• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM DESA KETAWANG KECAMATAN GRABAG

Dalam dokumen Makalah Haji - Makalah (Halaman 41-58)

4. 1. Desa Ketawang Kecamatan Grabag

Desa Ketawang adalah salah satu desa dari 28 desa yang ada di Kecamatan Grabag. Desa ini dipimpin oleh bapak Sutrisno, yang bertindak sebagai kepala desa. Desa Ketawang sendiri terdiri dari tujuh dusun atau wilayah kekuasaan, yang masing- masing dusun dikepalai oleh Kepala Dusun (Kadus) atau bayan yang bertanggung jawab terhadap dusun yang dipimpinnya. Dusun–dusun tersebut adalah:

1. Dusun Pakel yang dipimpin oleh Bapak Suryanto yang baru saja terpilih dalam pemilihan Kadus tanggal 30 April 2005 yang lalu.

2. Dusun Bawang yang dipimpin oleh Bapak Sudarman 3. Dusun Ketawang yang dipimpin oleh Bapak Suprapto 4. Dusun Sorobayan yang dipimpin oleh Bapak Pringadi 5. Dusun Ngepoh yang dipimpin oleh Bapak Hadiyanto 6. Dusun Gubugan yang dipimpin oleh Bapak Dahroni 7. Dusun Maron yang dipimpin oleh Bapak Paryono

Dalam menjalankan tugas, Kepala Desa selain dibantu sekretaris desa, juga dibantu oleh beberapa Kaur (Kepala Urusan), adapun Kaur dalam Desa Ketawang adalah sebagai berikut:

1. Kaur Pemerintahan dibawah pimpinan Bapak Susanto

2. Kaur pembangunan dibawah pimpinan Bapak Pawit Waluyo. 3. Kaur Kesra dibawah pimpinan Bapak Saryono.

4. Kaur Keuangan dibawah pimpinan Bapak Eko Pribadi. 5. Kaur Umum dibawah pimpinan Bapak Winarsih.

Letak geografis, Desa Ketawang terletak dalam wilayah Kecamatan Grabag, sebelah utara berbatasan dengan Desa Banaran, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sugih Mas, sebelah barat berbatasan dengan Desa Salam, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Magersari. Berdasarkan peta Desa Ketawang sebagaimana terlampir.

Desa Ketawang mempunyai luas wilayah 114 Ha, dengan jumlah penduduk 2735 jiwa (hasil sensus bulan januari 2004) yang terbagi dalam 19 RT dan 9 RW, dengan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.379 orang dan jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 1.356 orang, dan terdapat 688 kepala keluarga.

Desa Ketawang boleh dikatakan tidak terlalu terpencil, dikarenakan desa ini tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan. Jarak dengan pemerintahan kecamatan sekitar 5 km, sedang jarak dengan pemerintahan kabupaten sekitar 40 km. Jalan ke desa Ketawang dapat ditempuh dengan angkutan yang tersedia, baik dengan angkutan pedesaan maupun dengan ojek yang berada di terminal Grabag.

Perekonomian, masyarakat Desa Ketawang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani ladang, hasil ladangnya diantaranya adalah jagung, lombok, ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang dan kubis. Selain petani ada juga yang berdagang, namun sebagian besar pendapatan sehari-harinya ditopang oleh pembuatan kerajinan keranjang yang terbuat dari bambu, baik keranjang buah maupun kerajang tembakau.

Hampir setiap masyarakat di desa ini membuat kerajinan keranjang, karena itulah pekerjaan yang dapat menopang perekonomian mereka sehari-hari. Setiap harinya masyarakat dapat membuat sekitar 15-20 buah keranjang buah, yang setiap keranjang dihargai Rp.1000 rupiah. Namun berbeda pada saat musim panen tembakau tiba, yakni berkisar bulan juli sampai agustus, masyarakat lebih memilih membuat keranjang tembakau daripada keranjang buah, mereka beralasan dengan membuat keranjang tembakau maka akan mendapatkan keuntungan yang berlipat,

karena setiap keranjang tembakau perbijinya dihargai sekitar Rp. 40.000 sampai Rp. 80.000 rupiah, tergantung besar kecilnya ukuran.

Dalam mencari nafkah, masyarakat Desa Ketawang tidak terbatas pada daerahnya saja, melainkan juga banyak yang merantau ke luar daerah, seperti Semarang, Surabaya, Jakarta dan kota-kota lainnya. Di kota-kota tersebut ada yang bekerja menjadi karyawan pabrik, buruh bangunan, serabutan dan lain sebagainya. Tidak hanya di dalam negeri, bahkan sampai ada yang merantau ke luar negeri untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Kesederhanaan masyarakat Desa Ketawang dapat dilihat dari masih aslinya bangunan rumah mereka yang merupakan ciri khas rumah orang Magelang. Ciri khas rumah tersebut yakni terdiri dari 2 bangunan dengan penampilan atapnya yang berbeda. Bangunan bagian depan atapnya berbentuk limasan yang menggambarkan bentuk-bentuk rumah yang banyak dijumpai di kawasan pedesaan.

Bangunan bagian belakang berbentuk segi enam mirip dengan bangunan stupa candi dan beratapkan jenis joglo. Bangunan ini menggambarkan bahwa Candi Borobudur terletak di Kabupaten Dati II Magelang, Bangunan berbentuk stupa ini juga dilengkapi dengan sebagian relief cerita seperti pada bangunan Candi Borobudur. Bangunan-bangunan rumah tersebut kebanyakan masih terbuat dari kayu.

Sosial kemasyarakatan, Sistem kekerabatan masyarakat setempat masih sangat erat, semisal ada tetangga yang mempunyai hajat, maka warga yang lain saling bergotong royong untuk membantu orang yang mempunyai hajat tersebut, mereka lakukan hal itu, karena mereka menyadari bahwa suatu saat mereka juga akan memerlukan bantuan orang lain. Apalagi dalam beberapa kesempatan yang menyangkut kepentingan bersama, maka gotong royong hukumnya adalah wajib.

Hal yang paling berkesan bagi penulis dalam melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ketawang terutama di Dusun Pakel, adalah masyarakatnya yang ramah, sopan dan tidak mempersulit, sehingga membuat penulis dan teman-teman satu posko merasa kerasan tinggal disana. Setelah kami menyelesaikan KKN, hubungan kami pun tidak putus begitu saja, kami juga masih berhubungan dengan

masyarakat setempat, terkadang kami satu posko mengunjungi desa tersebut untuk bersilaturrahmi.

Pendidikan, Desa Ketawang mempunyai lembaga pendidikan diantaranya: satu Taman Kanak-Kanak, dua Sekolah Dasar (SD) yaitu SD Ketawang I yang berada di Dusun Ketawang, dan SD Ketawang II yang berada di Dusun Maron. Selain mempunyai tiga lembaga pendidikan umum, didesa ini juga mempunyai empat lembaga pendidikan yang berbasis agama yakni Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang berada di Dusun Bawang, Dusun Ketawang, Dusun Sorobayan dan Dusun Maron.

Dalam hal pendidikan, masyarakat Desa Ketawang kebanyakan lulusan dari SD dan SMP, kalau toh ada lulusan SMA dan Perguruan Tinggi itu jumlahnya tak sebanyak lulusan dari SD dan SMP. Kendala utama pendidikan adalah latar belakang ekonomi masyarakat yang kurang mampu, sehingga mereka tidak mampu untuk membayar sekolah.

Sebenarnya masyarakat sadar bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan mereka, tapi bagaimana lagi, keadaan mereka yang memaksa untuk lebih mementingkan membantu orang tua dalam mencari nafkah daripada sekolah.

Sosial keagamaan, berbeda dengan pendidikan umum, pendidikan agama masyarakat desa ini dapat dibilang lebih baik, ini dibuktikan dengan banyaknya anak- anak yang ikut mengaji, baik yang diselenggarakan dirumah ustadz dimasing-masing dusun ataupun sekolah Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang ada di desa tersebut. Majunya pendidikan agama dibanding dengan pendidikan umum terletak pada faktor biaya pendidikan yang jauh lebih murah.

Di dusun Ketawang kegiatan belajar-mengajar agama (TPQ) dipusatkan dirumah ustadz Solihin. Walaupun tidak mempunyai gedung semewah dusun Bawang tetapi kurikulumnya sama, sebagaimana yang diajarkan di TPA dusun Bawang.

Namun TPQ ini hanya sampai pada kelas dua, setelah itu para siswanya sebagian melanjutkan TPQ di dusun Bawang.

Kegiatan belajar mengajar didusun ini perlu adanya perhatian pemerintah setempat, karena tempat belajarnya kurang mendukung, semisal para siswanya duduk dilantai yang masih berupa tanah serta beralaskan dengan tikar, serta hanya ada tiga bangku untuk menulis, sehingga sebagian lagi menulis diatas lantai, dan kegiatan belajarnya bergantian antara kelas satu dan kelas dua, papan tulisnya pun hanya satu setengah meter persegi. Apalagi kalau aliran listriknya mati, maka penerangannya berasal dari lentera kecil ataupun dengan lilin, itupun tidak bisa menerangi seluruhnya, sehingga tulisan yang ada di papan tulis sulit dapat terbaca.

Menurut data kependudukan desa Ketawang tahun 2005, seluruh masyarakat Desa Ketawang beragama Islam, di desa ini terdapat tujuh buah Masjid dan sepuluh buah mushola, untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Sarana Ibadah Desa Ketawang Kecamatan Grabag

No Desa Masjid Musholla

1 2 3 4 5 6 7 Gubugan Ketawang Pakel Maron Sorobayan Ngepoh Bawang 1 1 1 1 1 1 1 - 2 2 1 2 - 3

Kegiatan keagamaan yang ada di desa ini meliputi selapanan, yakni pengajian yang rutin diadakan setiap 35 hari sekali, yasin dan tahlil yang diadakan setiap kamis malam di setiap dusun, pengajian ibu-ibu yang diadakan setiap malam minggu dan

pengajian rutin dalam menyambut hari besar Islam.

Tidak seperti pada dusun-dusun lainnya, kegiatan keagamaan di dusun Pakel jarang diadakan, di dusun ini hanya ada pengajian umum pada waktu-waktu tertentu, seperti pada acara hajatan dan syukuran. Meskipun jarang diadakan pengajian, namun antusisme masyarakat untuk mengikuti pengajian sangat tinggi, ini dibuktikan apabila ada pengajian di dusun atau desa lain, maka mereka tidak segan-segan berjalan kaki untuk menghadiri pengajian tersebut. Seperti halnya di dusun-dusun lainnya, pengajian yang rutin diadakan di dusun Pakel ini adalah pengajian setiap kamis malam yaitu membaca surat Yaasiin dan tahlil, yang bertempat di masjid untuk bapak-bapak dan di mushola untuk para pemuda.

Namun demikian, di dusun Pakel terdapat seorang tokoh yang berpengaruh selain tokoh dari pemerintahan desa, tokoh tersebut bernama Eko Demas, beliau tidak hanya dikenal di desanya, tetapi juga sudah di kenal sampai keluar kota. Beliau merangkul pemuda-pemuda yang ada di dusun tersebut, agar supaya tidak terbawa arus perubahan zaman. Beliau selalu mengadakan sholat serta dzikir bersama setiap malam jum’at kliwon, sholat dan dzikir tersebut diikuti oleh pemuda dan masyarakat setempat, bahkan juga ada yang berasal dari luar kota.

Berbeda dengan dusun Pakel, dusun Ketawang dan dusun Gubugan mempunyai tingkat rutinitas mengaji lebih tinggi, setidaknya dalam 35 hari sekali dikedua dusun tersebut terdapat pengajian selapanan. Namun aktifitas pengajian di dusun Gubugan lebih banyak, semisal kegiatan pengajian yang diadakan setiap kamis malam, selain membaca surat yaasiin mereka juga diberikan ceramah keagamaan oleh ulama setempat, terkadang juga dari luar dusun tersebut.

Masyarakat dusun Gubugan juga mempunyai tingkat ketaatan terhadap agama yang cukup tinggi, ini bisa dilihat ketika sholat wajib dilaksanakan, masjid terlihat penuh oleh para jamaah yang melaksanakan sholat lima waktu. Ada sebuah kejadian yang cukup mengagetkan penulis di dusun ini, yakni pelaksanaan sholat ashar dilaksanakan pada jam 16.30 yang biasanya dilaksanakan kurang lebih jam 15.00, menurut pak Dahroni yang juga sebagai kepala dusun, pelaksanaan sholat yang mundur dari waktu yang semestinya itu, dikarenakan menunggu masyarakat yang pada saat itu masih di ladang, sehingga tidak bisa melaksanakan sholat pada waktunya.48 Walaupun begitu pada saat dilaksanakannya sholat, masjid dipenuhi oleh para jamaahnya.

Seni budaya. Kesenian rakyat yang ada di desa Ketawang ini tak jauh berbeda dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan Grabag maupun kecamatan- kecamatan lain yang berada dalam wilayah kabupaten Magelang, kesenian itu diantaranya adalah kesenian Kubrosiswo, warok, wayang orang dan rebana.

4. 2. Sekilas tentang Kesenian Kubrosiswo

Menurut pak Sutrisno kesenian Kubrosiswo berasal dari daerah Borobudur, kesenian ini selain berisi pesan-pesan dakwah juga bercerita tentang masa penjajahan dahulu hingga kemerdekaan. Dalam ceritanya disebutkan bagaimana para pejuang megorbankan harta, keluarga bahkan nyawanya untuk merebut kemerdekaan yang merupakan cita-cita bangsa sejak dahulu.49

Menurut beliau kesenian Kubrosiswo dikenal oleh masyarakat desa Ketawang khususnya di dusun Pakel semenjak tahun 1982, awal perkembangan kesenian ini di

48

Wawancara dengan pak Dahroni pada tanggal 8 februari 2005 49

dusun Pakel disambut antusiasme masyarakat yang sangat besar, karena senangnya dengan kesenian itu maka pada tahun itu juga dibentuk kelompok kesenian Kubrosiswo.50

Pak Sutrisno juga menuturkan dengan adanya dukungan yang diberikan oleh pemerintahan kecamatan dan kabupaten, dengan mengagendakan festival kesenian Kubrosiswo yang diadakan setiap tahun, memberikan motivasi tersendiri kepada para pemain dan pendukung kesenian ini, ditambah kelompok ini sering mendapatkan order untuk tampil ke desa lain dalam beberapa kesempatan, sehingga semangat untuk melestarikan kebudayaan nenek moyangnya juga cukup tinggi.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan kesenian Kubrosiswo pada masa sekarang dapat dibilang menghawatirkan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:51

1. Berasal dari para pemain dan pendukung kesenian Kubrosiswo. Pemain atau pendukung dari kesenian ini banyak yang bekerja diluar daerah, dengan banyaknya masyarakat yang merantau keluar daerah itulah mengakibatkan kekurangan pemain, walaupun kekurangan itu dapat ditutup oleh anggota dari anak- anak, namun menurut mereka kurang enak ditonton, disamping mengurangi keserasian fisik pemain, juga mengurangi keserasian dalam permainannya.

2. Berkembangnya atau majunya ilmu pengetahuan dan tehnologi. Dengan adanya televisi membuat mereka enggan dan malas untuk latihan, sehingga mengurangi kekompakan mereka pada saat tampil. Sedangkan dari segi antusiasme penontonnya, kalau dibandingkan dengan zaman dahulu masih kalah jauh, kalau zaman dahulu penontonnya sesak bahkan menurut cerita saling desak-desakan sehingga yang berada dibelakang tidak kelihatan,

50

wawancara dengan pak Sutrisno tanggal 17 Februari 2005 51

bahkan ada yang dibela-belain naik pohon agar supaya dapat melihat dengan jelas. Masyarakat sekarang merasa tontonan seperti itu dianggapnya sudah kuno dan tidak menarik lagi untuk ditonton, apalagi para pemudanya lebih tertarik nonton televisi yang banyak menyuguhkan acara yang lebih bagus dari kesenian itu.

3. Sepinya orderan untuk pentas dan kurangnya perhatian dari pemerintah kecamatan maupun pemerintahan kabupaten. Kelompok kesenian Kubrosiswo di Dusun Pakel ini pernah mengalami kejayaan, sekitar tahun 82 sampai 90-an. Pada saat itu kelompok kesenian ini sering dipanggil ke desa lain untuk tampil dalam rangka hajatan, baik nikahan, sunatan, maupun dalam rangka memperingati hari-hari besar baik nasional maupun keagamaan. Tidak itu juga, Kelompok kesenian ini sering mendapat juara dalam festival kesenian Kubrosiswo yang diselenggarakan baik ditingkat kecamatan maupun kabupaten. Sehingga para anggotanya mempunyai semangat untuk terus menerus dalam melestarikan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya tersebut. Tetapi masa-masa indah itu tinggal kenangan, sekarang orderan untuk pentas sepi dan kurangnya dukungan dari pemerintah kecamatan, membuat pemain dan pendukung kesenian ini kurang bersemangat.

Dalam upaya melestarikan seni dan budaya bangsa, masyarakat di dusun ini menurunkan ketrampilannya bermain kesenian Kubrosiswo kepada anak-anak mereka, yang merupakan generasi penerus dari dusun tersebut, mereka lakukan hal ini sejak dini sebagai tindakan preventif agar kesenian Kubrosiswo tidak musnah diterjang masa.

Setiap pementasan kesenian Kubrosiswo, maka akan melibatkan hal-hal yang mendukung terselenggaranya acara tersebut. Rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk memberi kesan yang baik dalam setiap pementasan kesenian Kubrosiswo. Hal-hal itu meliputi:52

1. Pemain. Dalam setiap pementasan Kesenian Kubrosiswo memerlukan pemain sekitar 40 orang, yang terdiri dari 25 orang penari, 24 orang sebagai anggota, dan satu orang sebagai master atau komandannya yang bertugas memberi aba-aba, semua pemainnya laki-laki. Sedangkan yang memegang peralatan musiknya sebanyak 5 orang, yang kesemuanya juga laki-laki dan 2 orang yang melagukan syairnya, kadang dimainkan laki-laki kadang perempuan, Selebihnya sebagai pemain pengganti.

2. Peralatan musik.

Peralatan musik yang dipakai masih alat musik tradisional, yang terdiri atas satu tanjidor (bedug tanggung), tiga Bende, dan satu gendang. Agar syair-syair yang dibawakan dapat terdengar dengan jelas, dan untuk memeriahkan acara tersebut biasanya menggunakan sound system atau pengeras suara.

3. Perlengkapan pemain.

Sebelum tampil dalam pementasan, para pemain kesenian Kubrosiswo di rias terlebih dahulu. Agar terlihat serasi dalam penampilannya, para pemain memakai kostum tertentu yang seragam, serta memakai ikat kepala. Sedangkan master atau komandannya yang bertugas memberi aba-aba, memakai kostum dengan warna yang berbeda dengan pemain lainnya. Dalam pertunjukan para pemain dibagi menjadi dua bersap, satu baris memakai baju dan celana warna

52

merah, ikat pinggang biru dan ikat kepala berwarna hitam. Baris yang kedua memakai baju dan celana warna biru dan ikat pinggang warna merah dan ikat kepala berwarna hitam. Sedangkan Master atau pemimpinnya memakai baju dan celana berwarna ungu, ikat pinggang putih dan ikat kepala berwarna hitam.

4. Tempat pementasan. Tempat pementasan dibuat sekitar 25 m² dan dikelilingi bambu, dengan tujuan agar pada saat pemain ada yang kesurupan tidak lari kepenonton. Selain dikelilingi bambu biasanya diberi tenda (tratak), agar dapat terlindung dari panas dan hujan saat tampil.

5. Waktu pementasan.

Setiap pementasan kesenian Kubrosiswo dapat berlangsung selama 30 sampai 45 menit setiap kali tampil, namun pementasan ini bisa tampil dua kali dalam setiap pementasan, tergantung dari orang yang menanggap kesenian ini. Kalau permintaannya dua kali tampil, biasanya dimainkan siang dan malam harinya.

6. Sesajen.

Berhubung kesenian ini berbau mistik, maka sesaji tidak bisa dilepaskan. Sesaji ini terdiri dari telur ayam kampung, kembang setaman, bubur merah putih dan jatah pasar (bermacam makanan yang dibeli dari pasar).

4. 2. 2. Pesan-Pesan Dakwah dalam Kesenian Kubrosiswo

Kesenian Kubrosiswo mempunyai beberapa unsur pembentuk, salah satu unsur pembentuk tersebut adalah lagu atau nyanyian, dan lagu atau

nyanyian itu diantaranya terdapat beberapa pesan dakwah, dimana pesan- pesan dakwah itu meliputi tiga hal, yakni aqidah, syariah dan budi pekerti, dan kesemuanya itu sesuai dengan ajaran Islam yang bersumberkan Alqur’an dan Hadis. Pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam syair-syair kesenian Kubrosiswo itu ialah:53

1. Pesan dakwah yang meliputi bidang aqidah

Bahagia kito muda Islam Muda yang tunduk peraturan Bersembahyang pada siang malam Untuk ingat pada nikmat Tuhan Sholat yang 2x wajib lima waktu Dikerjakan dengan sungguh-sungguh Taatkanlah lelupa selalu

Karena takut Allah Tuhanku

2. Pesan dakwah yang meliputi bidang syariah

Para Muslimin podo bungah Puji syukur ing Gusti Allah Sasi rejeb tanggal pitulikur Allah animbali kanjeng rosul Nabi Muhammad kedawuhan Anindaake marang kewajiban Nindaake sholat 50 waktu

Kanggo sangune nyuwun pangestu 50 waktu mung kari limo

Kanggo ngenteng-ngenteng poro manungso Sholat iku wajibe kang mulyo

Ora abot lan ora rekoso Terjemah

Para Muslimin sama senang Puji syukur kehadirat Allah

53

Bulan rajab tanggal 27 Allah memanggil Rosulullah

Nabi Muhammad menerima perintah Menjalankan kepada kewajiban Menjalankan sholat 50 waktu

Buat bekal meminta restu (saat kita mati) 50 waktu tinggal lima

untuk memudahkan semua manusia Sholat itu kewajiban yang mulya Tidak berat dan tidak membebani Dengarkanlah saudara-saudaraku Aku akan bercerita padamu Menerangkanlah rukun agamamu Agar saudara siapa tahu

Lima perkara Banyak rukun Islam Agama suci di seluruh alam Ashaduala iilaha illallah Serta Muhammad utusan Allah Rukun pertama selesailah sudah Kedua kali mendirikan sholat

Lima kali sehari beribadah dengan pernah membaca kalimah Membayar zakat rukun yang ke tiga

Sesudah cukup seni sehartanya Puasa Romadhon yang keempatnya Dari awal sampai hari raya

Sekarang satu lagi penghabisan

Pergi ke Mekah mencari kesempurnaan Sudah cukuplah agaknya sekian

Salam dan maaf kami ucapkan Agomo kito agomo Islam Mewatoni rung awerni sekawan

Siji Qur’an loro hadis telu Isma’ (ijma’) papat liyas (Qiyas) Temurune kitab Qur’an iku

Marang gusti kanjeng Nabi Muhammad

Gunane kanggo angganti rukun kitab kang wis lami Terjemah

Agama kita agama Islam

Berpegang pada empat pedoman

Satu Qur’an dua hadits tiga Ijma’ empat Qiyas Turunnya kitab Qur’an itu

Kepada baginda Nabi Muhammad

Berguna untuk mengganti rukun kitab yang sudah lama Ayo simbah-simbah

Podho dong ibadah

Umure rak tambah ojo kakean polah Lamun rak ngibadah

Bakal nompo susah

Besok ning akherat mlaku-mlaku kecemplung kolah Terjemah

Ayo kakek-kakek

Sama-sama menjalankan ibadah

Umurnya tidak tambah jangan kebanyakan tingkah Tapi kalau tidak ibadah

Akan menerima susah

Besok di akherat jalan-jalan masuk ke kolam Ayo kakang-kakang

Podo dong sembahyang

Bumine wis goyang mundak rakaruang Lamun ora sembahyang

Awakmu sak carang Besok nong akherat

Mlaku-mlaku kecemplung blumbang. Terjemah

Ayo mas-mas

Sama melakukan sholat

Buminya sudah goyang tidak beraturan Kalau tidak sholat

Badanmu semuanya Besok di akherat

Jalan-jalan masuk ke kolam. Anake wong tani

Omahe ning pinggir kali

Podo wira-wiri goleki senenge ati Anake wong tani 2x

Omahe ning pingir kali Terjemah

Rumahnya dipinggir sungai

Sama kesana kesini mencari senangnya hati Anaknya orang tani 2x

Rumahnya dipinggir sungai Anake wong jowo

Lungo nonton bintang mudo

Ojo main moto mundak ora prayogo Anake wong jowo2x

Lungo nonton bintang mudo Terjemah

Anaknya orang jawa Pergi melihat bintang muda Jangan main mata nanti tidak baik Anaknya orang jawa2x

Pergi melihat bintang muda Ingatlah kepada Tuhan

Yang telah memberi kenikmatan Semua perhiasan dari Tuhan bagi manusia jadi hiburan Dunia-dunia yang indah ini Wajib kita atur yang rapi

Dalam dokumen Makalah Haji - Makalah (Halaman 41-58)

Dokumen terkait