• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Makan Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Ibu Dan Pola Asuh Makan Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN POLA ASUH MAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI

DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

TESIS

Oleh

YAMNUR MAHLIA

067023019/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN POLA ASUH MAKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI

DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YAMNUR MAHLIA

067023019/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI DI KECAMATAN

PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Yamnur Mahlia Nomor Pokok : 067023019

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi ) (Dra. Jumirah Apt. M. Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 3 Maret 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawani Y. Aritonang, MSi

Anggota : 1.Dra. Jumirah, Apt, M. Kes

2.Drs. Tukiman, MKM

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN POLA ASUH MAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BAYI

DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 -Desember 2008

(6)

ABSTRAK

Masa bayi ( 0 – 12 bulan) merupakan masa perkembangan yang kritis. Masa ini ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik maupun mentalnya. Apabila pada masa ini bayi tidak mendapat ASI Eksklusif dan gizi yang cukup serta pola asuh yang baik, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Di Kabupaten Langkat angka ditemukan cakupan ASI Eksklusif hanya 20 %, status gizi balita kategori kurang 28% dan kategori buruk 5%.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu dan pola asuh makan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat tahun 2008. Jenis penelitian yang digunakan

cross sectional dengan sampel sebanyak 100 orang ibu yang memiliki bayi.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan observasi. Data dianalisis dengan Uji Regresi Logistik Ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan bayi adalah pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, pekerjaan, jenis makanan, waktu pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan bayi adalah jenis makanan (ß = 4,175). Sedangkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan bayi adalah pendidikan, jumlah anak, pekerjaan, pendapatan, waktu pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap perkembangan bayi adalah pekerjaan ibu (ß = 3,249).

Diharapkan adanya kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Langkat untuk mengatasi masalah gizi bayi secara berkesinambungan, dan melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi melalui upaya pemberdayaan wanita dan keluarga serta peningkatan pengetahuan ibu mengenai tumbuh kembang bayi melalui penyuluhan kesehatan.

(7)

ABSTRACT

Baby of 0-12 months age was in critical development phase. This phase was marked by a fast physical and psychological growth and development. In this phase, if baby did not get sufficient exclusive breastfeeding and nutrition and good pattern of nursing, the growth and development of them would be problematic. In Langkat district, the exclusive breasfeeding catchment was merely 20% of population, the category of infant with malnutrition was 28 %, and category of nutritionless was 5%.

The objective of this research would be to analyze the effect of maternal characteristics and breastfeeding pattern on growth and development of baby in Subdistrict of Pangkalan Susu, Langkat District 2008. The type of research was cross-sectional consisting of 100 mothers with baby as sample. The data collection was made through interview, distribution of questionnaire, and observation. The data was then analyzed by Multiple Logistic Regression test.

The result of research indicated that variables effecting significantly the growth of baby included education, number of children, knowledge, occuppation, type of meals (food), the first time in which breasfeeding was administered, the first time in which Suplement-breasfeeding was administered. The variable of dominant effect on growth of baby was type of feed (B= 4,175). However, the variables of significant effect on growth of baby were education, number of children, occupation, income, the first time of breasfeeding administration, the first time of supplement-breastfeeding administration. The variable of dominant effect on growth of baby was maternal occupation (B= 3,249).

It is expected, that there should be policy in part of District government to overcome the problem of nutritional problem continuously, and to monitor the growth and development of baby through empowerment of women and family, and to improve the maternal knowledge on growth and development of baby through health extension.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan

karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Karakteristik

Ibu dan Pola Asuh Makan Terhadap Tumbuh Kembang Bayi di Kecamatan

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008” Dalam menyusun tesis, penulis

mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang,

M.Si dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku komisi pembimbing yang telah

membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta dengan penuh kesabaran

membimbing penulisan penyusunan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&Sp,A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara dan Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Selaku Direktur

Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku ketua Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan dalam perkuliahan dan

penyelesaian tesis

3. Bapak Drs. Tukiman, MKM sebagai pembanding yang telah memberikan

(9)

4. Ibu Ernawati Nasution, SKM. M.Kes sebagai pembanding yang telah memberikan

masukan, saran dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian, dukungan dan bimbingan selama melakukan penelitian

6. Ibu Hj. Lilik Rosdewati M.Kes selaku Direktris Akper Pemkab Langkat yang telah

memberi motivasi bimbingan dan arahan selama mengikuti perkulihan

7. Kepada Rekan-Rekan yang membantu dalam penyelesaian tesis ini

Terima kasih penulis ucapkan yang tak terhingga kepada orang tua penulis

dan ibu mertua, suami Ramal Pane SE dan kedua putra dan putri tercinta Liza dan

Noval yang telah memberikan motivasi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga

selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan,

untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan tesis ini

Medan, Desember 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yamnur Mahlia yang dilahirkan di Pangkalan Susu pada

tanggal 15 Oktober 1977, anak kedua dari tujuh bersaudara, beragama Islam dan

bertempat tinggal di Jalan Ngalengko No 1 Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1990 di SD Darma Patra

YKPP Pertamina P.Susu, tahun 1993 menamatkan SMP Negeri 1 P.Susu, kemudian

tahun 1996 menamatkan SMA Negeri 1 P.Susu, kemudian pada tahun 1999

menamatkan Akademi Perawatan Flora Medan, 2002 menamatkan AKTA III

Fakultas Ilmu Keguruan Universitas Medan, 2003 menamatkan Diploma IV Perawat

Pendidik USU Medan

Penulis bekerja sebagai tenaga perawat RS Pertamina Pangkalan Brandan,

tahun 2004 – 2005 sebagai Staff Pengajar di Akademi Perawatan Haji Medan, tahun

2004 sampai sekarang bekerja sebagai Staff Pengajar di Akademi Perawatan Pemda

(11)

DAFTAR ISI

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi ... 8

2.2 Pemantauan tumbuh kembang bayi... 14

2.3 Pola Asuh Makan... 16

2.4 Karakteristik Ibu... 23

2.5 Landasan Teori... 31

2.6 Kerangka Konsep... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

3.3 Populasi dan Sampel... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data……….………... 38

3.5 Variabel dan Definisi Operasional... ... 40

3.6 Metode Pengukuran... 42

3.7 Metode Analisis Data... ... 50

BAB 4. HASIL PENELITIAN... ... 51

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

4.2 Analisa Univariat... 54

4.2.1 Karakteristik Responden... 54

(12)

4.2.3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi... 56

4.3 Analisa Bivariat... 57

4.3.1 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pertumbuhan Bayi... 57

4.3.2 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Pertumbuhan Bayi.. ... 59

4.3.3 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pertumbuhan Bayi... 61

4.3.4 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Perkembangan Bayi... 63

4.4 Analisa Multivariat... 65

BAB 5. PEMBAHASAN... 67

5.1 Pertumbuhan Bayi... ... 67

5.1.1 Hubungan Karakteristik ibu dan Pola Asuh Makan terhadap Pertumbuhan Bayi... ... 68

5.2 Perkembangan Bayi... ... 80

5.2.1 Hubungan Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan dengan Perkembangan Bayi... 80

5.3 Variabel yang paling berpengaruh terhadap Pertumbuhan Bayi... 90

5.4 Variabel yang paling berpengaruh terhadap Perkembangan Bayi... 91

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... ... 92

6.1 Kesimpulan... 92

6.2 Saran... 93

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Baku Antropometri Menurut Standart WHO-NCHS... 15

2.2 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi,

Jenis makan, dan Frekuensi Pemberian... 22

3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian di 12 Kelurahan / Desa di

Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat... 37

3.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 39

3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen... 48

4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Desa / Kelurahan di Kecamatan Pangkalan Susu Tahun 2007... 51

4.2 Distribusi Rumah Tangga Menurut Sektor Ekonomi Berdasarkan Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga dan Desa/Kelurahan di

Kecamatan Pangkalan Susu Tahun 2007... 52

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu... 54

4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pola Asuh... 55

4.5 Distribusi Pertumbuhan Bayi Berdasarkan Status Gizi menurut Indeks BB/U di Kecamatan Pangkalan Susu...……….……...…………. 56

4.6 Distribusi Pertumbuhan Bayi berdasarkan Perkembangan Bayi di

Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008... 56

4.7 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pertumbuhan Bayi... 57

4.8 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Pertumbuhan Bayi di

Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008... 59

4.9 Hubungan Karakteristik Ibu terhadap Perkembangan Bayi di

(14)

4.10 Distribusi Pola Asuh Makan dengan Perkembangan Bayi di

Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Tahun 2008... 63

4.11 Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan terhadap

Pertumbuhan Bayi... 65

4.12 Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan terhadap

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Interelasi Tumbuh Kembang Anak ... 32

2.2 Faktor Penyebab Gizi Kurang... 33

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian... ... 98

2 Outprint Penelitian... 115

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keberhasilan dan kualitas pembangunan suatu negara dilihat dari Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Menurut

laporan United Nation Development Programme (UNDP) 2008, Indeks IPM dan

IKM bangsa Indonesia totalnya 0,728 dan ditempatkan pada urutan ke 107 dari 177

negara. IPM di lihat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena itu penting

bagi pemerintah untuk memperhatikan pembangunan SDM.

Untuk membentuk SDM yang berkualitas perlu didukung dengan kecukupan

gizi untuk menjamin kesehatannya. Kecukupan gizi manusia diperlukan sejak dari

janin dalam kandungan melalui peran ibu dan pola asuh yang baik hingga lanjut usia.

Pada masa bayi untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan

suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Anak bayi

merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Pada

masa bayi apabila mengalami kekurangan gizi dapat menimbulkan gangguan tumbuh

kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus

dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat

menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan

perkembangan otak, dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan

(18)

Menurut Krisnatuti (2006), salah satu akibat kekurangan gizi yang sulit

dipulihkan adalah terjadinya penurunan kecerdasan. Suatu penelitian dilakukan

dengan cara membandingkan kecerdasan bayi-bayi kekurangan gizi (yang telah

mengalami pemulihan) dengan bayi-bayi normal. Hasilnya menunjukkan bahwa bayi

yang pernah mengalami kekurangan gizi mempunyai nilai tes intelegensi lebih rendah

dibandingkan bayi normal yang kebutuhan gizinya tercukupi.

Masa Pertumbuhan bayi berumur 0 – 6 bulan membutuhkan asupan gizi yang

diperoleh melalui pemberian ASI eksklusif. Analisis situasi kondisi ibu dan anak

yang menyangkut upaya peningkatan pemberian air susu ibu hingga kini masih belum

menunjukkan kondisi yang mengembirakan. Menurut Depkes (2005) menyatakan

gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan bayi antara lain disebabkan

karena : kekurangan gizi sejak bayi, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI )

terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak cukup mengandung energi dan zat gizi

mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai, dan

yang tidak kalah pentingnya adalah ibu tidak berhasil memberi ASI eksklusif kepada

bayinya.

Meski pemberian ASI ternyata menghemat pengeluaran, pelaksanaan

dilapangan masih rendah. Dari hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2002 – 2003, bayi yang diberi ASI sampai empat bulan sebanyak 55,1 persen.

Sedangkan bayi yang diberi ASI enam bulan sebanyak 39,5 persen. Jumlah

(19)

dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya

usia bayi berjumlah 46 % pada bayi usia 2 – 3 bulan dan 14 % pada bayi usia 4-5

bulan. Pemberian susu formula dan pemberian makanan tambahan terlalu dini pada

bayi di bawah dua bulan berjumlah 13 persen.

Rendahnya pemberian ASI eksklusif di keluarga menjadi salah satu pemicu

rendahnya status gizi bayi hingga pada akhirnya bayi mengalami masalah gizi buruk.

Pada tahun 2005 di Indonesia dari 5 juta anak balita terdapat (27,5 %) mengalami

kekurangan gizi, yang terdiri dari 3,6 juta (19,2 %) gizi kurang, dan 1,5 juta anak

mengalami gizi buruk (8,3 %) (Soekirman, 2005).

Masa pertumbuhan bayi berumur 6 – 12 bulan membutuhkan asupan gizi

tidak hanya cukup dengan ASI saja, karna produksi ASI pada saat itu semakin

berkurang sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring bertambahnya

umur dan berat badan oleh karna itu bayi harus mendapat makanan pendamping

selain ASI (MP-ASI) untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung

didalam ASI. Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang jenis dan cara mengolah

makanan bayi dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan gizi pada bayi (Krisnatuti,

2006).

Gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir di semua kabupaten dan kota. Gizi

kurang dan gizi buruk saat ini masih terdapat 110 kabupaten / kota dari 440

kabupaten / kota di Indonesia dengan prevalensi di atas 30 % (berat badan menurut

(20)

pada tahun 2007 mencapai 4,4 persen sementara Dinas Kesehatan Sumatera Utara

melaporkan prevalensi gizi kurang 18,8 persen (Dinas kesehatan SUMUT, 2007).

Pengasuhan merupakan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang

secara optimal. Pada masa bayi, anak masih benar–benar tergantung pada perawatan

dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun

pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak. Pola pengasuhan

bayi tidak sama bentuknya di setiap keluarga. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor

yang mendukungnya antara lain: latar belakang pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status

gizi ibu, jumlah anak dalam keluarga, dan sebagainya. Perbedaan karakteristik ibu

yang mengakibatkan berbedanya pola pengasuhan akan berpengaruh pada status gizi

anak. Beberapa penelitian berkesimpulan bahwa status pendidikan seorang ibu sangat

menentukan kualitas pengasuhannya. Ibu yang berpendidikan tinggi dalam mengasuh

anak tentunya akan berbeda dengan ibu yang berpendidikan rendah (Supanto, 1990).

Menurut Masdiarti (2000), yang meneliti Pola Pengasuhan dan Status Gizi

Anak Balita di Kecamatan Hamparan Perak, memperlihatkan hasil bahwa anak yang

berstatus gizi baik lebih banyak ditemukan pada ibu tidak bekerja (43,24%)

dibandingkan dengan ibu yang bekerja (40,54 %) .

Sedang menurut Sihombing (2005), yang meneliti Pola Pengasuhan dan

Status Gizi Balita di Kecamatan Medan Sunggal memperlihatkan hasil bahwa,

semakin tua umur ibu dan semakin tinggi pendidikan ibu, serta ibu tidak bekerja

(21)

Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006, di Kecamatan

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dari jumlah balita 630 orang terdapat status gizi

buruk 5 % dan status gizi kurang 28 %. Cakupan ASI Eksklusif hanya 20 %

sedangkan cakupan kunjungan bayi yang datang kepuskesmas / posyandu hanya 40

%. Maka bila dibandingkan sesuai target tahun 2000 gizi kurang 27% dan pemberian

ASI Eksklusif 80 % maka di Kecamatan Pangkalan Susu kasus gizi kurang tinggi

perlu mendapat penanganan agar tidak berlanjut sampai ke status gizi buruk (Dinas

Kesehatan Kab Langkat, 2006).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui

pengaruh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan,

pendapatan keluarga) dan pola asuh makan (jenis makanan, frekuensi makan, waktu

pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI) terhadap

pertumbuhan dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten

Langkat.

1.2 Permasalahan

Rendahnya cakupan ASI eksklusif hanya 20 % dan tingginya status gizi

kurang 28 % di Kecamatan Pangkalan Susu maka permasalahan dalam penelitian ini

bagaimana pengaruh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak,

pengetahuan, pendapatan keluarga ) dan pola asuh makan ( jenis makanan, frekuensi

(22)

terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan Susu

Kabupaten Langkat.

1.3.Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah

anak, pengetahuan, pendapatan keluarga) dan pola asuh makan (jenis makanan,

frekuensi makan, waktu pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian

MP-ASI ) terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan

Susu Kabupaten Langkat.

1.4.Hipotetis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak,

pengetahuan, pendapatan keluarga) terhadap pertumbuhan dan perkembangan

bayi di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

2. Ada pengaruh pola asuh makan ( jenis makanan, frekuensi makan, waktu

pertama kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI )

terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan Susu

(23)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagian gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat

untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dimasa mendatang dalam rangka

meningkatkan kesehatan anak.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

2.1.1 Pertumbuhan bayi

Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan, sehingga

ada istillah tumbuh–kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering

digunakan secara bergantian atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa

pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Secara singkat Pertumbuhan

dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dari waktu kewaktu. Sebagai

contoh, seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini

dapat dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat,

atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi (Depkes RI,

2002).

Menurut Nursalam (2005) yang mengutip pendapat IDAI, pertumbuhan

adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian

atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan

juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel

berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya

konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa. Jadi pertumbuhan

(25)

atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan,

dan lingkar kepala.

Pertumbuhan merupakan hasil dari keadaan keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan zat gizi (status gizi). Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang

dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi

kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat

atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila

dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu

dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat

menurunnya nafsu makan, sakit diare dan infeksi saluran pernafasan atau karena

kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan pertumbuhan

yang berlangsung dalam waktu lama dapat terlihat pada hambatan pertambahan tinggi

badan (Depkes RI, 2002).

2.1.2. Perkembangan bayi

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang Iebih kompleks sehingga terjadi kematangan fungsi

dari masing-masing bagian tubuh. Pada tahap perkembangan dibagi menjadi lima

bagian yang memiliki ciri-ciri khusus dalam setiap perkembangannya diantaranya:

masa pralahir, masa neonatus, masa bayi, masa anak, masa remaja (Nursalam, 2005).

Menurut Steven (2005), yang mengutip pendapat Penelitian Martorell dan

(26)

gangguan tumbuh kembang akan mempunyai badan yang kecil dan kemampuan

intelektual yang rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami

gangguan tersebut.

Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Perkembangan kemampuan gerak kasar

2. Perkembangan kemampuan gerak halus

3. Perkembangan kemampuan bicara, bahasa dan kecerdasan

4. Perkembangan kemampuan bergaul dan mandiri

2.1.3. Tahap pertumbuhan dan perkembangan bayi (28 hari – 1 tahun)

Pada proses perkembangan ditandai oleh semakin bertambahnya kemampuan

anak. Bagian psikologis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama unit

Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia menyusun beberapa tahapan praktis

perkembangan mental anak, yaitu sebagai berikut ( Soetjiningsih, 1995 ) :

1. Dari usia 1 hari sampai 3 bulan

Perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan pada

usia ini, bila gizi anak baik maka perkiraan berat badan akan mencapai 700–1000

gram / bulan sedangkan pertumbuhan tinggi badan agak stabil tidak mengalami

kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.

a. Belajar mengangkat kepala

(27)

c. Melihat kewajah orang dengan tersenyum

d. Bereaksi terhadap suara atau bunyi

e. Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak

f. Menahan barang yang dipengangnya

g. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

2. Dari usia 3 sampai 6 bulan

Pada umur ini pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali berat badan pada

waktu lahir dan rata- rata kenaikan 500 – 600 gram/bulan apabila mendapatkan gizi

yang baik. Sedangkan tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan

dan terjadi kestabilan berdasarkan pertambahan umur.

a.Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan

b.Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar

jangkauannya

c.Menaruh benda-benda di mulutnya

d.Berusaha memperluas lapangan pandangan

e.Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain

f.Mulai berusaha mencari benda - benda yang hilang

3. Dari usia 6 sampai 9 bulan

Pada usia ini pertumbuhan berat badan mencapai 3 kali berat badan lahir

(28)

350 – 450 gram pada usia 7 - 9 bulan dan 250 – 350 gram/bulan pada usia 10 - 2

bulan apabila dalam pemenuhan gizi yang baik dan pertumbuhan tinggi badan sekitar

1,5 kali tinggi badan pada saat lahir, pada usia satu tahun penambahan tinggi badan

tersebut masih stabil dan diperkirakan tinggi badan akan mencapai 75 cm.

a. Dapat duduk tanpa dibantu

b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri

c. Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang

d. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan yang lain

e. Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk

f. Bergembira dengan melempar benda-benda

g. Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti

h. Mengenal muka-muka anggota keluarga dan takut kepada orang asing / lain

i. Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi sembunyian

4. Dari usia 9 sampai 12 bulan

a. Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu

b. Dapat berjalan dengan dituntun

c. Meniru suara

d. Mengulang bunyi yang didengarnya

e. Belajar menyatakan satu atau dua kata

f. Mengerti perintah sederhana atau larangan

(29)

menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda kemulutnya

h. Berpartisipasi dalam permainan

2.1.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu

dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh

interaksi banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu

faktor internal dan eksternal.

1. Faktor dalam (internal)

Yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri dan merupakan faktor yang

dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak balita

disamping faktor lain. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan

dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur

pubertas, dan berhentinya pertumbuh

an tulang. Faktor internal dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan yaitu

hormon somatotropin dan faktok genetik.

2. Faktor luar (eksternal)

Yaitu faktor terdapat diluar diri anak yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak balita seperti, budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau

(30)

2.2. Pemantauan tumbuh kembang bayi

Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk mengetahui penyimpangan pada

tumbuh kembang bayi dan balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,

penyembuhan, dan pemulihan dapat diberikan dengan benar sesuai dengan

indikasinya (Depkes, 2002).

Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri

berdasarkan pengukuran: BB menurut Umur. Untuk memastikan ukuran antropometri

dapat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan radiologis.

Sedangkan untuk pemantauan perkembangan melalui observasi dengan menggunakan

kuesioner Pra skinning Perkembangan (KPSP) (Depkes, 2005).

2.2.1. Pengukuran antropometri

Pengukuran antropometri yaitu untuk mengetahui pertumbuhan fisik seorang

anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan bayi (dacin).

Penilaian antropometri dapat dibedakan menjadi yang tergantung umur dan tidak

tergantung umur. Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan umur anak.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

umur anak dengan kecepatan tertentu. Indeks berat badan menurut umur anak

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang). Untuk

menginterpretasikan ukuran-ukuran antropometri tersebut dibutuhkan ambang batas

berdasarkan Z – score atau standard deviation (SD). Batasan-batasan status gizi dan

(31)

Tabel 2.1 Baku Antropometri Menurut Standar WHO - NCHS

Indikator Status Gizi Keterangan

Berat Badan menurut

2.2.2. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Menurut Depkes (2005), untuk memantau perkembangan balita menggunakan

Kuesioner Pra skrining perkembangan anak yaitu suatu daftar pertanyaan singkat

yang di tujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk

melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 6

tahun. Kegunaan KPSP untuk mengetahui ada atau tidak hambatan dalam

perkembangan anak. Cara menggunakan KPSP yaitu petugas kesehatan dilapangan

membaca KPSP terlebih dahulu dan kemudian memberikan kesempatan kepada

orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai dengan usia anak. Hasil

dicatat di dalam kartu data tumbuh kembang anak. Usia anak ditetapkan menurut

tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari di bulatkan menjadi 1 bulan. Cara mencatat hasil

(32)

pengasuh anak. Hasil KPSP di catat dalam kartu data tumbuh kembang anak.

Tuliskan jawaban ya atau tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap pertanyaan

menurut golonngan umur anak kemudian hitunglah jawaban ya.

Apabila penilaian KPSP = 9 atau 10 jawaban ya, berarti perkembangan anak

baik

Apabila penilaian KPSP = 7 atau 8, berarti perkembangan anak kurang baik

Apabila penilaian KPSP = kurang dari 7, berarti perkembangan anak buruk

2.3 Pola Asuh Makan

Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga,

merawat, dan mendidik anak yang masih kecil (Sunarti, 1989). Dalam Laporan Temu

Ilmiah Sistem Kesejahteraan Anak Nasional, Kantor Menko Kesra Depsos, 1998,

yang dikutip oleh Irmawati (2002), pola asuh orang tua dirumuskan sebagai

"seperangkat sikap dan perilaku yang tertata, yang diterapkan oleh orang tua dalam

berinteraksi dengan anaknya". Sunarti (1989) yang mengutip pendapat Wagnel dan

Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan

menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan.

Nursalam (2005), mengutip mendapat Soetjiningsih yaitu pengasuhan

merupakan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.

Pengasuhan yaitu menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil.

Pengasuhan yang baik pada anak dalam hal perilaku yang dipraktekkkan sehari-hari

(33)

pendamping ASI serta 4 sehat 5 sempurna), perawatan kesehatan dasar (pemberian

Imunisasi dan membawa ke puskesmas / posyandu secara berkala dan diperiksa

segera bila sakit), pakaian (mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman),

perumahan (memberikan tempat tinggal yang layak), hygiene diri dan lingkungan

(menjaga kebersihan badan dan lingkungan), serta kesegaran jasmani (olahraga dan

reakreasi) .

Menurut Kartini (2006), yang mengutip pendapat Lie goan hong menyatakan

pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam

dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan

ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Sedangakan menurut Baliwati

(2004) Pola konsumsi makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Menurut Masdiarti (2000), yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi

anak balita di Kecamatan Hamparan Perak, memperlihatkan hasil bahwa anak yang

berstatus gizi baik lebih banyak ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%)

dibandingkan dengan ibu yang bekerja (40,54 %).

Sedangkan menurut Sihombing (2005), yang meneliti pola pengasuhan dan

status gizi anak balita di Kecamatan Medan Sunggal memperlihatkan hasil bahwa,

semakin tua umur ibu dan semakin tinggi pendidikan ibu, serta ibu tidak bekerja

(34)

2.3.1. Pola asuh makan pada bayi usia 0 - 6 bulan

Pola asuh makan adalah cara pemberian makanan pada anak bertujuan untuk

mendapatkan zat gizi yang cukup yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan (Khomsan, 2002).

Pemenuhan gizi pada anak diberikan oleh orang tua atau pengasuh melalui

pemberian makan untuk status gizi anak. Tahap awal, bayi tergantung kepada ibu

yaitu asupan ASI dan makanan pendamping ASI yang diberikan oleh orang tua

(Nursalam, 2005).

ASI merupakan makanan bayi pada saat 0-6 bulan, karena ASI adalah

makanan pokok yang terbaik bagi bayi, bila ibu dan bayi sehat, ASI secepatnya

diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama yang disebut kolostrum, yaitu

cairan kental yang berwarna kekuningan, kolostrum sangat menguntungkan bayi

karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Oleh

karena itu perlu perhatian ibu terhadap status gizi balita (Winarno, 1990).

Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak

teratur, bayi bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai 12 kali

dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Pada masa itu, ibu mungkin perlu

dinyakinkan bahwa dengan frekuensi minum yang banyak si bayi harus mempunyai

jadwal minum yang teratur dan tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam

alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam jangka waktu 3 jam sehabis

(35)

lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan produksi susu si ibu

meningkat (Steven, 2005).

2.3.2. Pola asuh makan pada bayi usia 6 – 12 bulan (ASI dan MP ASI)

Pada saat seorang bayi untuk tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan dicapai

usia tertentu dan pemenuhan nutrisinya tidak cukup hanya dengan asupan ASI, karna

ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai 4-6 bulan. Setelah itu,

produksi ASI semakin berkurang, sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat

seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Makanan Pendamping ASI perlu

diberikan untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI

tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Pertumbuhan dan

perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi

pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang

anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan

zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan tambahan

kurang memenuhi syarat. Disamping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran

pencernaan memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti, 2006).

Berbagai jenis makanan tambahan harus dikenalkan kepada bayi secara

bertahap, mulai makanan yang berbentuk cair, semi padat, dan padat. Harus

diperhatikan bahwa, apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi

(36)

sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, sistem pencernaan bayi akan mengalami

gangguan, seperti sakit perut, sembelit (susah buang air besar). Makanan tambahan

mulai diberikan usia 6 bulan karena pada usia itu otot dan saraf di dalam mulut bayi

cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, dan memamah (WHO, 2004).

Makanan tambahan yang baik adalah kaya energi, protein, dan mikronutrien

(terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat ), bersih dan aman,

tidak terlalu pedas atau asin, mudah dimakan oleh anak, disukai anak, tersedia

didaerah anda dan harga terjangkau serta mudah disiapkan. Makanan tambahan awal

yang paling bauk bagi bayi adalah pisang matang yang dihancurkan (Pure). Makanan

jenis ini dapat diberikan saat bayi menginjak usia 5 bulan. Setelah berumur 7 tahun,

ibu dapat memberikan bubur saring yang terbuat dari aneka ragam makanan yang

bergizi. Bubur saring yang dibuat jangan terlalu encer dan asin dan jangan

menggunakan bumbu penyedap, kemudian berikan pula sari buah-buahan yang diber

sedikit gula (Depkes RI, 2006).

Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan tambahan, proses tetap

dilanjutkan. Sebagai tahap awal, perkenalkanlah bubur dan sari buah dua kali sehari

sebanyak 1–2 sendok makan penuh. Apabila dalam tahap awal ini diperkenalkan

bubur maka harus berupa bubur saring. Frekuensi pemberian bubur ini, lambat laun

harus ditingkatkan. Menginjak umur 7-9 bulan porsi kebutuhannya dapat ditingkatkan

yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali makan, paling tidak empat kali sehari

(37)

makanan kecil misalnya roti kering, pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang

tidak disaring atau nasi tim yang dibuat dari bahan-bahan makanan bergizi tinggi

(WHO, 2004).

Menginjak umur 10 bulan, seorang bayi sudah mempunyai beberapa gigi dan

mulai beradaptasi untuk makan makanan yang agak kasar. Selanjutnya saat bayi

berumur 10-12 bulan, bayi sudah dapat diberi bubur yang dicacah untuk

mempermudah proses penelanan. Setelah berumur satu tahun, bayi mulai mengenal

makanan yang dimakan oleh seluruh anggota keluarga. Namun seorang bayi tetap

harus makan 4-5 kali sehari. Makanan anak harus terdiri dari makanan pokok,

kacang-kacangan, pangan hewani, minyak, santan atau lemak, buah-buahan

(38)

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makan, dan Frekuensi Pemberian

Umur Bayi Jenis Makanan Berapa kali sehari

0 – 6 bulan ASI 10 – 12 kali sehari

ASI kapan diminta

Kira-kira 6 bulan

- buah lunak / sari buah

- bubur : bubur tepung beras merah

1 – 2 kali sehari

ASI kapan diminta

Kira-kira 7 bulan

- buah-buahan

- bubur saring yang terdiri dari : - hati ayam atau kacang-kacangan

-daging/ kacang-kacangan/ ayam/ ikan -beras merah/ kentang/ labu/ jagung -kacang tanah termasuk telur dengan kuning telur dan jeruk

4 – 6 kali sehari

(39)

2.4. Karakteristik Ibu

Karakteristik ibu yang merupakan bagian dari karakteristik individu seseorang

mempunyai peranan penting terhadap terjadinya kasus gizi kurang pada balita.

Manusia adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik

tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah, atau yang

dipengaruhi lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan,

pendidikan, dan lain-lain (Junaidi, 1995).

2.4.1. Umur

Menurut Sihombing (2005), yang meneliti Pola Pengasuhan dan Status Gizi

Balita di Kecamatan Medan Sunggal memperlihatkan hasil bahwa, semakin tua umur

ibu maka pola pengasuhannya dalam pemberian makan dan praktik kesehatan akan

semakin baik. Hal ini dapat dimengerti karena semakin tua umur ibu maka dia akan

belajar untuk semakin bertanggung jawab terhadap anak dan keluarganya. Umur yang

semakin tua juga menyebabkan semakin banyak pengalaman dan informasi mengenai

kesehatan dan gizi keluarga .

2.4.2. Pendidikan Ibu

Menurut Notoatmodjo (1997), yang mengutip pendapat Mj.Langveld

menyatakan Pendidikan adalah suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan

yang diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan jasmani dan rohani.

Kedewasaan rohani dapat tercapai dengan sempurna apabila pada proses

(40)

penyakit maupun kekurangan zat-zat gizi tertentu yang diperlukan. Sedangkan

pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai

perubahan dan tingkah laku.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat

unsur-unsur pendidikan yakni :

a.Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidikan

(pelaku pendidikan )

b.Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)

c.Output (melakukan apa yang diharapka atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003)

Menurut Notoatmodjo (1996), konsep dasar dari pendidikan adalah suatu

proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan, perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang

sehingga dapat menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau

masyarakat.

Pendidikan merupakan suatu proses yang menumbuhkan sikap yang lebih

tanggap terhadap perubahan-perubahan atau ide-ide baru. Pada satu sisi pendidikan

wanita penting artinya untuk kesejahteraan anak, namun pada sisi lain tidak dapat

diingkari bahwa di beberapa bagian dunia ini wanita tertinggal jauh dalam hal

(41)

kesejahteraan suatu bangsa. Dari kepentingan gizi keluarga pendidikan itu sendiri

sangat diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi dalam

keluarga, dan bisa mengambil tindakan secepatnya.

Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa status kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh status pendidikannya untuk menentukan kualitas pengasuhannya.

Pendidikan ibu yang rendah serta corak asuh yang miskin akan stimulasi mental juga

masih sering dijumpai. Semua-hal tersebut sering menyebabkan penyimpangan

tumbuh kembang anak, terutama pada usia balita (Sudiyanto dan Sekartini, 2005).

Perlu dipertimbangkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang

diperoleh. Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi.

Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kemampuan ibu untuk menyerap

pengetahuan praktis dan pendidikan non formal terutama melalui televisi, surat kabar,

radio, dan lain-lain (Suhardjo, 1986).

2.4.3. Pekerjaan Ibu

Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor,

tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan. Di Indonesia,

dewasa ini umumnya orang masih menganggap bahwa tugas kaum wanita sebagai ibu

adalah pertama-tama memelihara dan mengurus rumah tangga dengan

sebaik-baiknya. Kelihatannya masih janggal bila terdapat wanita yang kurang memahami

(42)

kaum ibu tidak pernah tinggal diam dan selalu aktif. Bagi wanita yang telah

memasuki lapangan kerja, mereka dengan sendirinya mengurangi waktunya untuk

mengurus rumah, anak, bahkan suaminya (Nasedul, 1996).

Perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki peran ganda

dalam keluarga. Utamanya jika memiliki aktivitas lain di luar rumah seperti bekerja.

menuntut pendidikan atau pun aktivitas lain dalam kegiatan sosial. Dengan peran

ganda ini, seorang wanita dituntut untuk dapat menyeimbangkan perannya sebagai

seorang ibu ataupun peran-peran lain yang harus diembannya. Sebagai seorang ibu,

ketika memiliki anak yang masih kecil, dirinya merupakan tempat bergantung bagi

anak-anaknya (BPS, 2004).

Wanita perlu mengatur waktu mereka sehingga mereka dapat menemui bayi

mereka pada saat dibutuhkan. Ini dapat dengan mudah dilakukan bila wanita itu

bekerja sendiri, misalnya berjualan di pasar. Lebih mudah lagi bila pekerjaannya di

rumah atau di dekat rumah. Dan yang lebih sulit bila ia bekerja di tempat jauh

(Savage King, 1993).

Selama bekerja ibu pekerja cenderung mempercayakan anak mereka diawasi

oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya adalah nenek, saudara perempuan atau

anak yang sudah besar, bahkan orang lain yang memang khusus diberi tugas untuk

(43)

2.4.4. Jumlah Anak

Jumlah anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu selama berumah

tangga dalam keadaan hidup. Keinginan para orang tua untuk mempunyai anak

merupakan keadaan yang bisa terjadi di negara-negara miskin. Suatu keluarga

rata-rata ingin mempunyai anak paling kurang dua anak laki-laki dewasa dengan alasan

karena sebagai tanda keberhasilan, sebagai tanda mempunyai rejeki banyak, sebagai

karunia Tuhan, mempertahankan kelangsungan nama dan kekayaan, untuk

melaksanakan peraturan adat, kebutuhan ekonomi, serta rasa aman dan terjamin.

Keluarga/ibu yang mernpunyai banyak anak akan menimbulkan banyak

masalah bagi keluarga tersebut, jika penghasilan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam

penelitian di Indonesia membuktikan, jika keluarga mempunyai anak hanya tiga

orang, maka dapat mengurangi 60% angka kekurangan gizi anak balita. Keluarga/ibu

yang mempunyai banyak anak juga menyebabkan terbaginya kasih sayang dan

perhatian yang tidak merata pada setiap anak (Almatsier, 2004).

Banyaknya anak dalam keluarga mengakibatkan beratnya beban tanggung

keluarga baik secara sosial (pola pengasuhan anak), maupun ekonomi yang

selanjutnya berpengaruh terhadap status gizi anak.

Jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu dan jarak anak yang terlalu

dekat berhubungan erat dengan beban pekerjaan rumah tangga dan juga berpengaruh

terhadap kemampuan fisiologis tubuh ibu menyediakan nutrisi bagi bayinya. Hasil

(44)

menunjukkan bahwa bayi yang mempunyai saudara kandung dengan jumlah yang

sedikit. Status gizinya lebih baik dibandingkan dengan bayi yang mempunyai saudara

kandung dalam jumlah yang lebih banyak (Zeitlin, et al.1990).

2.4.5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (oven behavior) (Notoatmodjo, 2003).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), yang mengutip penelitian Rogers

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru),

di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus (objek)

c. Evaluation, dimana orang sudah mulai meninbamg-nimbang terhadap baik

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

(45)

e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,

yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingakat ini adalah mengingat kembali

(recall) Terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek uang dilakukan dan dapat mengintepretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap yang

dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan

(46)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian-penilain itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden

(47)

2.5. Landasan Teori

Menurut Supariasa (2002), yang mengutip pendapat Unicef dan Johnson yang

membuat model interelasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab dasar,

sebab langsung dan tidak langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan

keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga,

asuhan bagi ibu dan anak dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi

lingkungan. Penyebab yang paling mendasar dari tumbuh kembang anak adalah

masalah struktur politik dan ideologi serta struktur ekonomi yang dilandasi oleh

potensi sumber daya.

Menurut Baliwati (2004), yang mengutip pendapat Unicef mengenai

penyebab gizi kurang pada anak pertama penyebab langsung yaitu makanan anak dan

penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua, penyebab tidak langsung yaitu

ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan .

Permasalahan tumbuh kembang anak salah satu caranya melalui upaya

pemberdayaan wanita dan keluarga dan pemanfaatan sumber daya masyarakat, upaya

tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita

(48)

Dampak

Penyebab langsung

Penyebab tidak

langsung

Pendidikan Keluarga

Kecukupan Keadaan

Makanan Kesehatan

Asuhan bagi ibu dan anak

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan & Sanitasi lingkungan Ketahanan

Makanan Keluarga

Tumbuh Kembang Anak

Sebab Dasar Struktur politik & ideologi

Struktur Ekonomi

Potensi Sumber Daya

Keberadaan& kontrol sumber daya keluarga

manusia,ekonomi, Dan keluarga

(49)

Dampak

(50)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori,maka peneliti merumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Ibu (X1)

1. Umur 2. Jumlah anak 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Pengetahuan

6. Pendapatan keluarga

Pertumbuhan bayi (Y1)

Perkembangan bayi (Y2)

Pola Asuh Makan (X2)

1. Jenis makanan 2. Frekuensi

3. Waktu pertama kali pemberian ASI 4. Waktu pertama kali pemberian MP- ASI

(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei Explanatary Research dengan

desain cross sectional yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis (Singarimbun,1989) yaitu untuk

mengetahui hubungan karakteristik ibu dan pola asuh makan dengan pertumbuhan

dan perkembangan bayi di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

dengan alasan rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif pada bulan

Januari tahun 2007 yaitu 20 % (196 bayi dari 980 bayi ) di Kecamatan Pangkalan

Susu Kabupaten langkat yang mendapat ASI Eksklusif. Apabila dibandingkan dengan

target pencapaian pemberian ASI Eksklusif tahun 2000 yaitu sebesar 80% maka

persentasenya pemberian ASI di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

sangat rendah.

3.2.2. Waktu Penelitian

(52)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak bayi

berusia 0-12 bulan di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat tahun 2008

berjumlah 980 orang (Puskesmas Pangkalan Susu, 2008).

3.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling dan

besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):

n= N___ 1+N ( d2 )

Keterangan : N = Besar populasi, yaitu sebanyak 980 orang

n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)

Dengan perhitungan sebagai berikut :

n = 980_ 1+980 (0.12)

n = 980 10,8

n = 90,7 ≈ 100 ibu yang mempunyai bayi

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel adalah 100 ibu yang

mempunyai bayi yang tersebar di 12 Kelurahan / Desa di kecamatan Pangkalan Susu

Kabupaten Langkat. Penentuan sampel dilakukan dengan cara proporsional to size,

(53)

analisis (Kelurahan), sehingga jumlah sampel disetiap kelurahan / desa adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian di 12 Kelurahan / Desa di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

9. Pulau condong kampung

66 7

Untuk mengambil sampel terpilih setiap Kelurahan / Desa dilakukan dengan

metode simple random sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara acak atau

(54)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung

melalui wawancara berpedoman pada kuesioner yang telah disusun dan melakukan

observasi kepada bayi agar dapat mencakup variabel independen yaitu: Karakteristik

Ibu dan pola asuh makan serta variabel dependen yaitu: Pertumbuhan ( pengukuran

BB menurut tinggi badan anak), dengan menggunakan timbangan bayi (dacin) dan

papan ukur bayi sedangkan Perkembangan bayi (Menggunakan Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan / KPSP). Pada waktu mengumpulkan data peneliti bekerja

sama dengan bantuan seorang Psikolog untuk memantau perkembangan bayi.

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen

didinas kesehatan Kabupaten Langkat dan diKecamatan Pangkalan Susu yang

relevan dengan tujuan penelitian.

Kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk

melihat validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui

sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau

kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor

total variabel dengan dinilai item correct correlation statistics.

Selain itu sekaligus dilakukan uji reliabilitas alat ukur. Reliabilitas merupakan

indeks sejauhmana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat

(55)

alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r- Alpha > r tabel

maka dinyatakan reliabilitas.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap 20 responden pada variabel Y1 diperoleh

adapun besar r-tabel pada taraf kepercayaan 5 % ( = 0,05) adalah nilai cronbach’s

alpha (0,936) > r-tabel (0,444) untuk reliabilitas, pada df = n-2 ; df = 18, dengan

ketentuan jika nilai item corrected correlation > r-tabel (0,444), maka dinyatakan

valid dan realibel dan untuk varabel Y2 adapun besar r-tabel pada taraf kepercayaan 5

% ( = 0,05) adalah nilai cronbach’s alpha (0,853) > r-tabel (0,444) untuk reliabilitas,

pada df = n-2 ; df = 18, dengan ketentuan jika nilai item corrected correlation >

r-tabel (0,444) maka dinyatakan valid dan realibel. Hasilnya pengujian dapat dilihat

pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(56)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independent variabel) dan

variabel terikat (dependent variabel), variabel bebas dalam penelitian ini meliputi:

karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan,

pendapatan keluarga) dan pola asuh makan (jenis makanan, frekuensi, waktu pertama

kali pemberian ASI, waktu pertama kali pemberian MP-ASI) sedangkan variabel

terikat adalah pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Adapun defenisi operasional tiap variabel adalah sebagai berikut :

3.5.1. Variabel Independent

1. Umur adalah jumlah tahun hidup ibu yang dihitung sejak lahir sampai dengan

tahun terakhir saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu yang pernah diikuti dan

diselesaikan sampai memperoleh ijazah.

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan ibu baik di rumah ataupun diluar rumah

dengan tujuan untuk menghasilkan uang ataupun barang untuk pemenuhan

kebutuhan.

4. Jumlah anak adalah banyaknya anak kandung yang dimiliki suatu keluarga yang

tinggal dalam satu rumah.

5. Pengetahuan ibu tentang masalah tubuh kembang bayi adalah segala sesuatu yang

(57)

6. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan keluarga selama satu bulan dalam

satuan rupiah.

7. Pola asuh makan adalah suatu kegiatan pemilihan dan pemberian makanan pada

anak bayi setiap hari yang mencakup jenis makanan dan frekunsi pemberiannya,

waktu pertama kali pemberian ASI dan MP-ASI.

8. Jenis makanan adalah berbagai macam dan bentuk makanan yang diberikan pada

anak bayi yaitu ASI, PASI, sari buah / bubur tepung, bubur saring, nasi tim,

makanan utama (makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan susu /

ASI ).

9. Frekuensi makan adalah menyatakan berapa kali pemberian makanan pada bayi

dalam sehari.

10. Waktu pertama kali pemberian ASI adalah kapan pertama kali bayi mendapat

asupan ASI.

11. Waktu pertama kali pemberian MP-ASI adalah kapan pertama kali bayi mendapat

asupan makanan selain ASI.

3.5.2. Variabel Dependen

1. Pertumbuhan bayi adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh pada bayi

yang dilihat berdasarkan pengukuran BB menurut tinggi badan bayi

2. Perkembangan bayi adalah bertambahnya kemampuan bayi dalam struktur dan

fungsi yang lebih kompleks yang dilihat berdasarkan KPSP / menggunakan

(58)

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran terhadap variabel bebas yang meliputi: karakteristik Ibu (umur,

pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan, pendapatan keluarga) pola asuh

makan (jenis makanan, frekuensi makan, waktu pertama kali pemberian ASI, waktu

pertama kali pemberian MP-ASI) dan variabel terikat (pertumbuhan dan

perkembangan bayi dengan metode sebagai berikut :

1. Karakteristik ibu diukur dengan metode wawancara langsung yang berpedoman

pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

a. Umur

Untuk mengetahui umur ibu / PUS (BKKBN, 2002) diberikan pertanyaan

berbentuk kuesioner, dengan skala ukur Interval. yaitu:

1. 15 – 24 tahun

2. 25 – 34 tahun

3. 35 – 49 tahun

b. Pendidikan

Untuk Mengetahui tingkat pendidikan (Mendiknas, 2000) responden diukur

dengan mengkategorikan kedalam 3 jenjang dengan skala ukur ordinal yaitu :

1. Rendah : bila responden tidak sekolah, tidak tamat SD, menamatkan

SD dan SLTP.

2. Menengah : bila responden menamatkan SLTA sederajat

(59)

c.Pekerjaan

Untuk mengetahui jenis pekerjaan ibu dilihat dari berapa lamanya waktu ibu

mengasuh anaknya dalam satu hari didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam

kuesioner yang terbagi 3 katagori ( Steven, 2005 ) dengan skala ukur ordinal yaitu :

1. Bekerja diluar rumah : bila ibu bekerja melakukan kegiatan rutin selain ibu

rumah tangga diluar rumah ( petani, PNS, pegawai

swasta, pembantu) sehingga waktu ibu mengasuh anak

< 10 jam sehari.

2. Bekerja didalam rumah: bila ibu bekerja melakukan kegiatan rutin selain ibu

rumah tangga didalam rumah ( pedagang, wiraswasta)

sehingga waktu ibu mengasuh anak=10 jam sehari

3. Tidak bekerja : kegiatan rutinitas ibu hanya sebagai ibu rumah tangga

sehingga waktu ibu mengasuh anak > 10 jam sehari

d. Jumlah Anak

Untuk mengetahui jumlah anak didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam

kuesioner yang terbagi 2 kategori (BKKBN, 2002) dengan skala ukur nominal yaitu:

1. Keluarga besar : bila memiliki anak > 3 orang

2. Keluarga kecil : bila memiliki anak 1 – 2 orang

e. Pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang bayi

Pengetahuan ibu dapat diukur dengan memberikan pertanyaan menggunakan

(60)

tentang pertumbuhan dan 5 pertanyaan tentang perkembangan. Apabila jawaban

paling benar diberi nilai 3 dan paling rendah diberi nilai 0. Dengan demikian total

skor tertinggi adalah 45 dan skor terendah adalah 0. Cara menentukan kategori

tingkat pengetahuan ibu mengacu pada persentase berikut (Pratomo, 1990):

1. Kurang bila skor < 40 % : jawaban benar 1 – 5 pertanyaan

2. Sedang bila skor 40 – 75 % : jawaban benar 6 – 11 pertanyaan

3. Baik bila skor > 75 % : jawaban benar 12 – 15 pertanyaan

Skala Ukur : Ordinal

f. Pendapatan keluarga

Untuk mengetahui pendapatan keluarga dilihat dari jumlah pengeluaran pangan

sehari (BPS,2004) dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 3

kategori dengan skala ukur Ordinal yaitu :

1. Rendah : bila pengeluaran pangan > 75 % dari pendapatan sebulan

2. Sedang : bila pengeluaran pangan 40 – 75 % dari pendapatan sebulan

3. Tinggi : bila pengeluaran pangan < 40 % dari pendapatan sebulan

2.Pola Asuh Makan

a.Jenis makanan diukur dengan melihat macam dan bentuk makanan yang diberikan:

1. Tidak lengkap, apabila selain ketentuan dibawah

2. Lengkap, apabila makanan yang diberikan berupa (Krisnatuti, 2006):

(61)

Usia 6 bulan : ASI, Sari buah, bubur tepung

Usia 7 – 8 bulan : ASI, buah-buahan, bubur saring (makanan pokok,

lauk - pauk, sayur - sayuran)

Usia 9 bulan : ASI, buah-buahan, roti, nasi tim (makanan pokok,

lauk - pauk, sayur - sayuran)

Usia 12 bulan : ASI / PASI, makanan biasa (makanan pokok, lauk

pauk, sayur - sayuran)

Skala ukur : Nominal

b. Frekuensi pemberian makanan

1. Tidak baik, apabila selain ketentuan dibawah

2. Baik, apabila (Krisnatuti, 2006)

Usia 0 – 6 bulan : ASI sesuka anak ( 10 – 12 x sehari )

Usia 6 bulan : ASI (kapan diminta), Sari buah (1 - 2 x sehari),

bubur tepung ( 1-2 x sehari )

Usia 7 – 8 bulan : ASI (kapan diminta), buah-buahan (3 – 4 kali sehari),

bubur saring ( 3 – 4 x sehari )

Usia 9 bulan : ASI (kapan diminta), buah - buahan ( 4 – 6 x sehari),

roti ( 4 – 6 x sehari ), nasi tim ( 4 – 6 x sehari )

Usia 12 bulan : ASI (kapan diminta), makanan biasa ( 4- 6 kali )

(62)

c.Waktu pertama kali pemberian ASI

Untuk mengetahui kapan pertama kali responden memberi ASI pada bayinya

(Depkes, 2005) dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi 2

kategori yaitu :

1. Tidak baik : bila tidak disusui setelah melahirkan

2. Baik : bila segera disusui setelah melahirkan

Skala ukur : Nominal

d.Waktu pertama kali pemberian MP-ASI

Untuk mengetahui kapan pertama kali responden memberikan makanan

pendamping ASI kepada bayinya (Depkes, 2006) dengan mengajukan pertanyaan

dalam kuesioner yang terbagi 2 kategori dengan skala ukur Nominal yaitu :

1. Tidak baik : bila bayi berumur < 6 bulan

2. Baik : bila bayi berumur 6 bulan

e. Pertumbuhan Bayi

Menurut Depkes (2005) memantau pertumbuhan fisik bayi diperoleh melalui

pengukuran Berat Badan menurut umur bayi menurut Standar WHO-NCHS, sehingga

terbagi 2 kategori dengan skala ukur Nominal yaitu :

1. Tidak Normal : bila status gizi Buruk, gizi kurang dan gizi lebih

2. Normal : bila status gizi baik

(63)

d. Perkembangan Bayi

Menurut Depkes (2005) Perkembangan diukur berdasarkan hasil observasi dan

jawaban Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang telah disesuai menurut

umur Bayi yang terdiri dari 10 pertanyaan. Apabila jawaban ya diberi skor 1, bila

jawaban tidak diberi skor 0, sehingga total skor menjadi 10. Dengan skala ukur

Nominal maka dikategorikan menjadi :

1. Kurang baik : apabila nilai yang diperoleh kurang dari 8

(64)
(65)

Gambar

Tabel 2.1 Baku Antropometri Menurut Standar WHO - NCHS  Indikator Status Gizi Keterangan
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi,                   Jenis Makan, dan Frekuensi Pemberian
Gambar 2.1 Model Interelasi Tumbuh Kembang Anak (Unicef dan Johnson,1992)
Gambar 2.2 Faktor penyebab gizi kurang (UNICEF,1999)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang bayi yang berpengetahuan baik 14 responden (29,76%), yang berpengetahuan cukup 23 responden (48.93%), berpengetahuan kurang 10

Khaira Rahayu : Status Gizi Ibu Dan Bayi Ditinjau Dari Pola Makan Ibu Menyusi Dan Bayi Yang Berkunjung Ke Puskesmas Polonia Medan 2008, 2009.. USU Repository

Atas dasar latar belakang masalah ini, mendorong penulis untuk melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Bayi Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi

Adapun simpulan yang diperoleh dari penelitian ini tentang hubungan antara Air Susu Ibu (ASI) dan faktor keluarga terhadap tumbuh kembang balita di wilayah kerja

Data dalam penelitian terdiri dari: karakteristik bayi (umur dan jenis kelamin), pola pemberian ASI (waktu pemberian ASI pertama kali, frekuensi dan lama pemberian ASI dalam

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pola makan ibu hamil trimester III dengan berat lahir bayi di Rumah Bersalin Bhakti Ibu

Setelah dilakukan penelitian hubungan keterampilan ibu tentang deteksi dini tumbuh kembang dengan tumbuh kembang bayi di Poli Anak Instalasi Rawat Jalan Rumah

Analisis Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif Dengan Variabel Dependen Yaitu Pertumbuhan Bayi Tabel 14 Peningkatan Pengetahuan Ibu dalam Memberikan