• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Sektoral,

Barat Tahun 2008-2011

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan

ekonomi juga dapat digunakan sebagai indikator untuk menyusun rencana

pembangunan pada masa yang akan datang. Indikator ini mengukur tingkat

pertumbuhan nilai tambah dalam perekonomian, yang memberikan gambaran

mengenai sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi yang terjadi pada suatu

periode dibandingkan periode sebelumnya.

Secara umum pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2008 sampai tahun

2011 berada di atas 6 persen, namun pada tahun 2009 pertumbuhannya turun

menjadi 4,19 persen. Naik turunnya pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat ini

dipengaruhi oleh sektor-sektor ekonomi penyusunnya, dalam penelitian ini sektor

ekonomi dibagi menjadi tiga sektor, yaitu pertanian, industri, dan jasa. Berikut ini

grafik yang menggambarkan perbandingan pertumbuhan ekonomi sektor

52 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 2008 2009 2010 2011 P e r tu m b u h an Ek o n o m i (% ) Tahun

Pertanian Industri Jasa

Sumber : BPS, diolah

Gambar 5. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, industri, dan jasa Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2011

Dari gambar 5 terlihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi antara

masing-masing sektor tidaklah sama. Secara keseluruhan sektor pertanian adalah

sektor yang paling lambat pertumbuhannya di antara kedua sektor yang lain

kecuali pada tahun 2009. Pada tahun tersebut sektor pertanian tumbuh sangat

pesat melebihi sektor industri dan jasa, yaitu sebesar 12,34 persen, sedangkan

sektor industri yang pada tahun sebelumnya merupakan sektor dengan

pertumbuhan tertinggi, memiliki pertumbuhan yang negatif, yaitu minus 0,21

persen.

Hal tersebut dikarenakan krisis global yang terjadi pada tahun 2008 baru

berdampak pada perekonomian di Jawa Barat pada tahun 2009. Dampak yang

besar terutama dirasakan oleh sektor indutri pengolahan. Hal ini dikarenakan,

53 bahan baku impor. Sehingga, ketika kondisi global tidak stabil akan sangat

berdampak terhadap harga bahan baku impor. Harga bahan baku impor yang

melonjak tajam berdampak kepada kegiatan produksi yang menjadi terhambat

atau bahkan tidak berjalan sama sekali. Mengingat industri pengolahan adalah

sektor dengan kontribusi tertinggi di Jawa Barat, maka ketika terjadi kontraksi

akan sangat berdampak pada kegiatan perekonomian Jawa Barat secara

keseluruhan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang turun

menjadi 4,19 persen pada tahun 2009.

Ketika sektor industri mengalami kontraksi pada tahun 2009, sektor

pertanian memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi. Hal ini membuktikan

bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling tahan terhadap krisis global,

serta menjadi sektor penopang kondisi perekonomian di Jawa Barat. Sehingga,

meskipun pada tahun 2009 pertumbuhan sektor industri negatif, namun secara

keseluruhan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih bernilai positif meskipun

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Setelah krisis global, pertumbuhan ekonomi sektor jasa mengalami

peningkatan hingga puncaknya pada tahun 2010, yaitu sebesar 11,56 persen.

Sektor jasa menjadi sektor ekonomi yang pertumbuhannya paling cepat diantara

kedua sektor lainnya. Pertumbuhan ekonomi sektor jasa yang cepat melebihi

pertumbuhan ekonomi provinsi ini menyebabkan meningkatnya kontribusi sektor

tersebut terhadap PDRB Jawa Barat.

Jika kita lihat lebih dalam lagi, ternyata tingkat pertumbuhan ekonomi

antar wilayah bervariasi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan tingkat

54 dari sektor-sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi, seperti

industri manufaktur terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu

wilayah, semakin tinggi pertumbuhan PDRB di wilayah tersebut. Wilayah dangan

rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi tahun 2008-2011 adalah Kabupaten

Kawarang dan Kota Bandung, yaitu diatas 8 persen pertahun (lampiran 1).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kabupaten Karawang dan Bandung

dikarenakan pesatnya pertumbuhan ekonomi sektor jasa di kedua wilayah tersebut.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi sektor jasa di Kabupaten Karawang tahun

2008-2011 adalah 9,29 persen per tahun, sedangkan Kota Bandung rata-rata 10,34

persen per tahun.

Perubahan Struktur Ekonomi

Adanya sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan lebih cepat daripada

sektor ekonomi lainnya dan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayahnya, akan

berdampak pada pola dari perubahan struktur ekonomi di wilayah tersebut.

Berikut ini data mengenai perkembangan kontribusi sektoral dalam menyusun

PDRB Jawa Barat tahun 2008-2011.

Tabel 1. Kontribusi PDRB ADHB sektor pertanian, industri, dan jasa di Jawa Barat tahun 2008-2011 (persen)

Sektor 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian 11,45 12,34 12,60 11,98 Industri 52,13 49,04 46,34 45,72 Jasa 36,42 38,61 41,06 42,30 Sumber : BPS, diolah

55 Jika kita hanya membandingkan struktur ekonomi Jawa Barat tahun 2008

dan 2011, terlihat bahwa seakan-akan kontribusi sektor pertanian mengalami

peningkatan dari 11,45 persen menjadi 11,98 persen. Namun, jika kita lihat lebih

rinci lagi, sebenarnya peningkatan tersebut tidak benar-benar terjadi. Peningkatan

kontribusi sektor pertanian terjadi pada tahun 2009 yang disebabkan oleh

tingginya pertumbuhan ekonomi sektor tersebut pada tahun 2009. Pada tahun

2010 terlihat bahwa kontribusinya sedikit meningkat, namun kemudian menurun

lagi pada tahun 2011.

Sektor industri merupakan sektor penyusun PDRB Jawa Barat yang paling

besar pada tahun 2008, yaitu sebesar 52,13 persen. Besarnya kontribusi sektor

industri ini terutama disumbang oleh sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor

industri senantiasa mengalami penurunan hingga tahun 2011 menjadi 45,72

persen. Penurunan kontribusi sektor industri ini juga disebabkan karena

pertumbuhan ekonomi sektor tersebut yang lebih lambat daripada pertumbuhan

sektor ekonomi jasa, khususnya pada dua tahun terakhir.

Kontribusi sektor jasa mengalami peningkatan dari 36,42 persen pada

tahun 2008 menjadi 42,30 persen pada tahun 2011. Ada hal yang menarik dari

struktur ekonomi di Jawa Barat. Selama periode pembangunannya, struktur

ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami perubahan struktur ekonomi ke sektor

industri yang ditandai dengan menurunnya kontribusi sektor pertanian dan

meningkatnya kontribusi sektor industri hingga tahun 2006. Namun, pada tahun

berikutnya terlihat bahwa sktruktur ekonomi Jawa Barat mulai bergeser ke arah

sektor jasa, meskipun belum sepenuhnya berubah karena kontribusi sektor industri

56 0% 20% 40% 60% 80% 100% Kab Bogor Kab Sukabumi Kab Cianjur Kab Bandung Kab Garut Kab Tasikmalaya Kab Ciamis Kab Kuningan Kab Cirebon Kab Majalengka Kab Sumedang Kab Indramayu Kab Subang Kab Purwakarta Kab Krawang Kab Bekasi Kab Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kontribusi terhadap PDRB K ab u p ate n /K o ta Pertanian Industri Jasa Jika dilihat lebih dalam lagi, ternyata struktur ekonomi antar

kabupaten/kota di Jawa Barat berbeda-beda. Secara umum, pada tahun 2008

struktur ekonomi kabupaten/kota di Jawa Barat bertumpu pada sektor industri dan

jasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: BPS, diolah

Gambar 6. Perbandingan kontribusi sektor pertanian, industri, dan jasa menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2008

57 0% 20% 40% 60% 80% 100% Kab Bogor Kab Sukabumi Kab Cianjur Kab Bandung Kab Garut Kab Tasikmalaya Kab Ciamis Kab Kuningan Kab Cirebon Kab Majalengka Kab Sumedang Kab Indramayu Kab Subang Kab Purwakarta Kab Krawang Kab Bekasi Kab Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kontribusi Terhadap PDRB K ab u p ate n /K o ta Pertanian Industri Jasa Kemudian bagaimana kondisi struktur ekonomi kabupaten/kota di Jawa

Barat tahun 2011? Apakah telah terjadi perubahan? Berikut ini grafik kontribusi

sektor pertanian, industri, dan jasa kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2011.

Sumber: BPS, diolah

Gambar 7. Perbandingan kontribusi sektor pertanian, industri, dan jasa menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2011

Berdasarkan gambar 7, terlihat bahwa pada tahun 2011 struktur ekonomi

kabupaten/kota di Jawa Barat juga masih didominasi sektor industri dan jasa. Jika

58 perubahan struktur ekonomi pada kabupaten/kota di Jawa Barat. Namun, bila kita

lihat perkembangan kontribusinya secara rinci tahun 2008-2011 (lampiran 3),

terlihat bahwa pergeseran struktur ekonomi juga terjadi pada sebagian besar

kabupaten/kota di Jawa Barat, meskipun perubahannya tidak terlalu mencolok.

Perubahan struktur yang terjadi pada sebagian besar kabupaten/kota di

Jawa Barat juga dicirikan dengan semakin menurunnya kontribusi sektor

pertanian dan semakin meningkatnya kontribusi sektor industri dan jasa. Namun

tidak demikian halnya dengan Kabupaten Bandung dan Bekasi (lampiran 3).

Perubahan struktur yang terjadi di kedua wilayah tersebut ditandai dengan

peningkatan kontribusi sektor pertanian dari tahun 2008-2011. Hal ini

dikarenakan produktivitas tanaman bahan makanan di Kabupaten Bandung

meningkat, sedangkan untuk Kabupaten Garut lebih disebabkan karena

peningkatan produktivitas tanaman padi.

Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Pergeseran struktur ekonomi yang tidak diiringi dengan pergeseran

penyerapan tenaga kerja secara proporsional akan berdampak pada timpanganya

produktivitas yang dihasilkan antar sektor. Pada akhirnya, ketimpangan

produktivitas ini akan berdampak pada timpangnya pendapatan yang diterima

oleh pekerja di sektor dengan produktivitas tinggi dan sektor dengan produktivitas

59 0,361 0,355 0,372 0,391 0,330 0,340 0,350 0,360 0,370 0,380 0,390 0,400 2008 2009 2010 2011 R as io G in i Tahun Sumber: BPS, diolah

Gambar 8. Perkembangan rasio gini Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2011

Berdasarkan gambar 8 terlihat bahwa kondisi ketimpangan distribusi

pendapatan di Jawa Barat selama empat tahun terakhir tidak menunjukkan

perbaikan, terlihat dari angka rasio gini yang semakin meningkat. Tahun 2008

rasio gini Jawa Barat sebesar 0,360, sempat menurun pada tahun 2009 menjadi

0,355, namun kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi 0,372, serta

puncaknya menjadi 0,391 pada tahun 2011.

Kadar ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah di Jawa Barat

tidaklah sama. Namun secara umum kondisi ketimpangan di masing-masing

kabupaten/kota di Jawa Barat semakin meningkat. Untuk memperjelas mengenai

perkembangan kondisi ketimpangan yang terjadi di masing-masing

kabupaten/kota, disajikan peta ketimpangan distribusi pendapatan kabupaten/kota

di Jawa Barat tahun 2008 dan 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa ada

60 merah/orange. Hal tersebut mengindikasikan terjadinya peningkatan angka rasio

gini yang menunjukkan distribusi pendapatan semakin tidak merata pada sebagian

besar kabupaten/kota di Jawa Barat.

Sumber: BPS, diolah

Gambar 9. Peta kabupaten/kota di Jawa Barat berdasarkan angka rasio gini tahun 2008

Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 hanya ada 6

kabupaten/kota dengan rasio gini lebih dari 0,330. Kabupaten/kota tersebut adalah

Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, Kab. Purwakarta, Kota Sukabumi, dan

Kota Tasikmalaya. Sedangkan pada tahun 2011 (gambar 10), jumlah

kabupaten/kota dengan angka rasio gini lebih dari 0,330 semakin bertambah

menjadi 16 kabupaten/kota. Selain kabupaten/kota yang telah disebutkan,

61 Bogor, Kab. Karawang, Kab. Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab.

Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kab. Kuningan, dan Kota Banjar.

Sumber: BPS, diolah

Gambar 10. Peta kabupaten/kota di Jawa Barat berdasarkan angka rasio gini tahun 2011

Semakin memburuknya kondisi ketimpangan distribusi pendapatan di

hampir semua kabupaten/kota di Jawa Barat menandakan semakin serius dan

pentingnya permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan di Jawa Barat. Oleh

karena itu diperlukan strategi khusus untuk mengatasinya, salah satunya dengan

mengetahui pertumbuhan sektor ekonomi apa yang berperan terhadap penurunan

62

Dokumen terkait