• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan Ibu kotanya Indramayu. Kabupaten Indramayu berada pada 6º15′ sampai 6º40′ Lintang Selatan dan pada 107º52′ sampai 108º36′ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah 204.011 ha terdiri dari tanah darat 93.134 ha dan tanah sawah 110.877 ha. Luas hutan rakyat 6.646 ha, hutan negara 27.595 ha, dan areal perkebunan 7.643 ha. Tidak kurang dari 98,7% wilayah Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian kurang dari 3 meter di atas permukaan laut (DPL). Luas wilayah pesisir seluruhnya adalah 70.761 ha, dengan panjang garis pantai lebih dari 114 km, mencakup 11 kecamatan atau 35 desa pantai (BPS. Kab. Indramayu 2007).

Kabupaten Indramayu terdiri dari 31 kecamatan, 302 desa, dan 8 kelurahan. Wilayah Kabupaten Indramayu sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon. Jarak dari pusat Ibu kota Indramayu ke pusat kota Jakarta tidak kurang dari 207 km; dan ke pusat kota Bandung tidak kurang dari 180 km. Semua desa dalam wilayah Kabupaten Indramayu dapat dicapai dengan angkutan darat. Kabupaten Indramayu, berdasarkan klasifikasi Köppen, termasuk pada wilayah dengan iklim tropis. Suhu di Kabupaten Indramayu pada siang hari berkisar antara 180C dan 280C dengan kelembaban udara antara 70 dan 80%.

Angka curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.590 mm; dan jumlah hari hujan rata-rata 91 hari per tahun. Angin Barat dan angin Timur bertiup secara bergantian setiap 6 bulan, angin Barat bertiup dari bulan Desember sampai dengan bulan April dan angin Timur dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Di antara semua kecamatan se Kabupaten Indramayu kecamatan yang mendapat curah hujan di atas 1.800 mm pada tahun 2007 yaitu Kecamatan Indramayu sebesar2.022 mm, Kecamatan Bungodua 1.980 mm, Kecamatan Lelea 1.834 ha, Kecamatan Widasari sebesar 1.970 mm, Kecamatan Gabus Wetan sebesar 1.932 72 mm, Kecamatan Bongas 1.801 mm, dan Kecamatan Sukra sebesar 1.878 mm. Di antara semua kecamatan, terdapat 7 kecamatan yang mendapat hari hujan di atas 90 hari per tahun, yaitu Kecamatan Terisi 96 hari, Kecamatan Anjatan 92

19

hari, Kecamatan Indramayu 102 hari, Kecamatan Sindang 101 hari, Kecamatan Pasekan 101 hari, Kecamatan Kertasemaya 94 hari, dan Kecamatan Patrol 83 hari (BPS. Kab. Indramayu 2007).

Dari segi topografi, sebagian besar wilayah pesisir Kabupaten Indramayu merupakan dataran dengan kemiringan tanah antara nol dan 2%. Ketinggian wilayah berkisar antara 8 dan 100 meter DPL; bagian Barat Daya ketinggian wilayah antara nol dan 3 meter DPL, bagian tengah antara 3 dan 25 meter DPL, bagian Selatan antara 25 dan 100 meter DPL. Keadaan topografi tersebut berpengaruh terhadap terjadinya luapan air jika curah hujan tinggi, atau terjadinya kekeringan atau kekurangan air bersih jika musim kemarau. Kecamatan yang termasuk rawan banjir ialah Kecamatan Sindang, Cantigi, Arahan, Losarang, Bongas, Anjatan, dan Sukra.

Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu pada akhir tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 berturut-turut 1.672.573, 1.686.582, 1.697.986, 1.709.128, dan 1.717.793 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk periode dari tahun 2000 sampai 2006 rata-rata adalah 1,32. Kepadatan penduduk per km2 adalah 837,67 jiwa; tertinggi di Kecamatan Balongan 2.209.22 jiwa per km2 dan terrendah di Kecamatan Cantigi 260,01 jiwa per km2. Jumlah keluarga se Kabupaten Indramayu pada tahun 2007 adalah 448.447; dengan jumlah ini maka kepadatan penduduk per keluarga adalah 3,83 jiwa (BPS. Kab. Indramayu 2008).

Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 13,21 % dari total produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu, penyumbang kedua terbesar setelah sektor industri (migas). Beberapa jenis tanaman yang diusahakan di Kabupaten Indramayu antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi terbanyak adalah padi sebanyak 1.557.552.30 ton. Disamping tanaman padi, Kabupaten Indramayu memiliki tanaman unggulan seperti mangga, pisang, cabai merah, bawang merah, jagung dan kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu, dan melinjo diusahakan pula di Kabupaten Indramayu. Produksi tanaman palawija sebanyak 10.153.36 ton, sayuran 186.284.85 ton dan buah-buahan sebanyak 717.942.98 ton. Selain itu melalui upaya penerapan tekhnologi intensifikasi belakangan ini berkembang budidaya bunga kol dan jamur merang yang sudah memperlihatkan produksi dan produktivitas yang signifikan.

Gambaran Umum Kupedes

Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18 September 2001 menjelaskan tentang pedoman pelaksanaan kredit bisnis mikro (PPK-BM). Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan UMKM yang layak. Dari pengertian diatas Kupedes adalah salah satu segmen bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang

dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Dalam Kupedes BRI, terdapat beberapa pengelompokan, pengelompokan dilakukan berdasarkan sektor dan segmen bisnis yang dijalankan oleh pengusaha kecil. Sektor dan segmen Kupedes digolongkan berdasarkan kegunaan atau berdasarkan kegunaan segmen dari kredit yang diberikan, yaitu Kupedes modal kerja / usaha (eksploitasi) dan Kupedes investasi. Kupedes juga terbagi menjadi sektor-sektor seperti : Kupedes eksploitasi agribisnis, Kupedes eksploitasi non agribisnis, Kupedes investasi agribisnis dan Kupedes investasi non agribisnis.

Untuk Kupedes eksploitasi agribisnis terdapat beberapa sektor yaitu eksploitasi pertanian, eksploitasi perindustrian, eksploitasi perdagangan, dan eksploitasi jasa lainnya, dan untuk Kupedes investasi agribisnis antara lain : Kupedes investasi pertanian, investasi perindustrian, investasi perdagangan, dan investasi jasa lainnya. Agribisnis dalam hal ini merupakan usaha dari hulu sampai hilir yang dibiayai oleh Kupedes.

Sasaran Debitur Kupedes

Pada umumnya, sasaran pemberian Kupedes (BRI 2007) ditujukan kepada golongan masyarakat pengusaha dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap yaitu:

1. Pengusaha, yaitu semua pengusaha yang bergerak di berbagai sektor ekonomi yang ada di wilyah kerja BRI Unit, seperti sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa lainnya yang usahanya benar-benar layak untuk diberikan Kupedes.

2. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap

a. Pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah (PP) no 6 tahun 1974 bab I pasal 1 adalah:

1) Pegawai Negeri Sipil

2) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian 3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara.

4) Pegawai Perusahaan daerah

b. Pensiunan dari golongan masyarakat berpenghasilan tetap tersebut pada butir 2.a

c. Pegawai tetap dari perusahaan swasta.

Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Sebagai kredit skala mikro, prosedur Kupedes sangat mudah dan sederhana, namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini yang menyangkut kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu (BRI, 2007) :

1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan secara individual dan kasus perkasus, bukan berbentuk paket (massal).

21

3. Selektif, yaitu Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

Jenis-jenis Kupedes

Berdasarkan tujuan penggunaannya Kupedes dapat dibagi menjadi (BRI 2007) :

1. Kupedes Modal Kerja

Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagi tambahan dana/pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif (produktif).

a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai semua kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya yang terkait dan menunjang pada hasil usaha bercocok tanam seperti pengecer pupuk/obat-obatan, pengusaha mikro yang mengumpulkan segala hasil pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut.

b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, pengolahan bahan setengah jadi atau menjadi barang jadi, pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi.

c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan, pembelian, penjualan dan pemasaran barang dagangan misalnya perdagangan sembako (Sembilan bahan pokok), material bangunan, batik atau kain dan sebaginya. Dalam hal ini tidak termasuk pembelian, penjualan dan pemasaran hasil langsung pertanian seperti yang dimaksudkan pada butir a di atas.

d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan usaha bersifat pelayanan jasa kepada umum, misalnya usaha bengkel, salon, penjahit tansportasi dan lain-lain.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu untuk pembiayaan konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada pendapatan (gaji) nasabah.

2. Kupedes Investasi

Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat produktif. Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai sebagai berikut:

a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai pembelian alat-alat pertanian seperti bajak, traktor, alat perontok padi, alat sortasi, mesin parut kelapa, pembuatan gudang, lantai jemur, pembelian bibit tanaman keras (tidak habis dalam satu kali panen seperti jeruk, karet, kelapa, teh kopi) atau untuk pembelian bibit ayam petelor, sapi perah, sapi kerja dan lain sebagainya.

b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengadaan alat-alat produksi seperti mesin-mesin, wadah tungku dan lain-lain, pembangunan atau perbaikan bangunan pabrik, tempat usaha, tempat jemuran dan sebagainya asal tujuannya tidak untuk mengolah hasil langsung pertanian.

c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat berjualan, perbaikan, perluasan tempat berjualan atau pembangunan tempat berjualan /pembangunan/ perluasan/perbaikan gudang yang tidak bertujuan untuk memperdagangkan/menempatkan hasil-hasil langsung pertanian sebagai barang/ benda dominan.

d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat perbengkelan, mesin jahit, salon, pembelian kendaraan, pembangunan atau perbaikan bangunan bengkel atau salon.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu dipergunakan untuk pembiayaan investasi yang pengembaliannya didasarkan dari pendapatan (gaji). Dilihat dari tujuan penggunaannya,maka jenis Kupedes investasi diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja, pembelian tanah. Dalam pengajuan peminjaman Kupedes, unsur agunan dikatakan sebagai the second way out bagi BRI Unit pada setiap pemberian Kupedes. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh BRI Unit, apabila kredit menjadi bermasalah atau macet.

Jenis-jenis Agunan Kupedes

Agunan Kupedes bagi golongan Pengusaha: Setiap agunan dari golongan pengusaha dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh jumlah pinjamannya (pokok dan bunga)

a. Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan Kupedes dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Agunan pokok adalah proyek/usaha yang dibiayai kredit yang merupakan seluruh kekayaan (aktiva) baik yang tergolong aktiva lancar maupun aktiva tetap yang disajikan dalam neraca perusahaan nasabah yang bersangkutan. 2) Agunan tambahan adalah agunan lainnya yang tidak termasuk dalam batasan

pengertian proyek seperti pada agunan pokok di atas, misalnya aktiva tetap/lancar di luar perusahaan / proyek yang dibiayai kredit atau dicantumkan dalam neraca perusahaan yang akan dibiayai kredit.

b. Ditinjau dari sifat barang atau bendanya, agunan dapat dibedakan sebagai sebagai berikut:

A. Benda bergerak yang terdiri dari :

1. Benda bergerak berwujud, antara lain: Kendaraan bermotor baik didarat, laut sungai maupun di danau yang bukti kepemilikannya berupa BPKB (yang didarat) dan surat keterangan dari kepala desa/ lurah (untuk yang diair atau sungai) dan atau dari instansi yang berwenang. Persediaan barang dagangan dengan kepemilikan berupa kuitansi/ faktur pembelian atau surat keterangan dari kepala desa/ lurah.

2. Benda tidak bergerak tidak berwujud antara lain: Deposito yang dikeluarkan oleh BRI Unit, tabungan atas nama yang bersangkutan, hak sewa/ menempati

23

toko/ kios dengan bukti surat ijin tempat usaha (SITU), Surat Penunjukan Tempat Usaha (SPTU).

B. Benda tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan yang bukti pemilikannya berupa sertifikat

Syarat-Syarat Calon Nasabah Kupedes

Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum kreditnya diproses (BRI, 2007) yaitu:

1) Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala desa setempat. Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setalah mendapat putusan ijin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor Pusat.

2) Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan Kupedes.

3) Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan copy surat izin usaha tersebut.

4) Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka:

a. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto copy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI Unit pada saat pendaftaran.

b. Untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta cukup dengan membawa surat keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan

5) Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang BRI atau di BRI Unit lainnya.

6) Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak.

7) Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan

Karakteristik Petani Responden Padi Sawah

Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.

Status Usahatani Padi Sawah

Sebagian besar responden petani menganggap bahwa kegiatan usahatani yang mereka lakukan adalah sebagai pekerjaan utama. Terdapat 86,67 % (26 petani) dari petani responden yang beranggapan bahwa pekerjaan utamanya adalah sebagai petani padi. Sisanya yaitu 13,33 % atau sebanyak empat orang menganggap bahwa aktivitas usahatani yang mereka lakukan hanya merupakan pekerjaan sampingan saja. Dengan demikian dapat disimpulkan petani responden

masih menggantungkan hidupnya pada usahatani padi dan menganggap bahwa menjalankan usahatani padi menguntungkan. Dari 26 petani responden yang status usahataninya adalah pekerjaan utama memiiliki pekerjaan sampingan antara lain sebagai buruh bangunan, peternak ikan, pedagang dan tukang ojek. Sedangkan untuk petani dengan status usahatani sebagai pekerjaan sampingan memiliki pekerjaan utama sebagai aparatur desa.

Usia Petani Padi Sawah

Berdasarkan usia, petani responden dibagi menjadi empat kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15 sampai 30 tahun, 31 sampai 45 tahun, dan 46 sampai 60 tahun. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kegiatan usahatani dilakukan oleh petani berusia empat puluh lima tahun ke atas, hal tersebut terjadi dikarenakan kebanyakan masyarakat di Kecamatan Kroya yang berumur produktif (15-30 tahun) memilih untuk bekerja di sektor lain seperti perdagangan, buruh pabrik, guru, pegawai negeri sipil, dan karyawan swasta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani responden pada penelitian ini berasal dari kalangan petani usia tidak produktif selengkapnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria usia

Usia Jumlah Petani Persentase(%)

< 15 0 0

15-30 2 6,45

31-45 10 35,25

> 45 19 61,29

Total 31 100,00

Rata-rata usia petani (Tahun) 48

Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah

Data hasil wawancara menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi dari petani responden adalah sekolah dasar. Data jumlah petani responden berdasarkan tingkat pendidikan formal disajikan pada Tabel 4 . Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa petani responden paling banyak berasal dari lulusan Sekolah Dasar/sederajat (58,06 %) dan paling sedikit berasal dari lulusan Sekolah Menengah Atas/sederajat (12,90 %). Tingkat pendidikan dari responden yang terbesar sekolah dasar, hal tersebut diakibatkan para petani terdahulu di Kecamatan Kroya belum mengutamakan pendidikan yang baik, sehingga menurut mereka kegiatan utama yang harus dilakukan adalah mencari uang yaitu dengan cara bertani padi, kemudian selain itu para petani ini tidak mempunyai biaya untuk bersekolah diakibatkan orang tua mereka terlalu hidup konsumtif. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang cukup penting dikarenakan dari pendidikan petani dapat belajar bagaimana menggunakan input-input produksi khususnya pupuk dan obat-obatan agar sesuai dengan dosis yang dianjurkan, dikarenakan petani menggunakan input-input produksi berdasarkan pengalaman, sehingga penggunaan input-input produksi ini tidak sesuai dengan

25

dosis yang ada. Hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi padi yang akan dihasilkan, jumlah petani responden berdasarkan kriteria pendidikan formalnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Jumlah petani responden berdasarkan kriteria tingkat pendidikan formal

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase

Tamat SD/sederajat 18 58,06 Tamat SMP/sederajat 9 29,03 Tamat SMA/sederajat 4 12,90 Diploma 0 0 Sarjana 0 0 Total 31 100,00

Status Kepemilikan Lahan Padi Sawah

Lahan sawah yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan lahan milik pribadi sebesar 67,74 % (Tabel 5). Petani yang memiliki status kepemilikan lahan sebagai lahan milik pribadi akan lebih mudah untuk mengambil kebijakan terkait dengan usahatani yang dijalankannya, seperti penerapan teknologi di lahan pribadi miliknya. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani padi di Kecamatan Kroya adalah sebesar 2,30 Ha. Jika dilihat dari rata-rata luas lahan petani yang memiliki luasan 2,30 hektar, maka petani responden dikategorikan sebagai petani berlahan sedang. Selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria status kepemilikan lahan

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani Persentase

Milik Pribadi 21 67,74

Sewa 1 3,23

Bagi Hasil 0 0

Milik Pribadi & Sewa 2 6,45

Milik Pribadi & Bagi Hasil 2 6,45

Milik Pribadi, Sewa & Bagi Hasil 5 16,13

Total 31 100,00

Pengalaman Berusahatani Padi Sawah

Tabel 6 menggambarkan jumlah petani responden jika dilihat dari kriteria lama pengalaman berusahatani. Dari total 31 responden petani , sebesar 16 % memiliki pengalaman berusahatani dibawah 5 tahun, kemudiian 52 % 11-20 tahun dan lama berusaha tani yang paling sedikit yaitu responden yang lama berusahataninya selama lebih dari 40 tahun yaitu hanya 3,2 % atau satu orang saja. Rata-rata pengalaman berusahatani petani responden adalah selama 21 tahun. Tabel 6 menunjukkan bahwa petani responden memliki pengalaman berusahatani yang cukup lama. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh 31 petani menunjukkan lamanya petani berkecimpung dalam usahatani padi. Semakin lama

pengalaman berusahatani maka dapat disimpulkan bahwa petani sudah memahami dengan lebih baik teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan. Tabel 6. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria pengalaman berusahatani

Pengalaman Berusahatani

(tahun) Jumlah Petani Persentase

< 10 5 16 11-20 16 52 21-30 6 19 31-40 3 9,7 > 41 1 3,2 Total 31 100,00 Rata-rata (tahun) 21

Kegiatan Berusahatani Padi

Teknik budidaya merupakan faktor penting pada usahatani dalam menentukan jumlah output yang diharapkan. Pada usahatani padi, teknik budidaya terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) dan pemanenan.

Persiapan Lahan Padi Sawah

Tahap persiapan lahan dilakukan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi lebih lembut. Hal ini dilakukan agar gulma yang ada pada lahan sawah mati dan membusuk menjadi humus. Pada tahap persiapan lahan dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah dan selokan. Pengaturan pematang sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga sawah tidak boros air dan mempermudah dalam perawatan tanaman. Setelah perbaikan pematang sawah kemudian dilakukan tahap pencangkulan. Pencangkulan dilakukan untuk memperlancar pada tahap pembajakan sawah menggunakan traktor. Pembajakan dilakukan untuk membuat tanah menjadi gembur dan percampuran unsur unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu lamanya.

Penanaman Padi Sawah

Penanaman padi yang dilakukan oleh petani responden ditanam dengan jarak yang teratur. Jarak tanam antara tanaman padi satu dengan lainnya adalah 25 cm. Sebelum dilakukan penanaman, dua sampai tiga hari sebelumnya lahan sawah telah diberi pupuk dasar terlebih dahulu. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki struktur dan memberi nutrisi bagi tanah. Pada saat penanaman, bibit padi ditancapkan ke dalam lahan yang sudah digenangi air sedalam 10 cm sampai 15 cm hingga akar tanaman padi masuk ke bawah permukaan tanah.

27

Pemupukan Padi Sawah

Pada kegiatan usahatani, pemupukan dilakukan dengan tujuan agar tanaman padi dapat tumbuh optimal dan menghasilkan output yang baik. Pemupukan yang dilakukan oleh petani responden yaitu dengan menggunakan pupuk Urea, TSP, KCL, Phonska, dan ZA. Pupuk-pupuk tersebut diberikan sebanyak dua kali yaitu pada waktu satu minggu setelah penanaman kemudian sepuluh hari setelah masa pemupukan pertama.

Pengendalian Hama dan Penyakit Padi Sawah

Pengendalian hama dalam kegiatan usahatani padi merupakan salah satu komponen penting yang menentukan keberhasilan usahatani padi. Pada petani di Kecamatan Kroya, pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani responden adalah dengan cara spraying pestisida ke tanaman padi dengan tujuan untuk mencegah dan menanggulangi munculnya hama dan penyakit pada tanaman. Pada saat penelitian berlangsung, hama yang banyak menjangkiti tanaman padi adalah hama sundep. Hama sundep akan menyebabkan tanaman padi menjadi kering dan mati pestisida yang digunakan yaitu merk prapaton,

Dokumen terkait