• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Pangkalan Susu secara geografis terletak pada posisi 03° 14’00”- 04° 13’00” Lintang Utara, 97°52’00” - 98°45’00” Bujur Timur dengan luas daerah 27231 Ha (272,31 km²) yang terdiri dari 16 Desa / Kelurahan.

4.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Pangkalan Susu sebanyak 54.626 jiwa yang terdiri dari laki-laki 27.747 jiwa dan perempuan 26.879 jiwa, distribusinya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa/Kelurahan di Kecamatan Pangkalan Susu Tahun 2007

Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk Persentase

Pangkalan Siata 5,079 9,36 Sungai Meran 1,711 3,15 Alur Cempedak 3,816 7,03 Paya Tampak 2,767 5,09 Sungai Siur 4,666 8,59 Tanjung Pasir 3,761 6,93 Pintu Air 1,675 3,08 Beras Basah 9,579 17,65 Bukit Jengkol 6,469 11,92 Pulau Sembilan 2,256 4,15 Pulau Kampai 4,172 7,68 Pematang T 2,358 4,34 Perkebunan Perapen 1,129 2,08 Limau Mungkur 1,678 3,09

Perkebunan Damar Condong 706 1,30

Damar Condong 2,804 5,16

Berdasarkan pekerjaan utama kepala rumah tangga, jenis pekerjaan penduduk di Kecamatan Pangkalan Susu, mayoritas berada pada kelompok pekerjaan petani yaitu sebanyak 4.421 dan minoritas berada pada kelompok pekerjaan kontruksi, distribusinya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Rumah Tangga Menurut Sektor Ekonomi Berdasarkan Pekerjaan Utama Kepala Rumah tangga Dan Desa/Kelurahan di Kecamatan Pangkalan Susu Tahun 2007

Desa/Kelurahan Pertani an Pengga Lian Kera jinan Kons Truksi Dagang Ang kutan Jasa Lain P.Siata 552 0 15 0 31 30 0 43 S.Meran 227 0 0 0 11 1 10 30 A.Cempedak 123 160 2 11 143 20 30 288 P.Tampak 221 10 12 16 30 10 20 159 S.Siur 246 30 0 12 40 6 20 333 T.Pasir 456 5 13 11 32 15 20 80 Pintu Air 289 0 0 4 20 0 0 11 Beras Basah 502 50 58 22 36 93 283 374 B.Jengkol 113 60 5 23 63 60 82 806 P.Sembilan 250 13 0 4 12 10 2 26 P.Kampai 473 0 2 5 61 10 10 113 Pematang T 235 0 40 4 13 0 0 90 P.Perapen 207 0 0 0 3 10 0 18 L.Mungkur 52 40 0 6 15 8 5 211 P.Damar C 65 0 0 0 0 0 0 16 Damar C 410 0 5 12 31 2 0 98 Jumlah 4421 368 152 130 541 275 482 2696 4.1.3. Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan Kecamatan Pangkalan Susu dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain angka harapan hidup, angka kamatian ibu dan bayi dan angka kesakitan. Angka harapan hidup di Kecamatan Pangkalan Susu masih mempedomani angka harapan hidup Nasional yaitu 68 tahun untuk harapan hidup laki-laki dan 70 tahun untuk harapan hidup perempuan.

Angka kematian ibu di Kecamatan Pangkalan Susu tahun 2007 berjumlah 3 orang dengan rincian kematian ibu bersalin sebanyak 2 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 1 orang dari 766 ibu hamil. Untuk angka kematian bayi di Kecamatan Pangkalan Susu tahun 2007 terdapat sebanyak 3 orang (0,3% kelahiran hidup) (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2007).

Untuk angka kesakitan balita dari laporan SP2TP seluruh puskesmas yang ada di Kecamatan Pangkalan Susu menunjukkan bahwa penyakit diare adalah merupakan jenis penyakit yang terbanyak kasusnya, berjumlah 43 kasus dibandingkan penyakit yang lain.

Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan balita adalah pemberian vitamin A 2 kali pertahun, pemberian immunisasi, melakukan deteksi dini tumbuh kembang balita, pemberian MP ASI.

4.1.4. Sumber Daya Kesehatan

Salah satu Indikator pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah Sumber Daya Kesehatan (SDM). Ketersediaan dan keterjangkauan SDM dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal. Jumlah ketenagaan di Kecamatan Panglakan Susu secara umum masih rendah baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Jumlah tenaga medis di Kecamatan Pangkalan Susu mayoritas adalah tenaga perawat yang berjumlah 31 orang dan dukun bayi ada sebanyak 37 orang.

4.2. Analisa Univariat

4.2.1.Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden pada table 4.3 menunjukkan mayoritas responden berumur 25 - 34 tahun sebanyak 54%, memiliki keluarga kecil (1-2 anak) sebanyak 60%, dan berpendidikan menengah (tamat SMA/sederajat) sebanyak 58%, rata-rata tidak bekerja sebanyak 54%, memiliki pengetahuan kurang 63%, serta penghasilan keluarga berpendapatan sedang sebanyak 65 %

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu

No Karakteristik Responden Jumlah (orang) Persentase

1. Umur a. 15 – 24 tahun 23 23,0 b. 25 – 34 tahun 54 54,0 c. 35 – 49 tahun 23 23,0 2. Jumlah Anak a. Keluarga kecil 60 60,0 b. Keluarga besar 40 40,0 Jumlah 100 100,0 3. Pendidikan a. Rendah 27 27,0 b. Menegah 58 58,0 c. Tinggi 15 15,0 Jumlah 100 100,0 4. Pekerjaan

a. Bekerja di luar rumah 42 42,0

b. Bekerja di dalam rumah 4 4,0

c. Tidak bekerja 54 54,0 Jumlah 100 100,0 5. Pengetahuan a. Pengetahuan Kurang 63 63,0 b. Pengetahuan Sedang 19 19,0 c. Pengetahuan Baik 18 18,0 Jumlah 100 100,0 6. Pendapatan Keluarga a. Rendah 0 0,0 b. Sedang 65 65,0 c. Tinggi 35 35,0 Jumlah 100 100,0

4.2.2. Pola Asuh Makan

Hasil penelitian mengenai pola asuh makan yang disajikan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memberikan makanan tergolong lengkap 51 orang (51%), frekuensi pemberian makan kategori tidak baik 66 orang (66%), waktu pertama kali pemberian ASI kategori baik 58 orang (58%), dan waktu pertama pemberian MP-ASI tergolong tidak baik sebanyak 62 orang ( 62% ).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh No Pola Asuh Jumlah Persentase ( orang ) (%)

1. Jenis Makanan

a. Tidak lengkap 49 49,0 b. Lengkap 51 51,0

Jumlah 100 100,0 2. Frekuensi pemberian makan

a. Tidak Baik 66 66,0 b. Baik 34 58,0

Jumlah 100 100,0 3. Waktu Pertama Kali Pemberian ASI

a. Tidak Baik 42 42,0 a. Baik 58 58,0

Jumlah 100 100,0 4. Waktu Pertama Kali Pemberian MP-ASI

a. Tidak 62 62,0 b. Baik 38 38,0

4

.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi 4.2.3.1. Pertumbuhan Bayi

Pertumbuhan bayi berdasarkan status gizi menurut indeks BB/U menunjukkan bahwa sebagian besar anak tergolong pertumbuhan tidak normal dengan status gizi kurang yaitu 98,6% terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5.Distribusi Pertumbuhan Bayi Berdasarkan Status gizi Menurut Indeks BB / U di Kecamatan Pangkalan Susu

Status Gizi Jumlah

Kurang Baik Lebih Pertumbuhan Bayi

n % n % n % n %

Tidak Normal 68 98,6 0 0,0 1 1,4 69 100,0

Normal 0 0,0 31 100,0 0 0,0 31 100,0

4.2.3.2. Perkembangan Bayi

Dilihat dari perkembangan bayi dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa pertumbuhan bayi yang tidak normal perkembangannya kurang baik sebesar 49,3%. Bayi yang pertumbuhannya tidak normal tetapi perkembannya baik sebesar 50,7%. Sedangkan bayi yang pertumbuhan normal tetapi perkembangannya kurang baik sebesar 22,6%. Dan bayi yang pertumbuhannya normal dengan perkembangan yang baik sebesar 77,4%

Tabel 4.6. Distribusi Pertumbuhan Bayi berdasarkan Perkembangan Bayi di Kecamatan Pangkalan Susu Kebupaten Langkat Tahun 2008

Perkembangan Bayi

Kurang Baik Baik Jumlah

Pertumbuhan Bayi

N % n % n %

Tidak Normal 34 49,3 35 50,7 69 100,0

4.3Analisis Bivariat

4.3.1. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Pertumbuhan Bayi

Analisa bivariat bertujuan untuk mencari hubungan variabel independen dengan dependen. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan uji chi –square. Analisis ini dikatakan bermakna bila hasil analisa menunjukkan adanya hubungan yang bermakna p < 0,05. Rekapitulasi hasil uji chi-square hubungan variabel independen dengan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7.Hubungan karakteristik ibu dengan pertumbuhan bayi

Pertumbuhan Bayi Tidak Normal Normal Jumlah X² P No. Karakteristik Ibu n % n % N % 1. Umur Ibu 15 – 24 tahun 20 87,0 3 13,0 23 100,0 25 – 34 tahun 35 64,8 19 35,2 54 100,0 35 – 49 tahun 14 60,9 9 39,1 23 100,0 4,620 0,099 2. Jumlah anak Keluarga kecil 34 56,7 26 43,3 60 100,0 Keluarga besar 35 87,5 5 12,5 40 100,0 10,667 0,001 3. Pendidikan Rendah 21 77,8 6 22,2 27 100,0 Menengah 43 74,1 15 25,9 58 100,0 Tinggi 5 33,3 10 66,7 15 100,0 10,609 0,005 4. Pekerjaan Bekerja diluar rumah 35 83,3 7 16,7 42 100,0 Bekerja di dalam rumah 4 100,0 0 0,0 4 100,0 Tidak Bekerja 30 55,6 24 44,4 54 100,0 10,394 0,006 5. Pengetahuan Kurang 59 93,7 4 6,3 63 100,0 Sedang 4 21,1 15 78,9 19 100,0 Baik 6 33,3 12 66,7 18 100,0 49,023 0,000 6. Pendapatan Sedang 44 67,7 21 32,3 65 100,0 Tinggi 25 71,4 10 28,6 35 100,0 0,148 0,700

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa bayi yang tergolong pertumbuhannya tidak normal lebih banyak pada ibu yang berumur 25-34 tahun yaitu 64,8%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara umur ibu dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,099. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan pertumbuhan bayi .

Berdasarkan Jumlah anak yang tergolong pertumbuhan bayi tidak normal lebih banyak pada ibu yang memiliki keluarga besar yaitu 87,5%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara jumlah anak dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan pertumbuhana bayi.

Berdasarkan pendidikan ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada ibu yang berpendidikan menengah dan rendah yaitu 77,8 % pada ibu yang pendidikan rendah dan 74,1% pada ibu yang pendidikan menegah. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pendidikan dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pertumbuhan bayi.

Berdasarkan pekerjaan ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada ibu yang bekerja diluar rumah yaitu 83,3%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pekerjaan dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pertumbuhan bayi.

Berdasarkan pengetahuan ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada ibu yang pengetahuannya kurang yaitu 93,7%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pengetahuan dengan pertumbuhan bayi sfdfgdiperoleh p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pertumbuhan bayi.

Berdasarkan pendapatan keluarga ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada keluarga yang pendapatan sedang yaitu 67,7%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pendapatan keluarga dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,700. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan pertumbuhan bayi.

4.3.2. Hubungan Pola Asuh Makan Dengan Pertumbuhan Bayi

Analisis bivariat dilihat pada pola asuh makan yaitu jenis makanan, frekwensi makan, waktu pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI dengan pertumbuhan bayi.

Tabel 4.8.Hubungan Pola Asuh Makan DenganPertumbuhan Bayi diKecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008

Pertumbuhan Bayi

Tidak Normal Normal Jumlah N

o. Pola Asuh Makan

n % N % n % X² P 1. Jenis Makanan Tidak Lengkap 46 93,9 3 6,1 49 100,0 Lengkap 23 45,1 28 54,9 51 100,0 27,799 0,000 2. Frek Makan Tidak Baik 47 71,2 19 28,8 66 100,0 Baik 22 64,7 12 35,3 34 100,0 0,444 0,505 3. Waktu Pertama Kali Pemberian ASI

Tidak Baik 40 95,2 2 4,8 42 100,0 Baik 29 50,0 29 50,0 58 100,0

23,306 0,000

4. Pemberian MP-ASI

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat dari pola asuh makan menurut jenis makanan ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada jenis makanan yang tergolong tidak lengkap yaitu 93,9%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara jenis makanan dengan pertumbuhan bayi diperoleh p sebesar = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan dengan pertumbuhan bayi .

Berdasarkan pola asuh makan menurut frekuensi makan ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada frekuensi makan yang tergolong tidak baik yaitu 71,2%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara frekuensi makan dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,505. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan dengan pertumbuhan bayi.

Berdasarkan pola asuh makan menurut waktu pertama kali pemberian ASI ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada bayi yang tidak segera disusui setelah melahirkan yaitu 95,2%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara waktu pertama kali pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara waktu pertama kali pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi.

Berdasarkan pola asuh makan menurut waktu pertama kali pemberian MP- ASI ternyata pertumbuhan bayi yang tergolong tidak normal lebih banyak pada bayi yang diberi makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan yaitu 85,5%. Dari hasil

analisis statistik dengan uji chi-square antara waktu pertama kali pemberian MP-ASI dengan pertumbuhan bayi diperoleh p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara waktu pertama kali pemberian MP-ASI dengan pertumbuhan bayi.

4.3.3. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Perkembangan Bayi

Analisis bivariat dilihat pada karakteristik ibu yaitu umur, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan keluarga dengan perkembangan bayi.

Tabel 4.9. Hubungan Karakteristik Ibu Terhadap Perkembangan Bayi Di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008

Perkembangan Bayi Kurang Baik Baik Karakteristik Ibu n % N % Jumlah (%) X²hitung P 1. Umur 15 – 24 thn 7 30,4 16 69,6 23 (100,0) 25 – 34 thn 21 38,9 33 61,1 54 (100,0) 35 – 49 thn 9 39,1 14 60,9 23 (100,0) 0,553 0,759 2. Jumlah anak Keluarga kecil 17 28,3 43 71,7 60 (100,0) Keluarga besar 20 50,0 20 50,0 40 (100,0) 4,833 0,028 3. Pendidikan Rendah 8 29,6 19 70,4 27 (100,0) Menengah 27 46,6 31 53,4 58 (100,0) Tinggi 2 13,3 13 86,7 15 (100,0) 6,504 0,039 4. Pekerjaan Luar rumah 36 85,7 6 14,3 42 (100,0) Dalam rumah 0 0,0 4 100,0 4 (100,0) Tidak Bekerja 1 1,9 53 98,1 54 (100,0) 73,727 0,000 5. Pengetahuan Kurang 25 39,7 38 60,3 63 (100,0) Sedang 5 26,3 14 73,7 19 (100,0) Baik 7 38,9 11 61,1 18 (100,0) 1,152 0,562 6. Pendapatan Rendah 0 0,0 0 0,0 0 (0,00) Sedang 30 46,2 35 53,8 65 (100,0) Tinggi 7 20,0 28 80,0 35 (100,0) 6,676 0,016

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa lebih banyak ibu yang berumur 25-34 tahun memiliki bayi yang perkembangannya tergolong kurang baik yaitu 38,9% sedangkan perkembangan yang tergolong baik yaitu 61,6%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara umur ibu dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,759. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan perkembangan bayi .

Berdasarkan jumlah anak lebih banyak keluarga kecil memiliki bayi yang tergolong perkembangannya baik yaitu 71,7%. Dari hasil analisis statistik dengan uji

chi-square antara jumlah anak dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,028. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan perkembangan bayi.

Berdasarkan pendidikan lebih banyak ibu yang berpendidikan menengah memiliki bayi yang tergolong perkembangannya baik yaitu 53,4%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pendidikan dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,039. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan perkembangan bayi.

Berdasarkan pekerjaan ibu lebih banyak bayi yang tergolong perkembangannya baik pada ibu yang tidak bekerja berjumlah 98,1%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pekerjaan dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perkembangan bayi.

Berdasarkan pengetahuan lebih banyak ibu yang pengetahuannya kurang memiliki bayi yang tergolong perkembangannya baik yaitu 60,3%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pengetahuan dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,562. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perkembangan bayi.

Berdasarkan pendapatan keluarga lebih banyak bayi yang tergolong perkembangan baik pada keluarga yang pendapatan sedang yaitu 53,8%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara pendapatan keluarga dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,016 Hal ini menunjukkan bahwa tidak hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan perkembangan bayi.

4.3.4. Hubungan Pola Asuh Makan Dengan Perkembangan Bayi

Analisis bivariat dilihat pada pola asuh makan yaitu jenis makanan, frekwensi makan, waktu pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI dengan perkembangan bayi

Tabel 4.10.Distribusi Pola Asuh Makan Dengan Perkembangan Bayi Di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008

Perkembangan Bayi

Kurang Baik Baik Jumlah

N

o. Pola Asuh Makan

n % N % n % X² P 1. Jenis Makanan Tidak Lengkap 17 34,7 32 65,3 49 100,0 Lengkap 20 39,2 31 60,8 51 100,0 0,219 0,640 2. Frekuensi Makan Tidak Baik 23 34,8 43 65,2 66 100,0 Baik 14 41,2 20 58,8 34 100,0 0,385 0,535 3. Waktu Pertama Kali Pemberian ASI

Tidak Baik 21 50,0 21 50,0 42 100,0 Baik 16 27,6 42 72,4 58 100,0

5,250 0,022

4. Pemberian MP-ASI

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa lebih banyak bayi yang perkembangannya baik mendapat jenis makanan yang tergolong tidak lengkap sebesar 65,3%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara jenis makanan dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,640. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan dengan perkembangan bayi

Berdasarkan frekuensi makan lebih banyak bayi yang dikategorikan perkembangannya baik pada frekuensi makan yang tergolong tidak baik yaitu 65,2%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara frekuensi makan dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,535. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan dengan perkembangan bayi.

Berdasarkan waktu pertama kali pemberian ASI lebih banyak bayi yang dikategorikan perkembangannya baik pada bayi yang segera disusui setelah melahirkan yaitu 72,4%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square antara waktu pertama kali pemberian ASI dengan perkembangan bayi diperoleh p= 0,022. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara waktu pertama kali pemberian ASI dengan perkembangan bayi.

Berdasarkan waktu pertama kali pemberian MP- ASI lebih banyak bayi yang dikategorikan perkembangannya baik pada bayi yang diberi makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan yaitu 54,8%. Dari hasil analisis statistik dengan uji chi- square antara waktu pertama kali pemberian MP-ASI dengan perkembangan bayi

diperoleh p= 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara waktu pertama kali pemberian MP-ASI dengan perkembangan bayi.

4.4.Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat 7 variabel yang memiliki nilai p<0,25 yaitu variabel jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, jenis makanan, waktu pertama kali pemberian ASI, dan waktu pertama kali pemberian ASI, sehinggga tujuh variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model prediksi determinan pertumbuhan bayi dengan menggunakan uji regresi logistic pada taraf kepercayaan 95%. Hasil pengujian dapat dilihat pada table 4.11.

Tabel 4.11. Pengaruh Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Makan Terhadap Pertumbuhan Bayi

Independen B S.E. Wald df Sig. Exp (B)

Jumlah anak -2,692 1,170 5,296 1 0,021* 0,068

Pendidikan -0,809 0,800 1,024 1 0,312 0,445

Pekerjaan 0,844 0,496 2,899 1 0,089 2,326

Pengetahuan 1,704 0,657 6,738 1 0,009* 5,498

Jenis makanan 4,175* 1,143 13,330 1 0,000* 65,027

Waktu pertama Kali

pemberian ASI 2,949 1,223 5,817 1 0,016* 19,091

Waktu pertama kali pemberian

MP-ASI 0,934 0,857 1,188 1 0,276 2,544

Constanta -14,173 3,811 13,829 1 0,000 0,000

Overall Percentage : 93%

Berdasarkan table 4.11 diatas, maka dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi adalah variabel jumlah anak (p=0,021), variabel pengetahuan (p= 0,009), variabel Jenis makanan (p=0,000), variabel Waktu pertama pemberian ASI (p=0,016) . Dilihat dari nilai beta (ß),maka dapat diketahui bahwa variabel Jenis Makanan merupakan variabel dangan nilai beta tertinggi yaitu

(ß=4,175), maka variabel Jenis Makanan merupakan variabel paling dominan mempengaruhi pertumbuhan bayi dengan besarnya pengaruh sebesar 93%.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa 6 variabel yang memiliki nilai p<0,25 yaitu variabel jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan waktu pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP- ASI. Sehingga keenam variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model prediksi determinan perkembangan bayi dengan menggunakan uji regresi logistic pada taraf kepercayaan 95%. Hasil pengujian dapat dilihat pada table 4.18

Tabel 4.12.Pengaruh Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Makan Terhadap Perkembangan Bayi

Independen B S.E. Wald df Sig. Exp (B)

Jumlah anak -1,341 0,971 1,908 1 0,167 0,262

Pendidikan -0,888 0,790 1,262 1 0,261 0,412

Pekerjaan 3,249* 0,674 23,212 1 0.000* 25,761

Pendapatan 1,933 0,972 3,953 1 0,047* 6,912

Waktu pertama kali pemberian

ASI 0,919 0,950 0,934 1 0,334 2,506

Waktu pertama kali pemberian

MP-ASI 0,207 0,953 0,047 1 0,828 1,230

Constant -7,898 3,711 4,530 1 0,033 0,000

Overall Percentage :92%

Berdasarkan table 4.12 diatas, maka dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap perkembangan bayi adalah variabel pekerjaan (p=0,000), dan variabel Pendapatan (p= 0,047). Dilihat dari nilai beta (ß), maka dapat diketahui bahwa variabel pekerjaan merupakan variabel dangan nilai beta tertinggi yaitu (ß=3,249), maka variabel pekerjaan merupakan variabel paling dominan mempengaruhi perkembangan bayi dengan besarnya pengaruh sebesar 92 %.

BAB 5

Dokumen terkait