• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPI INDONESIA DENGAN JEPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPI INDONESIA DENGAN JEPANG"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPI INDONESIA DENGAN JEPANG

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1440 H

Shahnaz Amadea NIM 111209200027

(2)

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPI INDONESIA DENGAN JEPANG

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Shahnaz Amadea NIM 1112092000027

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Integrasi Pasar Kopi Indonesia dengan Jepang”

yang ditulis oleh Shahnaz Amadea NIM. 1112092000027, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Januari 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada program studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Ujang Maman, M.Si Rahmah Farahdita S, S.P, M.Si NIP. 19620716 200003 1 001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si Puspi Eko Wiranthi, S.E, M.Si, M.Sc NIP. 19700209 201411 1 001

Mengetahui,

Dekan Ketua

Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis

Dr. Agus Salim, M.Si Dr. Ir. Edmon Daris, MS

NIP. 19720816 199903 1 003 NIP. 19580429 198803 1 001

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR – BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 30 Januari 2019

Shahnaz Amadea NIM 1112092000027

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shahnaz Amadea

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 09 Oktober 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. F Raya GG. TT No. 28 RT. 06 RW. 10 Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat

No. HP : 0812-8871-0037

Email :shahnazamadea4@gmail.com

2012 – 2019 : S – 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Agribisnis

2011 – 2012 : Lembaga Kursus Bahasa LIA Pancoran, Jakarta Selatan

2009 – 2012 : SMA N 37 Jakarta 2006 – 2009 : SMP N 73 Jakarta

2000 – 2006 : SD N 03 Pagi Pancoran Jakarta Selatan 1998 – 2000 : TK Aisyiah 13 Jakarta

2012 – 2019 : Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab.

Ciputat

2014 : Sekretaris, Panitia Pelaksana Raker DEMA UIN Jakarta

2014 : Divisi Kesekretariatan, Panitia Pelaksana OPAK UIN Jakarta

2014 : Bendahara, Panitia Pelaksana Inaugurasi MABA DEMA UIN Jakarta

Data Diri

Riwayat Pendidikan

Pengalaman Organisasi

(6)

2015 – 2016 : Dept. Hubungan Antar Lembaga, Pengurus DEMA UIN Jakarta

Februari – Oktober 2015 : Barista PT. Sari Coffee Indonesia (Starbucks Indonesia)

November – Desember 2015 : Admin PT. Artindo Kreasi Utama (Project Interior Design PUSPEM TANGSEL)

Januari – Agustus 2016 : Barista PT. Maxx Coffee Prima (Maxx Coffee Lippo Group)

Oktober 2016 – Oktober 2017 : Finance & Accounting Officer PT. Petrogas Wira Jatim

Pengalaman Organisasi

(7)

RINGKASAN

Shahnaz Amadea. Analisis Integrasi Pasar Kopi Indonesia dengan Jepang:

Dibawah bimbingan Iwan Aminudin dan Puspi Eko Wiranthi.

Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia pada sektor perkebunan. Berdasarkan data United State Department of Agriculture (2016), Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar kedua setelah Vietnam dalam kawasan ASEAN. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu tahun 2007 – 2016, neraca perdagangan kopi Indonesia bernilai positif dan mengalami peningkatan sebesar 13 persen per tahun.

Berdasarkan data International Coffee Organization (2019), pertumbuhan konsumsi kopi di dunia meningkat dengan pertumbuhan sebesar 2 persen per tahun. Pertumbuhan konsumsi paling tinggi terdapat pada wilayah Asia dengan persentase pertumbuhan rata – rata sebesar 3,5 per tahun. Pertumbuhan konsumsi kopi di Asia yang positif menunjukkan bahwa pasar kopi Indonesia di Asia memiliki potensi tujuan utama ekspor kopi Indonesia. Tingkat konsumsi kopi tertinggi pada wilayah Asia pada tahun 2013 – 2017 adalah negara Jepang, dengan rata – rata konsumsi 897.264 ton per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki peluang untuk menjadikan negara Jepang sebagai tujuan ekspor utama di wilayah Asia.

Berdasarkan data UN Comtrade (2017), terdapat sepuluh negara yang menjadi tujuan ekspor kopi Indonesia secara kontinu dari tahun 2006 – 2015, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, Malaysia, Rusia, Thailand, Inggris, Mesir dan India. Berdasarkan data UN Comtrade (2019), Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama kopi Indonesia di wilayah Asia. Sedangkan Jepang sebagai importir tidak menjadikan Indonesia sebagai negara importir utama, dikarenakan Jepang mengimpor kopi dari negara Brazil, Kolombia, Vietnam, dan Guatemala setelah itu Indonesia.

Analisis integrasi pasar kopi Indonesia dengan Jepang menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Hasil estimasi menunjukkan terdapat kointegrasi pada model yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang di antara pasar kopi Indonesia dengan Jepang dan Internasional.

Hasil estimasi jangka pendek menunjukkan bahwa terjadi antara pasar kopi Indonesia dengan pasar kopi Jepang dan Internasional pada satu dan dua bulan sebelumnya. Selain itu, hubungan yang terjadi pada setiap pasar kopi hanya satu arah dan tidak terdapat hubungan timbal balik.

Kata kunci : Kopi, Integrasi, Jepang, VECM (Vector Error Correction Model).

(8)

KATA PENGANTAR ِمْﯾِﺣﱠرﻟا ِنَﻣ ْﺣﱠرﻟا ِ ّﷲ ِمْﺳِﺑ

Assalamu’alaikum. Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Integrasi Pasar Kopi Indonesia dengan Jepang”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penyelesaian sampai selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril dan materil, secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Ibu Lisda Herawati dan Bapak Hairul Yono atas semua doa, nasihat, kasih saying, pengorbanan, cinta serta dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti serta wujud cinta dan kasih sayang penulis kepada orang tua yang sudah memberikan segala yang terbaik dalam hidup kepada penulis.

(9)

2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, para Wakil Dekan, beserta staf TU, Akademik dan karyawan FST lainnya.

3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

4. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si dan Ibu Puspi Eko Wiranthi, S.E, M.Si, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga, energi, waktu, pikiran, serta memberikan ilmu, arahan, dan dukungannya secara tulus demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Lilis Imamah Ichdayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungan kepada penulis selama perkuliahan.

6. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan Ibu Rahmah Farahdita S, S.P, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan ilmu, arahan, serta dukungan yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan, dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Agribisnis.

(10)

8. Hendra Trihartono, suami tercinta yang tidak bosan – bosannya menemani juga memberikan semangat, doa, dan menjadi teman berdiskusi serta membantu penulis selama dalam pembuatan skripsi.

9. Teman – teman seperjuangan Agribisnis 2012 yang selalu saling mendukung, berbagi ilmu dan pengalaman, serta menjadi teman tumbuh dan berkembangnya penulis selama masa kuliah.

10. Sahabat tersayang seperjuangan, Alivia Anisa dan Novi Yulianti yang sudah menemani, memberikan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini pun tidak luput dari kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran pada skripsi ini, agar kelak skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi penulis dan pada umumnya pada pembaca, Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 30 Januari 2019

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Perkembangan Kopi di Indonesia ... 10

2.2 Perdagangan Kopi Indonesia ... 11

2.3 Perdagangan Internasional ... 15

2.4 Analisis Integrasi Pasar ... 16

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

2.6 Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 24

3.2.1 Koefisien Variasi ... 25

3.2.2 Uji Stasioneritas Data ... 26

3.2.3 Penentuan Lag Optimal... 27

3.2.4 Uji Kointegrasi ... 27

3.2.5 Uji Kausalitas Granger ... 28

3.2.6 Uji Vector Autoregression (VAR) ... 29

3.2.7 Uji Vector Error Correction Model (VECM) ... 21

3.3 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 31

(12)

3.4 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM... 34

4.1 Sejarah Tanaman Kopi di Indonesia ... 34

4.2 Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia ... 36

4.3 Perkembangan Produksi Kopi Indonesia ... 37

4.4 Perkembangan Harga Kopi Indonesia ... 39

4.5 Perkembangan Ekspor, Impor serta Neraca Perdagangan Kopi Indonesia ... 40

4.6 Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia dengan Jepang ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1 Analisis Pola dan Karakteristik Pergerakan Hara Kopi Indonesia, Internasional dan Jepang ... 43

5.2 Analisis Integrasi Pasar Kopi ... 45

5.2.1 Uji Stasioneritas Data ... 45

5.2.2 Penentuan Panjang Lag Optimum ... 47

5.2.3 Uji Kointegrasi Johansen ... 48

5.2.4 Estimasi Model Vector Error Correction Model (VECM) ... 51

5.2.5 Uji Kausalitas Granger ... 52

5.3 Pembahasan ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 63

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Nilai Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sub Sektor Tahun 2013 –

2017 (000 US$) ... 1

2. Nilai Ekspor Sub Sektor Perkebunan Tahun 2013 – 2017 (000 US$) ... 2

3. Volume Konsumsi Kopi di Asia Tahun 2013 – 2017 (Ton) ... 4

4. Nilai Ekspor Kopi Indonesia di Asia Tahun 2013 – 2017 (US$) ... 5

5. Nilai Impor Kopi Jepang dari Negara Asal Tahun 2013 – 2017 (US$) ... 7

6. Daftar Penelitian Terdahulu ... 19

7. Sumber Data dan Indeks Setiap Variabel ... 24

8. Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun 2008 - 2017 ... 36

9. Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Jenis Kopi yang Diusahakan Tahun 2008 – 2017 ... 37

10. Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun 2008 – 2017 ... 38

11. Produksi Kopi di Indonesia Menurut Jenis Kopi yang Diusahakan Tahun 2008 – 2017 ... 39

12. Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri Indonesia Tahun 2008 – 2016 ... 40

13. Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Kopi Indonesia Tahun 2007 – 2016 ... 41

14. Keragaman Harga Kopi Tahun 2008 – 2017 ... 44

15. Hasil Uji Stasioneritas Data ... 46

16. Hasil Pengujian Lag Optimum ... 47

17. Hasil Uji Kointegrasi Johansen Trace Statistic ... 49

18. Hasil Uji Kointegrasi Johansen Maximum Eigen Value ... 50

19. Hasil Estimasi Model VECM Jangka Panjang ... 51

20. Hasil Estimasi Model VECM Jangka Pendek ... 52

21. Hasil Uji Kausalitas Granger ... 53

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Volume Konsumsi Kopi Dunia Tahun 2013 - 2017 ... 3

2. Harga Kopi Arabika & Robusta Indonesia Tahun 2005 – 2017 ... 6

3. Kurva Perdagangan Internasional ... 15

4. Kerangka Pemikiran ... 23

5. Nilai Ekspor Kopi Indonesia ke Jepang Tahun 2008 – 2017 ... 42

6. Perkembangan Harga Kopi Indonesia, Internasional dan Jepang Tahun 2008 – 2017 ... 43

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Uji Stasioneritas Data Augmented Dicky Fuller Level ... 64

2. Uji Stasioneritas Data Augmented Dicky Fuller First Difference ... 67

3. Penentuan Panjang Lag Optimum ... 70

4. Uji Kointegrasi Johansen ... 71

5. Estimasi Model Model Vector Error Correction Model (VECM) ... 73

6. Analisis Kausalitas Granger ... 75

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan antar negara dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan perekonomian negaranya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan kegiatan perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalu sektor pertanian. Sub sektor pertanian yang menjadi sub sektor unggulan dalam ekspor di Indonesia yaitu perkebunan. Sub sektor perkebunan memiliki nilai rata – rata ekspor tertinggi dalam sektor pertanian dengan nilai US$ 28,6 juta per tahun dan memiliki persentase nilai ekspor terbesar dengan nilai 96 persen dari total nilai ekspor pada sektor pertanian (tabel 1).

Tabel 1. Nilai Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sub Sektor Tahun 2013 – 2017 (000 US$)

Subsektor Pertanian

Tahun (000 US$)

2013 2014 2015 2016 2017 Rata - rata

Perkebunan 29.476.882 29.722.483 26.813.884 25.537.517 31.815.012 28.673.156 Peternakan 592.799 587.801 443.433 543.292 625.144 558.494 Hortikultura 434.385 522.985 576.555 506.891 441.561 496.475 Tanaman

Pangan 185.960 205.531 212.285 142.464 170.885 183.425 Sumber : Statistik Pertanian (2018)

Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di sektor perkebunan antara lain: kelapa sawit, karet, kakao, kopi dan kelapa. Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi ekspor yang cukup tinggi adalah kopi.

(17)

ekspor per tahun sebesar 1 persen. Selain itu, kopi merupakan salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan keempat yang merupakan penghasil devisa negara setelah kelapa sawit, karet dan kakao (Kementerian Perdagangan, 2017).

Tabel 2. Nilai Ekspor Sub Sektor Perkebunan Tahun 2013 – 2017 (000 US$)

Subsektor Perkebunan

Tahun (000 US$)

2013 2014 2015 2016 2017 Rata - rata

Kelapa

Sawit 17.677.288 19.555.633 17.360.395 16.815.894 21.256.997 18.533.241 Karet 6.906.952 4.741.574 3.699.055 3.370.341 5.100.905 4.763.765 Kakao 1.151.485 1.244.530 1.307.771 1.239.621 1.120.252 1.212.732 Kopi 1.174.029 1.039.609 1.197.735 1.008.450 1.186.886 1.121.342 Kelapa 762.413 1.347.265 1.190.672 1.150.077 1.370.442 1.164.174 Sumber : Statistik Pertanian (2018)

Berdasarkan data United State Department of Agriculture dalam Dirjen Pertanian (2016) di antara negara – negara kawasan ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam. Sedangkan di dunia, Indonesia tercatat sebagai penghasil kopi terbesar ke empat setelah Brazil, Vietnam,dan Kolombia. Tetapi dalam hal ekspor kopi, Indonesia adalah eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.

(18)

Gambar 1. Volume Konsumsi Kopi Dunia Tahun 2013 – 2017

Sumber : International Coffee Organization (2019)

Selain itu, kebutuhan akan kopi semakin meningkat seiring dengan perkembangan konsumsi kopi dunia yang menunjukkan trend positif pada lima tahun terakhir. Konsumsi kopi di dunia juga meningkat dengan pertumbuhan sebesar 2 persen per tahun. Pertumbuhan konsumsi kopi paling tinggi terdapat pada wilayah Asia dengan persentase pertumbuhan rata – rata sebesar 3,5 persen per tahun dan yang paling rendah terdapat pada wilayah Amerika Tengah dan Meksiko dengan persentase pertumbuhan rata – rata 0,1 persen per tahun (gambar 1). Peningkatan konsumsi kopi di Asia tersebut menunjukkan bahwa pasar untuk komoditas kopi di Asia masih dapat terus berkembang dan menjadi potensi tujuan utama ekspor kopi Indonesia. Berdasarkan gambar 1, Asia merupakan wilayah dengan volume konsumsi kopi tertinggi setelah wilayah Eropa pada tahun 2013 - 2017. Selain itu, Asia mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya terutama pada tahun 2014 yang meningkat sebesar 6 persen.

- 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000 3,500,000,000

Afrika Asia Amerika Tengah &

Meksiko

Eropa Amerika Utara

Amerika Selatan

2013 2014 2015 2016 2017

(19)

Tabel 3. Volume Konsumsi Kopi di Asia Tahun 2013 – 2017 (Ton) Negara

Tahun (Ton)

2013 2014 2015 2016 2017

Rata - rata Jepang 450.060 455.640 467.400 1.546.500 1.566.720 897.264 Indonesia 250.020 259.980 270.000 279.000 282.000 268.200 Filipina 153.000 168.000 180.000 180.000 180.000 172.200 Vietnam 120.000 132.000 135.000 141.600 144.000 134.520 Korea

Selatan 112.380 117.780 129.660 133.380 135.480 125.736 India 126.000 132.000 135.000 86.400 88.200 113.520 Sumber : International Coffee Organization (2019)

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa beberapa negara di Asia seperti Jepang, Indonesia, Filipina, India, Vietnam dan Korea Selatan merupakan negara dengan konsumsi yang tertinggi pada wilayah Asia selama tahun 2013 – 2017. Dengan rata – rata konsumsi pertahunnya 897.264 ton pada negara Jepang, 268.200 ton pada negara Indonesia, 172.200 ton pada negara Filipina, 134.520 ton pada negara Vietnam, 116.175 ton pada negara Korea Selatan serta 113.520 pada negara India.

Jepang memiliki tingkat konsumsi kopi tertinggi di dalam wilayah Asia. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki peluang untuk menjadikan negara Jepang sebagai tujuan ekspor utama di wilayah Asia.

(20)

Tabel 4. Nilai Ekspor Kopi Indonesia di Asia Tahun 2013 – 2017 (US$)

Negara Tujuan

Tahun (US$)

2013 2014 2015 2016 2017 Rata - Rata

Jepang 102.908.963 101.350.431 104.952.850 86.504.450 82.401.249 95.623.589 Malaysia 73.818.767 54.574.322 67.202.709 67.352.389 82.054.352 69.000.508 Thailand 48.391.950 17.875.481 52.381.679 273.075 23.139.600 28.412.357 India 32.335.880 25.737.162 31.914.307 17.058.538 15.786.123 24.566.402 Sumber : United Nation Comtrade (2019)

Beberapa negara tujuan ekspor kopi Indonesia di dunia yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, Malaysia, Rusia, Thailand, Inggris, Mesir dan India (UNCOMTRADE, 2017). Salah satu negara yang merupakan pengimpor kopi terbesar dari Indonesia pada wilayah Asia adalah Jepang (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa Jepang merupakan mitra dagang utama pasar ekspor kopi Indonesia di wilayah Asia. Jepang adalah negara tujuan ekspor utama kopi Indonesia di wilayah Asia. Perdagangan kopi antara Indonesia dengan Jepang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap Jepang jika dilihat dari nilai ekspor kopi Indonesia ke Jepang dengan rata – rata nilai ekspor 95.623.589 US$ per tahun (Tabel 4).

(21)

Gambar 2. Harga Kopi Arabika & Robusta Indonesia Tahun 2005 – 2017

Sumber : BAPPEBTI (2018)

Perkembangan harga kopi Arabika pada pasar dalam negeri Indonesia berdasarkan data BAPPEBTI tahun 2005 – 2017 secara umum menunjukkan tren meningkat dengan rata – rata peningkatan 11 persen per tahun yaitu harga kopi Arabika Indonesia pada tahun 2005 mencapai Rp. 20.487 per kilogram dan tahun 2017 sebesar Rp. 54.227 per kilogram. Peningkatan harga kopi Arabika cukup signifikan pada tahun 2011 sebesar 48 persen dan 2014 sebesar 61 persen. Selain itu, perkembangan harga kopi Robusta Indonesia juga menunjukkan tren meningkat dengan rata – rata peningkatan 9 persen per tahun. Pada tahun 2005 harga kopi Robusta Indonesia hanya Rp. 6.473 per kilogram sedangkan pada tahun 2017 harga kopi Robusta Indonesia sebesar Rp. 25.034 per kilogram.

Peningkatan harga kopi Robusta juga signifikan pada tahun 2011 sebesar 25 persen. Indonesia sebagai negara importir kopi di wilayah Asia memiliki harga kopi yang tidak stabil selama tahun 2005 – 2017.

20,487 19,838

21,040 25,086

25,722 28,632 42,396

29,445 34,291

55,231 52,278

54,317 54,227

6,473 9,013

12,492 16,053 12,887 11,499

15,366 18,528 17,504 21,640 19,950 20,152

25,034

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Arabika Robusta

(22)

Tabel 5. Nilai Impor Kopi Jepang dari Negara Asal Tahun 2013 – 2017 (US$)

Negara Tahun (US$)

2013 2014 2015 2016 2017 Rata - rata

Brazil 538.134.144 437.297.294 501.825.838 432.027.155 378.775.414 457.611.969 Colombia 221.808.623 246.212.035 295.608.057 226.462.108 266.800.144 251.378.193 Vietnam 169.331.343 164.984.864 155.550.570 178.290.109 198.071.523 173.245.682 Guatemala 142.810.778 106.674.502 140.824.989 149.396.275 123.084.231 132.558.155 Indonesia 115.614.685 103.903.185 111.079.383 86.728.404 91.453.549 101.755.841 Sumber : United Nation Comtrade (2019)

Sedangkan Jepang sebagai importir tidak memiliki ketergantungan terhadap Indonesia dilihat dari nilai impor kopi Indonesia pada Jepang. Indonesia menduduki peringkat ke lima setelah Brazil, Kolombia, Vietnam dan Guatemala dengan rata – rata nilai impor 101.755.841 US$ pertahunnya. Perbedaan yang dapat terlihat dari perdagangan kopi di antara kedua negara tersebut menunjukkan bahwa Jepang sebagai importir tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap impor kopi dari Indonesia sedangkan Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi jika dilihat dari nilai ekspor kopi ke Jepang yang menduduki posisi pertama pada wilayah Asia dan posisi kedua pada wilayah dunia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan urai di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola dan karakteristik pergerakan harga kopi di pasar Indonesia, Jepang serta Internasional?

(23)

2. Bagaimana integrasi yang terjadi antara pasar kopi Indonesia, Jepang serta Internasional?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Menganalisis pola dan karakteristik pergerakan harga kopi Indonesia, Jepang serta Internasional.

2. Menganalisis integrasi yang terjadi antara pasar kopi Indonesia, Jepang serta Internasional.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk menambah wawasan tentang penelitian dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Agribisnis di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan pertanian di masa yang akan datang.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan pembanding bagi pemecahan masalah yang sama.

(24)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis pergerakan atau perilaku pasar kopi Indonesia dan Jepang yang ditinjau dari sisi jumlah ekspor dan harga kopi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Error Correction Model (VECM) yaitu untuk mengetahui seberapa besar integrasi yang terjadi pada pasar kopi Indonesia dengan pasar kopi Jepang.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Kopi di Indonesia

Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%) dan sisanya kopi arabika. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun, penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di Pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi jawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun.

Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang sangat besar. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut saat itu. Namun, tidak ada yang berhasil secara memuaskan. Oleh karena itu, sejak tahin 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian, terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabiika menjadi jenis kopi robusta. Kopi arabika yang tersisa umumnya hanya ditanam di dataran tinggi ( 1.000 mdpl). Hal ini disebabkan oleh kurang intensifnya tingkat serangan jamur H. vastatrix pada elevasi 1.000 mdpl atau lebih. Tanaman kopi arabika masih mampu bertahan dan berproduksi cukup baik

(26)

di daerah dengan ketinggian tersebut. Berbeda dengan kopi arabika, kopi robusta umumnya dibudidayakan di lahan dengan elevasi 0 – 1.000 mdpl.

Adapun hal lain yang mendorong masuknya kopi robusta ke Indonesia adalah pembelian benih robusta oleh perusahaan perkebunan yang bernama

“Cultuur Mij. Soember Agoeng” tahun 1900 dari I’Horticule Coloniale yang berkeduudukan di Brussel. Benih – benih untuk menghasilkan bibit tersebut didatangkan dari kongo Belgia (sekarang Zaire) yang terletak di Afrika Barat.

Tepat pada tanggal 10 September 1900 bibit – bibit kopi robusta diterima di Kebun Soember Agoeng. Perusahaan perkebunan tersebut berkantor di kota s’Gravenhage di Belanda dan mengelola perkebunan Soember Agoeng, Wringin Anom, dan Kali Bakar yang berlokasi di daerah Dampit, sekitar 40 km dari kota Malang arah tenggara.

Upaya memasukkan kopi robusta ke Indonesia juga dilakukan oleh gabungan pengusaha perkebunan di wilayah Kediri (“Kedirische Landbouw Vereniging”) pada tahun 1901. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun tersebut juga memasukkan kopi robusta ke Kebun Percobaan milik Pemerintah Hindia Belanda (Governement Proeftuin) di Bangelan dekat Malang untuk keperluan penelitian. (Rahardjo, 2012)

2.2. Perdagangan Kopi Indonesia

Rantai perdagangan kopi yang paling sederhana adalah dari petani sebagai penghasil biji kopi yang dijual kepada pedagang pengumpul dalam jumlah kecil,

(27)

kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar, dan dari pedagang besar dijual kepada pengusaha kopi atau eksportir kopi.

Umumnya pola perdagangan kopi dipengaruhi oleh tingkat kelancaran transportasi, terutama di daerah terpencil. Daerah dengan transportasi yang cukup lancer keberadaan pedagang pengumpul kecil berkurang dan petani biasanya langsung ke pedagang besar. Misalnya, penjualan biji kopi robusta dari petani di Kec. Silo, Kab. Jember ke eksportir melalui jalur – jalur sebagai berikut.

a. Jalur 1 : petani-pedagang pengumpul-pengepul-eksportir

b. Jalur 2 : petani-pedagang pengumpul-pedagang antarkota-eksportir

c. Jalur 3 : petani-pedagang pengumpul-pengepul-pedagang antarkota-eksportir Kopi merupakan komoditas ekspor karena sekitar 60 persen dari jumlah produksi kopi nasional diekspor, dan sisanya dikonsumsi serta disimpan oleh pedagang dan eksportir sebagai cadangan apabila terjadi gagal panen.

Konsekuensi dari besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan pada kondisi dan situasi pasar kopi dunia. Negara tujuan utama ekspor kopi dari Indonesia adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang.

Dalam International Coffee Agreement 2001 disepakati nama dan bentuk kopi yang diperdagangkan secara internasional, yaitu sebagai berikut.

1. Green coffee (kopi hijau) adalah kopi yang sudah dikupas dan belum disangrai.

2. Dried coffee cherry (buah kopi kering) adalah buah kopi dari pohon yang sudah dikeringkan.

(28)

3. Parchment coffee (kopi dengan kulit tanduk) adalah biji kopi hijau yang masih memiliki kulit tanduk.

4. Decaffeinated coffee (kopi dekafein) adalah kopi hijau atau kopi yang sudah disangrai atau kopi yang bisa dilarutkan dengan kandungan kafein sudah diekstrak.

5. Liquid coffee (kopi cair) adalah bentuk kopi yang sudah disangrai yang diubah bentuknya menjadi bentuk cair dengan air.

6. Soluble coffee (kopi dapat larut) adalah kopi yang berasal dari kopi sangrai yang dibentuk menjadi padat yang bisa dicairkan dengan air (sejenin kopi instan).

Ekspor kopi Indonesia tidak hanya bentuk biji, tetapi bentuk kopi olahan, antara lain kopi sangrai, kopi bubuk, dan kopi terlarut. Namun, ekspor produk olahan kopi Indonesia (bentuk kopi bubuk) masih sangat kecil, kurang dari 1%

dibandingkan dengan ekspor biji kopi yang mencapai 99,8% (468.749 ton tahun 2008). Oleh karena itu, perlu diversifikasi produk yang dapat dikembangkan pada skala usaha kecil dan menengah (UKM) serta skala besar. Teknologi pengolahan kopi relatif sederhana dan dapat dirancang dalam berbagai skala usaha sehingga nilai tambahnya dapat dinikmati oleh petani pengolah kopi.

Sebagai konsekuensi dan perbaikan mutu fisik dan cita rasa kopi biji arabika dari pengolahan basah adalah kenaikan harga kopi biji arabika ditingkat petani.

Selisih harga antara harga jual kopi arabika hasil pengolahan basah dan pengolahan kering pada masing – masing tahun produksi masih lebih tinggi

(29)

biasanya menjual kopi biji melalui para pedagang pengumpul di tingkat desa, tengkulak, pedagang besar, dan baru ke eksportir, petani dapat memperoleh nilai tambah dari penjualan.

Adapun peluang pasar kopi baru yang perlu diraih, yaitu kopi spesialiti (specialty coffee). Kopi spesialti termasuk kopi organik. Kopi organik adalah kopi yang diproduksi dengan mengikuti paham pertanian berkelanjutan. Kopi spesialti dari Indonesia dikenal dengan nama geografis tempat produk tersebut dihasilkan, seperti kopi toraja (toraja coffee) dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan; kopi jawa (java coffee) berasal dari Pegunungan Ijen, Bondowoso, Jawa Timur; kopi gayo (gayo coffee) berasal dari Takengon, Banda Aceh; dan kopi bali kintamani (bali kintamani coffee) dari Kintamani, Bangli, Bali.

Kopi – kopi spesialti dari Indonesia diperdagangkan dengan premium harga yang cukup tinggi sehingga komoditas ini rawan terhadap praktik perdagangan yang tidak sehat. Untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan, produk yang dimiliki reputasi dan harga tinggi perlu dilindungi hukum. Produk – produk yang memiliki mutu baik dan karakter khas yang sangat terkait kondisi geografis tempat produk tersebut dihasilkan dapat diberi perlindungan Indikasi-geografis berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia (UURI) No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. (Rahardjo, 2012)

(30)

2.3. Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional menganalisa dasar – dasar terjadinya perdagangan internasional serta serta keuntungan yang diperoleh. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan – alasan serta pengaruh pembatasan perdagangan, serta hal – hal menyangkut proteksionisme baru. Pasar valuta asing merupakan kerangka kerja terjadinya pertukaran mata uang sebuah negara dengan mata uang negara lain, sementara neraca pembayaran mengukur penerimaan total sebuah negara – negara lainnya di dunia dan total pembayaran ke negara – negara lain tersebut. (Salvatore, 1996)

Gambar 3. Kurva Perdagangan Internasional

Sumber : Krugman dan Obstfeld (2000)

Pada titik ekuilibrium 1 pada gambar 3.

Permintaan dalam negeri – Penawaran dalam negeri = Penawaran luar negeri – Permintaan luar negeri

Permintaan dalam negeri + Permintaan luar negeri = Penawaran dalam negeri + Penawaran luar negeri

PA*

P2 P1

S1 P

Q P P

Q Q S2 D2 D1

S

D

P2 P1

D*

S*

D*2 D*1 S*1S*2 PA

PA*

PW

w

QW

XS

MD PA

1

Impor Perdagangan Internasional Ekspor

(31)

Permintaan dunia = Penawaran dunia

Kurva impor tersebut menunjukkan bahwa apabila kita menaikkan harga permintaan impor turun. penawaran dan permintaan dalam negeri sama dengan tidak adanya perdagangan. Pada kurva ekspor menunjukkan luar negeri menaikkan kuantitas yang mereka tawarkan dan kuantitas penawaran yang tersedia untuk ekspor meningkat, penawaran dan permintaan sama dengan tidak adanya perdagangan. Titik keseimbangan pasar dunia terjadi ketika permintaan impor dalam negeri sama dengan penawaran ekspor luar negeri. Dengan harga PW di mana dua kurva melintang, penawaran dunia sama dengan dunia permintaan.

Pada titik ekuilibrium 1 pada gambar 3.

2.4. Analisis Integrasi Pasar

Menurut Fackler & Goodwin (2001) integrasi pasar adalah sejauh mana harga guncangan di satu lokasi ditransmisikan ke lokasi lain. Integrasi atau keterpaduan pasar merupakan salah satu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga. Perdagangan internasional memiliki keterkaitan yang erat dengan integrasi pasar. Pasar yang saling melakukan perdagangan kemungkinan besar akan terpadu atau terintegrasi satu sama lain (Fazaria, 2016).

Menurut Baffes J. dan Bruce G. (2003) pasar dapat dikatakan terintegrasi apaila perubahan harga yang terjadi di pasar dunia tersebut langsung diteruskan dan direfleksikan ke pasar dalam negeri. Dengan kata lain pola harga yang ditunjukkan harus sama. Sebuah sistem pasar yang terintegrasi secara efisien akan memiliki hubungan yang positif antara harganya di wilayah pasar yang berbeda.

(32)

Selanjutnya jika perdagangan terjadi pada dua wilayah yang berbeda dan harga di daerah yang mengimpor sebanding dengan harga di daerah yang mengekspor ditambah dengan biaya yang diperlukan, maka kedua pasar tersebut dapat dikatakan telah terintegrasi.

Menurut Asmarantaka (2009) menyatakan bahwa integrasi pasar merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan (pasar pada tingkat yang lebih tinggi seperti pedagang eceran) akan menyebabkan terjadinya perubahan pada pasar pengikutnya (misalnya pasar di tingkat petani). Integrasi pasar terjadi ketika harga antara lokasi yang berbeda atau barang-barang dan hubungannya nyata, maka dapat dikatakan bahwa pasar-pasar tersebut terintegrasi. Dengan demikian integrasi pasar merupakan indikator yang menjelaskan berapa seberapa besar pasar yang berbeda terhubung satu sama lain.

Pasar yang dikatakan terintegrasi apabila perubahan pada salah satu tingkat pasar disalurkan atau ditransfer ke pasar lain. Integrasi pasar menjelaskan mengenai keterkaitan antara suatu pasar dengan pasar lainnya dilihat dari hubungan pada harga – harga dalam pasar tersebut. Keterkaitan atau integrasi antara dua pasar dapat terjadi hanya satu arah akibat suatu pasar dapat memengaruhi pasar lainnya namun hal tersebut tidak terjadi sebaliknya (Mahayana, 2016).

Integrasi pasar dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu integrasi pasar spasial dan integrasi pasar vertikal. Integrasi pasar spasial adalah tingkat keeratan hubungan antara pasar regional dengan pasar regional lainnya. Sedangkan integrasi pasar vertikal adalah tingkat keeratan hubungan antara suatu lembaga

(33)

pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam satu rantai pemasaran (Bustaman, 2003).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak meneumkan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

(34)

Tabel 6. Daftar Penelitian Terdahulu

Judul Nama Tahun Jenis Persamaan dan Perbedaan

Analisis Daya Saing dan Integrasi Pasar Lada

Indonesia di Pasar Internasional

Dewi Asrini

Fazaria 2016 Thesis

Persamaan : Penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama yaitu VAR/VECM untuk menganalisis integrasi pasar Perbedaan : Penelitian Fazaria (2016), komoditas yang digunakan berbeda dan penelitian ini disertai dengan analisis daya saing

Integrasi Pasar dan Dampak Kebijakan Non

Tarif Terhadap Permintaan Ekspor dan Daya Saing Kopi

Indonesia di Pasar Internasional

Agustina Sylvanie Mori

Muzendi

2014 Thesis

Persamaan : Penelitian ini menggunakan alat analisis uji kointegrasi untuk menganalisis integrasi pasar. Selain itu, penelitian Muzendi (2014), menggunakan data deret waktu (time series)

Perbedaan : Penelitian Muzendi (2014), integrasi di pasar internasional maka negara yang di ambil tidak spesifik berdasarkan besarnya volume konsumsi dunia di beberapa wilayah dunia dan penelitian ini disertai dengan analisis daya saing

Analisis Integrasi Pasar Karet Alam Antara Produsen Utama dengan

Pasar Berjangka Singapura dan Jepang

Indah

Nurhidayati 2015 Thesis

Persamaan : Penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama yaitu VAR/VECM untuk menganalisis integrasi pasar.

Perbedaan : Penelitian Nurhidayati (2015), menggunakan komoditas karet alam.

Analisis Integrasi Pasar Andrian Persamaan : Tujuan dari penelitian Bustaman (2003)

(35)

Bustaman Perbedaan : Penelitian Bustaman (2003) tidak menggunakan VAR/VECM. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi model

Analisis Integrasi Pasar dan Transmisi Harga

Kedelai Indonesia dengan Kedelai Dunia

Ratna Anita

Carolina 2016 Thesis

Persamaan : Tujuan dari penelitian Carolina (2003) menganalisis integrasi pasar

Perbedaan : Penelitian Carolina (2003) tidak menggunakan VAR/VECM. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi model Ravallion

(36)

2.6. Kerangka Pemikiran

Analisis integrasi pasar kopi Indonesia dilakukan untuk mengetahui potensi ekspor kopi Indonesia terhadap beberapa negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia di Asia pada masa yang akan datang. Menganalisis pola data harga juga bertujuan untuk melihat potensi Indonesia sebagai negara produsen terhadap stabilitas harga kopi itu sendiri. Selain itu untuk mengetahui persentase perubahan harga yang terjadi di pasar ekspor tersebut terhadap harga kopi Indonesia. Analisis integrasi pasar kopi Indonesia menggunakan indikator harga kopi pada negara pemasok terhadap harga kopi negara tujuan ekspor.

Langkah pertama adalah mengidentifikasi negara – negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia di wilayah Asia. Negara yang merupakan tujuan ekspor utama kopi Indonesia adalah negara Jepang. Setelah itu, mengumpulkan data – data terkait harga pada pasar kopi Indonesia, Internasional serta Jepang secara deret waktu. Untuk menentukan seberapa besar fluktuasi yang terjadi pada harga kopi di masing – masing negara menggunakan alat analisis koefisien variasi.

Semakin besar nilai koefisien variasi maka harga semakin mengalami fluktuasi.

Data deret waktu biasanya bersifat tidak stasioner. Oleh karena itu, penelitian dimulai dengan menguji stasioneritas data menggunakan aplikasi e-views. Uji stasioneritas data menggunakan uji akar unit Augmented Dickey Fuller (ADF).

Apabila pengujian pada tingkat level data stasioner, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya uji korelasi dan dilanjutkan uji VAR (Vector Autoregression)

(37)

independen. Tetapi jika pengujian pada tingkat level data tidak stasioner, dapat dilanjutkan uji stasioner pada tingkat first difference. Apabila stasioner pada tingkat first difference, dilanjutkan dengan uji kointegrasi untuk melihat terda[at atau tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel dependen dan independen.

Selanjutnya, untuk melihat seberapa pengaruh dan besarnya variabel dependen terhadap independen dilanjutkan dengan uji VECM (Vector Error Correction Model). Pada uji VECM, dapat dilihat juga hubungan yang terjadi pada jangka pendek dari variabel dependen terhadap variabel independen tersebut. Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

(38)

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Harga Kopi

Indonesia Harga Kopi

Internasional

Analisis pola pergerakan harga

kopi Indonesia, Jepang serta Internasional

Kesimpulan dan Saran Potensi Ekspor Kopi ke Negara Tujuan Utama di Asia

Harga Kopi Jepang

Analisis integrasi pasar kopi Indonesia, Jepang

serta Internasional Koefisien

Variasi Stasioner

Level

Uji Stasioneritas

Data

Stasioner First Differrence Uji

Korelasi Uji

Kointegrasi

VAR VECM

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan sumber data yang digunakan merupakan data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) bulanan. Data yang digunakan dibatasi dari tahun 2008 sampai 2017. Data yang digunakan diperoleh dari instansi – instansi terkait secara online. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga kopi Indoneseia, harga kopi Internasional serta harga kopi Jepang. Data harga kopi Internasional dipilih karena merupakan acuan atau gambaran umum harga dari negara – negara yang terlibat dalam perdagangan Internasional kopi secara keseluruhan.

Tabel 7. Sumber data dan indeks setiap variabel

Variabel Sumber Data Indeks Variabel

Harga Kopi Indonesia BAPPEBTI PIDN

Harga Kopi Internasional World Bank PINT

Harga Kopi Jepang KEMENDAG PJPN

Sumber : Data diolah (2018)

3.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deksriptif digunakan untuk menganalisis gambaran perkembangan harga kopi Indonesia, harga kopi Internasional, serta harga kopi Jepang. Analisis deskriptif dengan menggunakan analisis pemusatan dan keragaman harga serta pembahasan interpretasi hasil pengolahan data. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

(40)

model Vector Error Correction Model (VECM) menggunakan software E Views 9. Analisis dengan pendekatan model VAR/VECM mencakup tiga analisis utama, yaitu uji kausalitas Granger, impulse response function (IRF), dan variance decomposition (VD). Sebelum sampai pada analisis VAR/VECM ada beberapa prosedur yang akan digunakan dalam studi ini, yaitu uji stasioneritas, penentuan lag optimal, dan uji kointegrasi.

3.2.1. Koefisien Variasi

Menurut Sugiarto (2006), koefisien variasi merupakan ukuran variasi relatif yang bertujuan membandingkan variasi dari beberapa gugus data yang mempunyai satuan berbeda. Koefisien variasi (KV) bebas dari satuan data aslinya dan tidak tergantung pada unit pengukuran yang digunakan. Karena KV tidak mempunyai satuan, maka parameter – parameter yang sama dari kondisi yang memiliki unit pengukuran berbeda pun dapat dibandingkan. Koefisien diperoleh dengan formula berikut.

KV = x 100%

Keterangan :  : standar deviasi

 : rata - rata

Menganalisis variasi harga kopi dilakukan dengan menggunakan koefisien variasi. Koefisien variasi dari data harga seara runtun waktu menggambarkan fluktuasi (simpangan terhadap rata – rata) yang digunakan untuk mengetahui stabilitas harga suatu komoditas (Nuraeni et al, 2016). Semakin kecil nilai koefisien variasi dapat diintepretasikan bahwa harga relatif stabil. Begitupun

(41)

harga mengalami fluktuasi. Harga dapat dikatakan stabil apabila nilai koefisien variasi harganya berada pada kisaran 5-9%. Jika nilai koefisien variasi lebih dari 9% mengindikasikan harga berfluktuasi dan tidak stabil (Kemendag dalam Nuraeni et al, 2016).

3.2.2. Uji Stasioneritas Data

Data harga dengan menggunakan deret waktu (time series) pada umumnya bersifat tidak stasioner. Data yang tidak stasioner akan menghasilkan estimasi parameter yang semu (spurious regression). Bila regresi semu ini diintepretasikan akan menghasilkan analisis yang salah yang berakibat pada salahnya kebijakan yang diambil (Brooks dalam Nuraeni et al, 2016). Kestasioneran data merupakan kondisi yang diperlukan dalam analisis data deret waktu karena dapat memperkecil kekeliruan model.

Uji stasioneritas pada penelitian ini menggunakan uji akar unit Augmented Dickey Fuller (ADF). Misalkan secara matematis dengan model pendiferensian dapat dituliskan sebagai berikut :

∆ = + +

dimana t merupakan first difference dari Yt, dengan asumsi bahwa data timeseries sebelum melakukan first difference adalah nonstasioner, namun pengujian stasioneritas yang dilakukan akan tetap dilakukan pada data awal sebelum diferensiasi. Hipotesis ujinya adalah :

H0: = 0 (data bersifat tidak stasioner) H1: < 0 (data bersifat stasioner)

Jika nilai mutlak tstatistik> nilai mutlak ttabelDickey – Fuller, maka keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang berarti data bersifat stasioner. Apabila nilai

(42)

mutlak tstatistik < nilai mutlak ttabel maka data bersifat tidak stasioner. (Mahayana, 2016)

3.2.3. Penentuan Lag Optimal

Penentuan lag yang optimal diperlukan untuk melihat pengaruh dari setiap variabel terhadap variabel lain dalam model VAR. Nilai dari lag suatu variabel dapat berpengaruh terhadap variabel lainnya dikarenakan dibutuhkan waktu bagi suatu variabel untuk merespon pergerakan dari variabel lainnya. Penentuan panjangnya lag optimal pada penelitian ini menggunakan Akaike Information Criteria (AIC) dengan persamaan berikut ini.

AIC = − 2 ⁄ + 2 ⁄ Keterangan : l : log likehood

k : jumlah variabel dalam persamaan T: jumlah observasi

3.2.4. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan apabila variabel – variabel harga yang diteliti tidak terintegrasi pada level I(0). Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi integrasi dalam jangka panjang atau tidak. Uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Johansen, dimana uji ini dapat digunakan untuk melihat jumlah kointegrasi antar variabel (Rosadi dalam Nuraeni et al, 2016). Jika terdapat persamaan kointegrasi yang terdapat pada variabel – variabel tersebut maka analisis dapat dilanjutkan dengan melakukan estimasi restricted VAR atau VECM. Untuk pengujian hipotesis ini dapat digunakan uji statistik trace (trace statistic) atau maximum eigenvalue dengan persamaan berikut.

(43)

= Σ ln(1 − ) ( , + 1) = − ln( )

dimana r merupakan jumlah vektor dari vektor kointegrasi pada kointegrasi pada hipotesis nul dani adalah estimasi nilai ke i ordo eigenvalue dari matriks. Jika uji statistik lebih besar dari tabel Johansen critical value maka tolak H0 yang berarti terdapat vektor kointegrasi r antar variabel bebas. Hipotesisnya dapat dituliskan sebagai berikut.

H0: r = 0 versus H1: r = 1 H0: r <= 1 versus H1: r = 2 H0: r <= 2 versus H1: r = 3

Hipotesis tersebut dapat diuji melalui alur dari awal yaitu jika H0 : r = 0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat vektor berkointegrasi dan tahapan berikutnya tidak dilanjutkan, sebaliknya jika H0 : r = 0 ditolak, maka dapat diartikan bahwa terdapat satu vektor berkointegrasi dan uji hipotesis akan diteruskan sampai hipotesis H0tidak ditolak. Nilai – nilai trace test (trace(r)) dan maximum eigenvalue test (max), serta critical value diperoleh dari hasil pengolahan dengan menggunakan software.

3.2.5. Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas merupakan pengujian untuk menentukan hubungan sebab akibat antar variabel dalam sistem VAR. Hubungan sebab akibat ini akan diuji dengan Uji Kausalitas Granger (Ansofino et al, 2016). Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat apakah dua variabel memiliki hubungan timbal balik atau tidak. Dengan kata lain, apakah satu variabel memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel lainnya, karena setiap variabel dalam penelitian mempunyai

(44)

kesempatan untuk menjadi variabel endogen maupun eksogen (Nuraeni et al, 2016). Bentuk persamaan uji kausalitas dapat dituliskan sebagai berikut.

= + +

= + +

Persamaan di atas menunjukkan hubungan di antara kedua variabel tersebut, jika X mempengaruhi Y, maka variabel X dan lagnya akan memberikan kontribusi tambahan penjelasan terhadap variasi Ytdan berlaku juga sebaliknya.

Uji kausalitas menggunakan pendekatan VEC Granger Causality Test. Uji kausalitas dilakukan dengan membandingkan nilai p-value dengan nilai taraf nyata uji yaitu sebesar 0,05. Jika p-value kurang dari 0,05 maka disimpulkan tolak hipotesis nul dan berarti variabel X bukan merupakan penyebab variabel Y.

3.2.6. Uji Vector Autoregression (VAR)

Dalam konteks ekonometrika modern, VAR termasuk ke dalam multivariate time series analysis (Firdaus, 2011). VAR menyediakan cara yang sistematis untuk menangkap perubahan yang dinamis dalam multiple time series, serta memiliki pendekatan yang kredible dan mudah untuk dipahami bagi pendeskripsian data, forecasting (peramalan), inferensi struktural, serta analisis kebijakan (Stock dan Watson, 2001).

Menurut Arsana (2005), alat analisa yang disediakan oleh VAR bagi deskripsi data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebijakan dilakukan

(45)

Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), dan Granger Causality Test. Forecasting merupakan nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel. Sementara, Impulse Response Function (IRF) melacak respons saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) merupakan prediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu. Sedangkan, Granger Causality Test bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab – akibat antarvariabel.

Model VAR dalam bentuk standar jika dituliskan dalam bentuk notasi adalah sebagai berikut :

= + +

Di mana :

= vektor berukuran (n1) yang berisikan n variabel yang terdapat dalam sebuah model VAR

= vektor intersep berukuran (n1)

= matriks koefisien/ parameter berukuran (nn) untuk setiap i = 1,2,…,P

= vektor error berukuran (n1)

Sedangkan formulasi model dasar VAR dalam bentuk matriks untuk analisis integrasi pasar kopi adalah sebagai berikut :

= + +

Di mana :

PIDN = Harga Kopi Indonesia  = konstanta

PINT = Harga Kopi Internasional e = error

PJPN = Harga Kopi Jepang t = waktu

(46)

3.2.7. Uji Vector Error Correction Model (VECM)

Vector Error Correction Model (VECM) yaitu bentuk VAR yang terestricksi karena data tidak stasioner namun terkointegrasi (Ansofino et al, 2016). Model VECM merupakan model VAR non struktural yang juga disebut dengan VAR terestriksi karena merestriksi perilaku hubungan jangka panjang antar variabel agar koveregen dalam hubungan kointegrasi tetapi tetap membiarkan perubahan – perubahan dinamis dalam jangka pendek. Istilah error correction digunakan karena adanya koreksi secara bertahap melalui penyesuaian jangka pendek terhadap deviasi dari equilibrium model jangka panjang (Hidayanto dalam Fazaria, 2016). Secara umum persamaan model VECM dapat dituliskan sebagai berikut.

∆Y = Γ Y − γβY + ε

Dimana : G :Koefisien hubungan jangka pendek

 : Kofisien hubungan jangka panjang

: Kecepatan menuju keseimbangan (speed of adjustment)

3.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna menunjukkan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen.

Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengerahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah – langkah pengujian dengan

(47)

1) Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi 0.05 atau 5 persen artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95 persen atau toleransi kesalahan 5 persen.

2) Menghitung Uji t

1 − Keterangan

r : koefisien korelasi n : jumlah sampel

3) Kriteria Pengambilan Keputusan

H0ditolak jika t statistik < 0.05 atau thitung> ttabel

H0diterima jika t statistik > 0.05 atau thitung< ttabel Nilai ttabeldidapat dari : df = n–k-1

Keterangan

n : jumlah observasi k : variabel independen 3.4. Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat signifikansi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 5 persen atau 0.05 karena dinilai cukup untuk menguji hubungan antara variabel – variabel yang diuji atau menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Tingkat signifikansinya 0.05 artinya adalah kemungkinan besar dari hasil

(48)

penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95 persen atau toleransi kesalahan sebesar 5 persen.

(49)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1. Sejarah Tanaman Kopi di Indonesia

Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi arabika berasal dari Afrika, yaitu dari daerah pegunungan di Ethiopia. Namun demikian, kopi arabika baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Jazirah Arab. Melalui para saudagar arab, minuman tersebut menyebar ke daratan lainnya (Rahardjo, 2012). Adapun klasifikasi kopi adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Kopi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan penghasil biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (suku kopi – kopian)

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp. [Coffea arabica L. (kopi arabika, Coffea canephora var. robusta (kopi robusta), Coffea liberica (kopi liberika), Coffea excelsa (kopi excelsa)] (Rahardjo, 2012).

(50)

Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi Robusta (90%) dan sisanya kopi arabika. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika. Namun, penanaman jenis kopi ini kurang berhasil. Tahun 1699 pemerintah Hindia Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di Pulau Jawa. Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi jawa (java coffee) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun (Rahardjo, 2012).

Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan dan kematian tanaman serta kerugian hasil yang sangat besar. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut saat itu. Namun, tidak ada yang berhasil secara memuaskan. Oleh karena itu, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian, terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi jenis kopi robusta (Rahardjo, 2012).

(51)

4.2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia

Sistem pengusahaan kopi di Indonesia sebesar 96 persen merupakan perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8, dimana luas areal untuk kopi perkebunan rakyat dari tahun 2008 hingga 2017 mendominasi luas areal kopi Indonesia. Rata – rata laju pertumbuhan luas areal kopi di Indonesia periode 2008 – 2017 tidak mengalami peningkatan yang signifikan bahkan cenderung menurun dengan rata – rata penurunan 0,6 persen per tahun.

Tabel 8. Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status Pengusahaan Tahun 2008 – 2017

Tahun

Luas Areal (Ha) Perkebunan

Rakyat

Perkebunan Besar Negara

Perkebunan Besar Swasta

Total Perkebunan

Indonesia

2008 1.236.842 22.442 35.826 1.295.110

2009 1.217.506 22.794 25.935 1.266.235

2010 1.162.810 22.681 24.873 1.210.364

2011 1.184.967 22.572 26.159 1.233.698

2012 1.187.669 22.565 25.056 1.235.290

2013 1.194.081 22.556 25.076 1.241.713

2014 1.230.495 22.369 24.462 1.277.326

2015 1.183.244 22.366 24.391 1.230.001

2016 1.180.556 22.509 25.447 1.228.512

2017 1.179.769 22.525 25.493 1.227.787

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017)

Selain itu, jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan terlihat pada tabel 9 bahwa mayoritas perkebunan kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta dengan persentase sebesar 75 persen dari total keseluruhan kopi yang ditanam pada periode 2008 – 2017. Selain itu, rata – rata laju pertumbuhan luas areal kopi arabika cenderung mengalami peningkatan sebesar 2 persen per tahun, sedangkan

(52)

rata – rata laju pertumbuhan luas areal kopi robusta mengalami sedikit penurunan sebesar 2 persen per tahun. Hal ini dikarenakan permintaan kopi arabika dipasaran saat ini terus berkembang, baik di pasar domestik atau di pasar luar negeri. Selain itu, kopi arabika memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan robusta.

Oleh karena itu sejumlah petani memanfaatkan keadaan ini untuk memulai budidaya kopi arabika (Sitanggang, 2016).

Tabel 9. Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Jenis Kopi yang Diusahakan Tahun 2008 – 2017

Tahun Luas Areal (Ha)

TOTAL

Arabika Robusta

2008 285.897 1.009.213 1.295.110

2009 281.397 984.838 1.266.235

2010 251.583 958.782 1.210.365

2011 293.514 940.184 1.233.698

2012 293.582 940.400 1.233.982

2013 325.659 916.053 1.241.712

2014 330.687 899.808 1.230.495

2015 330.374 899.628 1.230.002

2016 330.536 898.776 1.229.312

2017 330.498 898.144 1.228.642

Sumber : Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (2017)

4.3. Perkembangan Produksi Kopi Indonesia

Volume produksi kopi di Indonesia berdasarkan status pengusahaan yang diusahakan oleh rakyat merupakan produksi yang terbesar dibandingkan dengan perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta dengan persentase sebesar 95 persen dari total seluruh produksi dari tahun 2008 – 2017. Rata – rata laju pertumbuhan produksi kopi mengalami stagnansi dan ada sedikit penurunan

Referensi

Dokumen terkait

Buku Panduan Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah Universitas Gresik adalah merupakan standar dan pedoman bagi mahasiswa dan dosen yang menginformasikan, mendiseminasikan, dan /

Es gibt verschiedene Typen von Aufgaben: die Schüler sollen verschiedene Sätze vollenden, selbst etwas schreiben, einen Hörtext hören und danach eine Aufgabe lösen, in einer

Sedangkan taksonomi genotype disusun berdasarkan jumlah STR yang berulang pada setiap lokus tersebut yang dikatakan sebagai allele. Jumlah STR akan berbeda-beda sesuai dengan

buckling.Kegagalan panel kayu dengan perkuatan single bracing tulangan baja akibat pengujian siklik dapat dilihat pada Gambar 9. Pola kegagalan panel kayu tipe B hasil

Upaya untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan media oleh penyuluh dapat ditempuh melalui: (a) memfasilitasi kemudahan bagi penyuluh untuk mengakses media massa yang sesuai

Kasus serupa ini, memberikan gambaran bahwa tidak seluruh mahasiswa praktikan, memiliki kesiapan prima untuk menjalani proses praktek profesi, dan atau menjalani tugas

Penelitian ini bermanfaat bagi penulis karena dapat memahami jenis traumatik yang dialami oleh Tanaka Makoto, dianalisis dengan ilmu psikologi abnormal menurut Diagnostic

Jumlah air yang perlu di tambahkan untuk pencampuran castable adalah salah satu hal yang sangat penting dalam instalasi atau pemasangan refractory, khususnya untuk tipe Low