• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Pegunungan Bintang

1. Latar Belakang Berdirinya Kabupaten Pegunungan Bintang.

Pemekaran adalah proses peningkatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat. Sejumlah wilayah yang rakyatnya merasa kurang mendapat

pelayanan dengan baik, acapkali memperjuangkan pemekaran, dengan

harapan pelayanan kepada masyarakat dapat diberikan dengan baik.

Tujuan utama pemekaran adalah untuk memacu pembangunan,

melalui peningkatan pelayanan. Peningkatan pelayanan di bidang

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan

kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah seperti yang tercantum dalam

UU. No. 26 tahun 2002. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, berbagai

dukungan diberikan pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi,

diantaranya dukungan dana.

Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan salah satu kabupaten

pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal

21 November 2002 berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002. Pembentukan

Kabupaten Pegunungan Bintang bersamaan dengan 13 kabupaten pemekaran

lainnya di Papua. Namun demikian, kabupaten ini baru disahkan pelaksanaan

pembentukannya pada 12 April 2003. Penduduk Kabupaten Pegunungan

Bintang tersebar di 34 Distrik (Kecamatan) sebanyak 65.399 jiwa, dimana

65.296 jiwa hidup di blok sensus biasa dan 103 jiwa pada blok sensus khusus.

Data yang terekap hingga saat ini adalah penduduk yang hidup di blok sensus

biasa yaitu kampung dan dusun yang terinci seperti pada tabel dibawah.

Penduduk terbanyak terdapat di Distrik Batom, Distrik Bime dan

Distrik Eipumek masing-masing 4.606 jiwa atau 7,05 persen; Distrik Bime

sebanyak 4.547 jiwa atau 6,96 persen serta Distrik Eipumek sebanyak 4.333

jiwa sebesar 6,64 persen dari total penduduk Pegunungan Bintang. Distrik

yang sedikit penduduknya Distrik Awinbon 0,79 persen atau sebanyak 514

jiwa, Distrik Ok Bape 0,88 persen atau sebanyak 577 jiwa, Distrik Yefta 0,93

Persen sebanyak 609 jiwa serta Distrik Oksebang 0,97 persen atau sebanyak

633 jiwa, nampak dari tabel distribusi di bawah.

Tabel 4.1

Jumlah distrik dan penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang

NO Distrik/Kec Laki-laki Perempuan L+P Seks Rasio 1 Iwur 1.258 1.054 2.312 117 2 Oksibil 1.621 1.071 2.692 149 3 Pepera 667 578 1.245 115 4 Bime 2.272 2.275 4.547 100 5 Borme 1.598 1.314 2.912 122 6 Okbibab 1.028 913 1.941 110 7 Aboy 500 476 976 105

NO Distrik/Kec Laki-laki Perempuan L+P Seks Rasio 8 Kiwirok 1.491 1.292 2.783 114 9 Kiwirok Timur 905 812 1.717 111 10 Batom 2.481 2.145 4.626 115 11 Kawor 701 628 1.329 112 12 Eipomek 2.321 2.012 4.333 115 13 Tarup 694 552 1.246 126 14 Kalomdol 690 502 1.192 137 15 Oksebang 329 304 633 108 16 Serambakon 1.066 923 1.989 115 17 Alimsom 1.311 1.228 2.539 107 18 Oksop 1.029 930 1.959 111 19 Kirime/Weime 1.353 1.146 2.499 118 20 Okbab 1.795 1.673 3.468 107 21 Teiraplu 760 590 1.350 129 22 Oklip 901 905 1.806 100 23 Okhika 675 640 1.315 105 24 Warasamol 1.009 996 2.005 101 25 Okbemta 1.370 1.183 2.553 116 26 Awinbon 270 244 514 111 27 Okbape 286 291 577 98 28 Okaom 632 592 1.224 107 29 Pamek 1.003 865 1.868 116 30 Nongme 1.029 839 1.868 123 31 Batani 414 527 941 79 32 Yefta 333 276 609 121 33 Murkim 368 316 684 116 34 Mofinop 632 515 1.147 123 Jumlah 34.792 30.607 65.399 114

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010, Badan pusat statistic Kabupaten Pegunungan Bintang

Kabupaten Pegunungan Bintang berbatasan Sebelah Timur dengan

sebelah utara dengan Kabupaten Keerom dan Selatan dengan Kabupaten

Boven Digoel dengan luas wilayah 15.683 Km2 dari permukaan laut 2.000

hingga 3.000 m, curah hujan 20 hari per bulan dan kelembaban di atas 81

persen.

Kabupaten ini dimekarkan agar dapat mempermudah proses

peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Dengan alasan bahwa

proses pelayanan dari kabupaten induk ke daerah Pegunungan Bintang sangat

sulit untuk dijangkau. Yang mana pelayanannya harus melalui pesawat karena

belum adanya jalan darat yang dapat menghubungkan antara ibu kota

kabupaten dan berbagai kota kecamatan. Transportasi udara merupakan

satu-satunya jalur pelayanan dan pembangunan yang digunakan di Kabupaten

Pegunungan Bintang.

2. Visi Misi Kabupaten Pegunungan Bintang

Pada hakikatnya Kabupaten Pegunungan Bintang mempunyai alur

atau visi dan misi yang mendasar yang akan menjadi cikal bakal arah dan

tujuan bersama dalam meningkatkan dan mengembangkan daerah Kabupaten

Pegunungan Bintang.

a) Visi

Visi pembangunan Kabupaten Pegunungan Bintang berbunyi: "Di Tahun

2015, terwujud semakin kokohnya kemandirian masyarakat yang didukung

sosial, budaya, politik, hukum dan agama untuk mempertahankan harkat

dan martabat MANUSIA NGALUM. KETENGBAN, BATOM dan

MUROP".

b) Misi

Misi Pembangunan Kabupaten Pegunungan Bintang meliputi:

1) Memberikan pelayanan, pembinaan dan perlindungan kepada

masyarakat yang didukung oleh manajemen kelembagaan dan

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien.

2) Menciptakan aksesibilitas wilayah untuk mendukung mobilitas arus

manusia dan barang dari dan ke distrik/kabupaten sebagai pusat

pelayanan dan pembangunan.

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia melalui

pembangunan pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi dan

pendapatan masyarakat.

4) Membina, melestarikan nilai-nilai sosial budaya, adat istiadat, semangat

kerja keras, gotong royong dan kemandirian masyarakat untuk

pembangunan daerah.

5) Mendorong, mengembangkan serta membimbing usaha kecil dan

menengah dengan menciptakan lembaga-lembaga ekonomi rakyat dan

memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang tersedia.

6) Mendorong terciptanya stabilitas wilayah melalui kerjasama yang

7) Membuka peluang investasi untuk pemanfaatan dan pengelolaan

potensi sumberdaya alam (hutan dan tambang).

Untuk mengimplementasikan visi dan misi pembangunan Kabupaten

Pegunungan Bintang, maka pelaksanaan pembangunan daerah Kabupaten

Pegunungan Bintang didasarkan pada empat (4) kebijaksanaan pembangunan

yaitu kebijaksanaan sektoral, perwilayahan dan tata ruang (infrastrutur).

Arah kebijaksanaan sektoral di Kabupaten Pegunungan Bintang

dititikberatkan pada pembangunan masyarakat secara utuh dan

berkesinambungan, serta menyangkut pembangunan sektor–sector seperti: Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Tenaga Kerja, Perdagangan,

Pariwisata, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan menengah Mikro (UMKM),

Transportasi serta Pertambangan dan Energi (Perekonomi Masyarakat /

Ekonomi Kerakyatan). Sedangkan kebijakan perwilayahan merupakan hal

yang harus dipedomani sebagai upaya optimalisasi dalam upaya pembangunan

semua sektor, dan kebijkasanaan pembangunan perwilayahan harus

berdasarkan pada kebutuhan optimalisasi daerah termasuk Pendidikan dan

3. Kondisi Geografis

Kabupaten Pegunungan Bintang beribukota di Oksibil dan berbatasan

langsung dengan Negara Papua New Guinie (PNG) yang didominasi

pegunungan dataran tinggi yang terjal sehingga daerah ini sulit dijangkau

dibanding daerah atau wilayah lain di Papua maupun di wilayah Indonesia

lainnya. Transportasi yang dapat digunakan menuju ke Pegunungan Bintang

sebelum dan sesudah menjadi kabupaten hingga saat ini adalah menggunakan

pesawat kecil jenis Cessna, Pilatus, Twin Otter dan Cassa. Kemudian pada

tahun 2007 dengan adanya bantuan pemerintah daerah dan kerjasama PT.

Avia Air maka dapat ditambahkan dua pesawat Dash7 (Dash Seven) jenis

foker 27 bisa memasuki kabupaten tersebut yang pelayanannya hingga

sekarang dapat berjalan dengan lancar walaupun kondisi cuaca sering menjadi

masalah serius.

Kabupaten Pegunungan Bintang masih tergolong kabupaten yang baru

bertumbuh dan yang masih sangat memerlukan perhatian besar oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi serta berbagai pihak yang ingin

membangun daerah ini. Secara Geografis kabupaten ini terletak di antara

140°05’00’-141°00’00’ bujur timur dan 3°04’00’-5°20’00’ lintang selatan

dengan luas wilayah 15.683 Km³ atau 1,63% dari luas Provinsi Papua.

Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan kabupaten yang sebagian

besar wilayahnya terletak di pegunungan pada ketinggian ± 4.000 kaki dari

salah satu wilayah yang masih sulit diakses karena semua kota kecamatan

hanya dapat dicapai melalui pesawat terbang kecil sejenis Cessna dan Twin

Otter. Secara fisik, kabupaten ini berbatasan langsung dengan Papua New

Guenea di sebelah Timur, Kabupaten Boven Digoel di sebelah Selatan,

Kabupaten Keerom di sebelah Utara dan Kabupaten Yahukimo di sebelah

Barat.

Pegunungan Bintang beriklim tropis basah dengan rata-rata curah

hujan sekitar 3.500 mm per tahun dan rata-rata hari hujan 192 hari per tahun.

Namun di beberapa wilayah, terutama di bagian selatan dan utara beriklim

panas dan sedang. Sementara di bagian barat dan tengah beriklim dingin.

Menurut Badan Metereologi dan Geofisika Jayapura, suhu udara daerah ini

berkisar antara 130C – 330C. 4. Kondisi Perkembangan Pendidikan

Setelah diberlakukan Undang-undang no. 22 Tahun 1999 tentang

Otonomi Khusus di Papua menjadi suatu harapan dan tantangan bagi

Pemerintah Daerah untuk memberdayakan seluruh potensi sumber daya alam

maupun sumber daya manusia. Untuk menjawab harapan dan tantangan tersebut

di atas, dituntut membangun dan menciptakan sumber daya manusia yang

handal dan berkualitas. Pendidikan adalah awal dari proses pembangunan

yang benar-benar akan mengisi pembangunan suatu daerah. Pemerintah

Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang menyadari akan pentingnya

merupakan tulang punggung masa depan bangsa dan negara sehingga

pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan berbagai instansi

pendidikan maupun yayasan di seluruh Indonesi, baik SMP, SMA, sampai

Perguruan Tinggi. Kabupaten Pegunungan Bintang mengharapkan perlu

adanya kualitas pendidikan maupun kualitas sumber daya manusia untuk

menghadapi tantangan masa depan.

Umumnya keadaan pendidikan formal di Kabupaten Pegunungan

Bintang belum terwujud sebagaimana daerah lain di Indonesia. Wilayah

Pegunungan Bintang menjadi bagian dari Kabupaten Jayawijaya selama

40-an tahun tetapi pemerintah setempat belum mampu menj40-angkau deng40-an

alasan medannya sangat sulit dan jauh dari ibukota kabupaten. Pembangunan

fisik maupun non fisik lebih diarahkan ke bagian barat dari ibukota kabupaten

(Wamena). Akibatnya, di daerah Pegunungan Bintang tidak perna ada

perubahan yang signifikan. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan kabupaten

lain yang ada di seluruh Papua. Pembangunan pendidikan formal yang

diharapkan masih sangat tertinggal jauh dengan daerah lain di Papua maupun

Indonesia.

Dengan adanya kondisi pendidikan Kabupaten Pegunungan Bintang

yang sangat memprihatinkan ini, maka pemerintah daerah mulai berpikir

untuk mengambil langkah – langkah konkrit. Kebijakan pemerintah pertama pada tahun 2003-2005 adalah mengirim kurang lebih 50 orang mahasiswa (S1

UJB, UNHAS, STPMD dan UGM. Kebijakan ini terus dilakukan sambil

mencari perguruan tinggi yang bisa bekerjasama dalam rangka

mempersiapakan Sumber Daya Manusia Kabupaten Pegunungan Bintang.

Pemerintah daerah terus berusaha mengambil kebijakan dalam rangka

membangun dan mempersiapkan sumber daya manusia melalui kerjasama

dengan beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah

dengan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2007. Kerjasama

tersebut didasarkan pada Nota Kesepahaman yang disetujui dan ditanda

tangani oleh kedua belah pihak. Sebetulnya keadaan pendidikan formal yang

dirasakan di kota–kota besar seperti Pulau Jawa sungguh–sungguh belum pernah terjadi di seluruh Papua, apalagi Kabupaten Pegunungan Bintang yang

baru berusia 10 tahun menjalankan pemerintahannya sejak disahkannya

menjadi kabupaten pada tanggal 12 April 2003 sampai sekarang.

Kabupaten Pegunungan Bintang sebenarnya banyak sarjana yang

mampu mambangun daerah ini namun belumlah cukup. Ini merupakan

tantangan pemerintah daerah dalam menyikapi kondisi krisis pemimpin di

masa kini, baik di Pegunungan Bintang itu sendiri maupun di seluruh

Indonesia. Salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah daerah adalah

mau dan tidak harus bekerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan di

seluruh Indonesia. Dengan adanya pemekaran kabupaten ini seyogynya dapat

dimanfaatkan untuk membangun dan menciptakan SDM Pegunungan Bintang

Dokumen terkait