areal kopi robusta mengalami sedikit penurunan sebesar 2 persen per tahun. Hal ini dikarenakan permintaan kopi arabika dipasaran saat ini terus berkembang, baik di pasar domestik atau di pasar luar negeri. Selain itu, kopi arabika memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan robusta.

Oleh karena itu sejumlah petani memanfaatkan keadaan ini untuk memulai budidaya kopi arabika (Sitanggang, 2016).

Tabel 9. Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Jenis Kopi yang Diusahakan

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017)

4.3. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia

Volume produksi kopi di Indonesia berdasarkan status pengusahaan yang diusahakan oleh rakyat merupakan produksi yang terbesar dibandingkan dengan perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta dengan persentase sebesar 95 persen dari total seluruh produksi dari tahun 2008 – 2017. Rata – rata laju pertumbuhan produksi kopi mengalami stagnansi dan ada sedikit penurunan

Tabel 10. Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun 2008 –

2008 669.942 17.332 10.742 698.016

2009 653.918 14.387 14.385 682.690

2010 657.909 14.065 14.947 686.921

2011 616.429 9.099 13.118 638.646

2012 661.827 13.577 15.759 691.163

2013 645.346 13.945 16.591 675.882

2014 612.877 14.293 16.687 643.857

2015 602.428 19.703 17.281 639.412

2016 602.160 19.838 17.306 639.304

2017 599.902 19.922 17.715 637.539

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, (2017)

Sama seperti luas areal kopi, produksi kopi menurut jenis kopi yang diusahakan didominasi oleh kopi dari jenis robusta dengan persentase 76 persen dari total keseluruhan produksi kopi berdasarkan jenis kopi pada periode 2008 – 2017. Dengan karakteristik budidaya kopi robusta yang jauh lebih mudah, seperti tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah, kandungan kafeinnya yang tinggi dapat berfungsi sebagai toksin hama, tanaman kopi robusta juga dapat di tumpang sari dengan tanaman lainnya sehingga produksi yang dihasilkan dapat maksimal jika dibandingkan dengan tanaman kopi arabika. Hal ini menunjukkan bahwa kopi jenis robusta memiliki kontribusi yang tinggi terhadap produksi kopi nasional.

Pada tabel 11, untuk kopi arabika menunjukkan adanya trend positif yaitu berupa peningkatan produksi setiap tahunnya sebesar 2 persen per tahun pada periode 2008 – 2017. Peningkatan produksi arabika setiap tahunnya dikarenakan tingginya permintaan kopi arabika yang tinggi di pasar domestik maupun di luar negeri.

Sedangkan produksi kopi robusta mengalami penurunan sebesar 2 persen per tahun pada periode 2008 – 2017.

Tabel 11. Produksi Kopi di Indonesia Menurut Jenis Kopi yang Diusahakan Tahun 2008 – 2017

Tahun Produksi (Ton)

TOTAL

Arabika Robusta

2008 147.096 550.920 698.016

2009 147.630 534.961 682.591

2010 146.641 540.280 686.921

2011 148.838 489.809 638.647

2012 153.147 503.990 657.137

2013 166.325 509.557 675.882

2014 170.185 473.672 643.857

2015 172.919 466.493 639.412

2016 173.691 465.614 639.305

2017 173.764 463.775 637.539

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017)

4.4. Perkembangan Harga Kopi Indonesia

Secara umum, harga kopi pada pasar dalam negeri di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan rata – rata peningkatan sebesar 4,8 persen per tahun. Meningkatnya harga kopi dikarenakan kualitas kopi dari sisi petani, pengaruh cuaca yang baik menjadikan produksi kopi maksimal dan juga semakin tingginya permintaan pasar ekspor (Yuniartha, 2018).

Tabel 12. Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri Indonesia Tahun 2008 – 2016

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian ( 2017)

4.5. Perkembangan Ekspor, Impor serta Neraca Perdagangan Kopi Indonesia

Perkembangan ekspor kopi Indonesia selama tahun 2007 – 2016 cenderung mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata – rata sebesar 8 persen per tahun. Menurut Ketua Umum Gabungan Eksportit Kopi Indonesia (GAEKI), adapun faktor pendongkrak ekspor kopi Indonesia antara lain bertumbuhnya negara konsumen baru, seperti Rusia, Eropa Timur, Asia dan China dengan pertumbuhan sekitar 35 persen (Pandia, 2013). Sedangkan perkembangan impor kopi Indonesia selama tahun 2007 – 2016 mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata – rata 14 persen per tahun dengan rata – rata impor sebesar 49.

832 ribu US$ per tahun. Pada tahun 2012, ekspor kopi Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dengan nilai ekspor 1.294.520 ribu US$ tetapi pada tahun tersebut merupakan impor kopi tertinggi dengan nilai sebesar 117.175 ribu US$. Menurut Peneliti Utama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

tingginya impor kopi Indonesia dikarenakan potensi pertumbuhan produksi kopi tidak diikuti dengan kapasitas perbaikan produksi dan regulasi yang mampu mendorong tingginya nilai ekspor (Sudoyo, 2013).

Perbedaan nilai ekspor dan impor yang besar menjadikan Indonesia selalu mengalami surplus pada neraca perdagangan, yang berarti neraca perdagangan sektor kopi dapat menyumbang devisa negara. Periode tahun 2007 – 2016 neraca perdagangan kopi Indonesia mengalami cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 13 persen per tahun dengan rata – rata 946.391 ribu US$ per tahun. Peningkatan neraca ini dikarenakan pertumbuhan nilai ekspor kopi Indonesia meningkat setiap tahun dan nilai lebih besar dibandingkan dengan nilai impor.

Tabel 13. Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Kopi Indonesia Tahun 2007 - 2016

Tahun Nilai (000 US$)

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017)

4.6. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia dengan Jepang

Komoditi kopi memiliki pasar yang besar di Jepang, karena Jepang

Serikat dan Brazil (Market Brief Kopi Atdag Tokyo, 2014). Gambar 7, menunjukkan perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Jepang selama tahun 2008 – 2017 mengalami fluktuasi. Pertumbuhan pergerakan ekspor kopi Indonesia ke Jepang bernilai negatif dengan rata – rata penurunan 2 persen per tahun. Dengan rata – rata nilai ekspor 113.388.131 US$. Menurunnya ekspor kopi Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh penurunan produksi kopi Indonesia. Menurut data Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017), produksi kopi Indonesia selama tahun 2008 – 2017 mengalami penurunan sebesar 1 persen per tahun.

Gambar 5. Nilai Ekspor Kopi Indonesia ke Jepang Tahun 2008 – 2017 (US$)

Sumber : Pusdatin Kementerian Perdagangan (2019) 121,280,902

96,734,512

117,931,955 174,131,916

145,733,196

102,908,963

101,346,931

104,952,849

86,502,110

82,357,981

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nilai Ekspor Kopi Indonesia ke Jepang

Nilai (US$)

BAB V

Dokumen terkait