Profil Kota Bogor
Kota Bogor adalah salah satu pusat pendidikan dan penelitian berbasis pertanian sejak zaman penjajahan. Hal ini didukung dengan kehadiran Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak abad ke-20. “Sebagai salah satu bagian dari propinsi Jawa Barat, Kota Bogor merupakan penyangga Ibu Kota Negara yang memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat Internasional (Kebun Raya). Pusat Kota Bogor terletak 100 Km disebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan Pajajaran yang pusatnya sekitar Batu Tulis di Selatan Kota Bogor” (Pemerintah Kota Bogor 2012).
Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Kota Bogor terletak diantara 106 480 BT dan 6 360 LS serta mempunyai ketinggian rata rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter, kemiringan lereng antara 0-3 persen, 4-15 persen, 16-30 persen dan diatas 40 persen dengan jarak dari Ibu Kota kurang lebih 60 Km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Kota Bogor berpenduduk 820707 jiwa dengan komposisi 419252 Laki- laki dan perempuan 401455 jiwa, dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3500 – 4000 milimeter pertahunnya (Pemerintah Kota Bogor 2012).
Kota Bogor sebagai salah satu pusat perekonomian dan juga daerah tujuan migran untuk mengadu nasib di perkotaan memiliki banyak potensi ekonomi. Pembangunan yang semakin terpusat ke perkotaan sangat memicu pertumbuhan ekonomi di bidang usaha bisnis. Bogor memiliki beberapa fasilitas swasta maupun milik pemerintah yang dijadikan sumber-sumber ekonomi. Keberadaan Kebun Raya Bogor, Museum-museum pertanian, Botani Square, Pusat Grosir Bogor, Bogor Trade Mall dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya. Selain itu kota Bogor mempunyai pusat perbelanjaan tradisional, seperti Pasar Gunung Batu, Pasar Anyar, Pasar Ciampea, dan Pasar Bogor. Salah satu kawasan yang sangat kental dengan keramaian sebagai pusat perbelanjaan baik tradisional maupun modern adalah kawasan Pasar Bogor.
Pasar Bogor berada di pusat kota Bogor, tepatnya di jalan Surya Kencana, Bogor Tengah. Lokasi pasar Bogor sangat strategis sebagai pusat keramaian. Hal ini didukung karena pasar Bogor berada diantara pusat perbelanjaan, daerah wisata dan gedung-gedung Penelitian. Pasar Bogor dekat dengan Bogor Trade Mall (BTM), komplek pertokoan, Pintu 1 Kebun Raya Bogor (KRB), Museum Zoologi Bogor, Balai Penelitian Tanah, Gedung Dharma Wanita, Koperasi Mitra Industri, Balai Besar Industri Agro (BBIA), Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (KRB)-LIPI, Gedung Kementerian Kehutanan Direktorat Jendral Planalogi Kehutanan, Kementerian Kehutanan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Lahan, Plaza Bogor, Pusat Toko Sepatu Bata, pusat
perbelanjaan pakaian Ananda. Lokasi pasar Bogor yang sangat dekat dengan pusat-pusat penelitian pertanian ternyata tidak mengurangi jumlah pelaku sektor informal terutama Pedagang Kaki Lima (PKL) dan bahkan cenderung dimanfaatkan sebagai daerah untuk mencari nafkah melalui sektor perdagangan. Daerah pasar Bogor yang berada di jalan Surya Kencana bahkan terkenal sebagai kawasan wisata kuliner.
Daerah mulai dari kawasan pintu 1-2 KRB sampai pasar Bogor digunakan sebagai areal perdagangan. Kawasan ini merupakan salah satu pusat pedagang kaki lima di kota Bogor. Rata-rata PKL yang berjualan di daerah sekitar pasar Bogor adalah penjual makanan, minuman, souvenir khas Bogor, bunga dan buah. Akan tetapi berbeda hal ketika hari libur nasional ataupun akhir pekan. Jumlah PKL akan bertambah sangat banyak dan jenis dagangan yang di tawarkan juga sangat beraneka ragam, seperti baju bertuliskan Bogor, Hewan peliharaan, tukang lukis jalanan, peralatan elektronik dan bahkan menjual aksesoris untuk wanita maupun pria. Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjual makanan dan minuman di kawasan pasar Bogor adalah fokus kajian dari penelitian ini.
Aktivitas di Lokasi Penelitian
Kawasan pasar Bogor merupakan salah satu pasar yang sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat dalam belanja memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu lokasinya yang juga dekat dengan pusat perbelanjaan modern menyebabkan pasar Bogor dikunjungi oleh konsumen atau masyarakat yang ingin berbelanja ke pasar tradisional dan kemudian singgah ke Plaza Bogor dan sebaliknya. Lokasi yang memang sangat strategis memicu banyak aktivitas yang terjadi di sekitar lokasi pasar Bogor, mulai dari kegiatan jual-beli, kunjungan wisata hingga menjadi wilayah “tongkrongan” anak muda. Aktivitas yang sangat padat dan ramai di tempat ini menyebabkan kawasan pasar Bogor dan sekitarnya menjadi kawasan rawan kemacetan.
Pusat keramaian sering sekali menjadi pusat perekonomian. Hal tersebut terjadi di kawasan pasar Bogor dan sekitarnya. Jumlah PKL semakin hari semakin banyak meskipun penggusuran sudah terjadi berulang kali dan rutin. Kebebasan berjualan di hari libur nasional dan akhir pekan bagi PKL merupakan celah yang dimanfaatkan para PKL untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para PKL biasanya akan tetap berjualan meskipun sudah ada penggusuran karena tuntutan ekonomi. Biasanya para PKL akan mengungsi terlebih dahulu ke suatu tempat saat penggusuran dan akan kembali ke tempat seperti biasa bila keadaan sudah lebih tenang.
Banyak sektor informal yang berkembang di kawasan pasar Bogor dan sekitarnya. Selain aktivitas PKL, sektor informal yang berkembang adalah jasa penyewaan payung atau ojeg payung. Kota Bogor terkenal sebagai kota hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan payung sudah seperti kebutuhan yang harus dilengkapi saat bepergian. Saat hujan tiba, akan banyak anak remaja tanggung yang akan menawarkan jasa payung kepada pengunjung yang terjebak hujan di kawasan tersebut. Biasanya anak tersebut merupakan anak- anak yang tinggal disekitar daerah pasar Bogor atau anak dari para PKL.
Pola Migrasi Penduduk di Indonesia: Migrasi Desa-Kota
Riwayat migrasi sudah setua riwayat manusia. Orang mungkin bermigrasi karena terpaksa, diatur atau tidak diatur, berkelompok atau secara perorangan. Sebagai pendorong mungkin keadaan alam (termasuk bencana alam), keadaan politik, keadaan ekonomi atau kelangkaan berbagai fasilitas. Walaupun dalam keputusan bermigrasi berbagai faktor mempengaruhi, secara umum kiranya faktor ekonomi dapat dianggap dominan. Faktor psikologi sosial jelas mengambil bagian pula karena tindakan ini menyangkut suatu pengambilan keputusan yang penting bagi seseorang atau keluarga yang bersangkutan. Bermigrasi sering merupakan keputusan yang begitu penting karena dapat merubah jalan hidup seseorang atau juga kelompok dan keturunan mereka secara fundamental (Singarimbun 1979 dalam Sinaga 2012).
Migran yang berjualan di sekitar KRB umumnya masih berasal dari wilayah Jawa Barat, misalnya Sukabumi, Ciapus, Cianjur dan Cirebon. Namun tidak sedikit yang berasal dari wilayah Jawa Barat, seperti Padang, Palembang, Madura, Brebes dan daerah Jawa Tengah. Umumnya mereka melakukan migrasi desa-kota karena merasa sektor pertanian di desa sudah tidak menarik lagi dan tidak cukup memenuhi kebutuhan mereka secara individu maupun keluarga. Migran melihat bahwa pembangunan yang dipusatkan di daerah perkotaan dapat membantu mereka untuk menyambung kehidupan sehingga mereka memutuskan untuk melakukan migrasi desa-kota. Kota Bogor dianggap oleh migran menjadi daerah tujuan migrasi karena para migran pada umumnya menganggap bahwa Bogor masih belum sekeras kota Jakarta, Bogor masih mempunyai penduduk yang ramah dan masih banyak lahan yang masih digunakan untuk membuka usaha. Tabel 2 Jumlah penduduk migran dan non migran di Bogor 2010
No. Nama Kabupaten/Kota Laki-laki+Perempuan Total Status Migrasi Non Migran Kabupaten/Kota Migran Kabupaten/Kota 1. Bogor 3708981 1062951 4771932 2. Kota Bogor 683707 266627 950334
Sumber: Sensus penduduk 2010. Dapat diunduh di :
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=324&wid=3200000000
Migran desa yang datang ke kota Bogor biasanya akan berdomisili di sekitar migran sedaerah asal juga. Ketika sudah beberapa waktu berada di kota Bogor maka domisili migran semakin berkembang, misalnya domisili tidak lagi hanya karena sedaerah asal melainkan karena memiliki jenis dagangan yang sama. Pada penelitian ini, beberapa responden memiliki yang berasal dari daerah yang sama akan tinggal di satu pondokan yang sama, misalnya migran desa asal Brebes. Daerah asal migran biasanya juga menentukan jenis dagangan yang dijual oleh para migran PKL, yaitu orang Madura terkenal dengan penjual sate, orang Jawa dan Sukabumi biasanya menjual bakso dan orang Kuningan terkenal
sebagai penjual martabak. Jenis dagangan biasanya juga akan berpengaruh terhadap domisili migran PKL karena kebutuhan terhadap bahan baku dan dagangan yang akan dijual sama, misalnya PKL yang menjual mie ayam biasanya tinggal di Pondokan yang sama. Penjual martabak biasanya berdomisili di daerah sekitar Bondongan. Lokasi jualan para migran PKL yang berdekatan biasanya juga memiliki tempat tinggal yang berdekatan.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang menjadi fokus penelitian ini adalah para migran baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan usaha kaki lima berupa makanan dan minuman di wilayah sekitar KRB. Pendidikan para migran umumnya tidak lulus dari Sekolah Dasar (SD) hanya dengan bermodalkan tekad, kejujuran dan keberanian.
Jenis Kelamin
PKL yang menjual makanan dan minuman di lokasi penelitian mayoritas adalah laki-laki. Umumnya perempuan yang biasanya adalah istri dari pemilik usaha kaki lima tersebut hanya sebagai tenaga tambahan saja. Perempuan akan menjaga barang dagangan ketika suami pergi untuk belanja ataupun kegiatan lainnya. Namun perempuan akan sangat berperan pada proses penyiapan barang dagangan waktu akan buka di pagi hari dan waktu akan menutup di malam hari. Laki-laki mempunyai peran utama dalam melangsungkan proses penjualan barang dagangan. Dari sekian banyak pedagang yang berjualan di sekitar lokasi penelitian, tidak lebih dari 10 persen perempuan yang berjualan. Selain itu umumnya para migran yang melakukan usaha kaki lima di sekitar KRB tersebut tidak membawa serta keluarganya. anak dan istri para migran umumnya ditinggalkan di desa karena alasan pendidikan, biaya hidup, kenyamanan dan juga sumber penghasilan lain sehingga migran tersebut bekerja sendiri dalam menjalankan usahanya. Dari 40 responden yang menjadi objek penelitian hanya dua orang perempuan yang bekerja sebagai PKL.
Usia
Usia para pelaku sektor informal, PKL di lokasi penelitian pada umumnya sudah berusia cukup tua. Beberapa dari mereka sudah mulai berjualan makanan ataupun minuman sejak zaman pemerintahan bapak Soeharto. Akan tetapi ada juga PKL yang masih cukup muda dan masih berada pada usia produktif, yakni sekitar 30-45 tahun yang memulai usaha biasanya berdasarkan informasi dari saudara, teman maupun kerabat yang sudah lebih dahulu melakukan migrasi ke kota Bogor. Para migran tersebut rata-rata sudah melakukan migrasi sejak usia 15 tahun keatas.
Tingkat Pendidikan
Ada pepatah mengatakan, tidak semua orang sukses dari pendidikan. Pepatah ini seperti sangat melekat jelas dalam kalangan migran yang melakukan usaha kaki lima. Para PKL mengaku bahwa pendidikan bukanlah segalanya.
Tabel 3 Karakteristik responden pedagang kaki lima (PKL) di sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) tahun 2012
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin Perempuan 2 5 Laki-Laki 38 95 Tingkat Pendidikan SD 24 60 SMP 12 30 SMA 4 10 Total 40 100
Mayoritas tingkat pendidikan responden penelitian ini adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 60 persen. Sebesar 30 persen sudah menempuh pendidikan sampai SMP dan hanya 10 persen sampai SMA. Karakteristik responden menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam hal ini. Salah satu karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia. Usia responden pada penelitian ini rata-rata 30 tahun keatas, akan tetapi mereka sudah mulai bermigrasi rata-rata sejak usia 15 tahun dan masih bekerja sampai usia 62 tahun. Angka ini menggambarkan usia produktif masyarakat Indonesia dan juga merupakan bagian dari angkatan kerja.