KECAMATAN KROYA, INDRAMAYU
RAMDHANU PRIHATSYAH
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kredit Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Ramdhanu Prihatsyah
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
ABSTRAK
RAMDHANU PRIHATSYAH. Pengaruh Penyaluran Kredit Kupedes BRI Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.
Dunia usaha di Indonesia tidak dapat lepas dari peran perbankan sebagai lembaga intermediasi, demikian juga dalam dunia agribisnis bank sangat diperlukan sebagai lembaga pemberi kredit. Salah satu bank yang memberikan kredit terhadap usaha agribisnis adalah bank BRI dengan produk pinjamannya bernama Kupedes. Salah satu wilayah yang merasakan fasilitas kredit Kupedes yaitu di kecamatan Kroya yang merupakan sentra penghasil padi terbesar di Jawa barat. Untuk itu dilakukan penelitian tentang pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi dengan lokasi di kecamatan Kroya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kredit Kupedes terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi di kecamatan Kroya. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan metoda Cobb- douglass dan Principal Component Analysis untuk menganalisis faktor produksi kemudian untuk analisis pendapatan dilakukan dengan metoda R/C rasio, dan uji-t berpasangan untuk melihat pengaruh kredit terhadap produksi. Berdasarkan analisis tersebut, produksi padi dipengaruhi oleh lahan, benih, unsur N, unsur P, unsur K, nutrisi, dan tenaga kerja. Dari delapan faktor tersebut di dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah kredit seluruhnya bernilai positif untuk elastisitas produksinya. Untuk analisis pendapatan di dua kondisi sebelum dan sesudah kredit didapatkan hasil
R/C- rasio lebih dari satu hal tersebut menggambarkan bahwa di kecamatan Kroya pada dua kondisi yaitu sebelum dan sesudah kredit usahatani padi keduanya telah efisien dan menguntungkan. Kemudian untuk pengaruh kredit didapatkan hasil bahwa kredit berpengaruh terhadap produksi.
Kata Kunci : Analisis faktor produksi, analisis pendapatan, cobb-douglass, dan R/C-rasio
ABSTRACT
RAMDHANU PRIHATSYAH, The influence distribution of Kupedes BRI and
income of rice farm in Kroya Subsdistrict Indramayu. Supervised by DWI RACHMINA
to see the impact of credit to production. Based on this analyze, rice production influenced by land, seed, N substance, P substance, K substance, nutrition and labour. By the eight factors in two condition, all at before and after credit condition gives positive to production elasticity. For income analyze in two condition, before and after credit get more than one R/C ratio result, it’s describe that Kroya subsdistrict in two condition before and after credit rice farm have been efficient and profitable. Than for the credit influence, the result obtained that credit influence or affect production.
PENGARUH KREDIT KUPEDES BRI TERHADAP
PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI
KECAMATAN KROYA, INDRAMAYU
RAMDHANU PRIHATSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NRP : H34104088
Disetujui oleh
(Dr. Ir Dwi Rachmina, M.Si Pembimbing
)
Diketahui oleh
(Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
)
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini yaitu Pengaruh Penyaluran Kredit Kupedes BRI Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Kroya, Indramayu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku pembimbing, Ir. Netti, Msi selaku dosen evaluator kolokium yang telah banyak memberi saran dan Eva Yolynda SP MM selaku dosen penguji sidang skripsi. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua (Uu Kursilah dan Ely Laelly) dan saudari (Tasya Chotimah) atas perhatian, dukungan moril dan materil serta do’a yang diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak bank BRI Unit Kedokan Gabus yang telah membantu penulis untuk menyusun skripsi ini, Erik Kuswara selaku pembahas pada seminar hasil dan kepada sahabat-sahabat lainnya yang telah membantu pembuatan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Pengaruh Kredit Terhadap Produksi 3
Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani 4
Keterkaitan Dengan Skripsi Terdahulu 5
KERANGKA PEMIKIRAN 6
Kerangka Pemikiran Teoritis 6
Peran Kredit Dalam Usahatani 6
Fungsi Produksi 6
Konsep Usahatani 9
Penerimaan Usahatani 10
Pendapatan Usahatani 11
Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya 11
Kerangaka Pemikiran Operasional 12
Hipotesis Penelitian 13
METODE PENELITIAN 13
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Metode Penentuan Sampel 13
Jenis dan Sumber Data 13
Metode Pengumpulan Data 14
Metode Analisis Data 14
Analisis Fungsi Produksi 15
Analisis Pendapatan Usahatani 18
Analisis R/C Rasio 19
Uji- t Berpasangan 20
GAMBARAN UMUM 20
Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Kabupaten Indramayu 20
Gambaran Umum Kupedes 21
Sasaran Debitur Kupedes 22
Jenis-jenis Kupedes 23
Jenis-jenis Agunan Kupedes 24
Syarat-syarat Calon Nasabah Kupedes 25
Karakteristik Petani Responden 25
Status Usahatani Padi Sawah Petani Responden 25
Usia Petani 26
Tingkat Pendidikan 26
Status Kepemilikan Lahan Responden 27
Penanaman 29
Pemupukan 29
Pengendalian Hama dan Penyakit 29
Pemanenan 29
ANALISIS FUNGSI PRODUKSI 30
Analisis Model Fungsi Produksi 30
Analisis Regresi Berganda 30
Analisis Regresi Komponen Utama 34
Analisis Elastisitas Produksi Padi 38
Lahan 38
Benih 39
Unsur N 39
Unsur P 39
Unsur k 40
Tenaga Kerja 40
Nutrisi 41
Pestisida 41
Analisis Efektivitas Kredit Terhadap Produksi 42
Penggunaan Kredit 42
ANALISIS PENDAPATAN 43
Alat-alat Pertanian 43
Penerimaan Usahatani 44
Biaya Usahatani Padi Sawah 45
Analisis Pendapatan 47
KESIMPULAN DAN SARAN 50
Kesimpulan 51
Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
DAFTAR TABEL
1 Sentra produsen padi sawah di propinsi Jawa barat tahun 2010 2 2 Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio usahatani padi sawah 19
3 Jumlah Petani responden Berdasarkan Usia 26
4 Jumlah petani responden berdasarkan kriteria tingkat pendidikan
formal 27
5 Jumlah petani responden berdasarkan kriteria status kepemilikan
lahan 27
6 Jumlah petani responden berdasarkan kriteria pengalaman
berusahatani 28
7 Rata-rata penggunaan faktor produksi per hektar per satu musim tanam pada usahatani padi di kecamatan Kroya sebelum dan
sesudah menerima kredit 30
8 Uji signifikansi model produksi usahatani padi sawah satu musim tanam per hektar di kecamatan Kroya sebelum menerima kredit 31 9 Uji signifikansi model produksi usahatani padi sawah satu musim
tanam per hektar di kecamatan Kroya setelah menerima kredit 31 10 Hasil parameter penduga fungsi produksi kondisi sebelum kredit
kecamatan kroya pada satu siklus produksi 32 11 Hasil uji parsial untuk koefisien faktor produksi padi di kecamatan
Kroya sebelum menerima kredit 33
12 Hasil parameter penduga fungsi produksi kondisi setelah kredit
kecamatan kroya pada satu siklus produksi 33
13 Hasil uji parsial untuk koefisien factor produksi padi di kecamatan
Kroya setelah menerima kredit 34
14 hasil uji PCA untuk nilai akar ciri dan proporsi keragamannya pada
kondisi sebelum kredit 35
15 hasil uji PCA untuk nilai akar ciri dan proporsi keragamannya pada
kondisi sebelum kredit 35
16 Hasil uji signifikansi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada
kondisi sebelum kredit 35
17 Hasil uji signifikansi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada
kondisi setelah kredit 36
18 Hasil analisa regresi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada
kondisi petani sebelum kredit 36
19 Hasil analisa regresi untuk lahan setelah dilakukan PCA pada
kondisi petani setelah kredit 37
20 Nilai standar deviasi, rata-rata, dan x baru untuk kondisi sebelum
kredit 38
21 Nilai standar deviasi, rata-rata, dan x baru untuk kondisi setelah
kredit 38
22 Hasil analisa metode uji-t berpasangan antara kondisi sebelum
dan setelah mendapatkan kredit 42
23 Penerimaan rata-rata usahatani padi sebelum dan sesudah kredit
per satu musim tanam per hektar di kecamatan Kroya 45
26 Analisis pendapatan usahatani padi satu musim tanam per hektar di kecamatan Kroya kondisi sebelum menggunakan kredit 48 27 Analisis pendapatan usahatani padi satu musim tanam per hektar di
kecamatan Kroya kondisi setelah menggunakan kredit 50
DAFTAR GAMBAR
1 Kurva Produk Total, Produk Marginal, dan Produk Rata-rata 7
2 Kerangka Pemikiran 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis regresi linier berganda kondisi sebelum kredit 53
2 Analisis regresi linier berganda kondisi setelah kredit 54
3 Hasil analisis PCA kondisi sebelum kredit 55
4 Uji normalitas dan homoskedatisitas hasil produksi padi dengan
variabel PC1 pada kondisi sebelum kredit 55
5 Hasil analisis PCA kondisi setelah kredit 56
6 Uji normalitas dan homoskedatisitas hasil produksi padi dengan
variabel PC1 pada kondisi setelah kredit 56
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup strategis dalam pembangunan dan pemulihan ekonomi selama berlangsung krisis ekonomi, terutama dalam produksi pangan, pertumbuhan GDP, substitusi impor, penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Tetapi disisi lain melihat hasil dari sektor-sektor yang berkaitan dengan pertanian ternyata hasil yang didapatkan belum memadai. Pemerintah juga tidak henti-hentinya mendorong sektor pertanian agar dapat berkembang, baik dengan regulasi yang melindungi sektor pertanian ataupun insentif yang mendorong usaha di sektor pertanian. Salah satu solusi dari pemerintah untuk mendorong kegiatan pertanian yaitu dengan cara memberikan kebijakan kepada bank untuk menyalurkan kredit terhadap sektor pertanian. Perkembangan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank persero terhadap sektor pertanian pada tahun 2012 disajikan pada Gambar 1.
Sumber: Bank Indonesia 2013.
Gambar 1. Perkembangan kredit pertanian bulan Februari- Desember 2012
pemerintah yang mendapat tugas utama menjadi financial intermediary bagi usaha kecil, menengah dan koperasi dalam rangka membiayai kegiatan pertanian, perdagangan dan jasa serta perindustriaan utamanya bagi masyarakat dipedesaan. Bank BRI memiliki produk yang dikenal dengan nama Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), yang penyalurannya dilaksanakan melalui BRI Unit yang tersebar di tingkat Kecamatan diseluruh Indonesia. Perkembangan Kupedes dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan terbukti pada tahun 2008 nilai penyaluran Kupedes oleh BRI hanya sebesar 2,4 triliun dibandingkan dengan tahun 2012 naik hingga 4,5 triliun. Selain dari nilai Kupedes yang mengalami kenaikan, jumlah debitur Kupedes juga mengalami peningkatan hingga per tengahan tahun 2012 debitur Kupedes sebesar 377.253 debitur, dibandingkan dengan tahun 2008 hanya 345.081 debitur. Perkembangan jumlah kredit Kupedes dari tahun 2010 hingga 2012 disajikan pada Gambar 2.
Sumber : Laporan bank BRI tahun 2012.
Gambar 2. Perkembangan Kupedes dari tahun 2010 sampai dengan 2012
Menurut Gambar 2 perkembangan Kupedes dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 sebesar 19,85%, sedangkan dari tahun 2011 ke tahun 2012 Kupedes mengalami kenaikan sebesar 17,76%. Kemudian menurut laporan tahunan bank BRI tahun 2012 proporsi penyaluran kredit mikro menempati urutan kedua yaitu sebesar 33% dengan jumlah penyaluran kredit 9,1 triliun. Berikut merupakan proporsi dari jumlah kredit yang disalurkan oleh BRI pada tahun 2012 disajikan pada Gambar 3.
Sumber: Laporan BRI tahun 2012.
3
Salah satu wilayah yang merasakan manfaat kredit Kupedes dari BRI yaitu wilayah Kabupaten Indramayu yang merupakan sentra utama penghasil padi di Jawa Barat. Berikut ini adalah data sentra penghasil padi di Jawa Barat (Tabel 1).
Tabel 1. Sentra produsen padi sawah di propinsi Jawa Barat tahun 2010
No Kabupaten Luas (Ha)
Kecamatan Utama
1 2
3 4 5
Indramayu 204.257 Gabus Wetan, Kroya, Kandanghaur, Anjatan Subang 181.494 Patokbeusi, Pagaden, Ciasem, Compreng, Binong,
Blanakan, Pamanukan, Pusakanagara Karawang 196.241 Tempuran, Pedes, Tirtajaya
Bekasi 115.133 Pebayuran Cirebon 85.789 Gegesik
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2010.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas padi kabupaten Indramayu memiliki luas lahan sebesar 204.257 Ha, hal tersebut menunjukan kabupaten Indramayu memiliki luasan lahan yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Luas lahan yang luas tersebut tidak berbanding lurus dengan permodalan yang dimiliki oleh para petani, dikarenakan hasil dari kegiatan bersuahatani padi lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kegiatan konsumtif. Akibatnya para petani pada musim berikutnya terkendala masalah permodalan, untuk menghadapi masalah permodalan tersebut para petani menggunakan kredit dari lembaga keuangan bank. Bank yang dipercaya oleh petani di Indramayu adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dikarenakan BRI merupakan bank yang sudah lama berada di wilayah kabupaten Indramayu, dan bank BRI juga sudah mempunyai hubungan kekeluargaan dengan para petani di wilayah Indramayu.
Perumusan Masalah
Kegiatan pertanian terutama pertanian padi sawah merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Kecamatan Kroya, hal tersebut terbukti dari data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2012 yang menempatkan wilayah Kecamatan Kroya sebagai sentra penghasil Padi terbesar di wilayah Jawa Barat dengan produksi sebesar 114.799,42 ton (BPS Indramayu, 2012). Jumlah produksi yang besar tersebut tidak lepas dari berbagai masalah khususnya masalah permodalan. Modal sangat diperlukan oleh para petani di Kecamatan Kroya karena para petani di Kroya masih belum bisa mengatur keuangan dengan baik. Seperti halnya hasil panen yang didapatkan pada musim sebelumnya sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kegiatan konsumtif sehingga menyebabkan para petani tidak mempunyai cukup modal untuk kegiatan usahatani padi pada musim berikutnya.
Kupedes yang mempunyai suku bunga lebih rendah dibandingkan dengan alternatif pemberi kredit yang lain seperti rentenir dan BPR (Bank Perkeriditan Rakyat). Produk kredit yang digunakan oleh para petani di Kecamatan Kroya adalah Kupedes. Kupedes dipilih dikarenakan Kupedes ini mempunyai cara pembayaran yang berbeda dengan kredit yang lainnya. Cara pembayaran Kupedes untuk komoditi padi di BRI Kecamatan Kroya yaitu petani tidak membayar pinjaman perbulan, tetapi pembayaran pinjaman hanya dilakukan pada akhir kegiatan produksi atau pada saat panen, jumlah yang dibayar adalah pokok dengan bunga pinjaman selama proses produksi berlangsung hingga panen (biasanya 4 bulan).
Kredit tidak selamanya memberikan hasil yang positif terhadap usahatani seperti yang dikemukakan Sari (2011), bahwa kredit tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, hal tersebut diakibatkan oleh penggunaan kredit yang tidak maksimal oleh petani dikarenakan sebagian besar petani menggunakan kredit yang didapatkan untuk keperluan rumah tangga. Tetapi Fitrianingsih (2008) mengemukakan bahwa pemberian kredit terhadap sektor pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan, dikarenakan adanya penambahan modal untuk membeli input-input produksi, sehingga produksi usahataninya berjalan dengan baik.
Adanya masalah permodalan di Kecamatan Kroya dan masih adanya perbedaan pendapat yakni kredit berpengaruh dan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan, membuat masih diperlukan adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kredit terhadap pendapatan petani.
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian yang akan dikemukakan terhadap petani penerima kredit dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi usaha petani padi di Kecamatan Kroya ?
2. Bagaimanakah pengaruh kredit Kupedes terhadap pendapatan petani di Kecamatan Kroya ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi usahatani padi di Kecamatan Kroya, Indramayu
2. Menganalisis pengaruh kredit Kupedes terhadap pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kroya, Indramayu
Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
5
2. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Kredit Terhadap Produksi
Kebiasaan petani di Indonesia yang tidak biasa melakukan perencanaan anggaran yang baik untuk kegiatan produksi, sehingga uang yang seharusnya digunakan untuk modal kerja terpakai untuk kegiatan lainnya. Hal tersebut menyebabkan di saat petani tersebut membutuhkan modal kerja mereka tidak mempunyainya, sehingga membutuhkan tambahan modal dari yang lainnya. Salah satu pihak yang memberi bantuan permodalan adalah Bank. Seperti yanag diungkapkan Ana verawati, 2012 dalam penelitiannya “Pengaruh Pemberian Kupedes PT. BRI (Persero) Tbk Terhadap Tingkat Pendapatan Pengusaha Kecil di Sidikalang " menyatakan bahwa penggunaan besarnya output produksi yang dihasilkan tergantung dengan jumlah input yang digunakan, input-input tersebut didapatkan dengan adanya modal dari sendiri dan modal dari pihak ke tiga yaitu bank berupa pemberian kredit. Dampak pemberian kredit dapat bersifat positif ataupun negatif, seperti yang dikemukakan Dina et al. (2012) pada penelitian
“Dampak Pemberian Kredit Terhadap Produksi Dan Pendapatan Usahatani
Jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur, mengemukakan bahwa hasil produksi jagung petani yang menggunakan kredit per hektar sebesar 6587,30 kg lebih besar daripada petani non kredit yaitu 5528,93 kg. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa adanya penambahan modal kerja akan berpengaruh positif terhadap hasil produksi.
Adanya tambahan input setelah kredit membuat produksi semakin bertambah, hal tersebut sesuai seperti yang dikemukakan oleh Lago (2005) dalam
Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan Petani
Kredit merupakan salah satu sumber modal dalam usahatani, pada umumnya kredit berperan dalam pengadaan faktor-faktor produksi, sehingga dapat dikatakan kredit secara tidak langsung termasuk dalam kegiatan produksi.
Fitrianingsih (2008) menyatakan bahwa pemberian kredit terhadap sektor pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Dikarenakan adanya penambahan modal untuk membeli input-input produksi, sehingga produksi usahataninya berjalan dengan baik. Usahatani padi berjalan dengan baik jika petani dalam menjalankan usahanya menggunakan input-input produksi yang memadai, seperti jika terjadi serangan hama di tanaman padi maka petani tersebut dapat langsung mengatasi dengan menggunakan pestisida. Petani dapat melakukan pencegahan karena mempunyai modal untuk membeli pestisida. Jika petani tidak mempunyai modal untuk membeli pestisida, maka tanaman padi yang ditanam akan rusak terserang hama dan akan langsung mempengaruhi produktifitas yang kemudian akan berkorelasi dengan penurunan pendapatan petani.
Dina et al. (2012) pada penelitian dampak pemberian kredit terhadap produksi dan pendapatan usahatani jagung di kecamatan bandar sribhawono kabupaten lampung timur mengemukakan bahwa hasil pendapatan per hektar petani kredit sebesar Rp.4.528.948,20, sedangkan pendapatan petani non kredit per hektar sebesar Rp. 3.846.228,18. Hal tersebut menunjukan kondisi kredit tidak selalu memberikan korelasi yang positif terhadap pendapatan, sehingga setelah menggunakan kredit pendapatan yang didapat mengalami penurunan. Kemudian Sari (2011) pada penelitian “Pengaruh Kredit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani Belimbing Dewa Studi
Kasus Kelompok Tani Sari Jaya, Kota Depok”, mengemukakan bahwa kredit
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Hal tersebut diakibatkan oleh penggunaan kredit yang tidak maksimal oleh petani responden, dikarenakan sebagian besar petani menggunakan kredit untuk keperluan rumah tangga, tidak digunakan untuk kegiatan produksi. Kemudian Rita (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Analisa Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Dan Menengah”, juga mengemukan bahwa kredit tidak berpengaruh nyata terhadap pedagang usaha kecil menengah di daerah Medan. Hal ini diakarenakan oleh belum adanya pengelolaan yang baik untuk modal yang didapatkan dari kredit sehingga proporsi penggunaan modal lebih banyak untuk keperluan pribadi dibandingkan dengan untuk membeli input-input produksi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Mikro
7
dari beberapa faktor yang ada hanya jarak rumah debitur dan omset usaha yang berpengaruh nyata sebesar 99 % terhadap pengembalian kredit.
Berbeda pula pendapat yang dikemukakan Haloho (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit yaitu variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian kredit adalah variabel usia, tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Sedangkan variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian kredit adalah jenis kelamin, status nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omzet usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu pengembalian kredit, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kredit perlu diketahui dikarenakan agar pihak bank dapat lebih mengetahui debitur yang baik untuk diberikan kredit, sehingga mencegah terjadinya kredit macet dan bank dapat memperoleh pendapatan dari bunga kredit tersebut secara maksimal. Pendapatan dalam bank terdiri dari beberapa komponen, pendapatan bunga, pendapatan provisi kredit, pendapatan komisi, pendapatan lainnya sebagai akibat dari transaksi bank.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C (Kasmir, 2004). Penilaian kredit dengan metode analisis 5C, yaitu:
1. Character
2. Capacity
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital
Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition
Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus dinilai sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor yang dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Peranan Kredit Dalam Kegiatan Usahatani
Salah satu cara untuk memperoleh modal adalah dengan kredit. Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Melalui permodalan yang didapat melaui kredit diharapkan petani mampu untuk membeli input-input yang akan digunakan dalam proses produksi. Pengaruh adanya kredit (tambahan modal) yang digunakan untuk membeli input produksi berarti mampu meningkatkan teknologi, peningkatan teknologi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usahatani yang akan berkorelasi terhadap bertambahnya pendapatan petani (Adiwilaga, 1992). Modal (sarana produksi).
Dalam kegiatan proses produksi pertanian kredit dapat digunakan sebagai modal tetap maupun variabel. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang (Soekartawi
9
Sebaliknya dengan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, atau yang dibayarkan untuk pembayaran tenaga kerja. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari :
1.) Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai.
2.) Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
3.) Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani (Soekartawi et al, 2011).
Konsep Usahatani
Menurut Prawirokusumo dalam Soekartawi et al. (2011) usahatani merupakan suatu kegiatan bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, perikanan. Sedangkan menurut Hastuti dan Rahim (2008), usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produk yang tinggi sehingga pendapatan usahanya meningkat.
Kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor produksi, menurut Hastuti dan Rahim (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian dijelaskan sebagai berikut :
1. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap atau ditanami maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas bagus sehingga mempunyai nilai jual komoditas tinggi. Ukuran tenaga dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) atau hari kerja orang (HKO)
3. Modal
Dalam kegiatan proses tersebut modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian di mana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
4. Pupuk
5. Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. 6. Bibit
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas, bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga harganya dapat bersaing pasar. 7. Teknologi
Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.
8. Manajemen
Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan (planning), pengendalian (controlling) dan evaluasi (evaluation).
Penerimaan Usahatani
Soekartawi et al. (2011), berpendapat bahwa penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku, mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani benih, digunkan untuk pembayaran, dan yang disimpan. Sedangkan menurut Suratiyah (2008), penerimaan usahatani adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari ushatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp). Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :
TR = Y x Py
Dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam satu tahun Py = Harga Y
Menurut Soekartawi et al. (2011), beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan usahatani adalah :
1. Penerimaan tunai usahatani yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa benda, sehingga nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani, penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai harus ditambahkan
2. Penerimaan tunai luar usahatani, yang berarti penerimaan yang diperoleh dari luar aktivitas usahatani seperti upah yang diperoleh dari luar usahatani
11
Biaya Usahatani
Kegiatan usahatani seringkali tidak terlepas dari adanya pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk kegiatan produksi yang besarnya biaya tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang digunakannya. Komponen biaya tersebut dapat dipisahkan menjadi biaya tunai, biaya tidak tunai, sedangkan penjumlahan dari komponen biaya tunai dan tidak tunai disebut biaya total. Menurut Soekartawi et al. (2011), biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Adapun biaya total usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Menurut Suratiyah (2008), biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Sedangkan menurut Soekartawi et al. (2011) biaya tetap (fixed cost) ialah biaya usahatani yang besar kecilnya tidak bergantung dari besar kecilnya output yang diperoleh dan biaya tidak tetap (variable cost) didefinisikan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output
Pendapatan Usahatani
Soekartawi et al. (2011), menjelaskan bahwa terdapat beberapa definisi yang digunakan untuk melihat analisis pendapatan usahatani diantaranya :
1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual dengan jangka waktu pembukuan umumnya setahun.
2. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) yaitu selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani dan merupakan kemampuan suatu usahatani untuk menghasilkan uang tunai
3. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih anatara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani.
Suratiyah (2008), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor intern usahtani yang mempengaruhi pendapatan usahatani yaitu kesuburan lahan, luas lahan garapan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan modal dalam usahatani, penggunaan input teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input dan tingkat pengetahuan maupun keterampilan petani dan tenaga kerja. Adapun yang mempengaruhi faktor ekstern usahatani diantaranya sarana transportasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output
Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Pendapatan merupakan tolak ukur dalam melakukan kegiatan usahatani, selain mengukur tingkat pendapatan mutlak dapat pula tingkat keberhasilan usahatani itu diukur berdasarkan tingkat efisiensi pendapatan yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio (revenue and cost ratio). Menurut Soekartawi et al. (2011) analisis R/C Rasio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan p r o s e s p r o d u k s i m e n g a l a m i k e r u g i a n , i m p a s , u n t u n g . A n a l i s i s R / C R a s i o merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari satu maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh sama dengan satu maka usaha tersebut impas atau tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Sedangkan apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh kurang dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian.
Analisis ini digunakan untuk mengukur keuntungan relatif yang diperoleh dari suatu kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial, dimana R/C dapat menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran yang digunakan yaitu untuk mengkaji dan melihat pengaruh penggunaan kredit Kupedes terhadap pemakaian faktor-faktor produksi dan pendapatan petani. Yaitu dengan cara kredit yang didapatkan digunakan untuk penambahan modal kerja oleh petani untuk membeli input-input produksi baik input tetap dan variabel. Penambahan input tersebut meliputi dengan penambahan jenis dan jumlah pupuk, pestisida, pemberian nutrisi dan sebagainya. Penambahan jumlah dan jenis input tersebut maka akan berpengaruh terhadap bertambahnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani, tetapi dengan adanya penambahan input tersebut diharapkan adanya penambahan output (hasil panen) yang akan berkorelasi positif dengan penambahan penerimaan, sehingga akan didapatkan jumlah keuntungan/pendapatan petani jika nilai penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.
13
Harga Input
Gambar 4. Kerangka pemikiran penellitian pengaruh kredit Kupedes terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi di Kecamatan Kroya
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pemberian kredit meningkatkan produksi petani pengguna kredit tersebut 2. Kredit Kupedes yang diberikan kepada petani meningkatkan usahatani
petani padi.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh kredit Kupedes BRI terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi yang dilakukan di wilayah kerja bank BRI dengan petani Kecamatan Kroya sebagai pengguna kredit tersebut. Pemilihan lokasi di Kecamatan Kroya dilakukan dengan sengaja berdasarkan hasil produksi padi
Peningkatan Modal Usaha Petani Padi
Penyaluran Kredit Kupedes
Penggunaan Input : - Input Variabel - Pupuk TSP, ponska, ZA,KCL
- Benih - Tenaga Kerja - Nutrisi - Pestisida - Plastik -Input Tetap - TKDK - Penyusutan
Biaya Produksi
Harga Output
Produksi Padi
Penerimaan
terbesar di Indramayu dengan jumlah produksi sebesar 114.799,42 ton adalah Kecamatan Kroya
Pertimbangan lainnya yaitu Indramayu merupakan daerah penghasil padi terbesar di Provinsi Jawa Barat dengan luasan lahan seluas 204.257 Ha. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan selama bulan Januari sampai Juni 2013. Kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan rencana penelitian, pengumpulan literatur dan data, pengolahan data, dan penulisan skripsi.
Metode Penentuan Sampel
Pengambilan responden dilakukan dengan cara metode purposive yaitu dengan cara sengaja mencari informasi kepada pihak Bank Rakyat Indonesia di daerah Kecamatan Kroya. Pada bulan Januari 2013 di bank BRI Kecamatan Kroya terdapat 62 debitur. Dari 62 debitur ini tidak semuanya bergerak pada usahatani padi, dari data yang diperoleh hanya 31 debitur yang merupakan petani padi. Pemilihan responden hanya pada bulan januari dikarenakan di bulan Januari adalah periode masa tanam di Kecamatan Kroya dan jumlah 31 orang petani merupakan para petani yang belum menerima kredit sebelumnya.
Dalam penelitian ini jumlah responden yang diambil adalah 31 petani padi. Jumlah tersebut sudah dianggap dapat mempresentasikan keadaan petani padi di Kecamatan Kroya, serta telah memenuhi persyaratan dari suatu metode penelitian yaitu minimal sebanyak 30 orang sesuai dengan sebaran normalnya.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sumber data primer yang utama dari dua jenis responden yaitu responden dari penyedia dana dalam hal ini Bank BRI dan dari sisi pengguna dana yaitu nasabah. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara terstruktur (pengisian kuisioner) dengan petani yang menggunakan fasilitas kredit dan dengan acuan kerangka daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Sumber data sekunder yaitu berupa dokumen atau publikasi dari instasi baik di Kecamatan Kroya, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Pertanian Indramayu.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data secara terarah dengan metode wawancara. Penelitian secara terararah yaitu dengan menentukan topik permasalahan dan tujuan penelitian sebelum turun ke lapangan. Metode wawancara dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada responden yang menggunakan kredit. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan tertulis seperti buku, majalah, jurnal, artikel dan literatur yang berhubungan dengan konsep-konsep perkeriditan.
15
proses kredit Kupedes yaitu pihak bank BRI. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
a. Desk Study, yaitu mengumpulkan dari berbagai literatur dan data-data sekunder yang terkait dengan penelitian ini, baik dari laporan-laporan, hasil penelitian, artikel, surat kabar maupun hasil survey yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Observasi, yaitu digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui kondisi dan situasi lokasi.
c. Wawancara, yaitu dengan memperoleh informasi secara tertulis dari responden yang sesuai dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak desa, dan BRI unit Kedokan Gabus untuk mencari data yang belum terjawab dengan kuisioner yang masih diragukan.
d. Focus Group Discussion, yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh informasi secara mendalam oleh ketua kelompok tani yang ada ddi Kecamatan Kroya.
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam metode ilmiah. karena dapat memberikan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1983). Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang terkumpul di lapangan akan dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kulitatif yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk uraian dan Tabel.
Data kuantitatif diolah dalam bentuk presentase dan dianalisa secara deskriptif. Data kualitatif pendapat responden terhadap penyaluran kredit Kupedes diinterpretasikan dengan perhitungan berupa penilaian keefektivan dan diuraikan secara deskriptif. Penilaian dilakukan dengan mengikuti kategori pendapat yang diajukan sebagai tanggapan responden terhadap variabel efektivitas tertentu, yang sengaja dibuat dengan melihat tingkat pemahaman responden terhadap pertanyaan yang relatif tidak terlalu sulit. Untuk perhitungan pendapatan petani dari usahatani digunakan analisis pendapatan usaha tani. Data yang berhasil dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan komputer dengan program
Minitab 14 for windows dan Microsoft Excel 2007 for windows.
Uji-t Berpasangan
Analisis Paired t-Test digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan pendapatan petani padi setelah menggunakan kredit Kupedes. Pertimbangan yang dilakukan yaitu:
Dimana:
H0 :Rata-rata kondisi sebelum dan sesudah mengikuti kredit Kupedes adalah identik (tidak berpengaruh nyata)
H1 : Rata-rata kondisi sebelum dan sesudah mengikuti kredit Kupedes adalah tidak identik (berpengaruh nyata)
Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai
P-value dengan nilai α, yaitu jika probabilitas atau P-value > α, maka H0 diterima tetapi jika P-value < α, maka H0 ditolak. Besarnya selang kepercayaan (α) yang akan menjadi batas penerimaan maupun penolakan H0 adalah 0,05.
Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total. Perhitungan pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut :
Pd = TR - TC
Pd = (PxQ) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)
dimana :
Pd = Pendapatan total usahatani padi sawah TR = Penerimaan total
TC = Biaya total
P = Harga Jual (Rp)
Q = Total Produksi (Kg)
Perhitungan pendapatan tunai dapat dituliskan sebagai berikut :
Pd tunai = TR – Biaya tunai
dimana :
TR = Penerimaan total
Perhitungan total penerimaan didapat dari perkalian antara rata-rata harga jual dengan total produksi. Dalam penelitian ini harga jual yang digunakan merupakan harga jual rata-rata komoditas padi sawah masing-masing petani responden sepanjang periode panen terkahir.
Biaya tunai pada kegiatan usahatani padi sawah meliputi biaya sarana produksi (urea, NPK, TSP, KCL, benih, ZA,nutrisi, benih, pestisida), tenaga kerja luar keluarga (TKLK), sewa lahan dan pajak, sedangkan biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), penyusutan peralatan, lahan milik sendiri.
17
Tabel 2. Perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio usahatani padi sawah
Keterangan Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp) A Penerimaan Tunai
C Total Penerimaan D Biaya Tunai
- Pupuk urea - Pupuk TSP - Pupuk Phonska - Pupuk ZA - Pupuk KCL - Nutrisi - Tenaga kerja - Bibit - Sewa lahan - Pestisida - Pajak lahan - Iuran swadaya Total Biaya Tunai E Biaya diperhitungkan
- Lahan
- Penyusutan peralatan -Tenaga kerja dalam keluarga Total Biaya diperhitungkan F Total Biaya (D+F)
G Pendapatan atas biaya tunai (A-D)
H Pendapatan atas biaya total (C-F)
I R/C rasio atas biaya tunai (A/D)
J R/C atas biaya total (C/F)
Analisis R/C Rasio
Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antara nilai output dan input
usahatani, analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani yang dijalankan cukup menguntungkan atau tidak, selain itu analisis ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Analisis R/C rasio dibedakan menjadi dua yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Berikut formulasi perhitungan R/C rasio :
R/C rasio atas biaya tunai
R/C rasio atas biaya total
a. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah, dengan kata lain usaha tersebut dikatakan lebih efisien
b. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah, bisa dikatakan usaha tersebut efisien
c. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa dalam suatu usaha setiap satu rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah, dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien.
GAMBARAN UMUM
Keadaan Umum Kabupaten Indramayu
Kabupaten Indramayu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan Ibu kotanya Indramayu. Kabupaten Indramayu berada pada 6º15′ sampai 6º40′ Lintang Selatan dan pada 107º52′ sampai 108º36′ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah 204.011 ha terdiri dari tanah darat 93.134 ha dan tanah sawah 110.877 ha. Luas hutan rakyat 6.646 ha, hutan negara 27.595 ha, dan areal perkebunan 7.643 ha. Tidak kurang dari 98,7% wilayah Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian kurang dari 3 meter di atas permukaan laut (DPL). Luas wilayah pesisir seluruhnya adalah 70.761 ha, dengan panjang garis pantai lebih dari 114 km, mencakup 11 kecamatan atau 35 desa pantai (BPS. Kab. Indramayu 2007).
Kabupaten Indramayu terdiri dari 31 kecamatan, 302 desa, dan 8 kelurahan. Wilayah Kabupaten Indramayu sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon. Jarak dari pusat Ibu kota Indramayu ke pusat kota Jakarta tidak kurang dari 207 km; dan ke pusat kota Bandung tidak kurang dari 180 km. Semua desa dalam wilayah Kabupaten Indramayu dapat dicapai dengan angkutan darat. Kabupaten Indramayu, berdasarkan klasifikasi Köppen, termasuk pada wilayah dengan iklim tropis. Suhu di Kabupaten Indramayu pada siang hari berkisar antara 180C dan 280C dengan kelembaban udara antara 70 dan 80%.
19
hari, Kecamatan Indramayu 102 hari, Kecamatan Sindang 101 hari, Kecamatan Pasekan 101 hari, Kecamatan Kertasemaya 94 hari, dan Kecamatan Patrol 83 hari (BPS. Kab. Indramayu 2007).
Dari segi topografi, sebagian besar wilayah pesisir Kabupaten Indramayu merupakan dataran dengan kemiringan tanah antara nol dan 2%. Ketinggian wilayah berkisar antara 8 dan 100 meter DPL; bagian Barat Daya ketinggian wilayah antara nol dan 3 meter DPL, bagian tengah antara 3 dan 25 meter DPL, bagian Selatan antara 25 dan 100 meter DPL. Keadaan topografi tersebut berpengaruh terhadap terjadinya luapan air jika curah hujan tinggi, atau terjadinya kekeringan atau kekurangan air bersih jika musim kemarau. Kecamatan yang termasuk rawan banjir ialah Kecamatan Sindang, Cantigi, Arahan, Losarang, Bongas, Anjatan, dan Sukra.
Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu pada akhir tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008 berturut-turut 1.672.573, 1.686.582, 1.697.986, 1.709.128, dan 1.717.793 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk periode dari tahun 2000 sampai 2006 rata-rata adalah 1,32. Kepadatan penduduk per km2 adalah 837,67 jiwa; tertinggi di Kecamatan Balongan 2.209.22 jiwa per km2 dan terrendah di Kecamatan Cantigi 260,01 jiwa per km2. Jumlah keluarga se Kabupaten Indramayu pada tahun 2007 adalah 448.447; dengan jumlah ini maka kepadatan penduduk per keluarga adalah 3,83 jiwa (BPS. Kab. Indramayu 2008).
Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 13,21 % dari total produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu, penyumbang kedua terbesar setelah sektor industri (migas). Beberapa jenis tanaman yang diusahakan di Kabupaten Indramayu antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai. Produksi terbanyak adalah padi sebanyak 1.557.552.30 ton. Disamping tanaman padi, Kabupaten Indramayu memiliki tanaman unggulan seperti mangga, pisang, cabai merah, bawang merah, jagung dan kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu, dan melinjo diusahakan pula di Kabupaten Indramayu. Produksi tanaman palawija sebanyak 10.153.36 ton, sayuran 186.284.85 ton dan buah-buahan sebanyak 717.942.98 ton. Selain itu melalui upaya penerapan tekhnologi intensifikasi belakangan ini berkembang budidaya bunga kol dan jamur merang yang sudah memperlihatkan produksi dan produktivitas yang signifikan.
Gambaran Umum Kupedes
dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Dalam Kupedes BRI, terdapat beberapa pengelompokan, pengelompokan dilakukan berdasarkan sektor dan segmen bisnis yang dijalankan oleh pengusaha kecil. Sektor dan segmen Kupedes digolongkan berdasarkan kegunaan atau berdasarkan kegunaan segmen dari kredit yang diberikan, yaitu Kupedes modal kerja / usaha (eksploitasi) dan Kupedes investasi. Kupedes juga terbagi menjadi sektor-sektor seperti : Kupedes eksploitasi agribisnis, Kupedes eksploitasi non agribisnis, Kupedes investasi agribisnis dan Kupedes investasi non agribisnis.
Untuk Kupedes eksploitasi agribisnis terdapat beberapa sektor yaitu eksploitasi pertanian, eksploitasi perindustrian, eksploitasi perdagangan, dan eksploitasi jasa lainnya, dan untuk Kupedes investasi agribisnis antara lain : Kupedes investasi pertanian, investasi perindustrian, investasi perdagangan, dan investasi jasa lainnya. Agribisnis dalam hal ini merupakan usaha dari hulu sampai hilir yang dibiayai oleh Kupedes.
Sasaran Debitur Kupedes
Pada umumnya, sasaran pemberian Kupedes (BRI 2007) ditujukan kepada golongan masyarakat pengusaha dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap yaitu:
1. Pengusaha, yaitu semua pengusaha yang bergerak di berbagai sektor ekonomi yang ada di wilyah kerja BRI Unit, seperti sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa lainnya yang usahanya benar-benar layak untuk diberikan Kupedes.
2. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap
a. Pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah (PP) no 6 tahun 1974 bab I pasal 1 adalah:
1) Pegawai Negeri Sipil
2) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian 3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara.
4) Pegawai Perusahaan daerah
b. Pensiunan dari golongan masyarakat berpenghasilan tetap tersebut pada butir 2.a
c. Pegawai tetap dari perusahaan swasta.
Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Sebagai kredit skala mikro, prosedur Kupedes sangat mudah dan sederhana, namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini yang menyangkut kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu (BRI, 2007) :
1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan.
21
3. Selektif, yaitu Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis.
4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.
Jenis-jenis Kupedes
Berdasarkan tujuan penggunaannya Kupedes dapat dibagi menjadi (BRI 2007) :
1. Kupedes Modal Kerja
Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagi tambahan dana/pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif (produktif).
a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai semua kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya yang terkait dan menunjang pada hasil usaha bercocok tanam seperti pengecer pupuk/obat-obatan, pengusaha mikro yang mengumpulkan segala hasil pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut.
b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, pengolahan bahan setengah jadi atau menjadi barang jadi, pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi.
c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan, pembelian, penjualan dan pemasaran barang dagangan misalnya perdagangan sembako (Sembilan bahan pokok), material bangunan, batik atau kain dan sebaginya. Dalam hal ini tidak termasuk pembelian, penjualan dan pemasaran hasil langsung pertanian seperti yang dimaksudkan pada butir a di atas.
d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan usaha bersifat pelayanan jasa kepada umum, misalnya usaha bengkel, salon, penjahit tansportasi dan lain-lain.
e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu untuk pembiayaan konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada pendapatan (gaji) nasabah.
2. Kupedes Investasi
Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat produktif. Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai sebagai berikut:
a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai pembelian alat-alat pertanian seperti bajak, traktor, alat perontok padi, alat sortasi, mesin parut kelapa, pembuatan gudang, lantai jemur, pembelian bibit tanaman keras (tidak habis dalam satu kali panen seperti jeruk, karet, kelapa, teh kopi) atau untuk pembelian bibit ayam petelor, sapi perah, sapi kerja dan lain sebagainya.
c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat berjualan, perbaikan, perluasan tempat berjualan atau pembangunan tempat berjualan /pembangunan/ perluasan/perbaikan gudang yang tidak bertujuan untuk memperdagangkan/menempatkan hasil-hasil langsung pertanian sebagai barang/ benda dominan.
d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat perbengkelan, mesin jahit, salon, pembelian kendaraan, pembangunan atau perbaikan bangunan bengkel atau salon.
e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu dipergunakan untuk pembiayaan investasi yang pengembaliannya didasarkan dari pendapatan (gaji). Dilihat dari tujuan penggunaannya,maka jenis Kupedes investasi diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja, pembelian tanah. Dalam pengajuan peminjaman Kupedes, unsur agunan dikatakan sebagai the second way out bagi BRI Unit pada setiap pemberian Kupedes. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh BRI Unit, apabila kredit menjadi bermasalah atau macet.
Jenis-jenis Agunan Kupedes
Agunan Kupedes bagi golongan Pengusaha: Setiap agunan dari golongan pengusaha dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh jumlah pinjamannya (pokok dan bunga)
a. Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan Kupedes dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Agunan pokok adalah proyek/usaha yang dibiayai kredit yang merupakan seluruh kekayaan (aktiva) baik yang tergolong aktiva lancar maupun aktiva tetap yang disajikan dalam neraca perusahaan nasabah yang bersangkutan. 2) Agunan tambahan adalah agunan lainnya yang tidak termasuk dalam batasan
pengertian proyek seperti pada agunan pokok di atas, misalnya aktiva tetap/lancar di luar perusahaan / proyek yang dibiayai kredit atau dicantumkan dalam neraca perusahaan yang akan dibiayai kredit.
b. Ditinjau dari sifat barang atau bendanya, agunan dapat dibedakan sebagai sebagai berikut:
A. Benda bergerak yang terdiri dari :
1. Benda bergerak berwujud, antara lain: Kendaraan bermotor baik didarat, laut sungai maupun di danau yang bukti kepemilikannya berupa BPKB (yang didarat) dan surat keterangan dari kepala desa/ lurah (untuk yang diair atau sungai) dan atau dari instansi yang berwenang. Persediaan barang dagangan dengan kepemilikan berupa kuitansi/ faktur pembelian atau surat keterangan dari kepala desa/ lurah.
23
toko/ kios dengan bukti surat ijin tempat usaha (SITU), Surat Penunjukan Tempat Usaha (SPTU).
B. Benda tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan yang bukti pemilikannya berupa sertifikat
Syarat-Syarat Calon Nasabah Kupedes
Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum kreditnya diproses (BRI, 2007) yaitu:
1) Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala desa setempat. Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setalah mendapat putusan ijin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor Pusat.
2) Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan Kupedes.
3) Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan copy surat izin usaha tersebut.
4) Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka:
a. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto copy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI Unit pada saat pendaftaran.
b. Untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta cukup dengan membawa surat keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan
5) Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang BRI atau di BRI Unit lainnya.
6) Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak.
7) Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan
Karakteristik Petani Responden Padi Sawah
Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.
Status Usahatani Padi Sawah
masih menggantungkan hidupnya pada usahatani padi dan menganggap bahwa menjalankan usahatani padi menguntungkan. Dari 26 petani responden yang status usahataninya adalah pekerjaan utama memiiliki pekerjaan sampingan antara lain sebagai buruh bangunan, peternak ikan, pedagang dan tukang ojek. Sedangkan untuk petani dengan status usahatani sebagai pekerjaan sampingan memiliki pekerjaan utama sebagai aparatur desa.
Usia Petani Padi Sawah
Berdasarkan usia, petani responden dibagi menjadi empat kelompok angkatan kerja, yaitu kelompok usia kurang dari 15 tahun, 15 sampai 30 tahun, 31 sampai 45 tahun, dan 46 sampai 60 tahun. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kegiatan usahatani dilakukan oleh petani berusia empat puluh lima tahun ke atas, hal tersebut terjadi dikarenakan kebanyakan masyarakat di Kecamatan Kroya yang berumur produktif (15-30 tahun) memilih untuk bekerja di sektor lain seperti perdagangan, buruh pabrik, guru, pegawai negeri sipil, dan karyawan swasta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani responden pada penelitian ini berasal dari kalangan petani usia tidak produktif selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria usia
Usia Jumlah Petani Persentase(%)
< 15 0 0
15-30 2 6,45
31-45 10 35,25
> 45 19 61,29
Total 31 100,00
Rata-rata usia petani (Tahun) 48
Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah
25
dosis yang ada. Hal ini akan mempengaruhi jumlah produksi padi yang akan dihasilkan, jumlah petani responden berdasarkan kriteria pendidikan formalnya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.Jumlah petani responden berdasarkan kriteria tingkat pendidikan formal
Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase
Tamat SD/sederajat 18 58,06
Tamat SMP/sederajat 9 29,03
Tamat SMA/sederajat 4 12,90
Diploma 0 0
Sarjana 0 0
Total 31 100,00
Status Kepemilikan Lahan Padi Sawah
Lahan sawah yang dimiliki oleh petani responden sebagian besar merupakan lahan milik pribadi sebesar 67,74 % (Tabel 5). Petani yang memiliki status kepemilikan lahan sebagai lahan milik pribadi akan lebih mudah untuk mengambil kebijakan terkait dengan usahatani yang dijalankannya, seperti penerapan teknologi di lahan pribadi miliknya. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani padi di Kecamatan Kroya adalah sebesar 2,30 Ha. Jika dilihat dari rata-rata luas lahan petani yang memiliki luasan 2,30 hektar, maka petani responden dikategorikan sebagai petani berlahan sedang. Selengkapnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria status kepemilikan lahan
Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani Persentase
Milik Pribadi 21 67,74
Sewa 1 3,23
Bagi Hasil 0 0
Milik Pribadi & Sewa 2 6,45
Milik Pribadi & Bagi Hasil 2 6,45
Milik Pribadi, Sewa & Bagi Hasil 5 16,13
Total 31 100,00
Pengalaman Berusahatani Padi Sawah
pengalaman berusahatani maka dapat disimpulkan bahwa petani sudah memahami dengan lebih baik teknik budidaya dalam kegiatan usahatani yang dijalankan.
Tabel 6. Jumlah petani responden berdasarkan kriteria pengalaman berusahatani
Pengalaman Berusahatani
(tahun) Jumlah Petani Persentase
< 10 5 16
11-20 16 52
21-30 6 19
31-40 3 9,7
> 41 1 3,2
Total 31 100,00
Rata-rata (tahun) 21
Kegiatan Berusahatani Padi
Teknik budidaya merupakan faktor penting pada usahatani dalam menentukan jumlah output yang diharapkan. Pada usahatani padi, teknik budidaya terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) dan pemanenan.
Persiapan Lahan Padi Sawah
Tahap persiapan lahan dilakukan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi lebih lembut. Hal ini dilakukan agar gulma yang ada pada lahan sawah mati dan membusuk menjadi humus. Pada tahap persiapan lahan dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah dan selokan. Pengaturan pematang sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga sawah tidak boros air dan mempermudah dalam perawatan tanaman. Setelah perbaikan pematang sawah kemudian dilakukan tahap pencangkulan. Pencangkulan dilakukan untuk memperlancar pada tahap pembajakan sawah menggunakan traktor. Pembajakan dilakukan untuk membuat tanah menjadi gembur dan percampuran unsur unsur hara yang terkandung di dalam tanah. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu lamanya.
Penanaman Padi Sawah