ANALISIS KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG
DENGAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
AKMIN KISAMLU
NIM: 082214094
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
▸ Baca selengkapnya: karakteristik makanan daerah pegunungan adalah
(2)i
ANALISIS KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG
DENGAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
AKMIN KISAMLU
NIM: 082214094
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Orang yang berjalan maju dengan
menangis sambil menabur benih pasti
mulang dengan sorak-sorai sambil membawa
berkas-berkasnya” (Mazmur 126:6).
“Keberanian dan optimisme
dalam memandang masa depan dkan membuka jalan kesuksesan” (Penulis).
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN BUAT:
Ayah dan ibu ku tercinta di Langda
Titus, Akhab, Eliur, Dokke, Okke, Siberth, Lince, Zammy, Ecko, Rio, William, Rizpa. Paulina Fabiana Muyan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Korelasi antara Implementasi Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dengan
Universitas Sanata Dharma dan Motivasi Belajar Mahasiswa”. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meyelesaikan program
Sarjana (SI) pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Herry Maridjo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Lukas Purwoto, M.Si, selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan
waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Drs. Hg. Suseno T.W, M.S, selaku dosen pembimbing II, yang juga telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan
arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
viii
5. Dr. Lukas Purwoto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Manajemen.
6. Seluruh dosen dan segenap staf Program Studi Manajemen atas ilmu dan
bantuan yang telah diberikan.
7. Dekanat FKIP Universitas Sanata Dharma yang menjadi objek pelitian
penulis.
8. Para Mahasiswa KOMAPO yang telah bersedia menjadi responden pada
penelitian ini.
9. Ketu Tim dan staf Pelaksana Program Kerjasama Universitas Sanata Dharma
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang
10.Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang yang membantu saya
berupa biaya kuliah maupun biaya hidup selama masih menjadi mahasiswa
aktif kuliah.
11.Bapak dan Mamaku Tercinta yang selalu memberikan doa, dorongan, dan
semangatnya kepada penulis. Dan dengan sabar mendengar keluh kesah
penulis. Kalian tak akan pernah tergantikan oleh apa dan siapapun.
12.Saudara- saudaraku keluarga besar Kisamlu-Bitibalyo: Akhab, Eliur, Doke,
Okke, Titus, Yakobus, Nagai, Linche Chalvin, Zammy, Elrio, Echo, Rispa
dan masih banyak lagi yang tidak disebutkan, yang selalu memberikan
ix
13.Teman-temanku Anggota KOMAPO Se-Jawa Bali dan Sulawesi maupun
Senioritas KOMAPO yang selalu mendoakan dan memberi semangat
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK...vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xvi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
HALAMAN ABSTRAK ... xix
HALAMAN ABSTRACT ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
xi
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan Teori ... 10
1. Kerjasama ... 10
a) Pengertian Kerjasama ... 10
b) Bentuk Kerjasama ... 11
c) Dasar Kerjasama ... 11
2. Kebijakan ... 12
a) Pengertian Kebijakan... ..12
b) Implementasi ... 13
c) Implementasi Kebijakan ... 14
d) Model Implementasi Kebijakan ... 16
e) Perspektif Implementasi Kebijakan ... 26
f) Proses Implementasi ... 28
xii
3. Motivasi Belajar ... 31
a) Pengertian Motivasi ... 31
b) Motivasi Belajar ... 34
B. Penelitian Sebelumnya ... 35
C. Desain Penelitian ... 35
D. Rumusan Hipotesi ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Subjek dan Objek Penelitian ... 38
1. Subjek Penelitian ... 38
2. Objek penelitian ... 38
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 38
1. Waktu Penelitian... 38
2. Lokasi Penelitian... 38
C. Variabel Penelitian ... 39
1. Motivasi Belajar Mahasiswa ... 39
2. Implementasi Kerjasama... ..39
D. Pengukuran ... 39
1. Pengukuran Implementasi Kerjasama ... 39
xiii
E. Definisi Operasional ... 41
F. Populasi dan Sampel ... 42
1. Populasi ... 42
2. Sampel ... 42
G. Teknik Pengambilan Sampel ... 43
H. Teknik Pengumpulan Data ... 43
1. Teknik Pengumpulan Data ... 43
2. Jenis Data ... 44
3. Pengolahan Data ... 45
I. Teknik Pengujian Instrumen ... 46
1. Uji Validitas ... 46
2. Uji Reliabilitas ... 47
J. Teknik Analisa Data ... 48
1. Analisis Korelasi ... 48
2. Penerimaan dan Penolakan Ho ... 49
3. Pengujian Hipotesis ... 49
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 52
A. Gambaran Umum Kabupaten Pegunungan Bintang ... 52
1. Latar Belakang Berdirinya Kabupaten Pegunungan Bintang ... 52
2. Visi dan Misi Kabupaten Pegunungan Bintang ... 55
xiv
4. Kondisi Perkembangan Pendidikan ... 59
B. Gambaran Umum Universitas Sanata Dharma ... 62
1. Latar Belakang Berdirinya Universitas Sanata Dharma ... 62
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidiakn ... 65
C. Tujuan Dilakukannya Kerjasama ... 66
D. Dasar Kerjasama ... 67
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Karakteristik Responden ... 69
1. Identitas Responden ... 69
2. Umur Responden ... 69
3. Jenis Kelamin Responden ... 70
4. Pendidikan Responden ...71
5. Prestasi Akademik Mahasiswa... 71
B. Deskripsi Data dan Analisis Pendahuluan ... 72
1. Deskripsi Data ... 72
a) Deskripsi Variabel Implementasi Kerjasama ... 72
b) Deskripsi Variabel Motivasi Belajar ... 74
2. Analisis Data Pendahuluan ... 76
xv
a) Pengujian Validitas ... 77
b) Pengujian Reliabilitas ... 79
C. Hasil Uji Statistik dan Pembahasan ... 81
1. Hasil Uji Statistik ... 81
a) Analisis Koefisien Korelasi dengan SPSS 16.0 ... 81
b) Analisis Koefisien Korelasi dengan Rumus Product Moment... 82
c) Pengujian Hipotesis ... 86
2. Pembahasan . ...87
3. Rekapitulasi Data Variabel Implementasi Kerjasama ... 88
4. Rekapitulasi Data Variabel Motivasi Belajar Mahasiswa... 89
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 94
C. Keterbatasan ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
III.1 Pedomana Umum Memeberikan Nilai R ... 49
IV.1 Jumlah Distrik dan Penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang ... 53
V.1 Umur Responden ... 69
V.2 Jenis Kelamin Responden ... 70
V.3 Indeks Kumulatif Mahasiswa (IPK) ... 71
V.4 Tanggapan Responden Mengenai Implementasi Kerjasama ... 73
V.5 Tanggapan Responden Mengenai Motivasi Belajar Mahasiswa ... 75
V.6 Pengukuran Skala Likert ... 77
V.7 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Untuk Variabel X ... 78
V.8 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Untuk Variabel Y ... 78
V.9 Pengujian Reliabilitas ... 80
V.10 Koefisien Korelasi Hasil SPSS 16.0 ... 81
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
II.1 Implementation as a Political and Administrative Process... 18
II.2 Linear Implementasi Kebijakan ... 19
II.3 Model Interaktif Implementasi Kebijakan ... 21
II.4 Model Kesesuaian Program ... 24
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
A Kuesioner Penelitian ... 100
B Hasil Olah Data dan Perhitungan Koefisien Korelasi ... 106
C Output SPSS 16.0 ... 111
D Nota Kesepahaman Kerjasama ... 116
xix ABSTRAK
ANALISIS KORELASI ANTARA IMPLEMENTASI KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG
DENGAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
Akmin Kisamlu
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2012
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan implementasi
kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang terhadap
program kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan
Universitas Sanata Dharma. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran
kuesioner dan dilaksanakan pada 40 mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. Teknik
pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji validitas dan uji
reliabilitas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa implementasi kerjasama berhubungan
positif dengan motivasi belajar. Artinya implementasi kerjasama berasosiasi positif
dan signifikan dengan motivasi belajar. Semakin baik implementasi kerjasama yang
dijalankan, semakin baik pula motivasi belajar mahasiswa. Sebaliknya, semakin
kurang baik implementasi kerjasama yang dijalankan, motivasi belajar mahasiswa
juga akan semakin berkurang.
Kata kunci: Kerjasama, implementasi, implementasi kerjasama, implementasi
xx ABSTRACT
THE ANALYSIS OF CORELATION BETWEEN PARTNERSHIP IMPLEMENTATION OF THE REGIONAL GOVERNMENT
OF PEGUNUNGAN BINTANG REGANCY WITH SANATA DHARMA UNIVERSITY OF YOGYAKARTA
AND STUDY MOTIVATION OF STUDENTS
Akmin Kisamlu
Sanata Dharma University
Yogyakarta, 2012
This research is aimed to analyze the relationship between the partnership
implementation and study motivation of students from Pegunungan Bintang toward
the partnership implementation between Pegunungan Bintang Regency and Sanata
Dharma University. The data collection done by using questionnaire given to 40
respondents of student from Pegunungan Bintang,. The analysis data of this research
use the program of SPSS version 16.0. The techniques of data test used in this
research are validity and reliability. The result of this research indicated that the
partnership implementation has positive relation with the study motivation. It means
that partnership implementation is associated in positive and significant with study
motivation. The most partnership implementation is implemented, the most study
motivation of students is increased and vise versa.
Key words: Partnership, implementation, partnership implementation, motivation,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerjasama antara lembaga pendidikan dan Pemerintah Daerah tertentu
adalah merupakan langkah awal dimana saling mendukung dalam membangun
sumber daya manusia suatu daerah atau membangun masyarakat. Untuk
membangun dan menjawab tantangan suatu daerah adalah melalui suatu
kerjasama yang dilandasi dengan suatu kesepakatan bersama dimana tidak keluar
dari tujuan kedua pihak, baik secara individu maupun kelompok.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari
komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri
melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang
lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik
sesama manusia maupun dengan makhluk hidup lainnya. Begitupun kita, dalam
aktivitas usahanya setiap orang selalu membutuhkan kehadiran dan peran orang
lain. Tidak seorang pun yang sukses karena hasil kerja atau usahanya sendiri.
Kerjasama juga merupakan sebuah kemitraan antara pemerintah dan
swasta yang mana mereka melibatkan kerjasama yang bersifat kolaboratif.
(Menurut Bovaird dalam Agus Dwiyanto, 2004: 252) mendefinisikan kemitraan
antara pemerintah dan swasta secara sederhana sebagai “pengaturan pekerjaan
berdasarkan komitmen timbal balik, melebihi dan di atas yang diatur dalam setiap
kontrak antara satu organisasi di sektor publik dengan organisasi di luar sektor
publik. Dari definisi tersebut, Bovaird mendefinisikan bahwa kemitraan
melibatkan bentuk kerjasama yang lebih dari sekedar kontrak kerjasama yang
mana keduanya memiliki komitmen untuk mewujudkan tujuan bersama.
Salah satu contoh bentuk kerjasama atau kemitraan adalah antara
Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata
Dharma yang mana kedua pihak menyepakati dan menandatangani bersama.
Kerjasama ini dilakukan dengan kesepakatan bersama atau (MOU). Setiap tahun
pemerintah daerah mengirim 25 orang untuk mengikuti program matrikulasi atau
program pengulangan materi-materi pelajaran SMA dan tahap penyesuaian
selama satu tahun. Program ini tentu langkah awal yang dilakukan oleh kedua
instansi tersebut untuk menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing
di masa mendatang. Kerjasama ini sudah berjalan selama 4 tahun sejak tahun
2007 sampai sekarang. Namun, dalam implementasi pelaksanaannya terjadi
banyak permasalahan antara Pemerintah Daerah, Universitas Sanata Dharma, dan
mahasiswa Pegunungan Bintang.
Kerjasama ini didasarkan pada pertimbangan keuntungan dari kedua
belah pihak dan dipahami sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok di antara manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil
yang lebih cepat dan lebih baik. Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dan
meningkatkan sumber daya manusia suatu daerah adalah melalui sebuah
kerjasama di bidang pendidikan yang di dalamnya tercantum Nota Kesepahamaan
bersama.
Nota kesepahaman antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan
Bintang dengan Universitas Sanata Dharma mengenai kerjasama di bidang
pendidikan adalah sebagai berikut:
NOMOR: 420/154/BUP-PB NOMOR: 008/MOU-USD/IV/2007
Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma
selanjutnya disebut “Para Pihak;”
Mempertimbangkan kepentingan bersama untuk meningkatkan kerjasama di
bidang pendidikan;
Berkeinginan untuk mengembangkan dan meningkatkan kerjasama yang saling
menguntungkan di bidang pendidikan; dan Sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; Telah mencapai saling pengertian sebagai berikut:
Pasal 1 Tujuan
Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan kerjasama di bidang
pendidikan guna mewujudkan rencana Pemerintah Kabupaten Pegunungan
Pasal 2
Ruang Lingkup Kerjasama
Para pihak akan mewujudkan kerjasama di bidang-bidang berikut:
1) Pendidikan mahasiswa dan calon mahasiswa
2) Pengembangan kurikulum sekolah
3) Pelatihan guru
Pasal 3
Pelaksanaan dan Pendanaan Kerjasama
Pelaksanaan dan pendanaan kerjasama ini akan diatur dalam perjanjian kerjasama
tersendiri yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Nota Kesepahaman
ini.
Pasal 4
Penyelesaian Sengketa
Segala sengketa yang ditimbulkan karena penafsiran dan/atau pelaksanaan Nota
Kesepahaman ini akan dilakukan dengan musyawara.
Pasal 5 Jangka Waktu
Nota Kesepahaman ini berlaku sejak ditandatangani sampai masa 6 (enam) tahun
dan diperpanjang secara otomatis pada setiap akhir periode kecuali para pihak
memutuskan lain.
Perjanjian kerjasama ini ditandatangani di Yogyakarta pada tanggal 27 Juli 2007
dalam dua naskah asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai
Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh masing- masing perwakilan
yakni Rektor Universitas Sanata Dharma Dr.Ir. P. Wiryono Priyotamtama,
S.J.,M.Sc., Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang Drs. Wellington L.
Wenda, M.Si dan diketahui oleh ketua DPRD Kabupaten Pegunungan Bintang
Drs. Theo B. Opky.
Di dalam kerjasama ini kedua pihak memerlukan komunikasi.
Komunikasi sangat berperan dalam sebuah kemitraan karena dengan adanya
komunikasi akan memperlancar kerjasama tersebut. Berdasarkan isi nota
kesepahaman pada pasal 4 tentang Penyelesaian sengketa yang berbunyi “Segala
sengketa yang ditimbulkan karena penafsiran dan/atau pelaksanaan Nota
Kesepahaman ini akan dilakukan dengan musyawara”. Dari isi pasal tersebut akan
terlaksana dengan baik apabila komunikasi berperan di dalam musyawara yang
dimaksud pada pasal 4.
Komunikasi Menurut (Forsdale 1981) seorang ahli pendidikan terutama
ilmu komunikasi menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication is
the process by which a system is established, maintained and altered by means of
shared signals that operate according to rules”. Komunikasi adalah suatu proses
dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa
sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi
pesan/informasi saluran dan penerima pesan yang mungkin juga memberikan
umpan balik kepada pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.
Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang
lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan.
Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerjasama dengan orang lain.
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan
Universitas Sanata Dharma membutuhkan komunikasi guna mencapai tujuan dan
maksud yang tertera di dalam Nota Kesepahaman. Komunikasi ini diperuntukkan
bagi kedua pihak agar dapat mengkomunikasikan segala macam persoalan yang
terjadi dalam kerjasama tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana Implementasi Kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma dapat dilaksanakan?
2. Sejauh mana Motivasi Belajar Mahasiswa selama masih mengikuti program
kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan
Universitas Sanata Dharma?
3. Apakah ada korelasi antara Implementasi Program Kerjasama dan Motivasi
Belajar Mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang?
4. Perbaikan apakah yang dapat disarankan dalam Implementasi Program
Kerjasama Pemerintah Daerah Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang
dihadapi kedua pihak, maka dalam hal ini penulis membatasi penyajian masalah
yang akan dibahas. Adapun permasalahan itu, hanya dikhususkan pada
implementasi program kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa Kabupaten
Pegunungan Bintang.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pelaksanaan kerjasama antara
pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata
Dharma.
2. Untuk mengetahui sejauh mana motivasi belajar mahasiswa yang dimiliki
melalui implementasi program kerjasama tersebut.
3. Untuk mengetahui apakah implementasi Program Kerjasama berkorelasi
dengan motivasi belajar mahasiswa
4. Untuk mengetahui perbaikan mendasar yang dapat disarankan dalam
implementasi kerjasam tersebut.
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada kedua pihak
dalam melakukan implementasi kerjasama dalam rangka meningkatkan
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi pelaksanaan
implementasi kerjasama antara kedua instansi.
F. Sistematika Penulisan
Pada penulisan penelitian ini, sistematika penulisannya akan terdiri dari 6
bab dengan urutan sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan megenai apa yang menjadi latar belakang
penulisan ini, pokok masalah yang akan dihadapi, batasan masalah yang
akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II. Landasan Teori
Pada bab ini uraian bersifat teoritis yaitu mengenai kerjasama,
kebijakan, implementasi kebijakan, implementasi, motivasi dan hal-hal
lain mengenai apa yang diteliti oleh penulis. Dimana teori-teori
tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam pembahasan.
BAB III. Metode Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan tentang jenis, lokasi, subyek, obyek
penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, metode
BAB IV. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Pada bab ini diuraikan apa yang diperoleh dari penelitian mengenai
kehidupan subjek penelitian yang meliputi sejarah singkat Kabupaten
Pegunungan Bintang, Visi dan Misi Kabupaten Pegunungan Bintang,
kondisi geografis, perkembangan pendidikan, sejarah singkat dan visi
dan misi Universitas Sanata Dharma, dan dasar kerjasama Pemerintah
Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata
Dharma.
BAB V. Analisis Data dan Pembahasan
Berdasarkan teori-teori yang dipakai itu sebagai landasan pembahasan
maka analisis data yang dibahas adalah berdasarkan pada data yang
berasal dari subjek penelitian dengan menggunakan metode statistik.
BAB VI. Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan
Pada bab ini kesimpulan akan diperoleh dari hasil perhitungan,
saran-saran yang diberikan pada subjek penelitian dilakukan pada penelitian,
dan keterbatasan dari penelitian itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka ini berisi sumber-sumber yang berupa buku-buku,
skripsi, dan sumber lainnya yang dipakai penulis dalam penyusunan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kerjasama
a) Pengertian Kerjasama
Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai
suatu hasil. Kerjasama (cooperation) adalah adanya keterlibatan secara
pribadi di antara kedua pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang
dihadapi secara optimal (Sunarto, 2000 dalam Bunga Fajar Sari). Moh.
Jafar Hafsah (dalam skripsi Bunga Fajar Sari, 2008) menyebut kerjasama
ini dengan istilah “kemitraan”, yang artinya adalah “suatu strategi bisnis
atau pun organisasi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
saling menguntungkan anatar kedua pihak.” (H. Kusnadi Hafsah dalam
skripsi Bunga Fajar Sari 2008) mengartikan kerjasama sebagai “dua orang
atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara
terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu.” Dari
pengertian kerjasama di atas ada beberapa aspek yang terkandung dalam
kerjasama, yaitu dua orang atau lebih, artinya kerjasama akan ada kalau
minimal ada dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena
itu, sukses tidaknya kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua
orang atau kedua pihak yang bekerjasama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama
(cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan
mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik.
b) Bentuk-bentuk Kerjasama
Dalam teori sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk kerjasama
(cooperation). Lebih lanjutnya kerjasama dapat dibedakan dalam
kerjasama spontan (spontaneous cooperation), kerjasama langsung
(directed cooperation), kerjasama kontrak (contractual cooperation),
serta kerjasama tradisional (traditional cooperation), Soekanto,1990.
c) Dasar Kerjasama
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Dalam menjalani kehidupannya manusia akan dihadapkan pada suatu
dilema sosial. Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama dalam menjalani
kehidupannya. Salah satu bentuk kerjasama adalah antara Pemerintah
Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma
adalah dengan tujuan membangun dan meningkatkan sumber daya
Dengan adanya kebutuhan akan sumber daya manusia di Kabupaten
Pegunungan Bintang sehingga pemerintah daerah melakukan suatu
terobosan di bidang pendidikan, baik di tingkat SMP, SMA, dan PT
(Perguruan Tinggi). Kerjasama ini tidak hanya dilakukan antara
pemerintah daerah dan Universitas Sanata Dharma tetapi dengan lembaga
pendidikan lainnya dan berbagai yayasan di seluruh Indonesia.
2. Kebijakan
a) Pengertian Kebijakan
Kebijakan sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan
tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian
tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan
kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Secara umum kebijakan dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1) Proses pembuatan kebijakan merupakan kegiatan perumusan hingga
dibuatnya suatu kebijakan.
2) Proses implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan yang sudah
dirumuskan.
3) Proses evaluasi kebijakan merupakan proses mengkaji kembali
implementasi yang sudah dilaksanakan atau dengan kata lain mencari
jawaban apa yang terjadi akibat implementasi kebijakan tertentu dan
b) Implementasi
Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu
kebijakan dan tercapainya kebijakan. Impelementasi juga dimaksudkan
menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang
bersifat praktis terhadap sesama. Menururt Van Meter dan Horn (dalam
Winarmo 2012:149) menyatakan bahwa implementasi kebijakan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik
secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan. (Grindle 2012:149) menambahkan bahwa proses
implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah
disalurkan untuk mencapai sasaran. Menurut Lane, implementasi sebagai
konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F
(Intention, Output, Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi
merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai
produk dan hasil dari akibat. Kedua, implementasi merupakan persamaan
fungsi dari implementation= F (Policy, Formator, Implementor, Initiator,
Time). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu
sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor
dalam kurun waktu tertentu (Winarmo, 2012:147).
Jadi, implementasi dimaksudkan sebagai tindakan individu publik
memastikan terlaksananya dan tercapainya suatu kebijakan serta
memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama. Sehingga dapat
tercapainya sebuah kebijakan yang memberikan hasil terhadap tindakan-
tindakan individu, publik, dan swasta.
Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan di atas,
dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang
dilakukan pihak-pihak yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah
maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan
yang telah ditetapkan, implementasi dengan berbagai tindakan yang
dilakukan untuk melaksanakan atau merealisasikan program yang telah
disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan
karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau
target yang hendak dicapai.
c) Implementasi Kebijakan
Implementasi adalah hasil perubahan yang terjadi dan perubahan
bisa dimunculkan, juga merupakan studi kehidupan politik yaitu
organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka
dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat bertindak
secara berbeda (Parsons, 2005:463). Sedangkan menurut (Goerge C
Edwards 2003:1) “Implementasi Kebijakan adalah suatu tahapan
kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan
kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang
merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami
kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik.
Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat
baik dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang
diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan.
Sedangkan (Wibawa dalam Tangkilisan, 2003:20) berpendapat
“Impelementasi Kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan
kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan
pemerintah”.
Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan
implementasi kebijakan tersebut terlihat bahwa implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu atau pejabat-pejabat
terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jadi, implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah
dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi
upaya mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi
masyarakat. Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan
kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini
sesuai dengan pandangan (Van Meter dan Horn Grindle, 1980: 6) bahwa
tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi
pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy
stakeholders).
d) Model Implementasi Kebijakan
Menurut (Sabatier 1986: 21-48 dalam skripsi Dr. Haedar Akib,
M.Si. & Dr. Antonius Tarigan 2009), terdapat dua model yang berpacu
dalam tahap implementasi kebijakan, yakni model top down dan model
bottom up. Kedua model ini terdapat pada setiap proses pembuatan
kebijakan. Model elit, model proses dan model inkremental dianggap
sebagai gambaran pembuatan kebijakan berdasarkan model top down.
Sedangkan gambaran model bottom up dapat dilihat pada model
kelompok dan model kelembagaan. (Grindle 1980: 6-10 dalam skripsi
(Dr. Haedar Akib, M.Si. & Dr. Antonius Tarigan 2009) memperkenalkan
model implementasi sebagai proses politik dan administrasi. Model
tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh beragam aktor, di mana keluaran akhirnya ditentukan oleh materi
program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat
keputusan dalam konteks politik administratif. Proses politik dapat
terlihat melalui proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai
aktor kebijakan, sedangkan proses administrasi terlihat melalui proses
umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada tingkat
1) Kebijakan yang diinginkan (idealized policy); pola interaksi yang
dikehendaki dan apa yang hendak diubah oleh suatu kebijakan.
2) Kelompok sasaran (target group); sekelompok masyarakat yg hendak
dipengaruhi dan diubah.
3) Organisasi pelaksana (implementing organisation); sebuah satuan
birokrasi pemerintah yang bertanggung jawab atas kebijakan tertentu.
4) Faktor lingkungan (environmental factors); unsur-unsur lingkungan
Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle
Sumber: (Merilee S. Grindle. 1980.
T.B. Smith mengakui, ketika kebijakan telah dibuat, kebijakan
tersebut harus diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan (Nakamura dan
Smallwood, 1980: 2). Pada gambar 2.1 terlihat bahwa suatu kebijakan
memiliki tujuan yang jelas sebagai wujud orientasi nilai kebijakan. Tujuan
implementasi kebijakan diformulasi ke dalam program aksi dan proyek
tertentu yang dirancang dan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Implementasi kebijakan atau program secara garis besar
dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasi. Keseluruhan
implementasi kebijakan dievaluasi dengan cara mengukur luaran program
berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program dilihat melalui dampaknya
terhadap sasaran yang dituju baik individu dan kelompok maupun
masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah perubahan dan
diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.
Gambar 2.2 Linier Implementasi Kebijakan (Baedhowi, 46-48)
Pada aspek pelaksanaan, terdapat dua model implementasi
kebijakan publik yang efektif, yaitu model linier dan model interaktif
(lihat Baedhowi, 2004: 47). Pada model linier, fase pengambilan
keputusan merupakan aspek yang terpenting, sedangkan fase pelaksanaan
Fase Agenda Fase Keputusan Fase Pelaksanaan
kebijakan kurang mendapat perhatian atau dianggap sebagai tanggung
jawab kelompok lain. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan tergantung
pada kemampuan instansi pelaksana. Jika implementasi kebijakan gagal
maka yang disalahkan biasanya adalah pihak manajemen yang dianggap
kurang memiliki komitmen sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih
baik untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan pelaksana.
Berbeda dengan model linier, model interaktif menganggap
pelaksanaan kebijakan sebagai proses yang dinamis, karena setiap pihak
yang terlibat dapat mengusulkan perubahan dalam berbagai tahap
pelaksanaan. Hal itu dilakukan ketika kebijakan publik dianggap kurang
memenuhi harapan stakeholders. Ini berarti bahwa berbagai tahap
implementasi kebijakan publik akan dianalisis dan dievaluasi oleh setiap
pihak sehingga potensi, kekuatan dan kelemahan setiap fase
Gambar 2.3
Model Interaktif Implementasi Kebijakan
Pada gambar 2.3 terlihat bahwa meskipun persyaratan input
sumberdaya merupakan keharusan dalam proses implementasi kebijakan,
tetapi hal itu tidak menjamin suatu kebijakan akan dilaksanakan dengan
baik. Input sumberdaya dapat digunakan secara optimum jika dalam
proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan terjadi interaksi
positif dan dinamis antara pengambil kebijakan, pelaksanaan kebijakan
dan pengguna kebijakan (masyarakat) dalam suasana dan lingkungan yang
kondusif.
Jika model interaktif implementasi kebijakan di atas dibandingkan
dengan model implementasi kebijakan yang lain, khususnya model proses
politik dan administrasi dari Grindle, terlihat adanya kesamaan dan
representasi elemen yang mencirikannya. Tujuan kebijakan, program aksi
dan proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai menurut Grindle
menunjukkan urgensi fase pengambilan keputusan sebagai fase terpenting
dalam model linier implementasi kebijakan. Sementara itu, enam elemen
isi kebijakan ditambah dengan tiga elemen konteks implementasi sebagai
faktor yang mempengaruhi aktivitas implementasi menurut Grindle
mencirikan adanya interaksi antara pengambil kebijakan, pelaksana
kebijakan dan pengguna kebijakan dalam model interaktif. Begitu pula
istilah model proses politik dan proses administrasi menurut Grindle,
ciri model interaktif implementasi kebijakan, juga menunjukkan kelebihan
model tersebut dalam cara yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
implementasi kebijakan, beserta output dan outcomesnya.
Selain model implementasi kebijakan di atas Van Meter dan Van
Horn mengembangkan Model Proses Implementasi Kebijakan. (Tarigan,
2000: 20). Keduanya meneguhkan pendirian bahwa perubahan, kontrol
dan kepatuhan dalam bertindak merupakan konsep penting dalam
prosedur implementasi. Keduanya mengembangkan tipologi kebijakan
menurut: (i) jumlah perubahan yang akan dihasilkan, dan (ii) jangkauan
atau ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh berbagai pihak yang
terlibat dalam proses implementasi.
Tanpa mengurangi kredibilitas model proses implementasi
kebijakan dari Van Meter dan Van Horn terlihat bahwa elemen yang
menentukan keberhasilan penerapannya termasuk ke dalam elemen model
proses politik dan administrasi menurut Grindle. Kata kunci yakni
perubahan, kontrol dan kepatuhan termasuk dalam dimensi isi kebijakan
dan konteks implementasi kebijakan. Demikian pula dengan tipologi
kebijakan yang dibuat oleh keduanya termasuk dalam elemen isi kebijakan
dan konteks implementasi menurut Grindle. Tipologi jumlah perubahan
yang dihasilkan termasuk dalam elemen isi kebijakan dan tipologi ruang
Sejalan dengan pendapat di atas, Korten (baca dalam Tarigan, 2000:
19) membuat Model Kesesuaian implementasi kebijakan atau program
dengan memakai pendekatan proses pembelajaran. Model ini berintikan
kesesuaian antara tiga elemen yang ada dalam pelaksanaan program, yaitu
program itu sendiri, pelaksanaan program dan kelompok sasaran program.
Gambar 2.4 Model Kesesuaian
Sumber: (Dikutip dari David C. Korten (1988) dalam Tarigan, h. 19)
Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil
dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi
program. Pertama, kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu
kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang
dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara
program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang PROGRAM
Pemanfaat Organisasi
Output Tugas
Tuntutan
Kebutuhan Kompetensi
disyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana.
Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi
pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi
untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat
dilakukan oleh kelompok sasaran program.
Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami
bahwa jika tidak terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi
kebijakan, kinerja program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang
diharapkan. Jika output program tidak sesuai dengan kebutuhan
kelompok sasaran jelas outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika
organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan
tugas yang disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat
menyampaikan output program dengan tepat. Atau, jika syarat yang
ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat dipenuhi oleh
kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan output
program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur implementasi
kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana
Model kesesuaian implementasi kebijakan yang diperkenalkan oleh
Korten memperkaya model implementasi kebijakan yang lain. Hal ini
dapat dipahami dari kata kunci kesesuaian yang digunakan. Meskipun
demikian, elemen yang disesuaikan satu sama lain – program, pemanfaat
dan organisasi – juga sudah termasuk baik dalam dimensi isi kebijakan
(program) dan dimensi konteks implementasi (organisasi) maupun dalam
outcomes (pemanfaatan) pada model proses politik dan administrasi dari
Grindle.
e) Perspektif Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa
perspektif atau pendekatan. Salah satunya ialah implementation problems
approach yang diperkenalkan oleh Edwards III (1984: 9-10). Edwards III
mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu
mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: (i) faktor apa yang
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan? dan (ii) faktor apa
yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan?
Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor
yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni
komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur
organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut
Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik
apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi
yang disampaikan. Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu staf
yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna
pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan
tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen
pelaksana terhadap program. Struktur birokrasi didasarkan pada standard
operating prosedure yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan
kebijakan.
Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perlu dilakukan
diseminasi dengan baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada
empat, yakni:
1) adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk
menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang
dibuat oleh pihak berwenang;
2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan
menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan
dianggap logis;
4) awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan
berjalannya waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu
yang wajar.
f) Proses Implementasi
Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan tersebut berusaha
untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola
operasional serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau
kecil sebagaimana yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada
hakekatnya juga upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah
sebuah program dilaksanakan.
Berdasarkan penjelasan dan pengertian implementasi maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa awalnya program merupakan sesuatu yang
harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Selanjutnya adanya
kelompok yang menjadi sasaran program sehingga kelompok menjadi ikut
dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya
program dan peningkatan dalam kehidupannya. Program akan menunjang
implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek
yaitu:
1) Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2) Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai
3) Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus
dinilai.
4) Adanya strategi dalam pelaksanaan.
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa
hal penting yakni:
1) penyiapan sumber daya, unit dan metode;
2) penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat
diterima dan dijalankan;
3) penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.
Dalam prakteknya implementasi program sering mendapatkan
masalah-masalah baru yaitu umumnya disebabkan
kesenjangan-kesenjangan antara waktu penetapan atau kebijaksanaan dengan
pelaksanaannya. Sehingga oraganisasi yang mengoperasionalkan
implementasi program memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menjalankannya. Organisasi yang mengoperasionalkan implementasi
program harus memiliki hirarki dalam kepengurusannya. Jadi program
dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan yang telah disepakati dan
dikomunikasikan untuk dilaksanakan dari atas hingga ke bawah.
Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan
proses, program pemerintah dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai
dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat
program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan, agen pelaksana,
kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan pada perspektif hasil,
program dapat dinilai berhasil manakala program membawa dampak
seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil jika dilihat
dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal jika ditinjau dari dampak yang
dihasilkan, atau sebaliknya.
g) Implementasi Strategi
Menurut J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, 2003 dalam
Manajemen Strategis mengatakan bahwa Implementasi strategi adalah
sejumlah total aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan sebuah perencanaan strategi. Implementasi strategi
merupakan proses berbagai strategi dan kebijakan berubah menjadi
tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Sedangkan prof. Sukanto Reksohadiprodjo dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Strategi, 2000, mengatakan bahwa implementasi strategi
merupakan “action oriented” yang menciptakan sesuatu agar terjadi.
Implementasi strategi juga merupakan tugas mengubah kondisi sekarang,
memotivasi SDM, mengembangkan kompetensi, memperbaiki
berdasarkan potensi yang ada, serta berupaya untuk menghadapi
perlawanan atas perubahan.
3. Motivasi Belajar
a) Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat
individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggung jawab
terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan (Masrukhin dan
Waridin, 2004 Dalam Skripsi Regina Aditya Reza, Universitas
Diponegoro Semarang, 2010). Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat
bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias
mencapai hasil yang optimal.
Motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi semangat dan
kegairahan seseorang untuk berperan serta secara aktif dalam belajar.
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang
diungkapan Abraham Maslow. Hipotesisnya mengatakan bahwa di dalam
diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan (Maslow, dalam
Suwatno dan Donni 2011), yang menjadi indikator yaitu:
1) Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan
perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain.
2) Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap
3) Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, dan
persahabatan.
4) Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga diri,
otonomi, dan prestasi; serta faktor penghormatan dari luar seperti
misalnya status, pengakuan, dan perhatian.
5) Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang/sesuatu sesuai
ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan
pemenuhan kebutuhan diri.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya
dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang
lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas
dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah
bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang
dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik.
Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Sedangkan teori dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan
untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) dalam
Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Motivasi (2011:178)
yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan
Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai
keinginan: “Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit.
Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik,
manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin
dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi
kendala-kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak
untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain,
serta meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara
berhasil.”
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat juga disimpulkan bahwa
motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya
tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu:
1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological"
yang ada pada organisme manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.
b) Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Menurut McClelland dan Atkinson dalam Psikologi Pendidikan
(2006: 354) bahwa motivasi paling penting untuk psikologi pendidikan
adalah motivasi berprestasi, di mana seseorang cenderung berjuang untuk
mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk
tujuan sukses atau gagal.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan
motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan
seseorang tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi juga
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara dan
mendorong perilaku manusia untuk dapat melakukan kegiatan dalam
menjalani kehidupan seseorang.
B. Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian ini tidak menggunakan penelitian sebelumnya karena
belum ada yang melakukan penelitian tentang masalah tersebut.
C. Desain Penelitian
Berdasarkan dari uraian latar belakang, tinjauan pustaka dengan
teori-teori yang telah dijelaskan pada bab terdahulu terhadap penelitian ini, maka
sebagai kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian
Terhadap gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka alur penelitian
yang akan dilakukan untuk menganalisis korelasi antara implementasi program
kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa yaitu dengan langkah terlebih dahulu Motivasi Belajar
Mahasiswa (Y) Implementasi
yang dianalisis dan diteliti adalah variabel implementasi program kerjasama (X)
tersebut di atas dengan maksud untuk memperoleh hipotesis hubungan dengan
motivasi belajar mahasiswa (Y).
D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang
hubungan dari dua variabel yang dapat dipergunakan sebagai tuntunan sementara
dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel yang dapat digunakan untuk menguji
kebenarannya adalah hubungan antara implementasi program kerjasa dan
motivasi belajar mahasiswa.
Implementasi pada dasarnya menekankan proses untuk memastikan
terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tertentu. Proses yang
dimaksud di atas adalah memantau kegiatan harian dalam pelaksanaan kebijakan.
Tujuan Program Kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegununngan
Bintang dan Universitas Sanata Dharma adalah mau menciptakan SDM dengan
harapan mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk
membangun Pegunungan Bintang.
Motivasi merupakan sebuah keahlian dalam mengarahkan seseorang
maupun mengarahkan diri agar tujuan dapat tercapai. Motivasi seseorang
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan aktualisasi yaitu untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman sedangkan kebutuhan nonekonomis dapat diartikan
sebagai kebutuhan untuk memperoleh penghargaan dan keinginan lebih maju.
Dengan segala kebutuhan tersebut, seseorang dituntut untuk lebih giat dan aktif
dalam belajar. Untuk mencapai hal ini diperlukan adanya motivasi dalam
melakukan kegiatan belajar, karena dapat mendorong seseorang untuk belajar
dan selalu berkeinginan melanjutkan usahanya untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang
tinggi biasanya mempunyai pengetahuan dan prestasi yang tinggi pula. Salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu faktor motivasi, di
mana motivasi merupakan kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk
mencapai tujuan atau mencapai hasil yang diinginkan. Semakin kuat motivasi
belajar, prestasi akan semakin tinggi.
Jadi, hubungan antar variabel implementasi program kerja sama dan
motivasi belajar mahasiswa dimasukan dalam hipotesis penelitian berikut:
H: Implementasi program kerjasama berkorelasi secara positif dan signifikan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh
mahasiswa Kabupaten Pegunungan Bintang yang sedang mengikuti program
kerjasama antara kedua instansi, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten
Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah korelasi
antara implementasi kerjasama dan motivasi belajar mahasiswa Kabupaten
Pegunungan Bintang.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang mana
tempat atau populasi berada.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2012
C. Variabel Penelitian
Sugiono (1997) mengatakan bahwa variabel penelitian merupakan suatu
atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu
dengan yang lain dalam kelompok tersebut. (Umar, 2004:47)
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Motivasi Belajar Mahasiswa
Variabel yang pertama dalam penelitian ini adalah Motivasi Belajar
Mahasiswa (Y).
2. Implementasi Kerjasama
Variabel kedua dalam penelitian ini adalah Implementasi Kerjasama (X).
D. Pengukuran
1. Pengukuran Implementasi Kerjasama
Pengukuran implementasi program kerjasama dilakukan berdasarkan
persepsi terhadap implementasi/pelaksanaan kerjasama antara Pemerintah
Daerah dan Universitas Sanata Dharma. Pengukuran ini dilakukan
berdasarkan pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden.
Pernyataan-pernyataan yang diajukan berdasarkan pelaksanaan implementasi program
kerjasama. Untuk mengukur sejauh mana implementasi kerjasama tersebut
dapat memberikan jawaban skor sesuai dengan skala likert.
Pemberian skor dari setiap alternatif jawaban sesuai dengan jawaban dari
responden.
Jumlah pernyataan pada implementasi kerjasama adalah 15 butir.
Karena setiap pernyataan mempunyai lima alternatif jawaban, maka setiap
indikator tersebut mempunyai nilai minimum 15 (1x15) dan maksimum 75
(5x15). Dari 15 pernyataan tersebut diajukan untuk dapat memperoleh
gambaran tentang implementasi/pelaksanaan kerjasama antara kedua instansi
tersebut.
2. Pengukuran Motivasi Belajar Mahasiswa
Pengukuran motivasi belajar mahasiswa dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana motivasi belajar yang dimiliki oleh setiap mahasiswa dalam
menjalani perkuliahan. Untuk mengukur motivasi belajar mahasiswa,
jawaban responden dari masing-masing pernyataan telah diberi skor sesuai
dengan sakla likert dan dijumlahkan untuk memperoleh jumlah tertentu.
Jumlah pernyataan pada motivasi belajar mahasiswa adalah 15 butir.
Karena di setiap pernyataan mempunyai lima alternative jawaban, maka
setiap indikator tersebut mempunyai nilai minimum 15 (1x15) dan
maksimum 75 (5x15). Dari 15 pernyataan variabel motivasi belajar
mahasiswa dimaksudkan untuk dapat memperoleh informasi tentang sejauh
mana atau sebesar apa motivasi belajar mahasiswa Kabupaten Pegunungan
Bintang dengan adanya kerjasama, terutama motivasi yang berasal dari luar
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa definisi operasional
variabel. Definisi dari operasional variabel tersebut adalah:
1. Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu atau
pejabat - pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk
mencapai tujuan - tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan
menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
3. Implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola
input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat.
4. Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan
realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Implementasi adalah
membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik
direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai
pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).
5. Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok di antara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan
6. Kerjasama dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous
cooperation), kerjasama langsung (directed cooperation), kerjasama kontrak
(contractual cooperation), serta kerjasama tradisional (traditional
cooperation).
7. Yang menjadi dasar kerjasama di sini adalah kebutuhan akan pentingnya
sumberdaya manusia di Kabupaten Pegunungan Bintang. Dengan maksud
supaya menciptakan dan menyediakan sumberdaya manusia untuk waktu
yang akan datang.
8. Motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu.
9. Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, memelihara
dan mendorong perilaku manusia untuk dapat melakukan kegiatan dalam
menjalani kehidupan seseorang,
10.Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan seseorang untuk melakukan
kegiatan belajar secara terus menerus.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi atau universe adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-
satuan dan individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga
adalah seluruh Mahasiswa asal Kabupaten Pegunungan Bintang yang sedang
mengikuti program kerjasama antara kedua instansi, yaitu Pemerintah Daerah
Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata Dharma.
2. Sampel
Menurut Djarwanto Ps. dan Subagyo (2000: 108) sampel adalah
sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap
bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlah lebih sedikit daripada jumlah
populasinya). Ukuran sampel dalam penelitian ini direncanakan sebanyak 40
responden. Sampel tersebut hanya mahasiswa Kabupaten Pegunungan
Bintang yang sedang mengikuti program kerjasama dan kuliah di berbagai
universitas di Yogyakarta.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan data yang digunakan adalah Sampling Kuota (quota
sampling). Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah)
dengan pertimbanga peneliti. Selanjutnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk
mengambil sampel.
H. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mendapatkan data
untuk pembahasan dan pemecahan masalah. Untuk mendapatkan data-data di
obyek penelitian, peneliti menggunakan teknik kuesioner yaitu dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dan sistematis
serta dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian diajukan kepada responden, dan
terakhir diserahkan kembali kepada peneliti.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian guna memperoleh gambaran yang lebih jelas.
b) Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disampaikan secara tertulis
berbentuk pertanyaan terbuka dan tertutup, juga kombinasi antara
pertanyaan terbuka dan tertutup.
c) Studi Pustaka adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
sejumlah teori dan informasi yang erat hubungannya dengan materi
penelitian. Hal ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku refrensi,
majalah dan sumber-sumber lainnya.
2. Jenis Data
a) Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung terhadap sasaran. Data ini diperoleh secara langsung dari
sumber data yang dikumpulkan dengan pemberian kuesioner. Data