SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy)
ABDUL ROZAK
1110046100100
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
program studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 M/1435 H.
Skripsi ini bertujuan untuk (1) menjelaskan bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam meningkatkan perekonomian nasabah; (2) bagaimana pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL); (3) Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bagi masyarakat.
Pendekatan penelitian ini dengan pendekatan studi kasus, dengan metode analisis deskriptif. Jenis penelitian ini dengan penelitian kualitatif, yaitu dengan menjelaskan program pemberdayaan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan perekonomian nasabah. Pola pemberdayaan yang dilakukan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola sampah dan menjalankan program bank sampah. Selain memberikan dampak bagi ekonomi nasabah, adanya Bank Sampah ini meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan menciptakan lingkungan yang bersih.
telah memberikan nikmat yang banyak, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada
baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Tak lupa kepada para keluarga yang suci dan
sahabatnya yang terpilih.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akui masih banyak kekurangan. Namun
demikian semoga penelitian ini dapat berguna bagi penulis sendiri khususnya, dan
masyarakat luas pada umunya. Banyak pihak yang telah membantu dan membimbing
penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu, penulis ingin ucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak tersebut, diantaranya
adalah:
1. Bapak Dr. H. JM. Muslim, MA Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif , M. Ag, M. H, Ketua Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Bapak Abdurrauf Lc, MA, selaku sekretaris prodi Muamalat
4. Seluruh pihak pengelola Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
khususnya Bapak Baroon Noorwendo dan Ibu Sri Wulan Wibiyanti yang telah
bersedia membantu penulis memperoleh data dan bersedia menjadi jadi
narasumber.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang
Bapak dan Ibu sampaikan bisa penulis amalkan, dan tentunya, semoga Bapak
dan Ibu dosen mendapatkan pahala yang terus mengalir dari Allah SWT.
6. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh
pegawai perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua tercinta, Umi Juriah dan Abi Hambali yang telah mendidik dari
kecil dan berjuang demi anaknya, dan terima kasih atas segala doa yang tak
pernah henti dipanjatkan. Semoga Allah SWT. memberikan segala
keberkahan dan kebaikan kepada Umi dan Abi.
8. Kakak dan Adik tercinta, Ka Tati, Ka Imah, dan Mumtaz, yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Dan juga kepada keponakan-keponakan yang selalu menjadi
Amoy, Risman, Rahman dll yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Keluarga Alumni Pon-Pes Daarul Rahman, khususnya Otel, Otak, Opong,
Obi, Dedi, Zaki, dll. Yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
12. Nur’aini Anwar, yang selalu setia menemani dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dan akhirnya hanya kepada Allah SWT. semua kembali. Semoga apa-apa
yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang berlipat-lipat dan menjadi
tabungan kebaikan di akhirat kelak. Aamin.
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 6
C. Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Review Studi Terdahulu ... 8
G. Kerangka Teori dan Pemikiran ... 15
BAB II LANDASAN TEORI ... 18
A. Pengertian Peran... 18
B. Pengertian Bank Sampah ... 19
C. Undang-undang Mengenai Bank Sampah ... 20
D. Jenis-Jenis Sampah ... 22
2. Tujuan Pemberdayaan ... 29
3. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ... 30
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 33
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan ... 35
6. Indikator Pemberdayaan... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Pendekatan Penelitian ... 40
B. Jenis Penelitian ... 41
C. Sumber Data Penelitian ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 43
F. Subjek-Objek Penelitian... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 46
A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ... 46
1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) . 46 2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ... 48
Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ... 57
C. Pola Kerjasama Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan masyarakat... 61
D. Dampak Sosial dan EkonomiAtasKehadiran Bank Sampah ... 67
1. Dampak Ekonomi Masyarakat ... 67
2. Dampak Sosial Bagi Masyarakat ... 69
BAB V KESIMPULAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat
keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep
sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan
manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut
jenis-jenisnya.1
Di seluruh kota besar di Indonesia, khususnya Kota Jakarta, sampah
menjadi salah satu masalah utama. Misalnya saja pada tahun 1985, Jakarta
menghasilkan sampah mencapai 18.500 m³/hari; dan pada tahun 2000,
meningkat menjadi 25.700 m³/hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume
sampah di Jakarta pada tahun 2000 mencapai 170 kali lebih besar dari Candi
Borobudur (Bapedalda, 2000)2. Sementara berdasarkan data dari Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah
di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 6.000 ton/hari dan sekitar 13
persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.Dari seluruh sampah yang
1
ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu
sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman
plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai 100 meter.3
Dengan begitu banyaknya sampah yang menumpuk, maka dampak
yang ditumbulkan pada lingkungan adalah: Pertama, lingkungan
menjaditerlihat kotor, kumuh, dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya
orgasme pathogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti: sarang
lalat, tikus, dan hewan liar lainnya. Dengan demikian, sampah berpotensi
sebagai sumber penyebaran penyakit. Kedua, sampah yang membusuk akan
menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang
dikeluarkan (lindih) juga dapat menyebabkan pencemaran sumur, sungai
maupun air tanah. Ketiga, sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat
menyumbat saluran drainase atau serapan air hujan sehingga dapat
menimbulkan bahaya banjir. Keempat, pengumpulan sampah dalam jumlah
yang besar memerlukan tempat yang luas, tertutup, dan jauh dari
pemukiman.4
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa persoalan
sampah di kota Jakarta ini terjadi bukan hanya karena kurangnya perhatian
pemerintah tetapi lebih dari itu adalah kesadaran masarakat itu sendiri dimana
3
Diakses pada 31 Maret 2014 pukul 09:50 WIB dari
dibutuhkan peran serta seluruh elemen dalam mengelola sampah sehingga
terbentuk kota bersih yang berdampak baik bagi semua.5 Maka dari itu,
masalah sampah ini tentunya bukan menjadi tanggung jawab pemerintah kota
Jakarta saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat yang tinggal di
kota Jakarta.
Pengelolaan sampah yang baik dan benar akan mewujudkan kota
Jakarta yang bersih dan sehat. Bahkan, selain dapat membuat lingkungan yang
bersih dan sehat, sampah yang dikelola dengan baik dan benar juga bisa
menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Seperti sampah organik atau
sampah yang bisa terurai dapat dijadikan sebagai pakan ternak, pupuk,
kompos, biogas, dll. Dan adapun sampah anorganik atau sampah yang tidak
bisa terurai seperti plastik, botol plastik, botol kaca,besi, kardus, kertas,
kaleng, ember, tembaga,kuningan, alumunium, dan lain-lain itu bisa didaur
ulang kembali. Selain bisa didaur ulang, sampah anorganik tersebut juga
memiliki nilai jual, maka dari itu banyak masyarakat Indonesia yang
berprofesi sebagai pemulung atau pengepul sampah,
Permasalahan sampah telah menumbuhkan kesadaran masyarakat
untuk berperan serta ambil bagian dalam pengelolaan sampah. Adalah bank
5
Bank Sampah Solusi Kebersihan Kota Besar, diakses melalui
sampah sebagai salah satu stimulan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pengelolaan dan pendayagunaan sampah. Adanya bank sampah menambah
kesadaran warga tentang pengelolaan sampah.
Bank sampah adalah Bank tempat menabung sampah dalam arti yang
sebenarnya. Lebih jelas lagi, nasabah menabungkan sampah mereka di Bank
tersebut. Pada Bank Sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah
yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis
buku tabungan. Pada buku tabungan mereka tertera nilai Rupiah dari sampah
yang sudah mereka tabung dan memang bisa ditarik dalam bentuk Rupiah
(uang). Bank Sampah bekerjasama dengan pengepul barang-barang plastik,
kardus, dan lain-lain, untuk bisa me-rupiahkan tabungan sampah dari
masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk meyalurkan sampah
organik yang ditabungkan.6
Bank Sampah memberikan insentif tersendiri bagi masyarakat. Salah
satu Bank Sampah tersebut adalah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan
(WPL). Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini berada di Depok,
tepatnya di Jl. Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota
Depok.
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini sudah 3 tahun
berdiri. Awal mula berdirinya Bank Sampah Pada awalnya, ini hanya sebuah
gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk mengisi waktu luang yang banyak terbuang
sia-sia tanpa ada arti bagi kehidupan sehari-hari mereka.
Di sekitar lingkungan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
ini, banyak ibu-ibu yang hanya menjadi Ibu Rumah Tangga yang tidak
mempunyai penghasilan apa-apa, selain dari pemasukan yang diberikan oleh
suami untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dan dengan adanya Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang telah berdiri sejak 2011,
Bank Sampah ini telah berhasil memberdayakan para nasabahnya, sehingga
dapat menjadi tambahan penghasilan bagi para nasabahnya dan menambah
wawasan bagi masyarakat tentang bagaimana mengelola sampah yang baik
dan benar serta membuka lapangan kerja.
Berdasarkan realitas di atas, maka perlu kiranya penulis mengkaji
lebih dalam tentang bagaimana perspektif ekonomi syariah melihat Bank
Sampah, penelitian ini nantinya akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang
berjudul: “PERAN BANK SAMPAH WARGA PEDULI LINGKUNGAN
B. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini terfokus dan tidak melebar, maka
masalah pada penelitian in dibatasi sebagai berikut:
a. Produk yang ditawarkan oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan
(WPL), Depok kepada masyarakat.
b. Peningkatan ekonomi nasabah dibatasi pada peningkatan pendapatan
nasabah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), Depok.
c. Data yang diteliti dibatasi pada data bulan Juni 2014-November 2014.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian ilmiah. Berdasarkan masalah pokok penelitian tersebut, ada
rumusan masalah yang ingin diteliti oleh penulis dalam bentuk berupa
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam
meningkatkan perekonomian nasabah?
2. Bagaimana pola pemberdayaanekonomi yang dilakukan oleh Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)?
3. Bagaimana dampak kehadiran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini disamping bertujuan untuk
menyelesaikan studi di fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta guna mendapatkan gelar sarjana Ekonomi Syariah, penulis memiliki
tujuan, yaitu :
1. Untuk mengetahui peran Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
dalam meningkatkan perekonomian nasabah.
2. Untuk mengetahui pola pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL).
3. Untuk mengetahui dampak kehadiran Bank Warga Peduli Lingkungan
(WPL) bagi masyarakat dan lingkungan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi akademik, pemerhati lingkungan, dan praktisi ekonomi diharapkan
penelitian ini dapat memberikan sebuah wawasan untuk pengembangan
tentang potensi sampah yang memiliki nilai ekonomis dengan pengelolaan
sampah melalui Bank Sampah.
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan menjadi gambaran tentang
meningkatkan perekonomian masyarakat, dan juga mendorong masyarakat
untuk mempunyai pengelolaan sampah yang baik sehingga tercipta
lingkungan yang kondusif.
3. Bagi Bank Sampah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi
Bank Sampah yang telah berjalan.
4. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat memberikan pilihan metode bagi
pengelolaan sampah sehingga dapat dijadikan masukan untuk solusi
permasalahan sampah di Indonesia.
penelitian ini
menyebutkan
bahwa sistem
pengelolaan
sampah rumah
tangga di Kota
Yogyakarta yang
dilaksanakan
dengan prinsip 3R
(Reduce, Reuse,
Recycle) mampu
mereduksi volume
sampah yang
dibuang hingga
70%. Akan tetapi
problematika utama
dari penerapan
model ini adalah
pada soal
bagaimana
pendaapatan
nasabah walaupun
masih sedikit.
G. Kerangka Teori dan Pemikiran
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan
uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.7
Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat.8
Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak
digunakan lagi atau sesuatu yang sudah dianggap tidak berharga atau tidak
berguna lagi.9 Sedangkan pengertian sampah menurut World Health
Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
7Wikipedia, “Pengertian Bank”, artikel ini diakses pada 27 Mei 2014 pukul 10:42 WIB dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank
8
Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 , artikel diakses pada 27 Mei 2014 pukul 11:01 WIB dari www.bi.go.id
tidak disenangi atau sesuatu yang yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.10
Bank Sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk
mengumpulkan samoah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan
sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan
dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. Bank sampah dikelola
menggunakan sistem seperti perbankan. Penyetor adalah warga yang tinggal
di sekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti
menabung di bank.11
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran berarti
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat.12 Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam status,
kedudukan, dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa
cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep
peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan
dramaatauu teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau
romawi.dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau
dibawakanoleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.
10Budiman Chandra, “Pengantar Kesehatan Lingkungan”, (Jakarta: EGC, 2006), cet. ke-1, hal. 111.
11Wikipedia, “Bank Sampah”, artikel ini diakses pada 20 Mei 2014 pukul 11:55 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Sampah
12
Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti
fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu. Atau
juga peran bisa diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal
maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu –individu harus lakkukan
dala suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. (Friedman,
M, 1998 : 286)13
Gambar 1.1Kerangka Pemikiran
13
Diakses pada 28 Mei 2014 pukul 05:33 WIB dari
http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-peran-definisi-menurut-para.html?m=1
Bank Sampah
Unit Usaha Bank Sampah
Mengurangi
Kerusakan
Lingkungan
Meningkatkan
Pendapatan Nasabah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat dan harus dilaksanakan.1 Adapun kata Peran atau role dalam
Kamus Oxford Dictionary diartikan “ActorÊs Part”, OneÊs Task or Function”
yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.2
Menurut Sarlito Wirawan, bahwa harapan tentang peran adalah
harapan-harapan orang lain pada umunya tentang prilaku-prilaku yang pantas,
yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.3
Sedangkan, konsep tentang Peran atau role menurut Komarudin (1994; 768)
dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengungkapkan sebagai berikut:
a. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.
b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
c. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667
2
The New Oxford IllustratedDictionary, (Oxford University Press, 1982) h. 1466 3
d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang
apa adanya.
e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab-akibat.
Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian
diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar
menjalankan perannya, yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukan dalam masyarakat (lingkungan). Jadi seseorang menduduki suatu
posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.4
B. Pengertian Bank Sampah
Secara istilah, Bank Sampah terdiri dari atas 2 (dua ) kata, yaitu Secara
istilah Bank Sampah terdiri atas 2 (dua) kata, yaitu kata Bank dan Sampah.
Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banque yang berarti tempat
penukaran uang.5
Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa
bank lainnya.6
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suaatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) cet. ke-34, h. 243
5
Ismail, bank sampah seruni. 6Kasmir, “Dasar
-Dasar Perbankan”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012) cet. ke-10, h.
Kemudian menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.7
Sedangkan pengertian sampah adalah semua benda atau produk sisa
dalam bentuk padat akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat
dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak
berguna.8 Sampah pengertian diatas adalah benda yang sudah tidak memiliki
manfaat apa pun bagi kehidupan manusia sehingga benda tersebut dibuang,
dan keberadaan benda tersebut tidak bisa dihindari selama masih ada aktivitas
manusia.
C. Undang-Undang Mengenai Bank Sampah
Pada tanggal 15 Oktober 2012, Pemerintah Republik Indonesia,
mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga yang juga merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang
7
ibid
No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sekaligus memperkuat
landasan hukum bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia.9
Terdapat beberapa muatan pokok yang penting yang diamanatkan oleh
peraturan pemerintah ini, yaitu:
1. Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari
berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional,
pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia;
2. Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh
parapihak terkait dalam pengelolaan sampah mulai dari
kementerian/lembaga di tingkat pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, dunia usaha, pengelola kawasan sampai masyarakat;
3. Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduce, reuse,
recycle) dalam pengelolaan sampah menggantikan paradigma lama
kumpul-angkut-buang;
4. Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk
turut bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan
perannya.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, kebijakan pengelolaan sampah
9
Diakses pada 8 Maret 2014 jam 15.35 dari
dimulai. Kebijakan pengelolaan sampah yang selama lebih dari tiga
dekade hanya bertumpu pada pendekatan kumpul-angkut-buang (end of
pipe) dengan mengandalkan keberadaan TPA, diubah dengan pendekatan
reduce at source dan resource recycle melalui penerapan 3R. Oleh karena
itu seluruh lapisan masyarakat diharapkan mengubah pandangan dan
memperlakukan sampah sebagai sumber daya alternatif yang sejauh
mungkin dimanfaatkan kembali, baik secara langsung, proses daur ulang,
maupun proses lainnya.
Lima tahap penanganan yaitu pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah dilakukan oleh
seluruh lapisan masyarakat secara bertahap dan terencana, serta
didasarkan pada kebijakan dan strategi yang jelas.
D. Jenis-Jenis Sampah
Sampah padat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:10
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.
Organik. Misal: sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
Anorganik. Misal: logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
Mudah terbakar. Misal: kertas plastic, daun kering, kayu.
Tidak mudah terbakar. Misal: kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
Mudah membusuk. Misal: sisa makanan, potongan daging, dan
sebagainya.
Sulit membusuk. Misal: plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai
dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan
seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan
di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan
sebagainya.
b. Rubbish, terbagi menjadi dua:
Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, Misal: kertas,
kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.
Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal:
kaca, kaleng, dan sebagainya.
c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.
d. Sweet sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin
atau manusia.
e. Dead Animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya)
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misal: garbage, ashes,
rubbish) yang berasal dari perumahan.
g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
Contruction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,
seperti tanah, batu, dan kayu.
i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industry.
j. Santage solid, terdiri dari atas benda-benda solid atau kasar yang
biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan
limbah cair.
k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus
seperti kaleng dan zat radioaktif.
E. Metode Pengelolaan Sampah
Konsep pengelolaan sampah yang dilakukan di bank sampah adalah
penerapan dari konsep (zero waste). Yakni pendekatan serta penerapan system
teknologi pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu
dengan melakukan penanganan sampah dengan tujuan dapat mengurangi
sampah sesedikit mungkin. Dan juga, konsep ini merupakan konsep
pengelolaan sampah yang sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yaitu pengelolaan sampah melalui
1. Pendekatan reduse, adalah pendekatan dengan cara meminimalisir
penggunaan barang yang kita gunakan. Karena apabila penggunaan barang
atau material terlalu berlebih, itu akan mengakibatakan sampah yang
banyak juga hasil dari apa yang telah kita gunakan.
2. Pendekatan reuse, adalah pendekatan dengan cara sebisa mungkin untuk
memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali dan menghindari
pemakaian barang sekali pakai untuk memperpanjang jangka waktu
barang tersebut sebelum menjadi sampah.
3. Pendekatan recycle, adalah pendekatan dengan cara melakukan daur ulang
dari barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Dengan cara ini, barang
yang sudah tidak terpakai bisa digunakan kembali menjadi barang lain.
Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat (PSBM) dicirikan
oleh adanya keterlibatan masyarakat penggunanya dalam kegiatan
perencanaan dan pengoperasian sistem tersebut. Ada 8 prinsip pengelolaan
sampah berbasis masyarakat menurut (Yuwono, 2008: 3) yaitu;
Keterlibatan masyarakat
Kejelasan batasan wilayah
Strategi pengelolaan sampah yang terpadu
Pemanfaatan sampah yang optimal
Fasilitas persampahan yang memadai
Optimasi pendanaan sendiri
Pola kemitraan yang menguntungkan
F. Nilai Ekonomis Sampah
Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah untuk
menghasilkan nilai tambah, merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk
mengurangi jumlah sampah, salah satunya adalah dengan pola daur ulang.
Saat ini pengurangan sampah hanya dilakukan melalui kegiatan pemulungan
sampah (oleh pemulung). Program daur ulang di Indonesia yang telah
dilaksanakan sejak tahun 1986 baru dapat mencapai 1,8%.
Volume sampah di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada
2013, volume sampah mencapai 73 juta ton atau setara dengan 200.000 ton
perhari. Di Jakarta, volume sampah pada kondisi normal mencapai 6.500 ton
perhari, sedangkan selama banjir pada Januari 2014 naik lima kali atau sekitar
325.000 ton.
Berdasarkan data statistic persampahan domestic Indonesia, jenis
sampah plastic menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau
14persen dari total produksi sampah. Semestara berdasarkan data dari Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di
wilayah DKI Jakartasaja mencapai lebih dari 6.000 ton perhari dan sekitar 13
Dari data di atas, kita bisa melihat bahwa sampah memiliki potensi
nilai ekonomi yang sangat tinggi, baik bagi pemulung, pengumpul, dan
pendaur ulang.
Di Jakarta Selatan saja, sampah yang dihasilkan setiap harinya
sebanyak 3156,09 M³ (sampah organik) dan 2235,91 M³ (sampah anorganik).
Ini mempunyai dampak yang sangat signifikan karena mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 1.350 orang yang terdiri dari pemulung sebanyak 1056
dan pengumpul serta pekerja daur ulang sebanyak 294 orang dengan nilai
penjualan setiap bulan sebesar Rp. 6.870.063 /pengumpul.11 Dan pengolahan
sampah ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi saja, tetapi juga membantu
kebersihan lingkungan.
G. Pemberdayaan Ekonomi Umat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Istilah pemberdayaan masyarat mengacu pada empowerment yang
berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi
yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan
pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada
pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang
mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat
yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek
bukan sebagai sebagai objek.12
Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom),
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, kebodohan dan kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.13
Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik
Pembangunan Sosial yang ditulis Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa
memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan
masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendonamisasi
potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat
seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan masyarakat
12Setiana L., “
Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Kontruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), cet. Ke-1, h.79
mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat tetpi juga pranata-pranatanya,
menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat,
ketebukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya
pemberdayaan.14
2. Tujuan Pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungan.15
Dari pengertian tujuan pemberdayaan diatas bisa kita artikan
bahwa pemberdayaan adalah sebuah usaha dan proses untuk membantu
seseorang mandiri dalam mengambil keputusan-keputsan di tengah-tengah
lingkungannya.
14Sulistiati, “Isu
-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai
latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004) h. 229
3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara
langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan, yakni:
a. Tahapan Persiapan
Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community
development),dimana tujuan ini adalah untuk menyamakan persepsi
antar anggota agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan
apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.
Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan
studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada
tahapan ini terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran.
b. Tahapan Assessment
Proses assessment yang dilakukan disini adalah
mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga
sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini
dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan,
kelemahan, kesempatan, dan ancaman.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.
Pada tahapan ini agem perubahan ( agent of change) secara
partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikit tentang masalah
d. Tahapan Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahapan ini agen membantu masing – masing kelompok
untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang
akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
e. Tahapan Pelaksanaan (implementasi) Program
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang
paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat,
karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat
melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama
antara warga.
f. Tahapan Evaluasi
Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan pada pemgembangan
masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.
g. Tahapan Terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran.Terminasi dilakukan seringkali bukan
karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga
terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi
jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi
selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau
meneruskan.16
Sedangkan menurut Gunawan Sumadiningrat dalam buku
Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (1997)
menyatakan bahwa pemberdayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi
diawali dengan proses. Proses memberdayakan seseorang atau
masyarakat dapat dilakukan dengan tiga tahap:
a. Menciptakan susasana atau iklim yang memungkinkan potensi
seseorang atau massyarakat berkembang.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam
rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata,
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses
kepada berbagai peluang yang akan membuat diri makin
berdaya memanfaatkan peluang.
c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Pemberdayaan
secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah
berlaku bagi mereka yang lemah semangat. Dalamproses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah. Contohnya dengan memberikan semangat atau dorongan
untuk berubah.
16Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Sebagai tambahan dalam proses pemberdayaan massyarakat, dapat
dilakukan dengan metode-metode berikut ini:
a. Memberi pengetahuan (informasi) baru.
b. Mengadakan diskusi-diskusi dalam kelompok-kelompok kecil
mengenai pengetahuan atau masalah-masalah dengan
kejadian-kejadian baru.
c. Mengadakan kegiatan-kegiatan dalam kelompok kecil.
d. Menciptakan wadah baru, misalnya koperasi, kredit union, organisasi
wanita, organisasi muda-mudi dengan menggunakan kelompok
kerja.17
4. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang akan
berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin
melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu
program saja.18 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan
tidak memberdayakan.
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak
memberdayakan.
17Andi Beratha, “Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan”, (Yogyakarta: Philosopy Press, 1982), h. 57
c. Mengidentifikasi masalah.
d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.
e. Mengembangkan rencana – rencana aksi dan pengimplementasian.19
Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat
merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan. Mutu
peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi
mereka.
Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima, yaitu:
a. Berperan serta karena mendapat perintah.
b. Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.
c. Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan.
d. Berperan serta atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
e. Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.
Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada
masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan
berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pemberdayaan.
Keberhasilan suatu program tidak hanya ditentukan oleh kualitas
program tetapi bagaiman program tersebut dapat direalisasikan.
Kegagalan program dapat disebabkan karena tidak dilaksanakannya
program (non implementation) atau bisa juga disebabkan oleh pelaksanaan
yang tidak berhasil (unsuccessfull implementation).20
Kendala dalam menjalankan sebuah program pemberdayaan
ekonomidapat berasal dari dua arah, yaitu kendala dari dalam (intern)dan
kendala dari luar (ekstern). Kendala intern yang dimaksud adalah
berkaitan dengan faktor dari dalam para pelaksana program itu sendiri,
terutama rendahnya kualitas SDM, karakter, kebudayaan, dan kebiasaan
yang dimiliki. Kendala ini akhirnya akan menimbulkan berbagai kendala
lain yang lebih spesifik, antara lain:
a. Lemahnya pelaksana program dalam meningkatkan akses pasar dan
pengembangan program.
b. Lemahnya struktur permodalan, serta terbatasnya akses terhadap
sumber-sumber permodalan.
c. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.
d. Lemahnya organisasi dan manajemen.
e. Terbatasnya jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku ekonomi
lainnya.
Sedangkan kendala ekstern berkaitan dengan faktor dari luar
masyarakat, yaitu:
a. Iklim usaha yang kurang kondusif yang menimbulkan masih adanya
persaingan yang kurang sehat.
b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai.
c. Pembinaan yang masih kurang terpadu.21
Dari sekian banyak faktor yang ada, tentu tidak ada sebuah
program yang dapat berjalan sempurna, akan tetapi tidak ada salahnya jika
kita berusaha untuk mendekati
sebuah kesempurnaan tersebut dengan cara menggunakan SDM yang
berkualitas dan berdedikasi tinggi agar program pemberdayaan yang kita
lakukan berjalan dengan efektif.
6. Indikator Pemberdayaan
Indikator keberhasilan pemberdayaan masyarakat sebagai
sebuah proses seringkali diambil dari tujuan sebuah pemberdayaan yang
menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
21Djabarudin Djohan, “Pokok
perubahan sosial, yaitu: masyarakat miskin yang berdaya, memliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan da kemampuan memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, mauoun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Sedangkan
indikator keberhasilan program yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan
program-program dari sebuah pemberdayaan masyarakatadalah sebagai
berikut:
a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin,
b. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh
penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
c. Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya,
d. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan semakin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, semakin
kuatnya permodalan kelompok, makin rapih sistem administrasi
kelompok, serta semakin luasnya interaksi kelompok dengan
kelompok lain di dalam masyarakat.
e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang
ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu
Dari indikator di atas, yang disebut dengan masyarakat itu berdaya,
jika masyarakat itu mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan
mampu mensejahterkan masyarakat sekitarnya.22
Dan salah satu aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi
masyarakat untuk pengentasan kemiskinan adalah melibatkan
kerjasama dan pengelolaan yang baik, yang aplikatif dan tepat guna.
Ciri-ciri program pemberdayaan yang bersifat baik adalah:
a. Transparan (transparent)
Artinya semua yang terlibat dalam proses tersebut dapat
mengetahui perkembangan keuangan yang berjalan.
b. Bertanggungjawab (accountable)
Perguliran dana dikelola oleh orang-orang yang dapat dipercaya
oleh masyarakat.
c. Menguntungkan (profitable)
Semua pihak yang terlibat dapat memperoleh manfaat khususnya
keuntungan materi, baik diterima oleh pihak pelaku pemberdayaan
dan juga sasaran pemberdayaannya.
d. Berlanjut (suistanable)
Proses dapat dilakukan secara terus menerus dalam jangka
panjang.
22 Winda Pristian Irawan, “Pengaruh Program Pemberdayaan di Sektor Ekonomi Terhadap
Pengembangan Mustahik Oleh Rumah Zakat di Wilayah Bekasi”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
e. Dapat Diperluas (replicable)
Program ini dapat diterapkan juga ke kelompok di wilayah
lainnya.23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Menurut Surakhmad (1994:143), metode studi kasus memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri
dari satu uni (atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Karena
sifat yang mendalam dan mendetail tersebut, studi kasus umumnya
menghasilkan gambar yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis
data kasus dalam satu jangka waktu.1
Sedangkan menurut Basuki (2006: 113) mengatakan bahwa studi
kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi
tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami sesuatu
hal.2Maka pada penelitian ini studi kasus dilakukan pada Bank Sampha
Warga Peduli Lingkungan (WPL) Depok, untuk mengetahui peran Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dalam peningkatan perekonomian
nasabah.
1Prastowo Andi, “Memahami Metode
-Metode Penelitian”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011)
Cet. ke 1, h. 128 2
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif
lainnya. Dan didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang
diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic, dan rumit.3
Serta penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigm, strategi, dan
implementasi model secara kualitatif. Sebab itu, tidak mengherankan jika
tidak terdapat anggapan bahwa “Qualitative research in many thing to many
people” (Denzin dan Lincoln, 1994: 4).4
C. Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland (1984: 47), sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.5
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik
dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti.6
3Lexy J. Moeloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) h. 6
4 Basrowi & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) h. 20
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan
pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dan beberapa
nasabah Bank Sampah tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. dalam
penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan, literature, buletin,
majalah serta materi kuliahyang berkaitan dengan pembahasan ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data-data
yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa
teknik, yaitu:
1. Teknik Observasi
Observasi adalah mengamati situasi yang ada, situasi yang terjadi secara
spontan, tidak dibuat-buat, yang disebut juga dengan situasi yang sesuai
dengan kehendak alam (alamiah). Dan hasil pengamatan dicatat dengan
teliti untuk diambil kesimpulan-kesimpulan umum dan khusus.7
6Husein Umar, “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Cet. Ke-6, h. 42
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang
dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan.8
2. Teknik Interview
Wawancara adalah merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan
jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dan responden, yakni melalui
kontak dan hubungan pribadi.
Komunikasi tersebut dilakukan denga cara face to face, artinya antara
peneliti dan responden berhadapan langsung, maupun dengan cara tidak
langsung (via telpon) untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang
diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh si pewawancara.9
3. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya.10
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Proses analisis bersifat induktif, yaitu menggunakan data sebagai
8Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 115
pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak tidak
mengenal teorisasi sama sekali, artinya teori dan teorisasi bukan hal yang
yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk
memulai sebuah penelitian.11
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan
data.12
Maka dari itu, penulis akan melakukan klasifikasi data, yaitu usaha
menggolongkan data berdasarkan kategori tertentu dari seluruh data yang
penulis peroleh dari wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun.
Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data.
Data-data yang terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban
yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa
disebut editing.
F. Subjek-Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah narasumber yang diberikan kewenangan
untuk menjawab pertaanyaan yang diajukan oleh pewawancara (penulis).
11Bungin Burhan, “Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010) cet. ke 4. h. 27
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), yang beralamat di di Jl. Makam
No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok, 16436. Dan
difokuskan pada peran Bank Sampah dalam peningkatan perekonomian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
1. Sejarah dan Profil Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
Bank SampahWarga Peduli Lingkungan(WPL) beralamat di Jl.
Makam No. 96, Kampung Pitara Rt 01/13, Pancoran Mas, Kota Depok.
Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini telah beraktivitas
secara mandiri pada tahun 2009.
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan(WPL) ini salah satu bukti
dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat itu sendiri. Diprakarsai oleh seorang warga yang merupakan
anggota PKK, yaitu Sri Wulan bersama suaminya, Baron Noorwendo,
yang merupakan salah satu tokoh masyarakat PancoranMas Depok.
Pada awalnya, ini hanya sebuah gerakan dari Ibu-Ibu PKK untuk
mengisi waktu luang yang banyak terbuang sia-sia tanpa ada arti bagi
kehidupan sehari-hari mereka. Maka di tahun 2009, diadakan sebuah
kegiatan untuk memperkenalkan lubang resapan biopori, yaitu sebuah
metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan
cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Setelah memperkenalkan
lubang resapan biopori kepada masyarakat, selanjutnya masyarakat diajak
organik dan anorganik rumah tangga yang dianggap sebagian masyarakat
sudah tidak berguna lagi untuk didaur ulang, yang kemudian sampah
organic tersebut dijadikan pupuk kompos dan adapun sampah anorganik
dijadikan sebuah kerajinan tangan dan mempunyai nilai ekonomis.
Dan pada akhirnya Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
ini diresmikan pada tanggal 18 Juni 2011.
Setelah Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), maka
disusunlah pengurus yang bertanggung jawab terhadap jalannya program
Bank Sampah Peduli Lingkungan (WPL) ini, yang terdiri dari:
Tabel 4.1
Susunan Pengurus Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
KOMISARIS
Baroon Noorwendo
Bendahara
Rosidah
Direktur
Sri Wulan Wibiyanti
Sekretaris
Dede Ayanih
Koordinator Industri Kreatif
Koordinator Pelatihan
2. Visi dan Misi Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
- Visi
Menjadi Bank Sampah yang melibatkan potensi masyarakat dan
berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis, murah,
kreatif dan produktif.
- Misi
1. Melakukan edukasi pemilahan sampah secara continue
2. Menerapkan reuse dan recycle dengan cara menggunakan sampah
sebagai bahan baku industry kreatif.
3. Melibatkan potensi masyarakat dalam mengelola dan
melaksanakan program Bank Sampah.
4. Membangun jaringan sinergis dengan semua lembaga dan institusi
yang memiliki kesamaan visi.
5. Menjadi rujukan bagi masyarakat yang ingin menangani sampah
secara terpadu.
- Tujuan
Tujuan dari berdirinya bank sampah adalah untuk membangun
pola pikir dan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah dalam
kerangka program lingkungan dan juga bertujuan untuk menjadi pusat
- Manfaat
a. Membuat lingkungan menjadi bersih, sehat dan asri
b. Menjadikan sampah yang sudah tidak berguna lagi menjadi barang yang
bernilai ekonomis
c. Membuka peluang bagi masyarakat untuk menghasilkan karya dengan
kreatif, produktif dan kreatif.
3. Program dan Layanan
Setelah diresmikan pada tahun 2011, Bank Sampah Warga
Peduli Lingkungan (WPL) terus melakukan inovasi dalam membuat
program dan layanan bagi nasabahnya. Dan sampai tahun 2014 ini, tercatat
sudah ada 8 program yang ditawarkan Bank Sampah Warga Peduli
Lingkungan (WPL) bagi para nasabahnya, yaitu;
a. Tabungan
Seperti Bank Sampah pada umunya, Bank Sampah Warga Peduli
Lingkungan (WPL) juga menawarkan sebuah layanan tabungan bagi
para nasabahnya. Cara menabungnya pun sama seperti Bank Sampah
lainnya, yaitu dengan cara menyetorkan sampah yang telah dipilah,
kemudian sampah tersebut dihargai sesuai dengan daftar harga yang ada,
lalu nilai rupiah tersebut dicatat oleh petugas di buku tabungan nasabah
Akan tetapi, tabungan ini tidak bisa diambil oleh nasabah apabila
nasabah tersebut belum memenuhi syarat minimum untuk mengambil
tabungan, yaitu 5 kali menabung.
b. Training Center
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) menawarkan
sebuah layanan program bagi nasabah yang ingin menambah ilmu
pegetahuannya di bidang lingkungan. Para nasabah bisa mengikuti
training center yang diisi oleh orang-orang yang berpengalaman di
bidang tersebut.
Program ini telah berjalan dari awal diresmikannya Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), sehingga para nasabah yang
telah mengikuti training center sudah bisa mewakili Bank Sampah
Warga Peduli Lingkungan (WPL) untuk mengenalkan kepada
masyarakat luas tentang apa itu Bank Sampah.
Dan dari mengisi acara-acara training center tersebut, nasabah
bisa menambah pundi-pundi rupiah di tabungannya.
c. Pusat Kerajinan Kreatif
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) bukan hanya
sekedar lapak yang mengumpulkan sampah lalu dijual ke pengepul,
tetapi juga sebagai pusat kerajinan kreatif, karena awalnya WPL bukan
kemasan-kemasan yang dibentuk menjadi barang-barang yang bermanfaat.
Contohnya adalah tas bermacam-macam model, dompet, taplak meja,
mainan anak, dll.
Dengan adanya program kerajinan kreatif ini, nasabah bisa
menyalurkan kreativitas dari barang-barang bekas untuk dijadikan
sebuah hasil karya kerajinan tangan kreatif, yang kemudian 70% hasil
dari penjualan barang tersebut bisa menambah pemasukan bagi nasabah.
Berikut jenis kerajinan dan nilainya:
Tabel 4.2
Daftar Produk Kerajinan Tangan Bank Sampah Wrga Peduli
11 Tas L Rp.
26 Tas Belanja dengan Lapisan Rp.
33 Tas GoodDay dengan lapisan Rp.
d. Hibah Sampah dan Barang Bekas
Program ini lebih dikhususkan bagi mereka yang memiliki
ekonomi menengah ke atas. Yaitu pihak Bank Sampah Warga Peduli
membutuhkan barang bekasnya lagi, seperti barang elektronik, furniture,
dan kendaraan. Lalu, barang bekas tersebut diuangkan oleh Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yang kemudian uang
tersebut akan diputarkan sebagai pinjaman kepada Ibu-Ibu pedagang dan
pengusaha kecil tanpa bunga dan tanpa bagi hasil.
e. Mikro Kredit dari Sampah (ROKETS)
Program ini dikhususkan bagi nasabah yang ingin menjalankan
roda bisnisnya, baik bagi mereka yang baru ingin menjalankan bisnis,
atau pun bagi mereka yang sudah menjalankan bisnisnya tetapi masih
mendapat kendala di pendanaan.
Mereka bisa menikmati pelayanan kredit mikro yang ditawarkan
oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan mudah,
yaitu mereka bisa mengembalikan dana yang dipinjam dengan cara
diangsur dalam beberapa bulan tanpa adanya bunga. Bahkan kredit
mikro ini tidak menggunakan sistem bagi hasil. Jadi program kredit
mikro ini sangat membantu bagi nasabah ekonomi menengah ke bawah.
f. Sekolahku Hijau
Program ini membuka kesempatan bagi sekolah mana pun yang
ingin menambah ilmu tentang program lingkungan. Karena Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) melihat bahwa banyaknya
minat dari sekolah-sekolah yang ingin mendalami ilmu tentang
g. Asuransi Jiwa
Nasabah bisa mengikuti program asuransi jiwa yang ditawarkan
oleh Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL), dengan cara
membuat suatu kelompok yang beranggotakan 25 orang. Dari setiap
anggota kelompok ini dikenakan biaya Rp. 25.000/tahun untuk
membayar premi asuransi.
h. Kampung Wisata
Program ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh Bank
Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL). Yaitu ingin menjadikan
kampung dimana Bank Sampah ini berdiri untuk menjadi kampung
wisata dan edukasi. Jadi masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar
mengenai lingkungan secara langsung.
4. Nasabah
Pada saat ini Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah
memiliki nasabah sebanyak 115 nasabah.
5. Membentuk Sistem Pengolahan Sampah
Karena sistem pengolahan sampah adalah kegiatan utama yang ada
di Bank Sampah, maka membentuk sistem ini merupakan sebuah hal
terpenting bagi bagi Bank Sampah. Pertama, nasabah harus memilah
sampah yang akan disetorkan ke Bank Sampah di rumah masing-masing.
Kedua, setelah nasabah tersebut sudah mendapatkan sampah pilahan,
Peduli Lingkungan (WPL). Dalam hal ini, ada dua (dua) cara untuk
mengumpulkan atau menyetorkan sampah pilahan, yaitu:
a. Nasabah sendiri yang langsung menyetorkan sampah ke Bank Sampah
Warga Peduli Lingkungan (WPL).
b. Petugas Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) mendatangi
rumah nasabah untuk mengambil sampah.
B. Peran Bank Sampah Dalam Meningkatkan Perekonomian Nasabah
Melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Tujuan awal dari didirikannya Bank Sampah Warga Peduli
Lingkungan (WPL) adalah ingin menciptakan kegiatan positif yang
bermanfaat dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan
berjalannya waktu, kegiatan yang diadakan oleh kelompok ini (sebelum
dinamakan Bank Sampah) tidak hanya menghasilkan sebuah kegiatan positif,
akan tetapi menghasilkan sebuah kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis di
dalamnya, yaitu Bank Sampah. Para nasabah/ masyarakat bisa menabungkan
sampah-sampah olahan rumah tangga yang telah dipilah terlebih dahulu untuk
disetorkan ke Bank Sampah yang kemudian sampah tersebut ditukar dengan
sejumlah uang rupiah sesuai dengan nilai sampah tersebut.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pemberdayaan adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan
mendominasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat
dan martabat seluruh lapisan masyarakat. Dengan kata lain menjadikan
masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang.1 Dan Bank Sampah Warga
Peduli Lingkungan (WPL) telah menciptakan iklim untuk mengembangkan
1Sulistiati, “Isu
-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi” (Jakarta: Balai
potensi masyarakat dengan membangun pola pikir dan prilaku masyarakat
dalam mengelola sampah dan manjadikan sampah sebagai barang yang
mempunyai nilai ekonomis. Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL)
juga mengembangkan potensi ekonomis sampah ini melalui pusat industri
kreatif yang berkontribusi nyata dalam mengurangi sampah secara praktis,
murah, kreatif dan produktif.
Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) telah
memberdayakan nasabahnya melalui program-program yang diadakan. Semua
program tersebut membuat sebuah pola pemikiran di dalam diri masyarakat
bahwa sampah dapat bernilai uang bagi mereka dengan memanfaatkan potensi
yang ada di sampah tersebut.
Dan Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) juga membantu
masyarakat dalam mengembangkan potensi diri para nasabahnya untuk
berkarya secara praktis, murah, dan kreatif. Ini terbukti dengan banyaknya
hasil kerajinan tangan yang telah dihasilkan oleh Bank Sampah Warga Peduli
Lingkungan (WPL) untuk dijual dan hasilnya dapat dirasakan oleh nasabah
tersebut.
Dengan adanya Bank Sampah, masyarakat menjadi sadar bahwa
sampah yang selama ini disepelekan keberadaannya, sebenarnya dapat