• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN

B. Saran

c. Pembinaan yang masih kurang terpadu.21

Dari sekian banyak faktor yang ada, tentu tidak ada sebuah program yang dapat berjalan sempurna, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita berusaha untuk mendekati

sebuah kesempurnaan tersebut dengan cara menggunakan SDM yang berkualitas dan berdedikasi tinggi agar program pemberdayaan yang kita lakukan berjalan dengan efektif.

6. Indikator Pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

21Djabarudin Djohan, “Pokok-pokok Kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (dalam Mencari Bentuk dan Metode Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Sektor Informal), (Jakarta: Friedrich Institute, 1994) h. 6

perubahan sosial, yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan da kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, mauoun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Sedangkan indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakatadalah sebagai berikut:

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin,

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya,

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin kuatnya permodalan kelompok, makin rapih sistem administrasi kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya, jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan

mampu mensejahterkan masyarakat sekitarnya.22

Dan salah satu aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk pengentasan kemiskinan adalah melibatkan kerjasama dan pengelolaan yang baik, yang aplikatif dan tepat guna. Ciri-ciri program pemberdayaan yang bersifat baik adalah:

a. Transparan (transparent)

Artinya semua yang terlibat dalam proses tersebut dapat mengetahui perkembangan keuangan yang berjalan.

b. Bertanggungjawab (accountable)

Perguliran dana dikelola oleh orang-orang yang dapat dipercaya oleh masyarakat.

c. Menguntungkan (profitable)

Semua pihak yang terlibat dapat memperoleh manfaat khususnya keuntungan materi, baik diterima oleh pihak pelaku pemberdayaan dan juga sasaran pemberdayaannya.

d. Berlanjut (suistanable)

Proses dapat dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang.

22 Winda Pristian Irawan, “Pengaruh Program Pemberdayaan di Sektor Ekonomi Terhadap

Pengembangan Mustahik Oleh Rumah Zakat di Wilayah Bekasi”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h. 37-38

e. Dapat Diperluas (replicable)

Program ini dapat diterapkan juga ke kelompok di wilayah

lainnya.23

23 Gunawan Sumadiningrat, “Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet. ke 1, hal. 23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Surakhmad (1994:143), metode studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu uni (atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena sifat yang mendalam dan mendetail tersebut, studi kasus umumnya menghasilkan gambar yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis

data kasus dalam satu jangka waktu.1

Sedangkan menurut Basuki (2006: 113) mengatakan bahwa studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu

hal.2Maka pada penelitian ini studi kasus dilakukan pada Bank Sampha

Warga Peduli Lingkungan (WPL) Depok, untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam peningkatan perekonomian nasabah.

1Prastowo Andi, “Memahami Metode-Metode Penelitian”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. ke 1, h. 128

2

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya. Dan didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang

diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic, dan rumit.3

Serta penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigm, strategi, dan implementasi model secara kualitatif. Sebab itu, tidak mengherankan jika

tidak terdapat anggapan bahwa “Qualitative research in many thing to many

people” (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).4 C. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland (1984: 47), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.5

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.6

3Lexy J. Moeloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 6

4 Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 20

5Lexy J. Moeloeng, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) h. 112

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan beberapa nasabah Bank Sampah tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. dalam

penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan, literature, buletin,

majalah serta materi kuliahyang berkaitan dengan pembahasan ini. D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:

1. Teknik Observasi

Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai dengan kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan

teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.7

6Husein Umar, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. Ke-6, h. 42

7Neni Zikri Iska, “Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan”, (Jakarta: Kizi Brothers , 2006) h. 33

Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan.8

2. Teknik Interview

Wawancara adalah merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dan responden, yakni melalui kontak dan hubungan pribadi.

Komunikasi tersebut dilakukan denga cara face to face, artinya antara

peneliti dan responden berhadapan langsung, maupun dengan cara tidak langsung (via telpon) untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang

diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh si pewawancara.9

3. Teknik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya.10

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu menggunakan data sebagai

8Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 115

9Afifi Fauzi Abbas, “Metodologi Penelitian”, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010) h. 140-141 10Suharsini Arikuntu, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 231

pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak tidak mengenal teorisasi sama sekali, artinya teori dan teorisasi bukan hal yang yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk

memulai sebuah penelitian.11

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan data.12

Maka dari itu, penulis akan melakukan klasifikasi data, yaitu usaha menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu dari seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun.

Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data. Data-data yang terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing.

F. Subjek-Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah narasumber yang diberikan kewenangan untuk menjawab pertaanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis).

11Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 27

12Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 91

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yang beralamat di di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok, 16436. Dan difokuskan pada peran Bank Sampah dalam peningkatan perekonomian nasabah.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) 1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

Bank SampahWarga Peduli Lingkungan(WPL) beralamat di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok. Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini telah beraktivitas secara mandiri pada tahun 2009.

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini salah satu bukti dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Diprakarsai oleh seorang warga yang merupakan anggota PKK, yaitu Sri Wulan bersama suaminya, Baron Noorwendo, yang merupakan salah satu tokoh masyarakat PancoranMas Depok.

Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka. Maka di tahun 2009, diadakan sebuah kegiatan untuk memperkenalkan lubang resapan biopori, yaitu sebuah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Setelah memperkenalkan lubang resapan biopori kepada masyarakat, selanjutnya masyarakat diajak kepada sebuah gerakan memilah sampah organik, yaitu memilah sampah

organik dan anorganik rumah tangga yang dianggap sebagian masyarakat sudah tidak berguna lagi untuk didaur ulang, yang kemudian sampah organic tersebut dijadikan pupuk kompos dan adapun sampah anorganik dijadikan sebuah kerajinan tangan dan mempunyai nilai ekonomis.

Dan pada akhirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini diresmikan pada tanggal 18 Juni 2011.

Setelah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), maka disusunlah pengurus yang bertanggung jawab terhadap jalannya program Bank Sampah Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang terdiri dari:

Tabel 4.1

Susunan Pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

KOMISARIS Baroon Noorwendo

Bendahara Rosidah

Direktur Sri Wulan Wibiyanti

Sekretaris Dede Ayanih Koordinator Industri Kreatif Koordinator Pelatihan Susinarsih

2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

- Visi

Menjadi Bank Sampah yang melibatkan potensi masyarakat dan berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah, kreatif dan produktif.

- Misi

1. Melakukan edukasi pemilahan sampah secara continue

2. Menerapkan reuse dan recycle dengan cara menggunakan sampah

sebagai bahan baku industry kreatif.

3. Melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola dan

melaksanakan program Bank Sampah.

4. Membangun jaringan sinergis dengan semua lembaga dan institusi

yang memiliki kesamaan visi.

5. Menjadi rujukan bagi masyarakat yang ingin menangani sampah

secara terpadu.

- Tujuan

Tujuan dari berdirinya bank sampah adalah untuk membangun pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dalam kerangka program lingkungan dan juga bertujuan untuk menjadi pusat industri kreatif.

- Manfaat

a. Membuat lingkungan menjadi bersih, sehat dan asri

b. Menjadikan sampah yang sudah tidak berguna lagi menjadi barang yang

bernilai ekonomis

c. Membuka peluang bagi masyarakat untuk menghasilkan karya dengan

kreatif, produktif dan kreatif. 3. Program dan Layanan

Setelah diresmikan pada tahun 2011, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) terus melakukan inovasi dalam membuat program dan layanan bagi nasabahnya. Dan sampai tahun 2014 ini, tercatat sudah ada 8 program yang ditawarkan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi para nasabahnya, yaitu;

a. Tabungan

Seperti Bank Sampah pada umunya, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga menawarkan sebuah layanan tabungan bagi para nasabahnya. Cara menabungnya pun sama seperti Bank Sampah lainnya, yaitu dengan cara menyetorkan sampah yang telah dipilah, kemudian sampah tersebut dihargai sesuai dengan daftar harga yang ada, lalu nilai rupiah tersebut dicatat oleh petugas di buku tabungan nasabah dan dibuku besar milik Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).

Akan tetapi, tabungan ini tidak bisa diambil oleh nasabah apabila nasabah tersebut belum memenuhi syarat minimum untuk mengambil tabungan, yaitu 5 kali menabung.

b. Training Center

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menawarkan sebuah layanan program bagi nasabah yang ingin menambah ilmu pegetahuannya di bidang lingkungan. Para nasabah bisa mengikuti training center yang diisi oleh orang-orang yang berpengalaman di bidang tersebut.

Program ini telah berjalan dari awal diresmikannya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), sehingga para nasabah yang

telah mengikuti training center sudah bisa mewakili Bank Sampah

Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk mengenalkan kepada masyarakat luas tentang apa itu Bank Sampah.

Dan dari mengisi acara-acara training center tersebut, nasabah

bisa menambah pundi-pundi rupiah di tabungannya.

c. Pusat Kerajinan Kreatif

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bukan hanya sekedar lapak yang mengumpulkan sampah lalu dijual ke pengepul, tetapi juga sebagai pusat kerajinan kreatif, karena awalnya WPL bukan

kemasan-kemasan yang dibentuk menjadi barang-barang yang bermanfaat. Contohnya adalah tas bermacam-macam model, dompet, taplak meja, mainan anak, dll.

Dengan adanya program kerajinan kreatif ini, nasabah bisa menyalurkan kreativitas dari barang-barang bekas untuk dijadikan sebuah hasil karya kerajinan tangan kreatif, yang kemudian 70% hasil dari penjualan barang tersebut bisa menambah pemasukan bagi nasabah. Berikut jenis kerajinan dan nilainya:

Tabel 4.2

Daftar Produk Kerajinan Tangan Bank Sampah Wrga Peduli Lingkungan (WPL) 1 Dompet XL Rp. 25,000 2 Dompet L Rp. 20,000 3 Dompet S Rp. 15,000 4 Tempat Pensil XL Rp. 25,000 5 Tempat Pensil L Rp. 10,000

6 Tempat Pensil Rawis Rp.

20,000 7 Bando Rp. 3,000 8 Bingkai Kecil Rp. 3,000 9 Bingkai Sedang Rp. 5,000 10 Tas XL Rp. 150,000

11 Tas L Rp.

125,000

12 Tas 35" dengan lapisan Rp.

35,000

13 Tas 35" tanpa lapisan Rp.

25,000 14 Tas 25" Rp. 25,000 15 Tas Kecap Rp. 40,000 16 Tas Tangan Rp. 40,000

17 Tas Tangan Panjang Rp.

45,000

18 Tas Tangan Kayu L Rp.

80,000

19 Tas Tangan Rantai Rp.

50,000 20 Tas Bolong M Rp. 100,000 21 Tas Bolong L Rp. 115,000 22 Tas Rawis Rp. 75,000

23 Tas Rawis Softcase Rp.

75,000

24 Tas Rawis Selempang Rp.

80,000

25 Tas Anggur Rp.

10,000

26 Tas Belanja dengan Lapisan Rp.

40,000

27 Tas Belanja tanpa Lapisan Rp.

25,000

28 Tas Belanja XL Rp.

30,000

29 Tas Belanja Lipat 4 Rp. 25,000

30 Tas Bekal Rp. 15,000 31 Tas Selempang Rp. 50,000 32 Tas Bango Rp. 45,000

33 Tas GoodDay dengan lapisan Rp.

25,000

34 Tas GoodDay tanpa lapisan Rp.

20,000 35 Tas Downy Rp. 55,000 36 Tas COC Rp. 25,000 37 Celemek Rp. 25,000 38 Tempat Tisu Rp. 25,000

39 Taplak Meja Jumbo Rp.

300,000

40 Taplak Meja Besar Rp.

125,000

41 Taplak Meja Kecil Rp.

75,000 42 Taplak Kecil Rp. 10,000 43 Sajadah Rp. 100,000 44 Tatakan Rp. 40,000 45 Softcase Laptop Rp. 50,000 46 Agenda Kecil Rp. 25,000 47 Agenda Besar Rp. 30,000 48 Bros Rp. 2,500

d. Hibah Sampah dan Barang Bekas

Program ini lebih dikhususkan bagi mereka yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Yaitu pihak Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menerima hibah dari orang yang benar-benar tidak

membutuhkan barang bekasnya lagi, seperti barang elektronik, furniture, dan kendaraan. Lalu, barang bekas tersebut diuangkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yang kemudian uang tersebut akan diputarkan sebagai pinjaman kepada Ibu-Ibu pedagang dan pengusaha kecil tanpa bunga dan tanpa bagi hasil.

e. Mikro Kredit dari Sampah (ROKETS)

Program ini dikhususkan bagi nasabah yang ingin menjalankan roda bisnisnya, baik bagi mereka yang baru ingin menjalankan bisnis, atau pun bagi mereka yang sudah menjalankan bisnisnya tetapi masih mendapat kendala di pendanaan.

Mereka bisa menikmati pelayanan kredit mikro yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan mudah, yaitu mereka bisa mengembalikan dana yang dipinjam dengan cara diangsur dalam beberapa bulan tanpa adanya bunga. Bahkan kredit mikro ini tidak menggunakan sistem bagi hasil. Jadi program kredit mikro ini sangat membantu bagi nasabah ekonomi menengah ke bawah.

f. Sekolahku Hijau

Program ini membuka kesempatan bagi sekolah mana pun yang ingin menambah ilmu tentang program lingkungan. Karena Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melihat bahwa banyaknya minat dari sekolah-sekolah yang ingin mendalami ilmu tentang kepedulian terhadap lingkungan sekarang-sekarang ini.

g. Asuransi Jiwa

Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk membayar premi asuransi.

h. Kampung Wisata

Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar mengenai lingkungan secara langsung.

4. Nasabah

Pada saat ini Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah memiliki nasabah sebanyak 115 nasabah.

5. Membentuk Sistem Pengolahan Sampah

Karena sistem pengolahan sampah adalah kegiatan utama yang ada di Bank Sampah, maka membentuk sistem ini merupakan sebuah hal terpenting bagi bagi Bank Sampah. Pertama, nasabah harus memilah sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah di rumah masing-masing. Kedua, setelah nasabah tersebut sudah mendapatkan sampah pilahan, maka sampah itu disetorkan atau dikumpulkan ke Bank Sampah Warga

Peduli Lingkungan (WPL). Dalam hal ini, ada dua (dua) cara untuk mengumpulkan atau menyetorkan sampah pilahan, yaitu:

a. Nasabah sendiri yang langsung menyetorkan sampah ke Bank Sampah

Warga Peduli Lingkungan (WPL).

b. Petugas Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) mendatangi

rumah nasabah untuk mengambil sampah.

Gambar 4.3

Sistem Pengolahan Sampah Sampah Pilahan di Tiap Rumah Penyetoran Sampah oleh Nasabah Pengambilan Sampah oleh Petugas Dikumpulkan di Bank Sampah Sampah dipilah sesuai jenisnya Sampah dijadikan pupuk kompos Sampah dijual ke pengepul Sampah dijadikan kerajinan tangan

B. Peran Bank Sampah Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Tujuan awal dari didirikannya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) adalah ingin menciptakan kegiatan positif yang bermanfaat dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan berjalannya waktu, kegiatan yang diadakan oleh kelompok ini (sebelum dinamakan Bank Sampah) tidak hanya menghasilkan sebuah kegiatan positif, akan tetapi menghasilkan sebuah kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis di dalamnya, yaitu Bank Sampah. Para nasabah/ masyarakat bisa menabungkan sampah-sampah olahan rumah tangga yang telah dipilah terlebih dahulu untuk disetorkan ke Bank Sampah yang kemudian sampah tersebut ditukar dengan sejumlah uang rupiah sesuai dengan nilai sampah tersebut.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendominasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang.1 Dan Bank Sampah Warga

Peduli Lingkungan (WPL) telah menciptakan iklim untuk mengembangkan

1Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004) h. 229

potensi masyarakat dengan membangun pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dan manjadikan sampah sebagai barang yang mempunyai nilai ekonomis. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga mengembangkan potensi ekonomis sampah ini melalui pusat industri kreatif yang berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah, kreatif dan produktif.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah memberdayakan nasabahnya melalui program-program yang diadakan. Semua program tersebut membuat sebuah pola pemikiran di dalam diri masyarakat bahwa sampah dapat bernilai uang bagi mereka dengan memanfaatkan potensi yang ada di sampah tersebut.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi diri para nasabahnya untuk berkarya secara praktis, murah, dan kreatif. Ini terbukti dengan banyaknya hasil kerajinan tangan yang telah dihasilkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk dijual dan hasilnya dapat dirasakan oleh nasabah tersebut.

Dengan adanya Bank Sampah, masyarakat menjadi sadar bahwa sampah yang selama ini disepelekan keberadaannya, sebenarnya dapat membawa sebuah kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Nilai rupiah yang

didapat dari sampah tersebut disimpan atau ditabung oleh nasabah t, dan biasanya hasil tabungan sampah tersebut akan diambil oleh nasabahnya pada

waktu-waktu tertentu, seperti Hari Raya atau Tahun Pelajaran Baru.2

Bagi nasabah yang ingin meningkatkan perekonomiannya dengan cara berniaga dan belum mempunyai modal atau kekurangan modal, nasabah dapat melakukan pinjaman kepada Bank Sampah. Dan cara pengembalian pinjaman tersebut, Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak mengharuskan nasabah mengembalikan pinjaman dengan uang, tetapi boleh juga dalam bentuk sampah yang bernilai ekonomis.

Dengan demikian, atas dasar indikator-indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi masyarakat maka bahwasannya program-program yang dijalankan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dapat dikatakan berhasil dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Indikator keberhasilan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dapat dilihat dari:

a. Transparan (Transparent)

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melibatkan seluruh nasabah dalam pelaporan keuangan yang sedang berjalan. Masyarakat diajak terlibat dalam pengumpulan sampah dan hasil dari sampah tersebut

2

Hasil wawancara pribadi dengan Direktur Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Ibu Sri Wulan Wibiyanti, Tanggal 3 November 2014.

Dokumen terkait