• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

5.1. Gambaran Umum Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Lima Puluh Kota secara geografis terletak antara 0o25’ 28.71”

Lintang Utara dan 0o22’ 14.52” Lintang Selatan serta 100o 15’ 44.10”- 100o 50’ 47.80” Bujur Timur dengan luas 3 354.30 km2

atau 7.93 persen dari wilayah Sumatera Barat. Kabupaten ini terletak di bagian tengah Pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Agam dan Kabupaten Pasaman di sebelah barat, Kabupaten Tanah Datar dan Sijunjung di selatan, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar Provinsi Riau dan di sebelah timur dengan Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Topografi daerah yang dilalui gugusan pegunungan bukit barisan dan memiliki tiga buah gunung ini adalah berbukit atau cenderung bergelombang dengan ketinggian rata-rata 110 - 791 m dpl. Curah hujan per tahunnya 3 120.80 mm atau ada 209 hari hujan per tahun (BPS, 2008a).

Gambir sudah dibudidayakan secara tradisional di daerah ini secara turun-temurun dan sangat sesuai dengan iklim dan topografi daerah Lima Puluh Kota. Tanaman ini merupakan tanaman spesifik lokasi, dapat tumbuh dan berkembang baik pada kondisi lahan dengan jenis tanah podsolik merah kuning sampai merah kecoklatan, tipe iklim B2 menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, ketinggian sekitar 500 m dpl dan rata-rata curah hujan sekitar 3 000 - 3 353 mm per tahun (Tinambunan, 2007).

5.1.2. Wilayah dan Penduduk

Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan dimana ada 76 nagari dan 384 jorong dengan 8 kecamatan diantaranya adalah daerah sentra penghasil gambir. Sensus Penduduk terakhir (SP tahun 2000) menginformasikan jumlah penduduk kabupaten ini sebanyak 297 256 jiwa, tahun 2006 dan 2007 berturut-turut diperkirakan 330 536 jiwa dan 331 674 jiwa yang terdiri dari 86 009 rumahtangga, 163 450 jiwa penduduk laki-laki dan 168 224 perempuan.

Sensus Pertanian terakhir (ST tahun 2003) yang dilakukan BPS memberikan informasi hasil survei rumahtangga usaha perkebunan, terdapat 41 982 laki-laki dan 46 729 perempuan yang berusaha di sektor pertanian atau 26.75 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Lima Puluh Kota tahun 2007. Sebanyak 20 586 diantaranya bekerja di subsektor perkebunan atau 6.21 persen dari jumlah penduduk tahun 2007, dengan jumlah petani gambir 9 056 rumahtangga atau 44 persen dari jumlah petani yang bekerja di subsektor perkebunan.

Tabel 1. Perbandingan Luas Semua Kecamatan dan Jumlah Nagari di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009

No. Kecamatan Luas Area (km2) Jumlah

Nagari

1. Payakumbuh 99.47 7

2. Akabiluru 94.26 6

3. Luhak 61.68 4

4. Lareh Sago Halaban 394.85 8

5. Situjuah Limo Nagari 74.18 5

6. Harau 416.80 11 7. Guguak 106.20 5 8. Mungka 83.76 4 9. Suliki 136.94 5 10. Bukit Barisan 244.20 5 11. Gunuang Omeh 156.54 3 12. Kapur IX 723.36 7 13. Pangkalan Kotobaru 712.06 6 Sumber: BPS, 2007a

Kecamatan sentra produksi gambir tersebar di delapan dari 13 kecamatan yang ada. Hanya lima kecamatan yang bukan merupakan sentra produksi gambir di kabupaten ini yaitu: Akabiluru, Luak, Situjuah Lima Nagari, Suliki dan Gunuang Omeh. Tiga kecamatan yang dijadikan sampel adalah Kecamatan Lareh Sago Halaban, Harau dan Kapur IX dengan jumlah nagari masing-masingnya secara berurutan 8, 11 dan 7 nagari.

5.1.3. Penggunaan Lahan dan Perkembangan Pertanian

Luas lahan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya di Kabupaten Lima Puluh Kota mencapai 1 607.43 km2 atau 47.92 persen dari luas wilayah dan kawasan lindung seluas 1 746.87 km2 atau 52.08 persen dari luas wilayah. Perincian penggunaan lahan adalah sebanyak 28 735 ha sebagai tegalan/kebun, 3 885 ha untuk ladang, 20 205 ha ditanami tanaman perkebunan, 56 781 ha pohon hutan rakyat, 1 104 ha untuk kolam atau empang dan 2 726 ha padang pengembalaan atau padang rumput.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Beberapa Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2004 - 2007

(ton) No. Komoditas 2004 2005 2006 2007 1. Aren (enau) 852.00 246.00 494.00 685.40 2. Cengkeh 16.35 17.40 15.15 20.30 3. Gambir 7 643.00 8 166.40 9 682.50 10 073.50 4. Kakao 544.80 579.00 246.00 608.50 5. Karet 13 134.60 13 800.00 5 723.00 7 208.75 6. Kulit Manis 4 434.80 4 836.20 713.00 962.15 7. Kelapa 9 122.50 2 622.50 2 609.00 8 011.50 8. Kopi 664.60 742.00 694.00 1 078.80 9. Pinang 187.00 195.00 178.60 536.00 10. Teh 166.80 46.80 - -11. Tebu 34.00 24.00 - -12. Tembakau 240.40 299.50 133.30 200.40 Sumber: BPS, 2008c

Sektor pertanian masih mempunyai peranan yang besar dalam struktur perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota, sekitar 80.37 persen penduduk di kabupaten ini bekerja di sektor pertanian berdasarkan data Sensus Pertanian 2003. Produksi tanaman perkebunan yang paling banyak menghasilkan di Kabupaten Lima Puluh Kota menurut data BPS adalah komoditas gambir, kelapa, karet, kopi, kulit manis, aren, kakao, pinang, tembakau dan cengkeh.

Tabel 3. Perkembangan Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2004 - 2007

(%)

No. Sektor/Subsektor 2004 2005 2006 2007

1. Pertanian 34.94 34.86 34.79 34.58

 Tanaman Pangan 13.93 13.91 13.97 13.75

 Tanaman Perkebunan 8.84 9.19 9.05 9.22

 Peternakan dan Hasil 4.31 4.30 4.31 4.40

 Kehutanan 5.05 4.67 4.63 4.50

 Perikanan 2.81 2.80 2.84 2.72

2. Industri Pengolahan 10.25 9.86 9.91 10.09 3. Sektor Lainnya 54.81 55.28 55.30 55.33 Sumber: BPS, 2008c

Berdasarkan distribusi persentase PDRB atas harga berlaku, kontribusi sektor pertanian pada tahun 2007 sebesar 34.58 persen dan subsektor tanaman perkebunan menyumbangkan 9.22 persen, naik dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 9.05 persen. Subsektor tanaman pangan memberikan kontribusi terbesar pada distribusi PDRB sektor pertanian yaitu sebesar 13.75 persen.

5.1.4. Potensi Pengembangan Gambir

Pengembangan tanaman gambir di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota masih sangat prospektif. Adanya tren meningkat dari permintaan gambir baik di dalam negeri maupun untuk ekspor menunjukkan kecenderungan

adanya peningkatan pemakaian gambir. Hal ini hendaknya mampu diimbangi dengan kinerja produksi yang baik oleh petani gambir untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.

Komoditas gambir sudah tercatat resmi dalam statistik perdagangan luar negeri Sumatera Barat. Berdasarkan klasifikasi tarif Indonesia tahun 1989 tentang pengelompokan jenis barang ekspor impor, gambir sudah dikode menurut Harmonized System (HS) yang merupakan perluasan dari Custom Cooperation Council Nomenclatur (CCCN) dan Standard International Trade Classification (SITC) Revisi ketiga. Kode HS gambir sebagai komoditas perdagangan dunia adalah: 3201.90.100, dengan nama daganggambieratau gambier extract. Potensi untuk mengekspor gambir terbuka luas terutama ke negara-negara Asia Baratdaya seperti India, Pakistan dan Bangladesh (BPS, 2008d).

Tabel 4. Perbandingan Luas Areal Tanam dan Produksi Gambir di Semua Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2007

No. Kecamatan Luas Lahan (ha) Produksi (ton)

1. Payakumbuh 534 396.80

2. Akabiluru -

-3. Luak -

-4. Lareh Sago Halaban 499 315.00

5. Situjuah Limo Nagari -

-6. Harau 444 395.20 7. Guguak 35 25.50 8. Mungka 523 421.60 9. Suliki - -10. Bukik Barisan 2 621 1 688.80 11. Gunuang Omeh - -12. Kapur IX 5 599 4 301.85 13. Pangkalan Kotobaru 3 674 2 528.75 Jumlah 13 929 10 073.50 Sumber : BPS, 2008a

Perkebunan gambir rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota tersebar di delapan kecamatan atau diproduksi hampir merata diseluruh wilayah kabupaten

ini, dengan daerah sentra produksi di Kecamatan Kapur IX, Pangkalan Kotobaru, Bukik Barisan, Mungka, Payakumbuh, Harau, Lareh Sago Halaban dan Guguak.

5.2. Keragaan Usahatani Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota

Dokumen terkait