• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN UMUM DAN POTENSI KEPARIWISATAAN DI

3.3 Gambaran Umum Kecamatan Berastagi

Kecamatan Berastagi merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo dengan ibu kota Kecamatan Berastagi. Jarak tempuh ke Kabanjahe adalah 11 Km dan 65 Km ke kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara.

Kecamatan Berastagi dengan luas 3.050 Ha, berada pada ketinggian rata-rata 1.375 m diatas permukaan laut dengan temperatur di antara190C sampai dengan 260C dengan kelembaban udara berkisar 79%, dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah/Dolat Rakyat

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat/ Kecamatan

Merdeka.

Kecamatan Berastagi sebagai salah satu wilayah pemerintahan yang terdiri dari 6 (enam) Desa dan 4 (empat) Kelurahan yang dimukimin oleh penduduk Kecamatan Berastagi dengan jumlah penduduk 44.765 dengan jumlah kepala keluarga 10.919 mayoritas penduduknya adalah Suku Karo 75% dan selebihnya suku Batak Toba, Nias, Jawa, Aceh, Simalungun, Keturuanan Cina, Pakpak Dairi dan lain-lain.

Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak 65%, berombak sampai dengan berbukit 22%, berbukit sampai dengan bergunung 13%

dengan tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi didukung lagi dengan curah hujan rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun.

3.4 Sejarah dan Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Berastagi

Kecamatan Berastagi yang dulunya merupakan bagian dari Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Daerah Tingkat II Karo, dalam rangka pemekaran Kecamatan di Kabupaten Karo maka Kecamatan Kabanjahe di bagi menjadi dua wilayah yaitu Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi. Perwakilan Kecamatan Berastagi dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera

Utara Nomor: 138/217/K/1984 yang tertanggal 21 Mei 1984 yang merupakan pemekaran Kecamatan Kabanjahe.

Mata pencaharian penduduk adalah bertani, meskipun ada klasifikasi Pegawai Negeri, Pengusaha, Pedagang, dan Buruh tani serta Karyawan Swasta. Hasil pertanian yang menonjol adalah sayur-mayur, buah-buahan, bunga-bungaan dan palawija lainnya. Disamping itu penduduk juga mempunyai pekerjaan sambilan yaitu memelihara ternak ayam, lembu, kerbau, kambing serta kolam ikan untuk penambahan pendapatan.

3.5. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Berastagi

Kecamatan Berastagi memiliki luas wilayah 3.050 Ha yang secara administratif terdiri dari empat Kelurahan dan enam Desa.

Tabel 3.2 Luas Wilayah Berdasarkan Desa/Kelurahan Kecamatan Berastagi No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Rasio Terhadap

Total Luas

10 Tambak Lau Mulgap II

100 3,28

Jumlah 3.050 100,00

Sumber data: Kantor Kecamatan Berastagi

Jumlah penduduk Kecamatan Berastagi dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Kecamatan Berastagi pada tahun 2010 tercatat 40.600 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 10.730 kepala keluarga, dan berdasarkan hasil data penduduk menurut sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010 dan disesuaikan pada laporan kependudukan pada bulan Maret 2011, jumlah penduduk tercatat 44.765 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 10.919 Kepala Keluarga.

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan

10 Tambak Lau

3.6 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata di Berastagi Kabupaten Karo

Kabupaten Karo adalah salah satu dari ketujuh belas Kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki potensi kepariwisataan yang cukup berpotensi dan banyak.

Daerah ini berhawa sejuk yang dikelilingi oleh Bukit Barisan dan memiliki pemandangan yang sangat menarik untuk dinikmati bagi turis asing maupun domestik. Di kabupaten Karo terdapat dua gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung yang banyak dikunjungi oleh para turis lokal maupun mancanegara.

Salah satu potensi kepariwisataan yang dimiliki oleh Kabupaten Karo adalah Berastagi. Berastagi merupakan tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau. Berastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, golf, dan lain-lain. Berastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa dan Jeruk Manis”.

Dari kota “Markisa dan Jeruk” Berastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif yaitu Gunung

Sibayak dan Gunung Sinabung. Untuk mendaki Gunung Sibayak yang indah itu diperlukan waktu 3 sampai 4 jam perjalanan untuk melihat kekayaan alam di dalamnya baik flora maupun faunanya. Selain buah-buahan, Berastagi juga dikenal sebagai penghasil berbagai sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bunga. Di kota ini sering dilaksanakan beberapa kegiatan-kegiatan kepariwisataan seperti: “Pesta Bunga

& Buah” dan festival kebudayaan “Pesta Menjuah-juah” yang diadakan setiap tahunnya.

Pesta buah dan bunga dilaksanakan pada Bulan Maret setiap tahunnya. Pada festival ini kita dapat melihat beraneka ragam bunga dan buah dipamerkan yang dihasilkan dari setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Karo. Serta pakaian tradisional Karo juga dipertunjukkan pada pestival ini. Kegiatan-kegiatan lain yang sering dilakukan oleh wisatawan adalah hiking, fishing, dan refreshing. Pada hari Minggu kota Berastagi padat dikunjungi oleh wisatawan nusantara terutama dari kota Medan yang ingin berakhir Minggu di kota ini. Biasanya mereka melakukan kegiatan shopping (bunga, buah dan sayuran).

Secara umum objek dan daya tarik wisata sebagai salah satu potensi kepariwisataan Kabupaten Karo dibagi atas tiga bahagian besar, yaitu:

1) Objek dan daya tarik Wisata Alam, seperti Objek wisata Bukit Gundaling, Air Terjun Sikulikep, Air Terjun Sipiso-piso, Air Panas Lau Debuk-debuk, Gunung Sinabung, Gunung Sipiso-piso, Danau Lau kawar, Tahura Bukit Barisan, Goa Ling-ling, dan Goa Ling-lahar.

2) Objek dan daya tarik Wisata Budaya, seperti wisata Rumah Adat Tradisional Karo, Pesta Menjuah-juah Karo, Pesta Buah dan Bunga, wisata Puntungan Meriam Putri Hijau, dan wisata Guro-guro Aron.

3) Objek dan daya tarik Agrowisata, seperti Kebun Jeruk, Kebun Bunga, Penyemaian dan Pengolahan Holtikutura, Kebun Kol, Kebun Asparagus serta Kebun Markisa yang semuanya berjenis kebun Objek Wisata.

BAB IV

POTENSI BUDIDAYA TANAMAN MARKISA SEBAGAI OBJEK AGROWISATA DI BERASTAGI KABUPATEN KARO

4.1 Sejarah Tanaman Markisa

Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai berbagai macam komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan di dalam negeri maupun untuk diekspor ke luar negeri. Salah satu tanaman yang memiliki potensi besar adalah tanaman hortikultura. Sumbangan yang diberikan komoditas hortikultura pada pendapatan nasional di sektor pertanian cukup besar yaitu sekitar 13% dari pendapatan nasional (BPS, 1998).

Buah-buahan termasuk dalam kelompok hortikultura. Buah-buahan tropis khususnya dari Indonesia sudah banyak dikenal di dunia. Buah-buahan tropis yang banyak diperdagangkan di pasaran dunia antara lain mangga, manggis, markisa, alpukat, rambutan, pepaya, belimbing, jeruk, durian, kelengkeng, duku, nangka dan pisang. Buah-buahan walaupun tidak merupakan bahan pangan primer, tetapi buah-buahan banyak dibutuhkan oleh penduduk dunia. Dari semua jenis buah-buah-buahan tersebut buah markisa adalah salah satu jenis buah yang memiliki aroma yang khas dan menarik. Buah markisa berasal dari Amerika latin yang kemudian menyebar ke daerah-daerah tropis di Indonesia.

Tanaman markisa mempunyai sejarah dan spesifikasi taksonomi tersendiri, termasuk keragaman jenis dan varietas unggul yang dianjurkan untuk di budidayakan.

31

Markisa mula-mula disebut passion fruit. Konon, nama tersebut diberikan oleh seorang paderi Katolik pada tahun 1500-an. Passion berarti “penderitaan dan kematian”, yang menunjuk pada personifikasi bunga markisa sebagai simbol penderitaan dan kematian karena memiliki bentuk kepala putik mirip dengan tanda salib lambang penderitaan Yesus.

Menurut sejarah, tanaman markisa berasal dari daerah tropis Amerika Selatan, tepatnya di daerah Brasil, Venezuela, Kolumbia, dan Peru. Nikolai Ivanovich Vavilov, ahli botani Soviet, memastikan bahwa sentral utama asal tanaman markisa adalah daerah Amerika Selatan, terutama Peru, Ekuador, dan Bolivia. Buah markisa pertama kali dikenal di tempat asalnya adalah markisa kuning dan markisa ungu.

Dalam perkembangan selanjutnya, tanaman markisa menyebar dari Amerika Selatan ke berbagai negara melalui orang-orang Spanyol. Di Eropa, markisa mulai dikenal pada abad XVII. Pasa mulanya, pengusahaan tanaman markisa di Eropa dilakukan dalam rumah kaca sebagai tanaman hias. Pada akhir abad XIX, markisa mulai dikenal dan ditanam di Afrika Selatan, Hawai, dan Selandia Baru. Selanjutnya, pada pertengahan abad XX, tanaman markisa menyebar ke Kenya, Sri Lanka, dan Fiji. Tanaman markisa yang masuk ke Indonesia berasal dari Peru, mula-mula masuk ke Manado, Ambon, Sulawesi, dan akhirnya ke pula-pulau lain di seluruh wilayah Nusantara.

Daerah produsen utama markisa di dunia adalah Brasil, Venezuela, Afrika Selatan, Sri Lanka, Australia, Papua Nugini, Fiji, Hawai, Taiwan, dan Kenya.

Negara-negara tersebut memasok sekitar 80%-90% kebutuhan markisa dunia. Areal tanaman markisa di dunia diperkirakan mencapai 10.000 ha, antara lain di Australia

lebih kurang 3.000 ha. Daerah pengembangan tanaman markisa makin meluas ke berbagai negara tropis dan subtropis, antara lain Selandia Baru, Malaysia, Israel, Kongo, Peru, Kolumbia, dan Indonesia.

Di Indonesia, markisa banyak ditanam di daerah dataran tinggi Gowa, Malino, Sulawesi Selatan (markisa ungu), Sumatera Utara (markisa ungu), Sumatera Barat (markisa kuning, konyal), dan Jawa Barat. Nama lain dari buah markisa kuning yaitu buah susu, passion fruit (Inggris), lilikoi (Hawaii), Golden passion fruit (Australia), Saowaros (Thailand), Maracuja peroba (Brazil), Pasionaria (Filipina), dan Yellow granadilla (Afrika Selatan).

Buah markisa banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam keadaan segar maupun dalam bentuk olahan lainnya, karena markisa banyak mengandung vitamin dan nutrisi lainnya yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Markisa kaya akan vitamin-vitamin B yang menenangkan dan potassium yang merilekskan sistem saraf. Di Negara Amerika Selatan secara tradisional mengkonsumsi markisa sebelum tidur bisa membantu tidur.

4.2 Jenis-jenis Markisa

Di antara jenis dan spesies markisa yang sudah dikenal oleh para ahli botani, terdapat empat jenis markisa yang dibudidayakan secara komersial yaitu:

1) Markisa Ungu (Passiflora edulis var. edulis)

Markisa ungu juga disebut sebagai siuh atau markisa asam. Nama internasional untuk markisa ungu adalah purple passion fruit. Markisa jenis ini

banyak diusahakan di Kabupaten Gowa (Sulawesi Selatan) dan Kabupaten Karo (Sumatera Utara). Jenis markisa ungu mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:

 Batang tanaman halus terkulai, agak berkayu, berumur panjang, dan bersifat merambat atau menjalar.

 Tanaman mampu berbuah lebat; pembuahan berlangsung dua kali setahun.

 Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua atau masak berwarna ungu gelap sampai cokelat tua.

 Kulit buah agak tipis, namun cukup kuat sehingga tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.

 Buah berbentuk bulat agak lonjong atau oval, berdiameter antara 5,0-5,5 cm,

dan berasa asam dengan aroma wangi yang kuat sehingga cocok dibuat sirup atau jus.

2) Markisa Kuning (Passiflora edulis var. Flavicarpa Degener)

Markisa kuning disebut juga buah rola atau yellow passion fruit. Markisa jenis ini merupakan hasil mutasi dari bentuk markisa ungu. Jenis markisa ini banyak dibudidayakan secara komersial di Kuba, Puerto Riko, Suriname, Venezuela, Kolumbia, Haiti, dan Brasil. Di Indonesia, markisa kuning banyak ditanam di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Persilangan (hibrid) antara markisa ungu (yang beraroma kuat) dan markisa kuning (yang memiliki kadar sari buah tinggi) menghasilkan hibrida baru yang unggul, yaitu Hibrid E-23. Saat ini Hibrid E-23 dikembangkan dalam skala perkebunan di Queensland, Australia, dan Hawai. Adapun karakteristik markisa kuning adalah sebagai berikut:

 Buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua berwarna kuning berbintik-bintik putih.

 Buah berukuran sebesar bola tenis, berdiameter 5-6 cm, dan beraroma sangat kuat.

 Rasa buah asam dengan jus berwarna kuning sehingga cocok dibuat jus atau

sirop.

3) Konyal (Passiflora liqularis Juss)

Konyal banyak ditanam di daerah Lembang (Jawa Barat) sehingga populer disebut markisa konyal Lembang. Varietas ini mempunyai karakteristik morfologi sebagai berikut:

 Batang tanaman agak halus, sedikit berkayu, berumur panjang, dan bersifat menjalar.

 Buah berbentuk oval sampai bulat lonjong, berukuran panjang 5-7 cm.

 Buah muda berwarna ungu, sedangkan buah tua berwarna kuning tua.

 Biji keras, berjumlah banyak, dan berwarna cokelat kekuningan. Selaput biji

mengandung cairan yang manis sehingga dapat dikonsumsi sebagai buah segar.

4) Erbis (Passiflora quadranularis Simson)

Markisa erbis mudah dirambatkan pada para-para sehingga banyak ditanam di pekarangan. Ciri khas markisa erbis yang membedakannya dengan jenis markisa yang lain adalah sebagai berikut:

 Batang dan cabang tanaman berukuran besar, berbentuk segi empat, dan bersifat merambat atau menjalar.

 Bunga berukuran besar dengan bentuk dan warna yang indah serta beraroma harum.

 Buah berukuran besar (mencapai 2,5 kg/buah) dan berbentuk bulat sampai lonjong dengan panjang 20-25 cm.

 Kulit buah tipis, berwarna hijau kekuning-kuningan.

 Daging buah tebal (± 4 cm) dan enak dikonsumsi dengan ditambah sirop dan es.

 Biji berbentuk gepeng, diliputi oleh selaput yang mengandung cairan berasa asam.

4.3 Cara Budidaya Tanaman Markisa 1. Perbanyakan dengan Biji

Tanaman markisa biasanya tumbuh dari biji. Untuk memperoleh bibit yang baik dari biji, diperlukan buah yang matang dipohon dengan cirri-ciri kulit buah berwarna keungu-unguan atau kira-kira 75 % ungu (jenis passiflora edulis Sims), berwarna kekuning-kuningan atau kira-kira 60 % kuning untuk jenis P. Flavicarva.

Buah tersebut dipetik langsung dari pohon kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan matang sempurna sebelum bijinya dikeluarkan.

Bila biji segera disemaikan, maka akan berkecambah Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji dibersihkan dan disimpan akan menurunkan daya kecambah.

Persemaian dapat dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung kebutuhan. Bak semai dapat terbuat dari kayu atau bak plastik. Bedengan dengan lebar 1 m, panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. Media pesemaian dapat berupa campuran pasir/sekam + pupuk kandang + tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pada media pesemaian dibuat larikan-larikan kecil berjarak + 7-10 cm. Jarak semai di dalam larikan diusahakan tidak terlalu rapat (3-4 cm). Tempat pesemaian diberi naungan untuk melindungi bibit dari sinar matahari dan hujan yng berlebihan. Pada umur 4 minggu setelah semai, bibit disapih atau dipindahkan kekantong plastik hitam polibag berukuran 10 x 15 cm yang berisi media pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2 : 1. Pada tiap polibag ditanam 1 bibit. Bibit tersebut ditempatkan ditempat teduh dan disiram setiap hari.

2. Perbanyakan dengan Grafting

Selain dengan biji, markisa juga dapat diperbanyak dengan cara, grafting atau stek. Bagian tanaman yang akan dijadikan stek baiknya diambil dari tanaman yang

cukup tua dan berkayu, ruasnya 3-4. Bibit dari stek yang berakar siap ditanam pada umur 90 hari. Pengakaran stek dapat dipercepat dengan perlakuan hormon.

Penyambungan memegang peranan penting terutama dalam melestarikan spesies-spesies hibrida dan mengurangi kerusakan karena serangan nematode dan penyakit.

Mata tunas (entries) diambil dari cabang yang sehat, sebaiknya dari tanaman yang sudah tua. Diameter entries disesuaikan dengan diameter batang bawah. Cara penyambungannya dapat dengan sambungan celah atau sambungan samping.

3. Pemilihan Kebun

Kebun yang akan ditanami markisa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan agroekologi varietas yang akan ditanam. Letaknya dipilih yang strategis, mudah dijangkau, pengangkutan sarana produksi dapat dilakukan dengan mudah, dekat dengan pasar, tenaga kerja didaerah tersebut cukup tersedia, dan dekat dengan sumber air. Kalau kondisi ini terpenuhi, maka biaya produksi dapat ditekan.

4. Penyiapan Lahan

Lahan yang akan ditanami markisa, terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulam. Pada lahan yang kelerengannya >15 %, pembersihan gulam perlu dilakukan secara hati- hati karena peluang terjadinya erosi cukup tinggi.

Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan mengikuti garis contour dan dilakukan seminimal mungkin. Pada tempat- tempat tertentu dibuat teras dan sebaiknya diatasnya dapat ditanami tanaman penguat teras atau pecan ternak seperti rumput gajah, rumput raja , gamal, yang sekaligus dapat mencegah erosi.

5. Jarak Tanam

Setelah tanaman pengganggu dibersihkan, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak 3 x 3m atau 2 x 4m , atau 3 x 5m tergantung pola tanam nya. Bila akan dilakukan penanaman tanaman sela diantara tanaman markisa maka sebaiknnya dipakai jarak tanam renggang, misalnya 3 x 4m, 3 x 5m. Bila markisa ditanam secara monokultur, maka dipakai jarak tanam rapat, misalnya 2 x 3m. lubang tanam dibuat mengikuti garis contour (tanah berlereng). Jarak tanam yang digunakan adalah 2 x 5m, yaitu 2 m jarak antara baris tanaman dan 5 m jarak antar tanaman. Dengan demikian jumlah tanamannya adalah 1.000 pohon per ha. Tanah digali dengan ukuran 50 x 40 x 40 cm tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang ± 20kg, kemudian dimasukkan kedalam lubang kembali dan dibiarkan selama beberapa hari.

Penanaman sebaiknnya dilakukan pada musim hujan untuk menghindari terjadinya stress karena kekurangan air. Selama tanaman masih muda (0-7) bulan, pada setiap pohon diberi kayu dan diikat dengan tali rafiah pada kayu terebut.

Penyiraman disesuaikan dengan keadaan cuaca.

6. Pengairan

Pada musim kemarau, tanaman perlu diairi sehingga tanaman tetap dapat berbuah. Pada lahan dengan pengairan teknis pengairan dapat dilakukan dengan penggenangan sampai kira- kira mencapai kapasitas lapang, dilakukan sekali seminggu. Sedang pada lahan yang tidak tersedia pengairan teknis, pengairan dapat dilakukan dengan membuat tempa- tempat penampungan air, seperti kolam, drum, kemudian diambil dengan ember dengan volume penyiraman 5-7 liter per pohon, dilakukan dua kali seminggu.

7. Pemupukan

Agar produktivitas tanaman markisa dapat dipertahankan (jumlah dan kualitas), diperlukan hara tambahan, baik melalui tanah maupun lewat daun. Karena dalam 2 sampai 3 tahun, produktivitas tanaman akan menurun bila tidak dilakukan suplai hara. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam memupuk tanaman markisa adalah :

 Umur dan fase pertumbuhan tanaman

 Kesuburan tanah yang akan dipupuk dalam hal ini diperlukan data hasil

analisis tanah pada lokasi penanaman. Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efektifitas pemupukan, karena terkait dengan jenis, jumlah, cara dan waktu pemberian pupuk. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman markisa memerlukan pupuk organik dan anorganik (buatan). Pupuk Kandang 10 kg / pohon 2 minggu sebelum tanam dicampur dengan tanah saat

menggali lubang tanam.

NPK (15:15:15) 1.000 g/ pohon 3 kali setahun (selang 4 bulan) diberikan melingkari lubang tanaman ± 20 cm dari pohon. Urea 500 g /pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon. TSP 400 g / pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon. KCL 300 g/ pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon.

Pupuk Kandang 50-75 kg / pohon awal musim hujan disebarkan dekat pohon.

8. Pembuatan Para-Para

Tanaman markisa merupakan tanaman merambat. Oleh karena itu untuk memperoleh produksi yang optimal, diperlukan rambatan (para- para) yang sesuai.

Para- para ini dapat dibuat dari bambu atau kawat dengan menggunakan sistem T.

Pada pertanam dipekarangan, sebaiknya ramabatan dibuat dengan sistem para- para.

Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk pertanaman skala luas, tiang rambatan sebaiknya dipakai tiang- tiang dari kayu yang tahan terhadap hujan dan tidak disukai rayap atau dapat pula dipakai kayu hidup seperti gamal/glirisida. Tinggi tiang ± 2,5 m dan ditanam di dalam tanah sedalam 50 cm.jarak antara satu tiang dengan tiang berikutnya 3-5 m.

9. Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman markisa memegang peranan penting karena dengan pemangkasan produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Pemangkasan hendaknya dipilih pada waktu pertumbuhan baru terlihat atau keluar tunas pada pucuk baru. Selanjutnya setelah buah dipungut, pemangkasan dilakukan pula untuk membuang cabang- cabang yang mati dan daun- daun yang kering. Pemotongan cabang yang panjang perlu pula dilakukan, terutama untuk meransang keluarnya cabang buah lebih banyak. Cabang yang dibiarkan tumbuh adalah 4 cabang utama.

Pemangkasan ini dimaksudkan agar tanaman markisa dapat berbunga dan berbuah secara terus- menerus.

10. Pola Tanam

Meskipun dapat ditanam secara monokultur, akan tetapi lebih menguntungkan dilakukan penanaman dengan cara tumpang sari antara markisa dengan tanaman

sayuran. Beberapa jenis tanaman sayuran yang cocok diusahakan diantara tanaman markisa adalah tomat, kentang, kubis, buncis, brokoli, dengan R/C ratio masing- masing secara berturut- turut 1,26 : 1,21 : 1,44 : 1,47 : dan 1,44.

11. Panen

Panen dilakukan setelah buah berumur 120-140 hari sejak bunga muncul atau 85-95 setelah bunga mekar (p. edulis sims). Indikator yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat ketuaan buah adalah warna kulit buah telah berubah dari hijau ungu menjadi kuning (passiflora vlaficarva). Buah muda yang berwarna hijau muda berubah menjadi hijau kekuning-kuningan. Selain dengan warna kulit buah, saat panen yang tepat dapat ditandai dengan mengerutnya tangkai buah dan keluarnya warna yang khas.

4.4 Upaya Pengembangan Tanaman Markisa sebagai Objek Agrowisata

Kabupaten karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Dengan dilakukannya pengembangan buah markisa di kabupaten karo, akan memberikan dampak positif bagi pariwisata di kabupaten karo, dimana tidak hanya untuk melihat potensi tanamannya, tetapi dapat sekalian menikmati pariwisatanya. Hal ini menyebabkan keduanya saling menguntungkan, sehingga potensi pengembangan buah markisa ini membuat pariwisita di kabupaten karo juga semakin meningkat.

Adapun daya tarik agrowisata yang dapat dikembangkan baik berupa proses budidaya, penangan pasca panen, pengelohan hasil, penyajian/transaksi hasil produksi

maupun pemasaran hasil dari komoditas pertanian yang meliputi tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perternakan, perikanan dan kehutanan. Dalam pengembangan agrowisata memiliki beberapa fungsi yang meliputi :

1) Sebagai pusat informasi setempat untuk mengetahui, mengenal, memahami dan menghayati peristiwa kehidupan dan peri kehidupan suatu kelompok.

2) Sebagai pusat promosi pariwisata setempat atau pariwisata regional karena sarana dan fasilitas dapat didayagunakan untuk penampilan kegiatan sosial

2) Sebagai pusat promosi pariwisata setempat atau pariwisata regional karena sarana dan fasilitas dapat didayagunakan untuk penampilan kegiatan sosial

Dokumen terkait