• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar Terhadap Kompetensi Profesional Guru MA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi yang ditandai dengan adanya mutu atau kualitas,

menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk

senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukkan upaya

pentingnya peningkatan pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif

yang harus dilakukan secara terus-menerus, sehingga pendidikan dapat

digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem

pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Menurut Aqib (2002:22), “Guru adalah faktor penentu bagi

keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta

sumber kegiatan belajar mengajar”. Lebih lanjut Djamarah (2002:32),

menyatakan guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan

(2)

kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan,

sehingga guru sebagai main person harus meningkatkan kompetensinya.

Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas

sumber daya manusia. Untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas

diperlukan guru yang berkualitas, memiliki kompetensi, dan dedikasi yang

tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Keberadaan guru yang

berkualitas merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan

yang berkualitas.

Perubahan kurikulum yang menekankan kompetensi, guru memegang

peranan penting terhadap implementasi KTSP, karena gurulah yang pada

akhirnya akan melaksanakan kurikulum di dalam kelas. Guru adalah kurikulum

berjalan, sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa

didukung oleh mutu guru yang memenuhi syarat, maka semuanya akan sia-sia.

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tidak cukup dengan pembenahan di

bidang kurikulum saja, tetapi harus juga diikuti dengan peningkatan mutu guru

di jenjang tingkat dasar dan menengah. Tanpa upaya meningkatkan mutu guru,

semangat tersebut tidak akan mencapai harapan yang diinginkan.

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4

menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya

dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya

(3)

tentang guru, dinyatakan bahwasanya salah satu kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru adalah kompetensi profesional.

Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan

kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam. Yang dimaksud dengan penguasaan materi secara luas dan

mendalam dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya

yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan

akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu,

jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai.

Kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi

yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan. Kompetensi

profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga

pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Kompetensi profesional guru berhubungan dengan penguasaan kemampuan

teoritik dan praktik. Hal ini menujukkan pentingnya kompetensi profesional

bagi guru. Dengan adanya kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru,

maka guru akan dapat disebut profesional karena ia mampu menguasai

keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran serta

mampu mengaplikasikannya secara nyata.

Guru sebagai seorang pendidik merupakan tenaga profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan

(4)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 39 ayat (2). Kedudukan guru sebagai pendidik yang profesional

mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan

prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap

warga dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh sebab itu, tugas

yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh

guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Menurut Kunandar (2007:20), “Pendidikan dewasa ini menunjukkan

kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: pertama, memperlakukan

peserta didik berstatus sebagai objek/klien, guru berfungsi sebagai pemegang

otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator. Kedua, materi ajar bersifat

subject oriented. Ketiga, manajemen pendidikan masih baru dalam transisi dari

sentralistik ke desentralistik. Akibatnya, pendidikan kita mengisolasi diri dari

kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara yang diajarkan

dengan kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu terkonsentrai pada pengembangan

individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian, Keempat, proses

pembelajaran didominasi dengan tuntutan untuk menghapalkan dan menguasai

pelajaran sebanyak mungkin guna menghadapi ujian/tes, dan pada kesempatan

tersebut peserta didik harus mengeluarkan apa yang telah dihapalkan”.

Akibat dari praktik pendidikan semacam itu, muncullah berbagai

kesenjangan dalam hal akademik, okupasional, dan kultural. Kesenjangan

akademik menunjukkan bahwa ilmu yang dipelajari di sekolah tidak ada

(5)

tidak atau belum mampu mengaitkan mata pelajaran dengan fenomena sosial

yang dihadapi masyarakat, sehingga guru hanya terpaku pada pemikiran

sempit. Terbatasnya wawasan para guru dalam memahami fenomena-fenomena

yang muncul di tengah-tengah masyarakat menyebabkan kurang tepat dan

kurang pekanya mereka mengantisipasi permasalahan yang dihadapi dunia

pendidikan. Akibatnya mereka kehilangan gambaran tentang peta pendidikan

dan kemasyarakatan secara komprehensif.

Realitas juga menunjukkan bahwa, mutu guru di Indonesia dinilai

masih memperihatinkan. Input guru di Indonesia sangat rendah. Banyak guru

yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pelajaran

yang tepat diterapkan kepada peserta didik. Rendahnya kompetensi dan

profesionalisme guru yang mengajar di berbagai daerah di Indonesia terlihat

dari masih rendahnya jenjang pendidikan para guru, yakni dari 2,7 juta guru,

1,35 juta atau 50% masih lulusan D2 atau D3. Program sertifikasi yang selama

ini berjalan pun tidak signifikan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

(http://www.islamedia.web.id/2011/09/anggaran-meningkat-tapi-profesional.html). Diakses Selasa, 10 Desember 2013 Pukul 23.06.

Data yang menunjukkan ketidaksesuaian latar belakang pendidikan

guru dengan mata pelajaran yang diampunya juga sangat memperhatinkan.

Sebanyak 873.650 guru pada jenjang SD sampai SMA/SMK di kategorikan

mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai latar belakang ilmu atau ijazahnya

(Kompas, 19 Juli 2011). Data Kemendiknas menunjukkan ketidaksesuaian

(6)

252.947. Ketidaksesuaian antara ilmu guru dengan mata pelajaran yang

diampunya untuk jenjang SD 34,8% atau 542.002. Ketidaksesuaian antara ilmu

guru dengan mata pelajaran yang diampunya untuk jenjang SMP 31,49% atau

166.881. Ketidaksesuaian antara ilmu guru dengan mata pelajaran yang

diampunya untuk jenjang SMK 22,68% atau 40.208.

Berdasarkan pengujian Departemen Pendidikan Nasional tahun 2004

untuk mengetahui tingkat kelayakan dan kompetensi guru, penguasaan materi

guru sesuai mata pelajaran yang diampunya sangat rendah. Rata-rata

penguasaan guru terhadap mata pelajaran yang diampunya dibawah 25% dari

rata-rata umum.

(http://siswadi77.wordpress.com/2011/08/07/fakta-guru-profesional/). Diakses Kamis, 19 Desember 2013 Pukul 09.25.

Seiring dengan tuntutan mutu pendidikan, maka pemerintah membuat

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kualifikasi, kompetensi,

dan sertifikasi guru. Guru sebagai profesi dikembangkan melalui : (1) sistem

pendidikan; (2) sistem penjaminan mutu; (3) sistem manajemen; (4) sistem

remunerasi; dan (5) sistem pendukung profesi guru. Dengan pengembangan

kompetensi guru sebagai profesi diharapkan mampu: (1) membentuk,

membangun, dan mengelola guru yang memiliki harkat dan martabat yang

tinggi di tengah masyarakat; (2) meningkatkan kehidupan guru yang sejahtera,

dan (3) meningkatkan mutu pembelajaran yang mampu mendukung

terwujudnya lulusan yang kompeten dan terstandar dalam kerangka pencapaian

visi, misi dan tujuan pendidikan nasional pada masa mendatang. Selain itu,

(7)

bermartabat, sejahtera, canggih, elok, unggul, dan profesional. Guru masa

depan diharapkan semakin konsisten dalam mengedepankan nilai-nilai budaya

mutu, keterbukaan, demokratis, dan menjunjung akuntabilitas dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sehari-hari (Kunandar, 2007:50).

Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, maka muncul permasalahan

yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi

profesional guru. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi

profesional guru dalam hal ini, peneliti hanya akan mengambil faktor-faktor

diantaranya seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman guru dalam

mengajar.

Latar belakang pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang telah

ditempuh seseorang. Tingkat pendidikan adalah tahapan dimana pendidikan

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan yang telah dilalui oleh seseorang, maka akan ada kecenderungan

pada meningkatnya berbagai kemampuan sesuai dengan jenis pendidikan yang

diikuti. Persyaratan tentang pendidikan formal dan non formal bagi guru pada

setiap tingkat pendidikan merupakan tuntutan terhadap mutu pendidikan itu

sendiri. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal dan non formal bagi guru,

diharapkan semakin meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru.

Pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor dalam mendukung

(8)

oleh seorang guru menjadi penentu pencapaian hasil belajar yang akan diraih

oleh siswa. Pengalaman mengajar yang cukup, dalam arti waktu yang telah

dilalui oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya akan mendukung

pencapaian hasil belajar sebagai tujuan yang akan diraih oleh sekolah.

Pengalaman mengajar merupakan suatu hal yang menjadikan perhatian yang

tidak kalah pentingnya dalam menentukan kompetensi guru. Guru yang

mempunyai pengalaman mengajar yang memadai, secara positif akan

mendukung kompetensi kinerjanya di sekolah. Sebaliknya jika pengalaman

kerja yang dimiliki oleh guru tidak memadai, maka kurang mendukung

keberhasilan kompetensi kinerja sekolah. Guru yang profesional dapat

menghasilkan pendidikan berkualitas, hal ini dapat dicapai dengan

menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan sehingga mampu

memotivasi dan mendorong semangat belajar siswa serta mampu

memberdayakan kemampuan guru seoptimal mungkin.

Berkaitan dengan profesionalisme guru, menurut Harsiwi, (2003:3) bahwa:

Tingkat pendidikan akan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan bagian dari pengalaman kerja. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh seseorang hanya apabila dijalani proses belajar dan berpengalaman, dan diharapkan orang yang bersangkutan memiliki sikap kerja yang bertambah maju kearah positif, memiliki kecakapan (pengetahuan) kerja yang bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas. Merujuk pendapat di atas, bahwa latar belakang pendidikan dan

pengalaman mengajar merupakan hal yang penting bagi guru dalam

(9)

pendidikan guru sangat menentukan dalam penyiapan sumber daya manusia

yang handal. Dari sini, penulis tertarik untuk meneliti dan mencoba

menghubungkan apakah latar belakang pendidikan dan juga pengalaman guru

dalam mengajar berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru.

Berdasarkan pada uraian-uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis

mengambil judul “PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN

PENGALAMAN MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU MA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan

masalah-masalah yang berkaitan dengan kompetensi profesional guru yaitu:

1. Mutu guru yang dinilai masih memprihatinkan, serta input guru rendah.

2. Banyak guru yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki

maupun pola pelajaran yang tepat diterapkan kepada peserta didik.

3. Ketidaksesuaian latar belakang pendidikan guru dengan mata pelajaran yang

diampu.

4. Banyaknya guru yang tidak atau belum mampu mengaitkan mata pelajaran

dengan fenomena sosial yang dihadapi masyarakat, sehingga guru hanya

terpaku pada pemikiran sempit.

5. Terbatasnya wawasan para guru dalam memahami fenomena-fenomena

(10)

kurang pekanya mereka mengantisipasi permasalahan yang dihadapi dunia

pendidikan.

C. Pembatasan Masalah

Begitu banyak dan luas permasalahan yang dihadapi terutama yang

berkaitan dengan kompetensi profesional guru. Berdasarkan latar belakang

diatas agar tidak terjadi pembiasan permasalahan dan agar mendapat temuan

yang terfokus dalam mendalami masalah, serta karena adanya keterbatasan

yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti hanya membatasi dalam penelitian

sebagai berikut:

1. Kompetensi profesional guru meliputi menguasai landasan pendidikan,

menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, dan menilai

hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2. Latar belakang pendidikan, meliputi: jenjang pendidikan diantaranya

SMA/SLTA, S1, S2.

3. Pengalaman mengajar, meliputi: pendidikan dan latihan, masa kerja.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kompetensi

profesional guru MA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014?

2. Adakah pengaruh pengalaman mengajar terhadap kompetensi

(11)

3. Adakah pengaruh secara bersama-sama latar belakang pendidikan dan

pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru MA

Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah diatas yaitu:

1. Tujuan umum

a. Untuk mengetahui adanya pengaruh latar belakang pendidikan

terhadap kompetensi profesional guru MA Negeri 1 Surakarta tahun

ajaran 2013/2014.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar terhadap

kompetensi profesional guru MA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

2013/2014.

c. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama latar belakang

pendidikan dan pengalaman mengajar terhadap kompetensi

profesional guru MA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang dicapai oleh guru-guru

MA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.

b. Untuk mengetahui berapa lama pengalaman mengajar guru MA

Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:

(12)

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan

wawasan ilmu pendidikan khususnya dalam membahas latar belakang

pendidikan dan pengalaman mengajar dengan kompetensi profesional

guru.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk

menambah khasanah pustaka dan sebagai salah satu sumber bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Untuk memperdalam pengetahuan dan untuk menerapkan ilmu yang

telah diperoleh dibangku kuliah dan sebagai bekal untuk terjun ke

dunia pendidikan.

b. Bagi sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah yang bersangkutan untuk

meningkatkan fungsi dan guru dalam peningkatkan kualitas

pendidikan.

c. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru pengajar untuk lebih meningkatkan

kompetensi profesionalnya dalam mengajar, sehingga dapat

memperbaiki profesionalisme guru ke arah positif, yang akhirnya akan

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu cerita dalam komik disusun berdasarkan langkah-langkah Problem Based Learning, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

L.3.5 PROSES ADSORPSI GLISEROL DENGAN KARBON AKTIF.

Hasil uji BNT menunjukan bahwa P3 (limbah biogas tahu sebanyak 150 gram) merupakan perlakuan dengan pertambahan tinggi tanaman yang paling baik diantara kelima perlakuan pada

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki skor

Demi pengembangan iimu pengetahuan menyetujur untuk memberikan kepada Unrversitas Sebelas lr4aret hak bebas royalti.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukanlah penelitian ini dengan judul Klasifikasi Kelompok Varietas Unggul Padi Menggunakan Modified K-Nearest Neighbor (MKNN) , di mana

Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam membina dan membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama kegiatan merencanakan, melaksanakan proses