• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT DAN AKTIVITAS MAHASISWINYA

}

BAB III

GAMBARAN UMUM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT DAN AKTIVITAS MAHASISWINYA

Khusus untuk Imam Tentara. Pimpinan ADIA pada saat itu adalah Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai Dekan, dan Prof. Dr. H Bustami A Ghani sebaga Wakil Dekan (Wadek).

Dalam perkembangan selanjutnya untuk meningkatkan pendidikan tinggi Islam timbullah untuk menggabungkan PTAIN (Perguruan Tinggi Islam Negeri) di Yogyakara, dan ADIA di Jakarta dalam bentu Universita Institut, usaha tersebut berhasil dengan diresmikannya IAIN (Institut Agama Islam Negeri)

oleh mentri Agama di gedung kepatihan Yogyakarta, berdasarkan Keppres RI No.11 tahun 1960, tanggal 24 Agustus 1960 (2 Robiul Awal 1380 H) kantor pusat IAIN pada saat itu berada di Yogyakarta. 1998/1999. Pada tahun 2000 dibuka program Agribisnis dan teknik informatika sama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) dan BPPT, managemen dan akuntansi. Pada tahun 2001 diresmikan Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah bekarja sama dengan IDB (Islamic Development Bank), sebagai penyandang dana pembangunan yang modern antara lain Mc. Gill University (CIDA), Leiden University (INIS), Universitas Al-Azhar (Kairo), King Saud (Riadh), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB) Universitas Muhamaddiyah Jakarta dan Universitas serta lembaga lainnya.

Langkah perubahan IAIN menjadi UIN mendapat rekomendasi dengan ditandatanganinya surat keputusan bersama (SKB), Menteri Pendidikan Nasional RI Jami'ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah

No.4/KB/2001 dan Menteri Agama RI No.500/2001 tanggal 21 November 2001dan disamping itu dua belas program studi Ilmu Sosialdan Eksakta mendapat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS dalam surat No.088796/MPN/2001 tanggal 22 November 2001.

Adapun peresmian IAIN menjadi UIN dilakukan oleh Wapres H. Hamzah Haz tanggal 8 juni 2002 bersamaan dengan ulang tahun yang ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Cikal bakal fakultas Ushuluddin dan filsafat di UIN Syarif hidayatullah Jakarta bermula dari jurusan Da'wah wal Irsyad58 yang berdiri pada tahun 1959 pada masa ADIA, adapun Fakultas Ushuluddin berdiri tanggal 5 Nopember 1962, diresmikan oleh menteri Agama K.H. Syaifuddin Zuhri. Pada saat itu fakultas tersebut dibawah pimpinan Prof. H. M Toha Yahya Omar, MA.59 Jurusa ini juga dikenal sebagai jurusan

khusus, karena mahasiswanyaterdiri dari imam-imam tentara yang diberi tugas belajar, baik dari angkatan darat maupun angkatan udara. Pada tahun 1960, jurusan ini juga dikenal dengan PT PAL (Pendidikan Tjalon Perwira Angkatan Laut) karena mahasiswanya berasal dari Angkatan Laut.

Fakultas Ushuluddin pada tahun 1964 membuka jurusan pertama kalinya bernama ilmu dakwah60 dan mengeluarkan sarjana pertama kalinya tahun 1968, itu jurusan tersebut memisahkan diri menjadi fakultas tersendiri. Pada tahun 1967 Fakultas Ushuluddin membuka jurusan Perbandingan Agama tingkat Doctoral, dan

tiga tahun kemudian telah melahirkan sarjananya. Pada 1982, fakultas yang dikenal sebagai sarang pemikir kritis ini mendirikan jurusan Aqidah Filsafat. Dengan berdirinya jurusan ini, maka semakin kukuh pula citra Ushuluddin sebagai Fakultas pengusung pembaharuan pemikir Islam di Indonesia. Pada tahun 1989 fakultas Dakwah resmi mengeluarkan diri menjadi fakultas tersendiri, sebagai gantinga Ushuluddin membuka jurusan baru yaitu jurusan Tafsir Hadits yang akhirnya jurusan yang paling diminati sampai sekarang

Tahun 1999/2000 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat membuka dua Program studi sekaligus yaitu jurusan Sosiologi Agama dan Pemikir Politik Islam. Hal ini muncul dari keinginan IAIN untuk mengadakan perubahan keindonesiaan61.

Pada tahun 2002 presiden RI mengeluarkan KEPPRES No.31 tahun 2002 tanggal 20 mei 2002 tentang perubahan IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama dengan itu fakultas ushuluddin berubah menjadi fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Program studi di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat terdiri dari :

Jurusan Perbandingan Agama dibuka tahun 1967. Pada awalnya dibuka program Doktoral, namun karena besarnya miat masyarakat maka fakultas ini menambah kelas sore pada tahun 1985 diperbolehkan lulusan SLTA untuk mengikuti program ini.

Program Studi Aqidah Filsafat, dibuka sejak tahun akademik 1982/1983 sebagai pengembangan diri jurusan yang ada penyelenggaraan program studi ini dikukuhkan dengan SK menteri Agama No.E/48/1999 tentang penyelenggaran jurusan dan program studi pada fakultas-fakultas dilingkungan IAIN.

Program Studi Tafsir Hadits, berdiri sejak 1 maret 1989 SK Rektor IAIN Jakarta No.09 tahun 1989 tentang pembentkan jurusan Tafsir Hadits di bawah naungan Fakultas Ushuluddin.

Program Studi Sosiologi Agama. Pembukaan program studi ini di mulai pada tahun akademik 1999/2000 merupakan jawaban yang diberikan Fakultas Ushuluddin terhadap kebutuhan masyarakat akan sarjana agama yang memiliki wawasan ilmu social empiris.

Program Studi Pemikir politik Islam (PPI), dibuka sejak tahun akademik 1999/2000 sebagai pengembangan darijurusan-jurusan yang ada di Fakultas Ushuluddin, PPI dikukuhkan dengan SK Rektor IAIN Jakarta No.30 tahun 2000 pada tanggal 26 April tentang penyelenggaraan jurusan dan program studi pada fakultas-fakultas di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Namun, seiring waktu berjalan, berdilah Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik (FISIP) mulai tahun akademik 2009/2010,62 dan bersamaan dengan itu dua

jurusan di fakultas ushuluddin dan filsafat bergabung dengan fakultas tersebut, diantaranya adalah jurusan Sosiologi Agama dan jurusan Pemikir Politik

Islam.

Sampai saat ini, jurusan yang ada di fakultas ushuluddin dan filsafat saat ini adalah jurusan Tafsir Hadits, jurusan Aqidah Filsafat, dan jurusan Perbandingan Agama.

Visi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) adalah menjadikan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat sebagai salah satu fakultas yang terkemuka dalam pengembangan dan pengintegrasian ilmu-ilmu dasar keislaman dan ilmu-ilmu sosial yang berdimensi etis, keindonesiaan, dan kemanusiaan63.

Misi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat64:

Melaksanakan pengajaran, pendidikan, dan pengembangan ilmu-ilmu dasar dan ilmu-ilmu sosial islam, baik yang besifat teoritik dan aplikatif.

Memelihara tradisi keilmuan dan intelektual yang sudah baik dan sekaligus mendorong penemuan teori-teori baru.

Memotivasi mahasiswa agar bersifat etis, berfikir rasional, analitis-kritis, dan berorientasi pada pemecahan masalah, serta berpandangan jauh kedepan.

Melaksanakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dalam rangka Visi dan Misi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

pengembangan ilmu-ilmu dasar dan sosial Islam.

Melaksanakan kerja samadengan lembaga intrauniversitas dan ekstrauniversitas untuk memberi wawasan dan kesempatan yang luas kepada akademika untuk ektualisasi diri.

Melaksanakan ekstrakulikuler yangg mendukung dan menumbuhsuburkan minat dan bakat mahasiswa.

Memelihara dan meningkatkan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

Melakukan manajemen modern yang berbasis pada akuntabilitas, transparasi, efisiensi, dan efektifitas.

Untuk mengetahui latar belakang mahasiswi, penulis melakukan sebuah penelitian lapangan dengan menggunakan angket. Terdapat lima indikator untuk mengetahui latar belakang mahasiswi, dan tiga indikator kontrol yang perlu diketahui agar tidak mempengaruhi variable yang hendak diukur, yaitu pengetahuan dan pengamalan hadist tabarruj. Variable yang akan dikontrol diantaranya usia subjek, Jurusan, semester, dan tempat tinggal, dengan cara membatasi karakteristik subjek, yaitu rentang usia sabjek berkisar 18 tahun sampai 23 tahun, semester 1 sampai 7, Latar Belakang Mahasiswi Fakultas Ushuludin dan Filsafat

Tinggal bersama orang tua, saudara, kost, atau suami.

Berdasarkan hasil penelitian, subjek 15% berusia 18 tahun, 5 % berusia 19 tahun, 30 % berusia 20 tahun, 40 % berusia 21 tahun, dan 10 % berusia 23 tahun.

18 thn 3 orang 15 % 19 thn 1 orang 5 % 20 thn 6 orang 30% 21 thn 8 orang 40 % 22 thn - 0 % 23 thn 2 orang 10 %

Data penelitian menunjukan subjek berasal dari jurusan Tafsir Hadist 80%, Aqidah Filsafat 10%, dan Perbandingan Agama 10%. Terdiri dari 15 % mahasiswi semester I, 25% semester III, 5% semester V, dan 55% semester VII.

Tabel 1

Gambaran usia subjek penelitian

Usia Subjek Jumlah

Jumlah Persentase

Tabel 2

Gambaran Jurusan dan Semester Subjek Penelitian

Jurusan Semester

Jurusan Jumlah % Semester Jumlah %

Jumlah 20

orang

100% Jumlah 20 orang 100%

Tabel 3

Gambaran Umum Tempat Tinggal Subjek Penelitian

Tinggal Bersama Jumlah

Jumlah %

Tafsir Hadist 16 orang 80% I 3 orang 15%

Aqidah Filsafat 2 orang 10% III 5 orang 25 % Perbandingan

Agama

2 orang 10% V 1 orang 5%

VII 11 orang 55%

Subjek penelitian 60% tinggal bersama orang tuanya, 5% tinggal bersama saudara, 30% tinggal dirumah/kamar kost, 5% tinggal bersama suami.

Orang Tua 12 orang 60%

Saudara 1 orang 5 %

Kost 6 orang 30%

Suami 1 orang 5%

Indikator yang penulis teliti untuk mengetahui latar belakang subjek yaitu mengenai pendidikan terakhir sebelum masuk Fakultas Ushuluddin, Motivator atau orang yang mendorong untuk masuk Fakultas Ushuluddin, Orang tua di Masyarakat, pengalaman subjek memakai jilbab, dan kegiatan diluar kuliah.

Dari hasil data yang diperoleh dapat terlihat pendidikan terakhir subjek 75 % dari 20 sampel adalah lulusan Madrasah Aliyah, 20 % lulusan Pesantren, dan 5 % pendidikan umum. Motivator masuk Fakultas Usuluddin pada subjek penelitian didapatkan data 55 % dimotivatori oleh orang tua, dan 45 % oleh diri sendiri. Peran orang tua subjek dimasyarakat 60 % masyarakat sipil, 35 % tokoh agama, dan 5 % tidak tahu peran orang tuanya di masyarakat. Pengalaman memakai jilbab 50 % menggunakan jilbab dimulai ketika Baligh, 45 % Sejak kecil, dan 5 % ketika masuk kuliah.

Tabel 4

Gambaran Umum Subjek

Pendidikan Terakhir

Motivator masuk Fak. Ushuluddin

Peran Orang tua di Masyarakat

Pengalaman Memakai jilbab

Jumlah 100% Jumlah 100% Jumlah 100% Jumlah 100

%

Aktivitas Mahasiswi Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Pesantren 20 % Diri Sendiri 45 % Tokoh Agama 35 % Sejak Kecil 45 % MA 75 % Orang Tua 55% Sipil 60 % Baligh 50 %

Umum 5 % Teman 0% Tidak

Tahu

5 % Kuliah 5 %

Sekilas tentang aktivitas mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Sarlito Wirawan Sarwono dalam tesisnya mendifinisikan mahasiswa sebagai orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan

tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun65 , sedangkan menurut peraturan

pemerintah RI No.30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu.66

Kegiatan-kegiatan mahasiswa dinaungi oleh lembaga yang ada di fakultas, yang ada di fakultas, yang terbagi dalam beberapa tingkat, diantaranya:

Tingkat Universitas

Lembaga mahasiswa yang ada di universitas terdiri dari: (KMU) Kongres Mahasiswa Universitas, (DPMU) Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas, (BEMU) Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas, dan (UKM) yang di dalamnya meliputi: (KPA.Arkadia) Kelompok Pecinta Alam. Arti Keagungan dan Indahnya Alam, (Teater Syahid), (KSR-PMI) Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia, (MENWA) Resimen Mahasiswa, (KMM-RIAK) Komunitas Musik Mahasiswa - Ruang Inspirasi Atas Kegelisahan, (KOPMA) Koperasi Mahasiswa, (PRAMUKA) Praja Muda Karana, (HIQMA) Himpunan Qori dan qoriah Mahasiswa, (LDK) Lembaga Dakwah Kampus, (PSM) Paduan Suara Mahasiswa, (Flat Bahasa), (FORSA) Federasi Olah Raga, (KMF-Kalacitra) Komunitas Mahasiswa Fotografi, dan (LPM-Institut) Lembaga Pers Mahasiswa.

Tingkat Fakultas

Dalam lembaga kemahasiswaan semua fakultas terdiri atas: (DPMF) Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas, (BEMF) Badan Eksekutif Fakultas, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat juga sangat konsen terhadap penerbitan jurnal sebagai media publikasi bagi civitas akademika dalam rangka menunjang kegiatan pendidikan dan komonikasi internal maupun eksternal yang benama REFLEKSI, mulai terbit tahun 1998, frekuensi penerbitan dalam kurun waktu setahun 3X.

Tingkat Jurusan

Lembaga Kemahasiswaan pada semua tingkat jurusan / Program Studi terdapat beberapa lembaga, antara lain: (DPMJ) Dewan Perwakilan Mahasiswa Jurusan dan (BEMJ) Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan.

Lembaga Ekstra Kampus

Selain lembaga kemahasiswaan yang bersifat intra kampus terdapat juga beberapa organisasi ekstra kampus yang menjadi kegiatan mahasiswa mulai dari forum diskusi sampai forum aksi.

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), LS-ADI (Lembaga Studi Advokasi Demokrasi Indonesia), KOMPAK (Komite MahasiswaAnti Kekerasan), KAM-UIN (Kesatuan Aksi Mahasiswa - UIN), FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat), FMN (Front Mahasiswa Nasional)

Ada pula organisasi primordial sebagai wadah para alumni Pon-Pes ataupun daerah, pada intinya mayoritas lembaga-lembaga ekstra di latar belakangi oleh keinginan untuk mengembangkan kapasitas intelektual mahasiswa mayoritas lembaga-lembaga tersebut adalah kedaerahan.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mendapatkan data 20% dari jumlah subjek penelitian bekerja diluar kegiatan kuliah, 15 % berorganisasi, dan 65 % melakukan kegiatan lainnya, seperti mengikuti kajian, diskusi, seminar, pengajian,

bermain olahraga, dan sebagainya.

Kerja 4 orang 20 %

Organisasi 3 orang 15 %

DLL (Pengajian, diskusi, seminar, dsb)

13 orang 65 % nongkrong,

nongkrong,

Tabel 5

Gambaran Kegiatan Subjek diluar Kuliah

Kegiatan Jumlah %

BAB IV

Analisis Pemahaman Dan Pengamalan Hadis Terhadap Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Taahun 2011 Tabarruj

tindak kegiatan baik secara fisik maupun non-fisik.Padahal di Indonesia ini mayoritas penduduknya beragama Islam, dimana membaca Al-Quran menjadi suatu kewajiban. Terlebih lagi dengan hadirnya perguruan-perguruan tinggi agama Islam, baik negeri maupun yayasan.Hal ini seharusnya memperbesar kesempatan untuk mempelajari agama Islam (Al Quran dan Hadis).Sehingga prilaku yang menyimpang dari syariah Islam.Begitu pula dengan adanya Fakultas Ushuluddin yang notabene mempelajari asal usul, pokok ajaran agama Islam.

Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk melihat relevansi antara pengetahuan hadis dan pengamalannya, dengan subjek penelitian mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang memang mempelajari pokok-pokok agama Islam.

Penelitian ini terdiri dari 20 subjek, terdiri dari tiga jurusan Hadist, Aqidah Filsafat, Perbandingan Agama) dan empat jenjang semester (I,III,V,VII), dan berusia 18-23 tahun seperti yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya.

Penelitian ini menggunakan teknik angket, observasi, dan wawancara terhadap responden dan orang-orang yang berada disekitar responden ( . Peneliti mewawancara 5 orang responden dari mahasiswi merupakan subjek penelitian.

tabarruj

tabarruj

significant other) Deskripsi Data

Pengolahan Data

Pengetahuan Hadis

Tabel 5

Gambaran Pengetahuan Hadis Tabarruj

Tabarruj

Penulis melakukan penelitian mengenai pengatahuan mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan menggunakan angket, yang terletak pada point nomor 7, 8, dan 9.

Berdasarkan hasil penelitian, pada point nomor 7 tentang pengetahuan tabarruj, 0% menjawab sangat tahu, 65% menjawab tahu, 35% menjawab tidak tahu. Point no. 8 tentang pengetahuan hadis , 5% menjawab sangat tahu, 25% menjawab tahu, dan 70% menjawab tidak tahu. Dan point no. 9 tentang larangan bersolek pada wanita dalam Islam, 0% menjawab sangat tahu, 85% menjawab tahu, 15% menjawab tidak tahu. Artinya, sebanyak 65% mahasiswi Fakultas Ushuluddin tahu mengenai , 70% mahasiswi Fakultas Ushuluddin tidak tahu hadis tentang , dan 85 % mahasiswi Fakultas Ushuluddin tahu bahwa Islam melarang wanita untuk bersolek.

tabarruj

tabarruj tabarruj

Pengetahuan Tabarruj Pengetahuan Hadis Pengetahuan Larangan Bersolek bagi Wanita dalam Islam

Jawaban Jumlah % Jawaban Jumlah % Jawaban Jumlah %

Pengamalan Hadis Tabarruj Tabarruj Sangat Tahu - 0% Sangat Tahu 1 orang 5% Sangat Tahu - 0% Tahu 13 orang

65% Tahu 5 orang 25% Tahu 17

orang 85% Tidak Tahu 7 orang 35% Tidak Tahu 14 orang 70% Tidak Tahu 3orang 15%

Berdasarkan table tersebut dapat dilihat 65% subjek penelitian mengetahui apa itu , tetapi 70% tidak tahu hadis , artinya dari 35% subjek penelitian yang tidak tahu tentang , bertambah 35% subjek yang tahu tentang tapi tidak tahu hadisnya. Dan untuk pengetahuan tentang Islam melarang wanita untuk bersolek 85% subjek tahu.

Pada penelitian ini penulis lebih menekankan pada pengamalan hadis, maka indikasi yang diukurpun lebih banyak. Terdapat 12 point pertanyaan mengenai pengamalan hadis dari 20 point pertanyaan

tabarruj tabarruj

tabarruj tabarruj

yang diajukan. Yaitu pada point nomor 6, 10,11,12, 13,14, 15, 16, 17, 18,19, dan 20. Pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan tingkah laku sehari-hari, cara berpakaian dan berpenampilan, dan pandangan terhadap diri sendiri, orang lain, dan Fakultas Ushuluddin mengenai cara berpakain dan pergaulan.

Dari 20 subjek penelitian, didapat 30 % menjawab sering menggunakan dalam keseharian, 60% kedang-kadang menggunakan , dan 10% tidak pernah menggunakan Dalam pertanyaan mengenai pandangan apakah mahasiswi Fakultas Ushuluddin pantas menggunakan busana yang menampakan bentuk tubuh,10% menjawab pantas, 75% menjawab tidak pantas, dan 15% menjawab biasa saja. Pertanyaan mengenai pergaulan dengan lawan jenis, 20% sering bergaul dengan lawan jenis, 70% menjawab kadang-kadang, dan 10% menjawab tidak pernah. Untuk pertanyaan mengenai pengamalan hadis

, 20% menjawab sudah mengamalkan hadis , 40% menjawab sesekali, dan 40% menjawab tidak pernah. Pada pertnayaan mengenai perasaan ketika menggunakan pakaian islami (busana muslim), 60% menjawab senang, 35% menjawab biasa saja, dan 5% menjawab risih menggunakan busana muslim. Dan untuk pertanyaan mengenai penggunaan pakaian ketat, 5% menjawab sering, 30% menjawab sesekali, dan 65% menjawab tidak pernah. Pertanyaan mengenai tindakan atau prilaku yang dilakukan ketika meluhat mahasiswi lain berdandan berlebihan, 30%

make up

make up make up.

menjawab menegur, 70% menjawab abaikan saja, dan 0% untuk jawaban mencontohnya. Pertanyaan mengenai perasaan ketika bentuk tubuh subjek dilihat oleh lawan jenis, subjek menjawab senang sebesar 0%, subjek menjawab biasa saja sebanyak 10%, subjek menjawab risih sebanyak 90%.

Berhias diri (menggunakan Sering 6 orang 30% Kadang-Kadang 12 orang 60% Tidak Pernah 2 orang 10% Pandangan mengenai

pantas atau tidaknya mahasiswi Fakulatas Ushuluddin berbusana yang menampakan tubuhnya Pantas 2 orang 10% Tidak Pantas 15 orang 75% Biasa Saja 3 orang 15% Pandangan mengenai pergaulan di Fakultas Ushuluddin Sangat Baik -0% Baik 6 orang 30% Biasa Saja 14 orang 70% Tabel 6

Gambaran Pengamalan Hadis

Pertanyaan Jawaban

Tabaruj

Make Up)

Pergaulan dengan lawan jenis Sering 4 orang 20% Sesekali 14 orang 70% Tidak Pernah 2 orang 10% Pengamalan Hadis Sudah

4 orang 20% Sesekali 8 orang 40% Tidak Pernah 8 orang 40% Perasaan menggunakan busana Muslim Senang 12 orang 60% Biasa Saja 7 orang 35% Risih 1 orang 5% Penggunaan pakaian

ketat ketika kuliah

Sering 1 orang 5% Sesekali 6 orang 30% Tidak Pernah 13 orang 65% Tindakan ketika melihat

mahasiswi lain berdandan berlebihan dan terlihat bentuk tubuhnya Menegur 6 orang 30% Mengabaikan 14 orang 70% Mencontoh _ 0%

Ditegur mengenai cara berpakaian Sering -0% Pernah 7 orang 35% Tidak Pernah 13 orang 65% Tabarruj

Pandangan terhadap cara berpakaian diri sendiri Sesuai dengan ajaran Islam 7 orang 35% Belum sesuai dg ajaran Islam 11 orang 55% Tidak Tahu 2 orang 10% Pandangan terhadap diri

sendiri apakah tergolong wanita yang melakukan Ya 3 orang 15% Tidak 8 orang 40% Tidak Tahu 9 orang 45%

Perasaan ketika bentuk tubuh dilihat oleh lawan jenis Senang _ 0% Biasa Saja 2 orang 10% Risih 18 orang 90%

Data diatas merupak hasil pengolahan data terhadap analisi angket tentang pengetahuan dan pengamalan dan hadistnya. Sementara hasil wawancara dengan 5 orang responden menunjukan bahwa, rata-rata dari kelima responden menyatakan senang, dan merasa biasa jika wanita mengunakan make up, sementara mengenai pandangan dan perasaan menggunakan pakaian ketat dan pakaian muslimah, didapatkan jawaban yang bervariatif, berikut kutipannya,

Ketika penulis bertanya tentang cara berpakaian mahasiswi pada kuliah, Apakah anda suka berhias diri dan berpakaian ketat, kenapa? Ada yang menjawab

tabarruj

tidak suka memakai pakaian ketat, dan kalau menggunakan hanya sekedar untuk melindungi kulit saja,67 ada juga mahasiswi yang menjawab sering, dikarenakan

memang kepribadianya,68 karena sudah menjadi naluri wanita harus terlihat cantik,69

asal jangan berlebihan dan sesuai dengan kondisi. Dan yang menjawab kadang-kadang menggunakan pakaian ketat, karena masih memilah-milih enak atau tidaknya untuk memakainya70 dan ada atau tidak pakaian tersebut.71

Adapun tanggapan mahasiswi tentang memakai pakaian muslimah, penulis mendapatkan jawaban yang bervariatif, ada yang senang ada juga yang merasa risih memakai pakaian muslimah, diantaranya saudari SN (nama disamarkan), kebiasaan dia memakai pakaian muslimah kalau ingin menghadiri pengajian, walaupun ia lebih suka memakai celana jeans pada kesehariannya.72 Ada pula yang

merasa gerah dan ribet jika memakai pakaian muslimah, berbeda dengan jawaban Ratnawati yang merasa senang jika memakai pakaian muslimah, karena lebih terlihat perempuannya.73 Dari jawaban kelima responden diketahui bahwa pada dasarnya cara berpakaian dan berhias diri merupakan pilihan setiap orang, tergantung pada kepribadian, kenyamanan, dan kedewasaan yang ingin ditampilkan.

Mempertontonkan perhiasan juga tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, bahkan dampak dari hal tersebut akan terjadi awal dari kemaksiatan. Dan menjaga diri dengan tidak bertabarruj merupakan perbuatan yang akan mengangkat harkat, dan martabat bagi wanita yang menjalankannya.

Hal tersebut dapat diketahui, setelah penulis mendapatkan hasil wawancara dengan kaum pria yang berada dalam lingkungan mahasisiwi fakultas ushuluddin dan filsafat, dan mereka yang memandang positif tentang busana yang digunakan oleh mahasiswi fakultas usuluddin dan filsafat, sebagaimana penilaian bapak H.Maus. Pemilik kosan, yang beberapa anak kostnya merupakan mahasiswi fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Bagaimana pendapat bapak terhadap mahasiswi yang berbusana muslimah pada saat kuliah ?

“Wah itu sih sangat baik, apalagi agama juga menganjurkanwanita menutup aurat, dengan berbusana muslimah suasana terlihat lebih islami.”74

Selain pendapat diatas, Berbudi75, salah seorang mahasiswa fakultas Ushuludin dan Filsafat juga berpendapat.

”Ya, itu salah satu perbuatan yang baik, apalagi usuluddin adalah fakultas agama, sudah selayaknya memakai pakaian muslimah.”

Ada juga pendapat mengenai citra perempuan yang berpakaian muslimah dalam arti tidak melakukan sebagaimana yang dianjurkan dalam agama Islam, menurut salah seorang di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang namanya disamarkan, mengatakan,

“Saya sering kali melihat atau berpapasan dengan mahasiswi yang berpakaian seenaknya, saya rasa itu kurang pas kalau dipakai ke kampus.Seperti pakai celena baju transparan, terlihat seperti mau main di Mall. Beda rasanya kalau saya melihat mahasiswi yang busananya tertutup, rapi, panjang-panjang, anak-anak Malaysia , itu baru mencerminkan kampus Islam.”

Sedangkan menurut Arma77UIN memandang penampilan mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang namanya disamarkan menuturkan,

tabarruj

cleaning service76

legging,

kaya tuh

“sekarang sudah banyak mahasiswa yang pakaiannya tidak jelas. Jangankan soal pakaian, soal pergaulan dengan lawan jenis itu pada berani.Udah ga ada malunya.Kalau misalnya pakaiannya ketat, sampai terlihat bentuk tubuhnya.Lebih baik buka saja sekalian kerudungnya. Kasian kalau dibukanya cuma setengah-setengah.” Kalo gw sih jadi cowo ga munafik, seneng juga ngeliat cewe yang pakaiannya ketat. Hehehehehe…”

Berdasarkan persepsi beberapa orang diatas yang merupakan

dari responden penelitian, yaitu mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Filasafat, memandang berbusana muslimah dapat menampakan citra perempuan muslimah, sopan, dan tidak membuat jengah masyarakat.Berbeda dengan mahasiswi yang berpakaian ketat, dan suka berhias diri, terlihat seperti tidak dapat menempatkan dirinya yang sedang berada di lingkungann kampus, terutama kampus Islam.

Berdasarkan data diatas dan hasil analisis dengan menggunakan rentang nilai untuk mengkatagorisasikan subjek, maka secara keseluruhan jawaban subjek dalam menjawab 20 item pertanyaan mengenai latar belakang,

Dokumen terkait