• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis korelasi antara implementasi kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dengan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan motivasi belajar mahasiswa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis korelasi antara implementasi kerjasama pemerintah daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dengan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan motivasi belajar mahasiswa - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG

DENGAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

AKMIN KISAMLU

NIM: 082214094

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: karakteristik makanan daerah pegunungan adalah

(2)

i

ANALISIS KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG

DENGAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

AKMIN KISAMLU

NIM: 082214094

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Orang yang berjalan maju dengan

menangis sambil menabur benih pasti

mulang dengan sorak-sorai sambil membawa

berkas-berkasnya” (Mazmur 126:6).

“Keberanian dan optimisme

dalam memandang masa depan dkan membuka jalan kesuksesan” (Penulis).

PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN BUAT:

Ayah dan ibu ku tercinta di Langda

Titus, Akhab, Eliur, Dokke, Okke, Siberth, Lince, Zammy, Ecko, Rio, William, Rizpa. Paulina Fabiana Muyan

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Korelasi antara Implementasi Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dengan

Universitas Sanata Dharma dan Motivasi Belajar Mahasiswa”. Skripsi ini

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meyelesaikan program

Sarjana (SI) pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan

bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Herry Maridjo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Lukas Purwoto, M.Si, selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan

waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang

sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Drs. Hg. Suseno T.W, M.S, selaku dosen pembimbing II, yang juga telah

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan

arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik.

(9)

viii

5. Dr. Lukas Purwoto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Manajemen.

6. Seluruh dosen dan segenap staf Program Studi Manajemen atas ilmu dan

bantuan yang telah diberikan.

7. Dekanat FKIP Universitas Sanata Dharma yang menjadi objek pelitian

penulis.

8. Para Mahasiswa KOMAPO yang telah bersedia menjadi responden pada

penelitian ini.

9. Ketu Tim dan staf Pelaksana Program Kerjasama Universitas Sanata Dharma

dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang

10.Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang yang membantu saya

berupa biaya kuliah maupun biaya hidup selama masih menjadi mahasiswa

aktif kuliah.

11.Bapak dan Mamaku Tercinta yang selalu memberikan doa, dorongan, dan

semangatnya kepada penulis. Dan dengan sabar mendengar keluh kesah

penulis. Kalian tak akan pernah tergantikan oleh apa dan siapapun.

12.Saudara- saudaraku keluarga besar Kisamlu-Bitibalyo: Akhab, Eliur, Doke,

Okke, Titus, Yakobus, Nagai, Linche Chalvin, Zammy, Elrio, Echo, Rispa

dan masih banyak lagi yang tidak disebutkan, yang selalu memberikan

(10)

ix

13.Teman-temanku Anggota KOMAPO Se-Jawa Bali dan Sulawesi maupun

Senioritas KOMAPO yang selalu mendoakan dan memberi semangat

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK...vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xvi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

HALAMAN ABSTRAK ... xix

HALAMAN ABSTRACT ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

(12)

xi

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Kerjasama ... 10

a) Pengertian Kerjasama ... 10

b) Bentuk Kerjasama ... 11

c) Dasar Kerjasama ... 11

2. Kebijakan ... 12

a) Pengertian Kebijakan... ..12

b) Implementasi ... 13

c) Implementasi Kebijakan ... 14

d) Model Implementasi Kebijakan ... 16

e) Perspektif Implementasi Kebijakan ... 26

f) Proses Implementasi ... 28

(13)

xii

3. Motivasi Belajar ... 31

a) Pengertian Motivasi ... 31

b) Motivasi Belajar ... 34

B. Penelitian Sebelumnya ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Rumusan Hipotesi ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

1. Subjek Penelitian ... 38

2. Objek penelitian ... 38

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 38

1. Waktu Penelitian... 38

2. Lokasi Penelitian... 38

C. Variabel Penelitian ... 39

1. Motivasi Belajar Mahasiswa ... 39

2. Implementasi Kerjasama... ..39

D. Pengukuran ... 39

1. Pengukuran Implementasi Kerjasama ... 39

(14)

xiii

E. Definisi Operasional ... 41

F. Populasi dan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

H. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik Pengumpulan Data ... 43

2. Jenis Data ... 44

3. Pengolahan Data ... 45

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 46

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 47

J. Teknik Analisa Data ... 48

1. Analisis Korelasi ... 48

2. Penerimaan dan Penolakan Ho ... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 52

A. Gambaran Umum Kabupaten Pegunungan Bintang ... 52

1. Latar Belakang Berdirinya Kabupaten Pegunungan Bintang ... 52

2. Visi dan Misi Kabupaten Pegunungan Bintang ... 55

(15)

xiv

4. Kondisi Perkembangan Pendidikan ... 59

B. Gambaran Umum Universitas Sanata Dharma ... 62

1. Latar Belakang Berdirinya Universitas Sanata Dharma ... 62

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidiakn ... 65

C. Tujuan Dilakukannya Kerjasama ... 66

D. Dasar Kerjasama ... 67

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 69

A. Karakteristik Responden ... 69

1. Identitas Responden ... 69

2. Umur Responden ... 69

3. Jenis Kelamin Responden ... 70

4. Pendidikan Responden ...71

5. Prestasi Akademik Mahasiswa... 71

B. Deskripsi Data dan Analisis Pendahuluan ... 72

1. Deskripsi Data ... 72

a) Deskripsi Variabel Implementasi Kerjasama ... 72

b) Deskripsi Variabel Motivasi Belajar ... 74

2. Analisis Data Pendahuluan ... 76

(16)

xv

a) Pengujian Validitas ... 77

b) Pengujian Reliabilitas ... 79

C. Hasil Uji Statistik dan Pembahasan ... 81

1. Hasil Uji Statistik ... 81

a) Analisis Koefisien Korelasi dengan SPSS 16.0 ... 81

b) Analisis Koefisien Korelasi dengan Rumus Product Moment... 82

c) Pengujian Hipotesis ... 86

2. Pembahasan . ...87

3. Rekapitulasi Data Variabel Implementasi Kerjasama ... 88

4. Rekapitulasi Data Variabel Motivasi Belajar Mahasiswa... 89

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

C. Keterbatasan ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Pedomana Umum Memeberikan Nilai R ... 49

IV.1 Jumlah Distrik dan Penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang ... 53

V.1 Umur Responden ... 69

V.2 Jenis Kelamin Responden ... 70

V.3 Indeks Kumulatif Mahasiswa (IPK) ... 71

V.4 Tanggapan Responden Mengenai Implementasi Kerjasama ... 73

V.5 Tanggapan Responden Mengenai Motivasi Belajar Mahasiswa ... 75

V.6 Pengukuran Skala Likert ... 77

V.7 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Untuk Variabel X ... 78

V.8 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Untuk Variabel Y ... 78

V.9 Pengujian Reliabilitas ... 80

V.10 Koefisien Korelasi Hasil SPSS 16.0 ... 81

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Implementation as a Political and Administrative Process... 18

II.2 Linear Implementasi Kebijakan ... 19

II.3 Model Interaktif Implementasi Kebijakan ... 21

II.4 Model Kesesuaian Program ... 24

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

A Kuesioner Penelitian ... 100

B Hasil Olah Data dan Perhitungan Koefisien Korelasi ... 106

C Output SPSS 16.0 ... 111

D Nota Kesepahaman Kerjasama ... 116

(20)

xix ABSTRAK

ANALISIS KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG

DENGAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Akmin Kisamlu

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2012

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan implementasi

kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang terhadap

program kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan

Universitas Sanata Dharma. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran

kuesioner dan dilaksanakan pada 40 mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Teknik

pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji validitas dan uji

reliabilitas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi kerjasama berhubungan

positif dengan motivasi belajar. Artinya implementasi kerjasama berasosiasi positif

dan signifikan dengan motivasi belajar. Semakin baik implementasi kerjasama yang

dijalankan, semakin baik pula motivasi belajar mahasiswa. Sebaliknya, semakin

kurang baik implementasi kerjasama yang dijalankan, motivasi belajar mahasiswa

juga akan semakin berkurang.

Kata kunci: Kerjasama, implementasi, implementasi kerjasama, implementasi

(21)

xx ABSTRACT

THE ANALYSIS OF CORELATION BETWEEN PARTNERSHIP IMPLEMENTATION OF THE REGIONAL GOVERNMENT

OF PEGUNUNGAN BINTANG REGANCY WITH SANATA DHARMA UNIVERSITY OF YOGYAKARTA

AND STUDY MOTIVATION OF STUDENTS

Akmin Kisamlu

Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2012

This research is aimed to analyze the relationship between the partnership

implementation and study motivation of students from Pegunungan Bintang toward

the partnership implementation between Pegunungan Bintang Regency and Sanata

Dharma University. The data collection done by using questionnaire given to 40

respondents of student from Pegunungan Bintang,. The analysis data of this research

use the program of SPSS version 16.0. The techniques of data test used in this

research are validity and reliability. The result of this research indicated that the

partnership implementation has positive relation with the study motivation. It means

that partnership implementation is associated in positive and significant with study

motivation. The most partnership implementation is implemented, the most study

motivation of students is increased and vise versa.

Key words: Partnership, implementation, partnership implementation, motivation,

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kerjasama antara lembaga pendidikan dan Pemerintah Daerah tertentu

adalah merupakan langkah awal dimana saling mendukung dalam membangun

sumber daya manusia suatu daerah atau membangun masyarakat. Untuk

membangun dan menjawab tantangan suatu daerah adalah melalui suatu

kerjasama yang dilandasi dengan suatu kesepakatan bersama dimana tidak keluar

dari tujuan kedua pihak, baik secara individu maupun kelompok.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari

komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri

melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang

lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik

sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya. Begitupun kita, dalam

aktivitas usahanya setiap orang selalu membutuhkan kehadiran dan peran orang

lain. Tidak seorang pun yang sukses karena hasil kerja atau usahanya sendiri.

Kerjasama juga merupakan sebuah kemitraan antara pemerintah dan

swasta yang mana mereka melibatkan kerjasama yang bersifat kolaboratif.

(Menurut Bovaird dalam Agus Dwiyanto, 2004: 252) mendefinisikan kemitraan

antara pemerintah dan swasta secara sederhana sebagai “pengaturan pekerjaan

(23)

berdasarkan komitmen timbal balik, melebihi dan di atas yang diatur dalam setiap

kontrak antara satu organisasi di sektor publik dengan organisasi di luar sektor

publik. Dari definisi tersebut, Bovaird mendefinisikan bahwa kemitraan

melibatkan bentuk kerjasama yang lebih dari sekedar kontrak kerjasama yang

mana keduanya memiliki komitmen untuk mewujudkan tujuan bersama.

Salah satu contoh bentuk kerjasama atau kemitraan adalah antara

Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata

Dharma yang mana kedua pihak menyepakati dan menandatangani bersama.

Kerjasama ini dilakukan dengan kesepakatan bersama atau (MOU). Setiap tahun

pemerintah daerah mengirim 25 orang untuk mengikuti program matrikulasi atau

program pengulangan materi-materi pelajaran SMA dan tahap penyesuaian

selama satu tahun. Program ini tentu langkah awal yang dilakukan oleh kedua

instansi tersebut untuk menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing

di masa mendatang. Kerjasama ini sudah berjalan selama 4 tahun sejak tahun

2007 sampai sekarang. Namun, dalam implementasi pelaksanaannya terjadi

banyak permasalahan antara Pemerintah Daerah, Universitas Sanata Dharma, dan

mahasiswa Pegunungan Bintang.

Kerjasama ini didasarkan pada pertimbangan keuntungan dari kedua

belah pihak dan dipahami sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan

atau kelompok di antara manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil

yang lebih cepat dan lebih baik. Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dan

(24)

meningkatkan sumber daya manusia suatu daerah adalah melalui sebuah

kerjasama di bidang pendidikan yang di dalamnya tercantum Nota Kesepahamaan

bersama.

Nota kesepahaman antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan

Bintang dengan Universitas Sanata Dharma mengenai kerjasama di bidang

pendidikan adalah sebagai berikut:

NOMOR: 420/154/BUP-PB NOMOR: 008/MOU-USD/IV/2007

Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma

selanjutnya disebut “Para Pihak;”

Mempertimbangkan kepentingan bersama untuk meningkatkan kerjasama di

bidang pendidikan;

Berkeinginan untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama yang saling

menguntungkan di bidang pendidikan; dan Sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; Telah mencapai saling pengertian sebagai berikut:

Pasal 1 Tujuan

Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan kerjasama di bidang

pendidikan guna mewujudkan rencana Pemerintah Kabupaten Pegunungan

(25)

Pasal 2

Ruang Lingkup Kerjasama

Para pihak akan mewujudkan kerjasama di bidang-bidang berikut:

1) Pendidikan mahasiswa dan calon mahasiswa

2) Pengembangan kurikulum sekolah

3) Pelatihan guru

Pasal 3

Pelaksanaan dan Pendanaan Kerjasama

Pelaksanaan dan pendanaan kerjasama ini akan diatur dalam perjanjian kerjasama

tersendiri yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Nota Kesepahaman

ini.

Pasal 4

Penyelesaian Sengketa

Segala sengketa yang ditimbulkan karena penafsiran dan/atau pelaksanaan Nota

Kesepahaman ini akan dilakukan dengan musyawara.

Pasal 5 Jangka Waktu

Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai masa 6 (enam) tahun

dan diperpanjang secara otomatis pada setiap akhir periode kecuali para pihak

memutuskan lain.

Perjanjian kerjasama ini ditandatangani di Yogyakarta pada tanggal 27 Juli 2007

dalam dua naskah asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai

(26)

Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh masing- masing perwakilan

yakni Rektor Universitas Sanata Dharma Dr.Ir. P. Wiryono Priyotamtama,

S.J.,M.Sc., Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang Drs. Wellington L.

Wenda, M.Si dan diketahui oleh ketua DPRD Kabupaten Pegunungan Bintang

Drs. Theo B. Opky.

Di dalam kerjasama ini kedua pihak memerlukan komunikasi.

Komunikasi sangat berperan dalam sebuah kemitraan karena dengan adanya

komunikasi akan memperlancar kerjasama tersebut. Berdasarkan isi nota

kesepahaman pada pasal 4 tentang Penyelesaian sengketa yang berbunyi “Segala

sengketa yang ditimbulkan karena penafsiran dan/atau pelaksanaan Nota

Kesepahaman ini akan dilakukan dengan musyawara”. Dari isi pasal tersebut akan

terlaksana dengan baik apabila komunikasi berperan di dalam musyawara yang

dimaksud pada pasal 4.

Komunikasi Menurut (Forsdale 1981) seorang ahli pendidikan terutama

ilmu komunikasi menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication is

the process by which a system is established, maintained and altered by means of

shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses

dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa

sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.

Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi

(27)

pesan/informasi saluran dan penerima pesan yang mungkin juga memberikan

umpan balik kepada pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.

Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang

lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan.

Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerjasama dengan orang lain.

Dalam hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan

Universitas Sanata Dharma membutuhkan komunikasi guna mencapai tujuan dan

maksud yang tertera di dalam Nota Kesepahaman. Komunikasi ini diperuntukkan

bagi kedua pihak agar dapat mengkomunikasikan segala macam persoalan yang

terjadi dalam kerjasama tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh mana Implementasi Kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten

Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma dapat dilaksanakan?

2. Sejauh mana Motivasi Belajar Mahasiswa selama masih mengikuti program

kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan

Universitas Sanata Dharma?

3. Apakah ada korelasi antara Implementasi Program Kerjasama dan Motivasi

Belajar Mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang?

4. Perbaikan apakah yang dapat disarankan dalam Implementasi Program

Kerjasama Pemerintah Daerah Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata

(28)

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang

dihadapi kedua pihak, maka dalam hal ini penulis membatasi penyajian masalah

yang akan dibahas. Adapun permasalahan itu, hanya dikhususkan pada

implementasi program kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa Kabupaten

Pegunungan Bintang.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pelaksanaan kerjasama antara

pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata

Dharma.

2. Untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar mahasiswa yang dimiliki

melalui implementasi program kerjasama tersebut.

3. Untuk mengetahui apakah implementasi Program Kerjasama berkorelasi

dengan motivasi belajar mahasiswa

4. Untuk mengetahui perbaikan mendasar yang dapat disarankan dalam

implementasi kerjasam tersebut.

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada kedua pihak

dalam melakukan implementasi kerjasama dalam rangka meningkatkan

(29)

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi pelaksanaan

implementasi kerjasama antara kedua instansi.

F. Sistematika Penulisan

Pada penulisan penelitian ini, sistematika penulisannya akan terdiri dari 6

bab dengan urutan sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan megenai apa yang menjadi latar belakang

penulisan ini, pokok masalah yang akan dihadapi, batasan masalah yang

akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II. Landasan Teori

Pada bab ini uraian bersifat teoritis yaitu mengenai kerjasama,

kebijakan, implementasi kebijakan, implementasi, motivasi dan hal-hal

lain mengenai apa yang diteliti oleh penulis. Dimana teori-teori

tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam pembahasan.

BAB III. Metode Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan tentang jenis, lokasi, subyek, obyek

penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode

(30)

BAB IV. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Pada bab ini diuraikan apa yang diperoleh dari penelitian mengenai

kehidupan subjek penelitian yang meliputi sejarah singkat Kabupaten

Pegunungan Bintang, Visi dan Misi Kabupaten Pegunungan Bintang,

kondisi geografis, perkembangan pendidikan, sejarah singkat dan visi

dan misi Universitas Sanata Dharma, dan dasar kerjasama Pemerintah

Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata

Dharma.

BAB V. Analisis Data dan Pembahasan

Berdasarkan teori-teori yang dipakai itu sebagai landasan pembahasan

maka analisis data yang dibahas adalah berdasarkan pada data yang

berasal dari subjek penelitian dengan menggunakan metode statistik.

BAB VI. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Pada bab ini kesimpulan akan diperoleh dari hasil perhitungan,

saran-saran yang diberikan pada subjek penelitian dilakukan pada penelitian,

dan keterbatasan dari penelitian itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka ini berisi sumber-sumber yang berupa buku-buku,

skripsi, dan sumber lainnya yang dipakai penulis dalam penyusunan

(31)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kerjasama

a) Pengertian Kerjasama

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai

suatu hasil. Kerjasama (cooperation) adalah adanya keterlibatan secara

pribadi di antara kedua pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang

dihadapi secara optimal (Sunarto, 2000 dalam Bunga Fajar Sari). Moh.

Jafar Hafsah (dalam skripsi Bunga Fajar Sari, 2008) menyebut kerjasama

ini dengan istilah “kemitraan”, yang artinya adalah “suatu strategi bisnis

atau pun organisasi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam

jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip

saling menguntungkan anatar kedua pihak.” (H. Kusnadi Hafsah dalam

skripsi Bunga Fajar Sari 2008) mengartikan kerjasama sebagai “dua orang

atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara

terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.” Dari

pengertian kerjasama di atas ada beberapa aspek yang terkandung dalam

kerjasama, yaitu dua orang atau lebih, artinya kerjasama akan ada kalau

(32)

minimal ada dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena

itu, sukses tidaknya kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua

orang atau kedua pihak yang bekerjasama.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama

(cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan

mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.

b) Bentuk-bentuk Kerjasama

Dalam teori sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk kerjasama

(cooperation). Lebih lanjutnya kerjasama dapat dibedakan dalam

kerjasama spontan (spontaneous cooperation), kerjasama langsung

(directed cooperation), kerjasama kontrak (contractual cooperation),

serta kerjasama tradisional (traditional cooperation), Soekanto,1990.

c) Dasar Kerjasama

Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.

Dalam menjalani kehidupannya manusia akan dihadapkan pada suatu

dilema sosial. Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama dalam menjalani

kehidupannya. Salah satu bentuk kerjasama adalah antara Pemerintah

Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma

adalah dengan tujuan membangun dan meningkatkan sumber daya

(33)

Dengan adanya kebutuhan akan sumber daya manusia di Kabupaten

Pegunungan Bintang sehingga pemerintah daerah melakukan suatu

terobosan di bidang pendidikan, baik di tingkat SMP, SMA, dan PT

(Perguruan Tinggi). Kerjasama ini tidak hanya dilakukan antara

pemerintah daerah dan Universitas Sanata Dharma tetapi dengan lembaga

pendidikan lainnya dan berbagai yayasan di seluruh Indonesia.

2. Kebijakan

a) Pengertian Kebijakan

Kebijakan sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan

tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian

tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan

kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai

tujuan tertentu. Secara umum kebijakan dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1) Proses pembuatan kebijakan merupakan kegiatan perumusan hingga

dibuatnya suatu kebijakan.

2) Proses implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan yang sudah

dirumuskan.

3) Proses evaluasi kebijakan merupakan proses mengkaji kembali

implementasi yang sudah dilaksanakan atau dengan kata lain mencari

jawaban apa yang terjadi akibat implementasi kebijakan tertentu dan

(34)

b) Implementasi

Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu

kebijakan dan tercapainya kebijakan. Impelementasi juga dimaksudkan

menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang

bersifat praktis terhadap sesama. Menururt Van Meter dan Horn (dalam

Winarmo 2012:149) menyatakan bahwa implementasi kebijakan

merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik

secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan. (Grindle 2012:149) menambahkan bahwa proses

implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah

ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah

disalurkan untuk mencapai sasaran. Menurut Lane, implementasi sebagai

konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F

(Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi

merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai

produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan

fungsi dari implementation= F (Policy, Formator, Implementor, Initiator,

Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu

sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor

dalam kurun waktu tertentu (Winarmo, 2012:147).

Jadi, implementasi dimaksudkan sebagai tindakan individu publik

(35)

memastikan terlaksananya dan tercapainya suatu kebijakan serta

memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. Sehingga dapat

tercapainya sebuah kebijakan yang memberikan hasil terhadap tindakan-

tindakan individu, publik, dan swasta.

Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan di atas,

dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan pihak-pihak yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah

maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan

yang telah ditetapkan, implementasi dengan berbagai tindakan yang

dilakukan untuk melaksanakan atau merealisasikan program yang telah

disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan

karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau

target yang hendak dicapai.

c) Implementasi Kebijakan

Implementasi adalah hasil perubahan yang terjadi dan perubahan

bisa dimunculkan, juga merupakan studi kehidupan politik yaitu

organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka

dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat bertindak

secara berbeda (Parsons, 2005:463). Sedangkan menurut (Goerge C

Edwards 2003:1) “Implementasi Kebijakan adalah suatu tahapan

kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan

(36)

kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang

merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami

kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik.

Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat

baik dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang

diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.

Sedangkan (Wibawa dalam Tangkilisan, 2003:20) berpendapat

“Impelementasi Kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan

kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan

pemerintah”.

Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan

implementasi kebijakan tersebut terlihat bahwa implementasi adalah

tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu atau pejabat-pejabat

terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jadi, implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah

dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi

upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi

masyarakat. Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan

kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini

sesuai dengan pandangan (Van Meter dan Horn Grindle, 1980: 6) bahwa

(37)

tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi

pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy

stakeholders).

d) Model Implementasi Kebijakan

Menurut (Sabatier 1986: 21-48 dalam skripsi Dr. Haedar Akib,

M.Si. & Dr. Antonius Tarigan 2009), terdapat dua model yang berpacu

dalam tahap implementasi kebijakan, yakni model top down dan model

bottom up. Kedua model ini terdapat pada setiap proses pembuatan

kebijakan. Model elit, model proses dan model inkremental dianggap

sebagai gambaran pembuatan kebijakan berdasarkan model top down.

Sedangkan gambaran model bottom up dapat dilihat pada model

kelompok dan model kelembagaan. (Grindle 1980: 6-10 dalam skripsi

(Dr. Haedar Akib, M.Si. & Dr. Antonius Tarigan 2009) memperkenalkan

model implementasi sebagai proses politik dan administrasi. Model

tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh beragam aktor, di mana keluaran akhirnya ditentukan oleh materi

program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat

keputusan dalam konteks politik administratif. Proses politik dapat

terlihat melalui proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai

aktor kebijakan, sedangkan proses administrasi terlihat melalui proses

umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada tingkat

(38)

1) Kebijakan yang diinginkan (idealized policy); pola interaksi yang

dikehendaki dan apa yang hendak diubah oleh suatu kebijakan.

2) Kelompok sasaran (target group); sekelompok masyarakat yg hendak

dipengaruhi dan diubah.

3) Organisasi pelaksana (implementing organisation); sebuah satuan

birokrasi pemerintah yang bertanggung jawab atas kebijakan tertentu.

4) Faktor lingkungan (environmental factors); unsur-unsur lingkungan

(39)

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle

Sumber: (Merilee S. Grindle. 1980.

T.B. Smith mengakui, ketika kebijakan telah dibuat, kebijakan

tersebut harus diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan (Nakamura dan

Smallwood, 1980: 2). Pada gambar 2.1 terlihat bahwa suatu kebijakan

memiliki tujuan yang jelas sebagai wujud orientasi nilai kebijakan. Tujuan

implementasi kebijakan diformulasi ke dalam program aksi dan proyek

(40)

tertentu yang dirancang dan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Implementasi kebijakan atau program secara garis besar

dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasi. Keseluruhan

implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur luaran program

berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui dampaknya

terhadap sasaran yang dituju baik individu dan kelompok maupun

masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah perubahan dan

diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.

Gambar 2.2 Linier Implementasi Kebijakan (Baedhowi, 46-48)

Pada aspek pelaksanaan, terdapat dua model implementasi

kebijakan publik yang efektif, yaitu model linier dan model interaktif

(lihat Baedhowi, 2004: 47). Pada model linier, fase pengambilan

keputusan merupakan aspek yang terpenting, sedangkan fase pelaksanaan

Fase Agenda Fase Keputusan Fase Pelaksanaan

(41)

kebijakan kurang mendapat perhatian atau dianggap sebagai tanggung

jawab kelompok lain. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan tergantung

pada kemampuan instansi pelaksana. Jika implementasi kebijakan gagal

maka yang disalahkan biasanya adalah pihak manajemen yang dianggap

kurang memiliki komitmen sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih

baik untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan pelaksana.

Berbeda dengan model linier, model interaktif menganggap

pelaksanaan kebijakan sebagai proses yang dinamis, karena setiap pihak

yang terlibat dapat mengusulkan perubahan dalam berbagai tahap

pelaksanaan. Hal itu dilakukan ketika kebijakan publik dianggap kurang

memenuhi harapan stakeholders. Ini berarti bahwa berbagai tahap

implementasi kebijakan publik akan dianalisis dan dievaluasi oleh setiap

pihak sehingga potensi, kekuatan dan kelemahan setiap fase

(42)

Gambar 2.3

Model Interaktif Implementasi Kebijakan

(43)

Pada gambar 2.3 terlihat bahwa meskipun persyaratan input

sumberdaya merupakan keharusan dalam proses implementasi kebijakan,

tetapi hal itu tidak menjamin suatu kebijakan akan dilaksanakan dengan

baik. Input sumberdaya dapat digunakan secara optimum jika dalam

proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan terjadi interaksi

positif dan dinamis antara pengambil kebijakan, pelaksanaan kebijakan

dan pengguna kebijakan (masyarakat) dalam suasana dan lingkungan yang

kondusif.

Jika model interaktif implementasi kebijakan di atas dibandingkan

dengan model implementasi kebijakan yang lain, khususnya model proses

politik dan administrasi dari Grindle, terlihat adanya kesamaan dan

representasi elemen yang mencirikannya. Tujuan kebijakan, program aksi

dan proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai menurut Grindle

menunjukkan urgensi fase pengambilan keputusan sebagai fase terpenting

dalam model linier implementasi kebijakan. Sementara itu, enam elemen

isi kebijakan ditambah dengan tiga elemen konteks implementasi sebagai

faktor yang mempengaruhi aktivitas implementasi menurut Grindle

mencirikan adanya interaksi antara pengambil kebijakan, pelaksana

kebijakan dan pengguna kebijakan dalam model interaktif. Begitu pula

istilah model proses politik dan proses administrasi menurut Grindle,

(44)

ciri model interaktif implementasi kebijakan, juga menunjukkan kelebihan

model tersebut dalam cara yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

implementasi kebijakan, beserta output dan outcomesnya.

Selain model implementasi kebijakan di atas Van Meter dan Van

Horn mengembangkan Model Proses Implementasi Kebijakan. (Tarigan,

2000: 20). Keduanya meneguhkan pendirian bahwa perubahan, kontrol

dan kepatuhan dalam bertindak merupakan konsep penting dalam

prosedur implementasi. Keduanya mengembangkan tipologi kebijakan

menurut: (i) jumlah perubahan yang akan dihasilkan, dan (ii) jangkauan

atau ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh berbagai pihak yang

terlibat dalam proses implementasi.

Tanpa mengurangi kredibilitas model proses implementasi

kebijakan dari Van Meter dan Van Horn terlihat bahwa elemen yang

menentukan keberhasilan penerapannya termasuk ke dalam elemen model

proses politik dan administrasi menurut Grindle. Kata kunci yakni

perubahan, kontrol dan kepatuhan termasuk dalam dimensi isi kebijakan

dan konteks implementasi kebijakan. Demikian pula dengan tipologi

kebijakan yang dibuat oleh keduanya termasuk dalam elemen isi kebijakan

dan konteks implementasi menurut Grindle. Tipologi jumlah perubahan

yang dihasilkan termasuk dalam elemen isi kebijakan dan tipologi ruang

(45)

Sejalan dengan pendapat di atas, Korten (baca dalam Tarigan, 2000:

19) membuat Model Kesesuaian implementasi kebijakan atau program

dengan memakai pendekatan proses pembelajaran. Model ini berintikan

kesesuaian antara tiga elemen yang ada dalam pelaksanaan program, yaitu

program itu sendiri, pelaksanaan program dan kelompok sasaran program.

Gambar 2.4 Model Kesesuaian

Sumber: (Dikutip dari David C. Korten (1988) dalam Tarigan, h. 19)

Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil

dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi

program. Pertama, kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu

kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang

dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara

program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang PROGRAM

Pemanfaat Organisasi

Output Tugas

Tuntutan

Kebutuhan Kompetensi

(46)

disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana.

Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi

pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi

untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat

dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami

bahwa jika tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi

kebijakan, kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang

diharapkan. Jika output program tidak sesuai dengan kebutuhan

kelompok sasaran jelas outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika

organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan

tugas yang disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat

menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang

ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh

kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output

program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi

kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana

(47)

Model kesesuaian implementasi kebijakan yang diperkenalkan oleh

Korten memperkaya model implementasi kebijakan yang lain. Hal ini

dapat dipahami dari kata kunci kesesuaian yang digunakan. Meskipun

demikian, elemen yang disesuaikan satu sama lain – program, pemanfaat

dan organisasi – juga sudah termasuk baik dalam dimensi isi kebijakan

(program) dan dimensi konteks implementasi (organisasi) maupun dalam

outcomes (pemanfaatan) pada model proses politik dan administrasi dari

Grindle.

e) Perspektif Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa

perspektif atau pendekatan. Salah satunya ialah implementation problems

approach yang diperkenalkan oleh Edwards III (1984: 9-10). Edwards III

mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu

mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: (i) faktor apa yang

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan? dan (ii) faktor apa

yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan?

Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor

yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni

komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur

organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut

(48)

Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik

apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses

penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi

yang disampaikan. Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu staf

yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna

pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan

tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen

pelaksana terhadap program. Struktur birokrasi didasarkan pada standard

operating prosedure yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan

kebijakan.

Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perlu dilakukan

diseminasi dengan baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada

empat, yakni:

1) adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk

menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang

dibuat oleh pihak berwenang;

2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan

menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan

dianggap logis;

(49)

4) awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan

berjalannya waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu

yang wajar.

f) Proses Implementasi

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan tersebut berusaha

untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola

operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau

kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada

hakekatnya juga upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah

sebuah program dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan dan pengertian implementasi maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa awalnya program merupakan sesuatu yang

harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Selanjutnya adanya

kelompok yang menjadi sasaran program sehingga kelompok menjadi ikut

dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya

program dan peningkatan dalam kehidupannya. Program akan menunjang

implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek

yaitu:

1) Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2) Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai

(50)

3) Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus

dinilai.

4) Adanya strategi dalam pelaksanaan.

Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa

hal penting yakni:

1) penyiapan sumber daya, unit dan metode;

2) penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat

diterima dan dijalankan;

3) penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.

Dalam prakteknya implementasi program sering mendapatkan

masalah-masalah baru yaitu umumnya disebabkan

kesenjangan-kesenjangan antara waktu penetapan atau kebijaksanaan dengan

pelaksanaannya. Sehingga oraganisasi yang mengoperasionalkan

implementasi program memiliki kemampuan yang tinggi dalam

menjalankannya. Organisasi yang mengoperasionalkan implementasi

program harus memiliki hirarki dalam kepengurusannya. Jadi program

dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan yang telah disepakati dan

dikomunikasikan untuk dilaksanakan dari atas hingga ke bawah.

Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan

(51)

proses, program pemerintah dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai

dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat

program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan, agen pelaksana,

kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan pada perspektif hasil,

program dapat dinilai berhasil manakala program membawa dampak

seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil jika dilihat

dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal jika ditinjau dari dampak yang

dihasilkan, atau sebaliknya.

g) Implementasi Strategi

Menurut J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, 2003 dalam

Manajemen Strategis mengatakan bahwa Implementasi strategi adalah

sejumlah total aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat

menjalankan sebuah perencanaan strategi. Implementasi strategi

merupakan proses berbagai strategi dan kebijakan berubah menjadi

tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.

Sedangkan prof. Sukanto Reksohadiprodjo dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Strategi, 2000, mengatakan bahwa implementasi strategi

merupakan “action oriented” yang menciptakan sesuatu agar terjadi.

Implementasi strategi juga merupakan tugas mengubah kondisi sekarang,

memotivasi SDM, mengembangkan kompetensi, memperbaiki

(52)

berdasarkan potensi yang ada, serta berupaya untuk menghadapi

perlawanan atas perubahan.

3. Motivasi Belajar

a) Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat

individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab

terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan (Masrukhin dan

Waridin, 2004 Dalam Skripsi Regina Aditya Reza, Universitas

Diponegoro Semarang, 2010). Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat

bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan

mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias

mencapai hasil yang optimal.

Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi semangat dan

kegairahan seseorang untuk berperan serta secara aktif dalam belajar.

Teori motivasi yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang

diungkapan Abraham Maslow. Hipotesisnya mengatakan bahwa di dalam

diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan (Maslow, dalam

Suwatno dan Donni 2011), yang menjadi indikator yaitu:

1) Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan

perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain.

2) Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap

(53)

3) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, dan

persahabatan.

4) Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri,

otonomi, dan prestasi; serta faktor penghormatan dari luar seperti

misalnya status, pengakuan, dan perhatian.

5) Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai

ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan

pemenuhan kebutuhan diri.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua

(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya

dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang

lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas

dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah

bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang

dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik.

Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan

tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Sedangkan teori dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan

untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) dalam

Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Motivasi (2011:178)

yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan

(54)

Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai

keinginan: “Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit.

Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik,

manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin

dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi

kendala-kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak

untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain,

serta meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara

berhasil.”

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa

motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk

melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat juga disimpulkan bahwa

motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya

tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological"

yang ada pada organisme manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,

(55)

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.

b) Motivasi Belajar

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal

tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan seseorang untuk

melakukan kegiatan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar

adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.

Menurut McClelland dan Atkinson dalam Psikologi Pendidikan

(2006: 354) bahwa motivasi paling penting untuk psikologi pendidikan

adalah motivasi berprestasi, di mana seseorang cenderung berjuang untuk

mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk

tujuan sukses atau gagal.

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi

instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu

pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan

motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan

seseorang tersebut melakukan kegiatan belajar.

Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan

(56)

yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi juga

merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan

mendorong perilaku manusia untuk dapat melakukan kegiatan dalam

menjalani kehidupan seseorang.

B. Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian ini tidak menggunakan penelitian sebelumnya karena

belum ada yang melakukan penelitian tentang masalah tersebut.

C. Desain Penelitian

Berdasarkan dari uraian latar belakang, tinjauan pustaka dengan

teori-teori yang telah dijelaskan pada bab terdahulu terhadap penelitian ini, maka

sebagai kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian

Terhadap gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka alur penelitian

yang akan dilakukan untuk menganalisis korelasi antara implementasi program

kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa yaitu dengan langkah terlebih dahulu Motivasi Belajar

Mahasiswa (Y) Implementasi

(57)

yang dianalisis dan diteliti adalah variabel implementasi program kerjasama (X)

tersebut di atas dengan maksud untuk memperoleh hipotesis hubungan dengan

motivasi belajar mahasiswa (Y).

D. Rumusan Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang

hubungan dari dua variabel yang dapat dipergunakan sebagai tuntunan sementara

dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel yang dapat digunakan untuk menguji

kebenarannya adalah hubungan antara implementasi program kerjasa dan

motivasi belajar mahasiswa.

Implementasi pada dasarnya menekankan proses untuk memastikan

terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tertentu. Proses yang

dimaksud di atas adalah memantau kegiatan harian dalam pelaksanaan kebijakan.

Tujuan Program Kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegununngan

Bintang dan Universitas Sanata Dharma adalah mau menciptakan SDM dengan

harapan mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk

membangun Pegunungan Bintang.

Motivasi merupakan sebuah keahlian dalam mengarahkan seseorang

maupun mengarahkan diri agar tujuan dapat tercapai. Motivasi seseorang

(58)

Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan aktualisasi yaitu untuk memperoleh

pengetahuan dan pengalaman sedangkan kebutuhan nonekonomis dapat diartikan

sebagai kebutuhan untuk memperoleh penghargaan dan keinginan lebih maju.

Dengan segala kebutuhan tersebut, seseorang dituntut untuk lebih giat dan aktif

dalam belajar. Untuk mencapai hal ini diperlukan adanya motivasi dalam

melakukan kegiatan belajar, karena dapat mendorong seseorang untuk belajar

dan selalu berkeinginan melanjutkan usahanya untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian, mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang

tinggi biasanya mempunyai pengetahuan dan prestasi yang tinggi pula. Salah satu

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor motivasi, di

mana motivasi merupakan kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk

mencapai tujuan atau mencapai hasil yang diinginkan. Semakin kuat motivasi

belajar, prestasi akan semakin tinggi.

Jadi, hubungan antar variabel implementasi program kerja sama dan

motivasi belajar mahasiswa dimasukan dalam hipotesis penelitian berikut:

H: Implementasi program kerjasama berkorelasi secara positif dan signifikan

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh

mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang yang sedang mengikuti program

kerjasama antara kedua instansi, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten

Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah korelasi

antara implementasi kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa Kabupaten

Pegunungan Bintang.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang mana

tempat atau populasi berada.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2012

(60)

C. Variabel Penelitian

Sugiono (1997) mengatakan bahwa variabel penelitian merupakan suatu

atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu

dengan yang lain dalam kelompok tersebut. (Umar, 2004:47)

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Motivasi Belajar Mahasiswa

Variabel yang pertama dalam penelitian ini adalah Motivasi Belajar

Mahasiswa (Y).

2. Implementasi Kerjasama

Variabel kedua dalam penelitian ini adalah Implementasi Kerjasama (X).

D. Pengukuran

1. Pengukuran Implementasi Kerjasama

Pengukuran implementasi program kerjasama dilakukan berdasarkan

persepsi terhadap implementasi/pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah

Daerah dan Universitas Sanata Dharma. Pengukuran ini dilakukan

berdasarkan pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden.

Pernyataan-pernyataan yang diajukan berdasarkan pelaksanaan implementasi program

kerjasama. Untuk mengukur sejauh mana implementasi kerjasama tersebut

dapat memberikan jawaban skor sesuai dengan skala likert.

(61)

Pemberian skor dari setiap alternatif jawaban sesuai dengan jawaban dari

responden.

Jumlah pernyataan pada implementasi kerjasama adalah 15 butir.

Karena setiap pernyataan mempunyai lima alternatif jawaban, maka setiap

indikator tersebut mempunyai nilai minimum 15 (1x15) dan maksimum 75

(5x15). Dari 15 pernyataan tersebut diajukan untuk dapat memperoleh

gambaran tentang implementasi/pelaksanaan kerjasama antara kedua instansi

tersebut.

2. Pengukuran Motivasi Belajar Mahasiswa

Pengukuran motivasi belajar mahasiswa dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana motivasi belajar yang dimiliki oleh setiap mahasiswa dalam

menjalani perkuliahan. Untuk mengukur motivasi belajar mahasiswa,

jawaban responden dari masing-masing pernyataan telah diberi skor sesuai

dengan sakla likert dan dijumlahkan untuk memperoleh jumlah tertentu.

Jumlah pernyataan pada motivasi belajar mahasiswa adalah 15 butir.

Karena di setiap pernyataan mempunyai lima alternative jawaban, maka

setiap indikator tersebut mempunyai nilai minimum 15 (1x15) dan

maksimum 75 (5x15). Dari 15 pernyataan variabel motivasi belajar

mahasiswa dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi tentang sejauh

mana atau sebesar apa motivasi belajar mahasiswa Kabupaten Pegunungan

Bintang dengan adanya kerjasama, terutama motivasi yang berasal dari luar

(62)

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa definisi operasional

variabel. Definisi dari operasional variabel tersebut adalah:

1. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu atau

pejabat - pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk

mencapai tujuan - tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan

menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan

tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

3. Implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan

pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola

input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat.

4. Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan

realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Implementasi adalah

membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik

direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai

pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

5. Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan

atau kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan

(63)

6. Kerjasama dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous

cooperation), kerjasama langsung (directed cooperation), kerjasama kontrak

(contractual cooperation), serta kerjasama tradisional (traditional

cooperation).

7. Yang menjadi dasar kerjasama di sini adalah kebutuhan akan pentingnya

sumberdaya manusia di Kabupaten Pegunungan Bintang. Dengan maksud

supaya menciptakan dan menyediakan sumberdaya manusia untuk waktu

yang akan datang.

8. Motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk

melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu.

9. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara

dan mendorong perilaku manusia untuk dapat melakukan kegiatan dalam

menjalani kehidupan seseorang,

10.Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong keadaan seseorang untuk melakukan

kegiatan belajar secara terus menerus.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-

satuan dan individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga

(64)

adalah seluruh Mahasiswa asal Kabupaten Pegunungan Bintang yang sedang

mengikuti program kerjasama antara kedua instansi, yaitu Pemerintah Daerah

Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma.

2. Sampel

Menurut Djarwanto Ps. dan Subagyo (2000: 108) sampel adalah

sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap

bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlah lebih sedikit daripada jumlah

populasinya). Ukuran sampel dalam penelitian ini direncanakan sebanyak 40

responden. Sampel tersebut hanya mahasiswa Kabupaten Pegunungan

Bintang yang sedang mengikuti program kerjasama dan kuliah di berbagai

universitas di Yogyakarta.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan data yang digunakan adalah Sampling Kuota (quota

sampling). Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah)

dengan pertimbanga peneliti. Selanjutnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk

mengambil sampel.

H. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mendapatkan data

(65)

untuk pembahasan dan pemecahan masalah. Untuk mendapatkan data-data di

obyek penelitian, peneliti menggunakan teknik kuesioner yaitu dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dan sistematis

serta dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian diajukan kepada responden, dan

terakhir diserahkan kembali kepada peneliti.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a) Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung

terhadap objek penelitian guna memperoleh gambaran yang lebih jelas.

b) Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disampaikan secara tertulis

berbentuk pertanyaan terbuka dan tertutup, juga kombinasi antara

pertanyaan terbuka dan tertutup.

c) Studi Pustaka adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan

sejumlah teori dan informasi yang erat hubungannya dengan materi

penelitian. Hal ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku refrensi,

majalah dan sumber-sumber lainnya.

2. Jenis Data

a) Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung terhadap sasaran. Data ini diperoleh secara langsung dari

sumber data yang dikumpulkan dengan pemberian kuesioner. Data

Gambar

Tabel   Judul
Gambar  Judul
Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle
Gambar 2.2 Linier Implementasi Kebijakan (Baedhowi, 46-48)
+7

Referensi

Dokumen terkait

5ampuran refrigeran @ absorben dipanaskan di dalam generator sehingga refrigeran menguap dan terpisah dari absorben. ap refrigeran selanjutnya dimurnikan dalam

Pegawai yang mendapatkan nilai kinerja pada tahun berjalan Sangat Baik (Amat Baik), maka pada tahun berikutnya kepada Pegawai tersebut diberikan penambahan Tunjangan

followers yang tergabung dalam @JERSEYMU19 dan followers yang mengalami sales promotion dari @JERSEYMU19. Jumlah sampel adalah sebanyak 110 responden. Alat analisis

o Pengertian Ar dan Mr sebagai satuan massa terkecil dari suatu unsur atau senyawa yang dibandingkan dengan 1/12 massa atom isotop 12 C dideskripsikan dengan benar.. o Perhitungan

- Bahwa Para Penggugat mengetahui obyek sengketa pada tanggal 18 Oktober 2016 melalui surat kepala Dusun II Simpang Pulai Desa Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

Berdasarkan Tabel 4, faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kuat tekan bata beton adalah faktor kadar air pembentukan, faktor komposisi bahan, interaksi faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return On Asset, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional dan BI Rate terhadap Tingkat Bagi Hasil

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan aplikasi sistem informasi akuntansi terkomputerisasi atas hutang dan piutang pada PT Graha Sarana Gresik masih