• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran bank sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam pemberdayaan perekonomian nasabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran bank sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam pemberdayaan perekonomian nasabah"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)

ABDUL ROZAK

1110046100100

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

program studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M/1435 H.

Skripsi ini bertujuan untuk (1) menjelaskan bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabah; (2) bagaimana pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL); (3) Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi masyarakat.

Pendekatan penelitian ini dengan pendekatan studi kasus, dengan metode analisis deskriptif. Jenis penelitian ini dengan penelitian kualitatif, yaitu dengan menjelaskan program pemberdayaan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan perekonomian nasabah. Pola pemberdayaan yang dilakukan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola sampah dan menjalankan program bank sampah. Selain memberikan dampak bagi ekonomi nasabah, adanya Bank Sampah ini meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang bersih.

(6)

telah memberikan nikmat yang banyak, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada

baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Tak lupa kepada para keluarga yang suci dan

sahabatnya yang terpilih.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akui masih banyak kekurangan. Namun

demikian semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, dan

masyarakat luas pada umunya. Banyak pihak yang telah membantu dan membimbing

penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu, penulis ingin ucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya

adalah:

1. Bapak Dr. H. JM. Muslim, MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif , M. Ag, M. H, Ketua Program Studi Muamalat

(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Bapak Abdurrauf Lc, MA, selaku sekretaris prodi Muamalat

(7)

4. Seluruh pihak pengelola Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

khususnya Bapak Baroon Noorwendo dan Ibu Sri Wulan Wibiyanti yang telah

bersedia membantu penulis memperoleh data dan bersedia menjadi jadi

narasumber.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang

Bapak dan Ibu sampaikan bisa penulis amalkan, dan tentunya, semoga Bapak

dan Ibu dosen mendapatkan pahala yang terus mengalir dari Allah SWT.

6. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh

pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua tercinta, Umi Juriah dan Abi Hambali yang telah mendidik dari

kecil dan berjuang demi anaknya, dan terima kasih atas segala doa yang tak

pernah henti dipanjatkan. Semoga Allah SWT. memberikan segala

keberkahan dan kebaikan kepada Umi dan Abi.

8. Kakak dan Adik tercinta, Ka Tati, Ka Imah, dan Mumtaz, yang telah

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Dan juga kepada keponakan-keponakan yang selalu menjadi

(8)

Amoy, Risman, Rahman dll yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga Alumni Pon-Pes Daarul Rahman, khususnya Otel, Otak, Opong,

Obi, Dedi, Zaki, dll. Yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

12. Nur’aini Anwar, yang selalu setia menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dan akhirnya hanya kepada Allah SWT. semua kembali. Semoga apa-apa

yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang berlipat-lipat dan menjadi

tabungan kebaikan di akhirat kelak. Aamin.

(9)

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Review Studi Terdahulu ... 8

G. Kerangka Teori dan Pemikiran ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 18

A. Pengertian Peran... 18

B. Pengertian Bank Sampah ... 19

C. Undang-undang Mengenai Bank Sampah ... 20

D. Jenis-Jenis Sampah ... 22

(10)

2. Tujuan Pemberdayaan ... 29

3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ... 30

4. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 33

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan ... 35

6. Indikator Pemberdayaan... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Jenis Penelitian ... 41

C. Sumber Data Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 43

F. Subjek-Objek Penelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 46

A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ... 46

1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) . 46 2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ... 48

(11)

Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 57

C. Pola Kerjasama Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan masyarakat... 61

D. Dampak Sosial dan EkonomiAtasKehadiran Bank Sampah ... 67

1. Dampak Ekonomi Masyarakat ... 67

2. Dampak Sosial Bagi Masyarakat ... 69

BAB V KESIMPULAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat

keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep

sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama

proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan

manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut

jenis-jenisnya.1

Di seluruh kota besar di Indonesia, khususnya Kota Jakarta, sampah

menjadi salah satu masalah utama. Misalnya saja pada tahun 1985, Jakarta

menghasilkan sampah mencapai 18.500 m³/hari; dan pada tahun 2000,

meningkat menjadi 25.700 m³/hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume

sampah di Jakarta pada tahun 2000 mencapai 170 kali lebih besar dari Candi

Borobudur (Bapedalda, 2000)2. Sementara berdasarkan data dari Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah

di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton/hari dan sekitar 13

persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.Dari seluruh sampah yang

1

(13)

ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu

sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman

plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai 100 meter.3

Dengan begitu banyaknya sampah yang menumpuk, maka dampak

yang ditumbulkan pada lingkungan adalah: Pertama, lingkungan

menjaditerlihat kotor, kumuh, dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya

orgasme pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti: sarang

lalat, tikus, dan hewan liar lainnya. Dengan demikian, sampah berpotensi

sebagai sumber penyebaran penyakit. Kedua, sampah yang membusuk akan

menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang

dikeluarkan (lindih) juga dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai

maupun air tanah. Ketiga, sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat

menyumbat saluran drainase atau serapan air hujan sehingga dapat

menimbulkan bahaya banjir. Keempat, pengumpulan sampah dalam jumlah

yang besar memerlukan tempat yang luas, tertutup, dan jauh dari

pemukiman.4

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa persoalan

sampah di kota Jakarta ini terjadi bukan hanya karena kurangnya perhatian

pemerintah tetapi lebih dari itu adalah kesadaran masarakat itu sendiri dimana

3

Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 09:50 WIB dari

(14)

dibutuhkan peran serta seluruh elemen dalam mengelola sampah sehingga

terbentuk kota bersih yang berdampak baik bagi semua.5 Maka dari itu,

masalah sampah ini tentunya bukan menjadi tanggung jawab pemerintah kota

Jakarta saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat yang tinggal di

kota Jakarta.

Pengelolaan sampah yang baik dan benar akan mewujudkan kota

Jakarta yang bersih dan sehat. Bahkan, selain dapat membuat lingkungan yang

bersih dan sehat, sampah yang dikelola dengan baik dan benar juga bisa

menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Seperti sampah organik atau

sampah yang bisa terurai dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pupuk,

kompos, biogas, dll. Dan adapun sampah anorganik atau sampah yang tidak

bisa terurai seperti plastik, botol plastik, botol kaca,besi, kardus, kertas,

kaleng, ember, tembaga,kuningan, alumunium, dan lain-lain itu bisa didaur

ulang kembali. Selain bisa didaur ulang, sampah anorganik tersebut juga

memiliki nilai jual, maka dari itu banyak masyarakat Indonesia yang

berprofesi sebagai pemulung atau pengepul sampah,

Permasalahan sampah telah menumbuhkan kesadaran masyarakat

untuk berperan serta ambil bagian dalam pengelolaan sampah. Adalah bank

5

Bank Sampah Solusi Kebersihan Kota Besar, diakses melalui

(15)

sampah sebagai salah satu stimulan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

pengelolaan dan pendayagunaan sampah. Adanya bank sampah menambah

kesadaran warga tentang pengelolaan sampah.

Bank sampah adalah Bank tempat menabung sampah dalam arti yang

sebenarnya. Lebih jelas lagi, nasabah menabungkan sampah mereka di Bank

tersebut. Pada Bank Sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah

yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis

buku tabungan. Pada buku tabungan mereka tertera nilai Rupiah dari sampah

yang sudah mereka tabung dan memang bisa ditarik dalam bentuk Rupiah

(uang). Bank Sampah bekerjasama dengan pengepul barang-barang plastik,

kardus, dan lain-lain, untuk bisa me-rupiahkan tabungan sampah dari

masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk meyalurkan sampah

organik yang ditabungkan.6

Bank Sampah memberikan insentif tersendiri bagi masyarakat. Salah

satu Bank Sampah tersebut adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan

(WPL). Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini berada di Depok,

tepatnya di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota

Depok.

(16)

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini sudah 3 tahun

berdiri. Awal mula berdirinya Bank Sampah Pada awalnya, ini hanya sebuah

gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang

sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Di sekitar lingkungan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

ini, banyak ibu-ibu yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga yang tidak

mempunyai penghasilan apa-apa, selain dari pemasukan yang diberikan oleh

suami untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dan dengan adanya Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang telah berdiri sejak 2011,

Bank Sampah ini telah berhasil memberdayakan para nasabahnya, sehingga

dapat menjadi tambahan penghasilan bagi para nasabahnya dan menambah

wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana mengelola sampah yang baik

dan benar serta membuka lapangan kerja.

Berdasarkan realitas di atas, maka perlu kiranya penulis mengkaji

lebih dalam tentang bagaimana perspektif ekonomi syariah melihat Bank

Sampah, penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang

berjudul: “PERAN BANK SAMPAH WARGA PEDULI LINGKUNGAN

(17)

B. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini terfokus dan tidak melebar, maka

masalah pada penelitian in dibatasi sebagai berikut:

a. Produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan

(WPL), Depok kepada masyarakat.

b. Peningkatan ekonomi nasabah dibatasi pada peningkatan pendapatan

nasabah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Depok.

c. Data yang diteliti dibatasi pada data bulan Juni 2014-November 2014.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian ilmiah. Berdasarkan masalah pokok penelitian tersebut, ada

rumusan masalah yang ingin diteliti oleh penulis dalam bentuk berupa

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam

meningkatkan perekonomian nasabah?

2. Bagaimana pola pemberdayaanekonomi yang dilakukan oleh Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)?

3. Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan

(18)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini disamping bertujuan untuk

menyelesaikan studi di fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah, penulis memiliki

tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

dalam meningkatkan perekonomian nasabah.

2. Untuk mengetahui pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).

3. Untuk mengetahui dampak kehadiran Bank Warga Peduli Lingkungan

(WPL) bagi masyarakat dan lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi akademik, pemerhati lingkungan, dan praktisi ekonomi diharapkan

penelitian ini dapat memberikan sebuah wawasan untuk pengembangan

tentang potensi sampah yang memiliki nilai ekonomis dengan pengelolaan

sampah melalui Bank Sampah.

2. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi gambaran tentang

(19)

meningkatkan perekonomian masyarakat, dan juga mendorong masyarakat

untuk mempunyai pengelolaan sampah yang baik sehingga tercipta

lingkungan yang kondusif.

3. Bagi Bank Sampah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi

Bank Sampah yang telah berjalan.

4. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat memberikan pilihan metode bagi

pengelolaan sampah sehingga dapat dijadikan masukan untuk solusi

permasalahan sampah di Indonesia.

(20)
(21)

penelitian ini

menyebutkan

bahwa sistem

pengelolaan

sampah rumah

tangga di Kota

Yogyakarta yang

dilaksanakan

dengan prinsip 3R

(Reduce, Reuse,

Recycle) mampu

mereduksi volume

sampah yang

dibuang hingga

70%. Akan tetapi

problematika utama

dari penerapan

model ini adalah

pada soal

bagaimana

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

pendaapatan

nasabah walaupun

masih sedikit.

G. Kerangka Teori dan Pemikiran

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya

didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan

uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.7

Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat.8

Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak

digunakan lagi atau sesuatu yang sudah dianggap tidak berharga atau tidak

berguna lagi.9 Sedangkan pengertian sampah menurut World Health

Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,

7Wikipedia, “Pengertian Bank”, artikel ini diakses pada 27 Mei 2014 pukul 10:42 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank

8

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 , artikel diakses pada 27 Mei 2014 pukul 11:01 WIB dari www.bi.go.id

(27)

tidak disenangi atau sesuatu yang yang dibuang yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.10

Bank Sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk

mengumpulkan samoah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan

sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan

dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola

menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal

di sekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti

menabung di bank.11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran berarti

perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat.12 Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status,

kedudukan, dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa

cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep

peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan

dramaatauu teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau

romawi.dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau

dibawakanoleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.

10Budiman Chandra, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2006), cet. ke-1, hal. 111.

11Wikipedia, “Bank Sampah”, artikel ini diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:55 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Sampah

12

(28)

Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti

fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu. Atau

juga peran bisa diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan pada

seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal

maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan

harapan peran yang menerangkan apa yang individu –individu harus lakkukan

dala suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka

sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. (Friedman,

M, 1998 : 286)13

Gambar 1.1Kerangka Pemikiran

13

Diakses pada 28 Mei 2014 pukul 05:33 WIB dari

http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut-para.html?m=1

Bank Sampah

Unit Usaha Bank Sampah

Mengurangi

Kerusakan

Lingkungan

Meningkatkan

Pendapatan Nasabah

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa

tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Adapun kata Peran atau role dalam

Kamus Oxford Dictionary diartikan “ActorÊs Part”, OneÊs Task or Function”

yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.2

Menurut Sarlito Wirawan, bahwa harapan tentang peran adalah

harapan-harapan orang lain pada umunya tentang prilaku-prilaku yang pantas,

yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.3

Sedangkan, konsep tentang Peran atau role menurut Komarudin (1994; 768)

dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut:

a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667

2

The New Oxford IllustratedDictionary, (Oxford University Press, 1982) h. 1466 3

(30)

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang

apa adanya.

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab-akibat.

Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian

diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar

menjalankan perannya, yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukan dalam masyarakat (lingkungan). Jadi seseorang menduduki suatu

posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.4

B. Pengertian Bank Sampah

Secara istilah, Bank Sampah terdiri dari atas 2 (dua ) kata, yaitu Secara

istilah Bank Sampah terdiri atas 2 (dua) kata, yaitu kata Bank dan Sampah.

Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banque yang berarti tempat

penukaran uang.5

Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan

yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa

bank lainnya.6

4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suaatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) cet. ke-34, h. 243

5

Ismail, bank sampah seruni. 6Kasmir, “Dasar

-Dasar Perbankan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. ke-10, h.

(31)

Kemudian menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat

dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.7

Sedangkan pengertian sampah adalah semua benda atau produk sisa

dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat

dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak

berguna.8 Sampah pengertian diatas adalah benda yang sudah tidak memiliki

manfaat apa pun bagi kehidupan manusia sehingga benda tersebut dibuang,

dan keberadaan benda tersebut tidak bisa dihindari selama masih ada aktivitas

manusia.

C. Undang-Undang Mengenai Bank Sampah

Pada tanggal 15 Oktober 2012, Pemerintah Republik Indonesia,

mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga yang juga merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang

7

ibid

(32)

No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sekaligus memperkuat

landasan hukum bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia.9

Terdapat beberapa muatan pokok yang penting yang diamanatkan oleh

peraturan pemerintah ini, yaitu:

1. Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari

berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional,

pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia;

2. Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh

parapihak terkait dalam pengelolaan sampah mulai dari

kementerian/lembaga di tingkat pusat, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, dunia usaha, pengelola kawasan sampai masyarakat;

3. Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduce, reuse,

recycle) dalam pengelolaan sampah menggantikan paradigma lama

kumpul-angkut-buang;

4. Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk

turut bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan

perannya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2008 tentang Pengelolaan Sampah, kebijakan pengelolaan sampah

9

Diakses pada 8 Maret 2014 jam 15.35 dari

(33)

dimulai. Kebijakan pengelolaan sampah yang selama lebih dari tiga

dekade hanya bertumpu pada pendekatan kumpul-angkut-buang (end of

pipe) dengan mengandalkan keberadaan TPA, diubah dengan pendekatan

reduce at source dan resource recycle melalui penerapan 3R. Oleh karena

itu seluruh lapisan masyarakat diharapkan mengubah pandangan dan

memperlakukan sampah sebagai sumber daya alternatif yang sejauh

mungkin dimanfaatkan kembali, baik secara langsung, proses daur ulang,

maupun proses lainnya.

Lima tahap penanganan yaitu pemilahan, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah dilakukan oleh

seluruh lapisan masyarakat secara bertahap dan terencana, serta

didasarkan pada kebijakan dan strategi yang jelas.

D. Jenis-Jenis Sampah

Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:10

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

 Organik. Misal: sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

 Anorganik. Misal: logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

 Mudah terbakar. Misal: kertas plastic, daun kering, kayu.

(34)

 Tidak mudah terbakar. Misal: kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

 Mudah membusuk. Misal: sisa makanan, potongan daging, dan

sebagainya.

 Sulit membusuk. Misal: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai

dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan

seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan

di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan

sebagainya.

b. Rubbish, terbagi menjadi dua:

Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, Misal: kertas,

kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal:

kaca, kaleng, dan sebagainya.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

d. Sweet sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin

atau manusia.

e. Dead Animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)

(35)

f. House hold refuse, atau sampah campuran (misal: garbage, ashes,

rubbish) yang berasal dari perumahan.

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.

Contruction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,

seperti tanah, batu, dan kayu.

i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industry.

j. Santage solid, terdiri dari atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan

limbah cair.

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti kaleng dan zat radioaktif.

E. Metode Pengelolaan Sampah

Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan di bank sampah adalah

penerapan dari konsep (zero waste). Yakni pendekatan serta penerapan system

teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu

dengan melakukan penanganan sampah dengan tujuan dapat mengurangi

sampah sesedikit mungkin. Dan juga, konsep ini merupakan konsep

pengelolaan sampah yang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yaitu pengelolaan sampah melalui

(36)

1. Pendekatan reduse, adalah pendekatan dengan cara meminimalisir

penggunaan barang yang kita gunakan. Karena apabila penggunaan barang

atau material terlalu berlebih, itu akan mengakibatakan sampah yang

banyak juga hasil dari apa yang telah kita gunakan.

2. Pendekatan reuse, adalah pendekatan dengan cara sebisa mungkin untuk

memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari

pemakaian barang sekali pakai untuk memperpanjang jangka waktu

barang tersebut sebelum menjadi sampah.

3. Pendekatan recycle, adalah pendekatan dengan cara melakukan daur ulang

dari barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan cara ini, barang

yang sudah tidak terpakai bisa digunakan kembali menjadi barang lain.

Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat (PSBM) dicirikan

oleh adanya keterlibatan masyarakat penggunanya dalam kegiatan

perencanaan dan pengoperasian sistem tersebut. Ada 8 prinsip pengelolaan

sampah berbasis masyarakat menurut (Yuwono, 2008: 3) yaitu;

 Keterlibatan masyarakat

 Kejelasan batasan wilayah

 Strategi pengelolaan sampah yang terpadu

 Pemanfaatan sampah yang optimal

 Fasilitas persampahan yang memadai

(37)

 Optimasi pendanaan sendiri

 Pola kemitraan yang menguntungkan

F. Nilai Ekonomis Sampah

Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah untuk

menghasilkan nilai tambah, merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk

mengurangi jumlah sampah, salah satunya adalah dengan pola daur ulang.

Saat ini pengurangan sampah hanya dilakukan melalui kegiatan pemulungan

sampah (oleh pemulung). Program daur ulang di Indonesia yang telah

dilaksanakan sejak tahun 1986 baru dapat mencapai 1,8%.

Volume sampah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada

2013, volume sampah mencapai 73 juta ton atau setara dengan 200.000 ton

perhari. Di Jakarta, volume sampah pada kondisi normal mencapai 6.500 ton

perhari, sedangkan selama banjir pada Januari 2014 naik lima kali atau sekitar

325.000 ton.

Berdasarkan data statistic persampahan domestic Indonesia, jenis

sampah plastic menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau

14persen dari total produksi sampah. Semestara berdasarkan data dari Badan

Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di

wilayah DKI Jakartasaja mencapai lebih dari 6.000 ton perhari dan sekitar 13

(38)

Dari data di atas, kita bisa melihat bahwa sampah memiliki potensi

nilai ekonomi yang sangat tinggi, baik bagi pemulung, pengumpul, dan

pendaur ulang.

Di Jakarta Selatan saja, sampah yang dihasilkan setiap harinya

sebanyak 3156,09 M³ (sampah organik) dan 2235,91 M³ (sampah anorganik).

Ini mempunyai dampak yang sangat signifikan karena mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 1.350 orang yang terdiri dari pemulung sebanyak 1056

dan pengumpul serta pekerja daur ulang sebanyak 294 orang dengan nilai

penjualan setiap bulan sebesar Rp. 6.870.063 /pengumpul.11 Dan pengolahan

sampah ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi saja, tetapi juga membantu

kebersihan lingkungan.

G. Pemberdayaan Ekonomi Umat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Istilah pemberdayaan masyarat mengacu pada empowerment yang

berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi

yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan

pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada

pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang

mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat

(39)

yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek

bukan sebagai sebagai objek.12

Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga

mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi

kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),

dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas

dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.13

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik

Pembangunan Sosial yang ditulis Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa

memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan

masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendonamisasi

potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat

seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat

12Setiana L., “

Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Kontruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), cet. Ke-1, h.79

(40)

mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi

penguatan individu anggota masyarakat tetpi juga pranata-pranatanya,

menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat,

ketebukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya

pemberdayaan.14

2. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan

dilakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek

hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan

melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkungan.15

Dari pengertian tujuan pemberdayaan diatas bisa kita artikan

bahwa pemberdayaan adalah sebuah usaha dan proses untuk membantu

seseorang mandiri dalam mengambil keputusan-keputsan di tengah-tengah

lingkungannya.

14Sulistiati, “Isu

-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai

latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004) h. 229

(41)

3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara

langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan, yakni:

a. Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community

development),dimana tujuan ini adalah untuk menyamakan persepsi

antar anggota agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan

apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.

Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan

studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada

tahapan ini terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran.

b. Tahapan Assessment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah

mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga

sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini

dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan,

kelemahan, kesempatan, dan ancaman.

c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tahapan ini agem perubahan ( agent of change) secara

partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikit tentang masalah

(42)

d. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi

Pada tahapan ini agen membantu masing – masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang

akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e. Tahapan Pelaksanaan (implementasi) Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang

paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat,

karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat

melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama

antara warga.

f. Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program yang sedang berjalan pada pemgembangan

masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahapan Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan komunitas sasaran.Terminasi dilakukan seringkali bukan

karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga

terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi

jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi

(43)

selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau

meneruskan.16

Sedangkan menurut Gunawan Sumadiningrat dalam buku

Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (1997)

menyatakan bahwa pemberdayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi

diawali dengan proses. Proses memberdayakan seseorang atau

masyarakat dapat dilakukan dengan tiga tahap:

a. Menciptakan susasana atau iklim yang memungkinkan potensi

seseorang atau massyarakat berkembang.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam

rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata,

penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses

kepada berbagai peluang yang akan membuat diri makin

berdaya memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Pemberdayaan

secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah

berlaku bagi mereka yang lemah semangat. Dalamproses

pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

lemah. Contohnya dengan memberikan semangat atau dorongan

untuk berubah.

16Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

(44)

Sebagai tambahan dalam proses pemberdayaan massyarakat, dapat

dilakukan dengan metode-metode berikut ini:

a. Memberi pengetahuan (informasi) baru.

b. Mengadakan diskusi-diskusi dalam kelompok-kelompok kecil

mengenai pengetahuan atau masalah-masalah dengan

kejadian-kejadian baru.

c. Mengadakan kegiatan-kegiatan dalam kelompok kecil.

d. Menciptakan wadah baru, misalnya koperasi, kredit union, organisasi

wanita, organisasi muda-mudi dengan menggunakan kelompok

kerja.17

4. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang akan

berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin

melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu

program saja.18 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan

tidak memberdayakan.

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak

memberdayakan.

17Andi Beratha, “Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”, (Yogyakarta: Philosopy Press, 1982), h. 57

(45)

c. Mengidentifikasi masalah.

d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e. Mengembangkan rencana – rencana aksi dan pengimplementasian.19

Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat

merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan. Mutu

peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi

mereka.

Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima, yaitu:

a. Berperan serta karena mendapat perintah.

b. Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.

c. Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan.

d. Berperan serta atas prakarsa atau inisiatif sendiri.

e. Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.

Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada

masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan

berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.

(46)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan.

Keberhasilan suatu program tidak hanya ditentukan oleh kualitas

program tetapi bagaiman program tersebut dapat direalisasikan.

Kegagalan program dapat disebabkan karena tidak dilaksanakannya

program (non implementation) atau bisa juga disebabkan oleh pelaksanaan

yang tidak berhasil (unsuccessfull implementation).20

Kendala dalam menjalankan sebuah program pemberdayaan

ekonomidapat berasal dari dua arah, yaitu kendala dari dalam (intern)dan

kendala dari luar (ekstern). Kendala intern yang dimaksud adalah

berkaitan dengan faktor dari dalam para pelaksana program itu sendiri,

terutama rendahnya kualitas SDM, karakter, kebudayaan, dan kebiasaan

yang dimiliki. Kendala ini akhirnya akan menimbulkan berbagai kendala

lain yang lebih spesifik, antara lain:

a. Lemahnya pelaksana program dalam meningkatkan akses pasar dan

pengembangan program.

b. Lemahnya struktur permodalan, serta terbatasnya akses terhadap

sumber-sumber permodalan.

c. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.

d. Lemahnya organisasi dan manajemen.

(47)

e. Terbatasnya jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku ekonomi

lainnya.

Sedangkan kendala ekstern berkaitan dengan faktor dari luar

masyarakat, yaitu:

a. Iklim usaha yang kurang kondusif yang menimbulkan masih adanya

persaingan yang kurang sehat.

b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.

c. Pembinaan yang masih kurang terpadu.21

Dari sekian banyak faktor yang ada, tentu tidak ada sebuah

program yang dapat berjalan sempurna, akan tetapi tidak ada salahnya jika

kita berusaha untuk mendekati

sebuah kesempurnaan tersebut dengan cara menggunakan SDM yang

berkualitas dan berdedikasi tinggi agar program pemberdayaan yang kita

lakukan berjalan dengan efektif.

6. Indikator Pemberdayaan

Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai

sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang

menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah

21Djabarudin Djohan, “Pokok

(48)

perubahan sosial, yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan da kemampuan memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, mauoun sosial

seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan

mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Sedangkan

indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan

program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakatadalah sebagai

berikut:

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin,

b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh

penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya,

d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin

kuatnya permodalan kelompok, makin rapih sistem administrasi

kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan

kelompok lain di dalam masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu

(49)

Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya,

jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan

mampu mensejahterkan masyarakat sekitarnya.22

Dan salah satu aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi

masyarakat untuk pengentasan kemiskinan adalah melibatkan

kerjasama dan pengelolaan yang baik, yang aplikatif dan tepat guna.

Ciri-ciri program pemberdayaan yang bersifat baik adalah:

a. Transparan (transparent)

Artinya semua yang terlibat dalam proses tersebut dapat

mengetahui perkembangan keuangan yang berjalan.

b. Bertanggungjawab (accountable)

Perguliran dana dikelola oleh orang-orang yang dapat dipercaya

oleh masyarakat.

c. Menguntungkan (profitable)

Semua pihak yang terlibat dapat memperoleh manfaat khususnya

keuntungan materi, baik diterima oleh pihak pelaku pemberdayaan

dan juga sasaran pemberdayaannya.

d. Berlanjut (suistanable)

Proses dapat dilakukan secara terus menerus dalam jangka

panjang.

22 Winda Pristian Irawan, “Pengaruh Program Pemberdayaan di Sektor Ekonomi Terhadap

Pengembangan Mustahik Oleh Rumah Zakat di Wilayah Bekasi”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

(50)

e. Dapat Diperluas (replicable)

Program ini dapat diterapkan juga ke kelompok di wilayah

lainnya.23

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Menurut Surakhmad (1994:143), metode studi kasus memusatkan perhatian

pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri

dari satu uni (atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena

sifat yang mendalam dan mendetail tersebut, studi kasus umumnya

menghasilkan gambar yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis

data kasus dalam satu jangka waktu.1

Sedangkan menurut Basuki (2006: 113) mengatakan bahwa studi

kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi

tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu

hal.2Maka pada penelitian ini studi kasus dilakukan pada Bank Sampha

Warga Peduli Lingkungan (WPL) Depok, untuk mengetahui peran Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam peningkatan perekonomian

nasabah.

1Prastowo Andi, “Memahami Metode

-Metode Penelitian”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)

Cet. ke 1, h. 128 2

(52)

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis

yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif

lainnya. Dan didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang

diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic, dan rumit.3

Serta penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigm, strategi, dan

implementasi model secara kualitatif. Sebab itu, tidak mengherankan jika

tidak terdapat anggapan bahwa “Qualitative research in many thing to many

people” (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).4

C. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland (1984: 47), sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.5

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.6

3Lexy J. Moeloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 6

4 Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 20

(53)

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan

pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan beberapa

nasabah Bank Sampah tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi

dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. dalam

penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan, literature, buletin,

majalah serta materi kuliahyang berkaitan dengan pembahasan ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data-data

yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa

teknik, yaitu:

1. Teknik Observasi

Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara

spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai

dengan kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan

teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.7

6Husein Umar, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. Ke-6, h. 42

(54)

Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang

dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data

yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan.8

2. Teknik Interview

Wawancara adalah merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan

jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dan responden, yakni melalui

kontak dan hubungan pribadi.

Komunikasi tersebut dilakukan denga cara face to face, artinya antara

peneliti dan responden berhadapan langsung, maupun dengan cara tidak

langsung (via telpon) untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang

diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh si pewawancara.9

3. Teknik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya.10

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu menggunakan data sebagai

8Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 115

(55)

pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak tidak

mengenal teorisasi sama sekali, artinya teori dan teorisasi bukan hal yang

yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk

memulai sebuah penelitian.11

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan

data.12

Maka dari itu, penulis akan melakukan klasifikasi data, yaitu usaha

menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu dari seluruh data yang

penulis peroleh dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun.

Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data.

Data-data yang terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban

yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa

disebut editing.

F. Subjek-Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah narasumber yang diberikan kewenangan

untuk menjawab pertaanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis).

11Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 27

(56)

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yang beralamat di di Jl. Makam

No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok, 16436. Dan

difokuskan pada peran Bank Sampah dalam peningkatan perekonomian

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

Bank SampahWarga Peduli Lingkungan(WPL) beralamat di Jl.

Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini telah beraktivitas

secara mandiri pada tahun 2009.

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini salah satu bukti

dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pemberdayaan

masyarakat itu sendiri. Diprakarsai oleh seorang warga yang merupakan

anggota PKK, yaitu Sri Wulan bersama suaminya, Baron Noorwendo,

yang merupakan salah satu tokoh masyarakat PancoranMas Depok.

Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk

mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi

kehidupan sehari-hari mereka. Maka di tahun 2009, diadakan sebuah

kegiatan untuk memperkenalkan lubang resapan biopori, yaitu sebuah

metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan

cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Setelah memperkenalkan

lubang resapan biopori kepada masyarakat, selanjutnya masyarakat diajak

(58)

organik dan anorganik rumah tangga yang dianggap sebagian masyarakat

sudah tidak berguna lagi untuk didaur ulang, yang kemudian sampah

organic tersebut dijadikan pupuk kompos dan adapun sampah anorganik

dijadikan sebuah kerajinan tangan dan mempunyai nilai ekonomis.

Dan pada akhirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

ini diresmikan pada tanggal 18 Juni 2011.

Setelah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), maka

disusunlah pengurus yang bertanggung jawab terhadap jalannya program

Bank Sampah Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang terdiri dari:

Tabel 4.1

Susunan Pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

KOMISARIS

Baroon Noorwendo

Bendahara

Rosidah

Direktur

Sri Wulan Wibiyanti

Sekretaris

Dede Ayanih

Koordinator Industri Kreatif

Koordinator Pelatihan

(59)

2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

- Visi

Menjadi Bank Sampah yang melibatkan potensi masyarakat dan

berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah,

kreatif dan produktif.

- Misi

1. Melakukan edukasi pemilahan sampah secara continue

2. Menerapkan reuse dan recycle dengan cara menggunakan sampah

sebagai bahan baku industry kreatif.

3. Melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola dan

melaksanakan program Bank Sampah.

4. Membangun jaringan sinergis dengan semua lembaga dan institusi

yang memiliki kesamaan visi.

5. Menjadi rujukan bagi masyarakat yang ingin menangani sampah

secara terpadu.

- Tujuan

Tujuan dari berdirinya bank sampah adalah untuk membangun

pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dalam

kerangka program lingkungan dan juga bertujuan untuk menjadi pusat

(60)

- Manfaat

a. Membuat lingkungan menjadi bersih, sehat dan asri

b. Menjadikan sampah yang sudah tidak berguna lagi menjadi barang yang

bernilai ekonomis

c. Membuka peluang bagi masyarakat untuk menghasilkan karya dengan

kreatif, produktif dan kreatif.

3. Program dan Layanan

Setelah diresmikan pada tahun 2011, Bank Sampah Warga

Peduli Lingkungan (WPL) terus melakukan inovasi dalam membuat

program dan layanan bagi nasabahnya. Dan sampai tahun 2014 ini, tercatat

sudah ada 8 program yang ditawarkan Bank Sampah Warga Peduli

Lingkungan (WPL) bagi para nasabahnya, yaitu;

a. Tabungan

Seperti Bank Sampah pada umunya, Bank Sampah Warga Peduli

Lingkungan (WPL) juga menawarkan sebuah layanan tabungan bagi

para nasabahnya. Cara menabungnya pun sama seperti Bank Sampah

lainnya, yaitu dengan cara menyetorkan sampah yang telah dipilah,

kemudian sampah tersebut dihargai sesuai dengan daftar harga yang ada,

lalu nilai rupiah tersebut dicatat oleh petugas di buku tabungan nasabah

(61)

Akan tetapi, tabungan ini tidak bisa diambil oleh nasabah apabila

nasabah tersebut belum memenuhi syarat minimum untuk mengambil

tabungan, yaitu 5 kali menabung.

b. Training Center

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menawarkan

sebuah layanan program bagi nasabah yang ingin menambah ilmu

pegetahuannya di bidang lingkungan. Para nasabah bisa mengikuti

training center yang diisi oleh orang-orang yang berpengalaman di

bidang tersebut.

Program ini telah berjalan dari awal diresmikannya Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), sehingga para nasabah yang

telah mengikuti training center sudah bisa mewakili Bank Sampah

Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk mengenalkan kepada

masyarakat luas tentang apa itu Bank Sampah.

Dan dari mengisi acara-acara training center tersebut, nasabah

bisa menambah pundi-pundi rupiah di tabungannya.

c. Pusat Kerajinan Kreatif

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bukan hanya

sekedar lapak yang mengumpulkan sampah lalu dijual ke pengepul,

tetapi juga sebagai pusat kerajinan kreatif, karena awalnya WPL bukan

(62)

kemasan-kemasan yang dibentuk menjadi barang-barang yang bermanfaat.

Contohnya adalah tas bermacam-macam model, dompet, taplak meja,

mainan anak, dll.

Dengan adanya program kerajinan kreatif ini, nasabah bisa

menyalurkan kreativitas dari barang-barang bekas untuk dijadikan

sebuah hasil karya kerajinan tangan kreatif, yang kemudian 70% hasil

dari penjualan barang tersebut bisa menambah pemasukan bagi nasabah.

Berikut jenis kerajinan dan nilainya:

Tabel 4.2

Daftar Produk Kerajinan Tangan Bank Sampah Wrga Peduli

(63)

11 Tas L Rp.

26 Tas Belanja dengan Lapisan Rp.

(64)

33 Tas GoodDay dengan lapisan Rp.

d. Hibah Sampah dan Barang Bekas

Program ini lebih dikhususkan bagi mereka yang memiliki

ekonomi menengah ke atas. Yaitu pihak Bank Sampah Warga Peduli

(65)

membutuhkan barang bekasnya lagi, seperti barang elektronik, furniture,

dan kendaraan. Lalu, barang bekas tersebut diuangkan oleh Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yang kemudian uang

tersebut akan diputarkan sebagai pinjaman kepada Ibu-Ibu pedagang dan

pengusaha kecil tanpa bunga dan tanpa bagi hasil.

e. Mikro Kredit dari Sampah (ROKETS)

Program ini dikhususkan bagi nasabah yang ingin menjalankan

roda bisnisnya, baik bagi mereka yang baru ingin menjalankan bisnis,

atau pun bagi mereka yang sudah menjalankan bisnisnya tetapi masih

mendapat kendala di pendanaan.

Mereka bisa menikmati pelayanan kredit mikro yang ditawarkan

oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan mudah,

yaitu mereka bisa mengembalikan dana yang dipinjam dengan cara

diangsur dalam beberapa bulan tanpa adanya bunga. Bahkan kredit

mikro ini tidak menggunakan sistem bagi hasil. Jadi program kredit

mikro ini sangat membantu bagi nasabah ekonomi menengah ke bawah.

f. Sekolahku Hijau

Program ini membuka kesempatan bagi sekolah mana pun yang

ingin menambah ilmu tentang program lingkungan. Karena Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melihat bahwa banyaknya

minat dari sekolah-sekolah yang ingin mendalami ilmu tentang

(66)

g. Asuransi Jiwa

Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan

oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara

membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap

anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk

membayar premi asuransi.

h. Kampung Wisata

Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank

Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan

kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung

wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar

mengenai lingkungan secara langsung.

4. Nasabah

Pada saat ini Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah

memiliki nasabah sebanyak 115 nasabah.

5. Membentuk Sistem Pengolahan Sampah

Karena sistem pengolahan sampah adalah kegiatan utama yang ada

di Bank Sampah, maka membentuk sistem ini merupakan sebuah hal

terpenting bagi bagi Bank Sampah. Pertama, nasabah harus memilah

sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah di rumah masing-masing.

Kedua, setelah nasabah tersebut sudah mendapatkan sampah pilahan,

(67)

Peduli Lingkungan (WPL). Dalam hal ini, ada dua (dua) cara untuk

mengumpulkan atau menyetorkan sampah pilahan, yaitu:

a. Nasabah sendiri yang langsung menyetorkan sampah ke Bank Sampah

Warga Peduli Lingkungan (WPL).

b. Petugas Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) mendatangi

rumah nasabah untuk mengambil sampah.

(68)

B. Peran Bank Sampah Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah

Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Tujuan awal dari didirikannya Bank Sampah Warga Peduli

Lingkungan (WPL) adalah ingin menciptakan kegiatan positif yang

bermanfaat dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan

berjalannya waktu, kegiatan yang diadakan oleh kelompok ini (sebelum

dinamakan Bank Sampah) tidak hanya menghasilkan sebuah kegiatan positif,

akan tetapi menghasilkan sebuah kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis di

dalamnya, yaitu Bank Sampah. Para nasabah/ masyarakat bisa menabungkan

sampah-sampah olahan rumah tangga yang telah dipilah terlebih dahulu untuk

disetorkan ke Bank Sampah yang kemudian sampah tersebut ditukar dengan

sejumlah uang rupiah sesuai dengan nilai sampah tersebut.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemberdayaan adalah

meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan

mendominasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat

dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan

masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang.1 Dan Bank Sampah Warga

Peduli Lingkungan (WPL) telah menciptakan iklim untuk mengembangkan

1Sulistiati, “Isu

-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai

(69)

potensi masyarakat dengan membangun pola pikir dan prilaku masyarakat

dalam mengelola sampah dan manjadikan sampah sebagai barang yang

mempunyai nilai ekonomis. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)

juga mengembangkan potensi ekonomis sampah ini melalui pusat industri

kreatif yang berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis,

murah, kreatif dan produktif.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah

memberdayakan nasabahnya melalui program-program yang diadakan. Semua

program tersebut membuat sebuah pola pemikiran di dalam diri masyarakat

bahwa sampah dapat bernilai uang bagi mereka dengan memanfaatkan potensi

yang ada di sampah tersebut.

Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga membantu

masyarakat dalam mengembangkan potensi diri para nasabahnya untuk

berkarya secara praktis, murah, dan kreatif. Ini terbukti dengan banyaknya

hasil kerajinan tangan yang telah dihasilkan oleh Bank Sampah Warga Peduli

Lingkungan (WPL) untuk dijual dan hasilnya dapat dirasakan oleh nasabah

tersebut.

Dengan adanya Bank Sampah, masyarakat menjadi sadar bahwa

sampah yang selama ini disepelekan keberadaannya, sebenarnya dapat

Gambar

Gambar 1.1Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Gambar 4.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Pengembangan karakter peduli lingkungan merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi

Melakukan gotong royong bersama masyarakat setempat dengan membuat wadah sampah yang diberi nama dengan BATALI PETANA (Bank Cinta Lingkungan Peduli Kreativitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pola asuh orang tua dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada anak tidak banyak berpengaruh karena dalam membentuk karakter

Tujuan dilaksanakan kegiatan pengembangan karakter peduli lingkungan dan sikap kewirausahaan melalui pengelolaan bank sampah di Pondok Pesantren Al- Jauharen Kota Jambi ini

Wiwit Udi Laksono 38 Manajemen Bank Sampah Dalam Pemberdayaan Ekonomi nasabah (Studi Kasus Pada Bank Sampah PAS (Peduli Akan Sampah) Arcawinangun, Purwokerto, Banyumas

“kendala sepertinya tidak ada mas, hanya saja kadang ketika nasabah punya sampah yang banyak lebih memilih menjual ke tukang rosok dari pada ke bank sampah jati asri,

Grafik Perbandingan Timbulan Sampah dan Jumlah Bank Sampah Sumber: Paramita et.al, 2018 Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis peran bank sampah dalam pengelolaan dan

Komunikasi lingkungan yang dipraktikkan oleh Komunitas Bank Sampah Wijaya Kusuma bertujuan menyadarkan masyarakat RW 16 dan lingkup masyarakat yang lebih luas untuk berpartisipasi dalam