• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.4. Gambaran Umum Perusahaan

Harga berbagai jenis logam yang ditambang di Indonesia seperti nikel, timah, emas, perak, tembaga, bauksit dan tembaga cenderung mengalami peningkatan dalam beberapa tahun ini, terutama sejak tahun 2005. Tercatat pada tahun itu harga jual timah dunia rata-rata US$ 7.507 per metrik ton, bahkan pada awal 2007 telah mencapai US$ 13.700 per metrik tonnya. Begitu juga realisasi harga rata-rata nikel dalam matte yang dialami PT INCO pada triwulan keempat 2006 adalah US$ 24.725 per ton (US$ 11.21 per pound), berarti meningkat 148,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya seharga US$ 9.950 per ton (US$ 4,51 per pound). Demikian juga dengan harga emas, perak, dan tembaga mengalami kondisi yang sama, yang cenderung naik di sepanjang tahun 2006. Perkembangan positif sektor pertambangan ini juga dirasakan di Indonesia. PricewaterhouseCoopers melaporkan bahwa penerimaan Indonesia dari sektor ini meningkat sebesar 25% di tahun 2004, dari US$ 6,3 juta menjadi US$ 7,94 juta. Keuntungan bersih juga meningkat dari US$ 945 juta tahun 2003 menjadi US$ 1,53 milliar tahun 2004. Bahkan hingga tahun 2004, Indonesia tercatat sebagai negara produsen mineral terbesar keenam dunia (berdasarkan hasil survei Fraser Institute).

Sejumlah perusahaan ekstraktif yang ada di Indonesia juga merasakan hal serupa. Salah satunya PT. International Nikel Indonesia Tbk atau PT. Inco, perusahaan ini mendapatkan keuntungan sebesar US$ 513 juta di tahun 2006 dan sepanjang tahun 2007 ini telah membukukan

laba sebesar US$ 269 juta, meningkat hampir 2 kali lipat. Peningkatan keuntungan tersebut juga diikuti oleh beberapa perusahaan tambang Indonesia lainnya seperti PT. Aneka Tambang (Antam), perusahaan ini mengalami kenaikan laba dari tahun 2005 ke tahun 2006 yaitu dari Rp 842 milliar menjadi Rp 1,5 trilliun atau PT. Timah yang membukukan profit 2 kali lipat di tahun 2006 sebesar Rp 208 milliar.

4.1.4.1 PT Aneka Tambang Tbk

Aneka Tambang berarti 'berbagai pertambangan di Indonesia dan benar untuk membentuk Antam memiliki beragam produk yang diambil dari tambang di seluruh kepulauan Indonesia. Dengan empat dekade pengalaman sejak tahun 1968, Antam adalah perusahaan negara yang terintegrasi secara vertikal untuk menjalankan semua tahapan proses penambangan dari eksplorasi, pertambangan, peleburan, dan pemurnian hingga pemasaran. produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel, emas, perak dan bauksit.

Tujuh perusahaan milik negara bergabung untuk membentuk Aneka Tambang meliputi: PT Nikel Indonesia; PN Tambang Bauksit Indonesia; PN Logam Mulia; Perusahaanperusahaan BPU Tambang Umum Negara; Proyek Pertambangan Intan Martapura Kalimantan-Selatan; Tambang Emas PN Tjikotok; dan Proyek Emas Logas, Pekanbaru-Riau. Pada tanggal 21 Mei 1975, menurut Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, Aneka Tambang status berubah dari sebuah perusahaan milik

negara (Aktiva pajak tangguhan Negara) ke perusahaan-PT Aneka Tambang terbatas (Persero).

Antam pertama kali tercatat di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (yang keduanya kemudian bergabung ke dalam Bursa Efek Indonesia) ketika pemerintah menjual 35% dari perusahaan untuk publik pada tahun 1997. Pada tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya sebagai properti Asing-Perkecualian di Bursa Efek Australia dan menjadi penuh ASX properti pada tahun 2002. Pada tahun 2003, Antam menerbitkan US $ 200 juta dari obligasi melalui anak perusahaan Antam yang Mauritian Finance Ltd dan Obligasi ini dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Pada tahun 2006, karena pembatalan perjanjian pajak ganda antara Indonesia dan Mauritius, Antam melaksanakan haknya berdasarkan Perjanjian Obligasi untuk membeli kembali obligasi awal pada nilai nominal, yang dibiayai oleh arus kas internal Antam dan fasilitas kredit investasi dari BCA dan Bank Mandiri.

4.1.4.2 PT ATPK Resource Tbk

Perusahaan yang memiliki kode transaksi perdagangan ATPK di BEI ini didirikan di Jakarta pada tanggal 13 September 1999. Pada awal berdirinya perusahaan ini memulai usaha dengan menyuplai berbagai benang ke pabrik-pabrik tekstil. Pada tahun 2000 perusahaan ATPK memulai bisnis usaha perdagangan batubara di Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Pada tahun pertama kuartal keempat tahun 2000 perusahaan

memulai pengembangan Batubara dengan mendirikan Pabrik Pengolahan Unit 1 (CPU-1) di Nusa Indah, Bentok dan diikuti oleh CPU-2 di Pandansari.

4.1.4.3 PT Bumi Resources Tbk

Perseroan didirikan pada tahun 1973. Perseroan menjadi perusahaan terbuka melalui Penawaran Umum Perdana saham pada tahun 1900, yang seluruh sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode transaksi perdagangan BUMI. Pada tahun 1997, PT Bakrie Capital Indonesia mengambil alih saham-saham yang dimiliki Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 sejumlah 26.326.600 saham atau sama dengan 58,51% dari total saham yang dikeluarkan Perseroan.

Pada tanggal 13 Agustus 1998, RUPS Luar Biasa memutuskan merubah usaha inti Perseroan dari perhotelan dan pariwisita menjadi perusahaan investasi dibidang minyak, gas alam, dan pertambangan, perdagangan umum, industri hotel, dan pariwisita beserta jasa-jasa lainnya yang terkait. Pada tahun 2000, Perseroan mengakusisi saham Gallo Oil (Jersey), Ltd. sebesar 97,5%. Gallo Oil didirikan di Jersey, Chanel Islan pada tanggal 17 Desember 1997.

Tertanggal 20 September 2000, nama Perseroan berubah dari PT Bumi Modern Tbk menjadi PT BUMI Resources Tbk. November 2001, Perseroan mengakusisi 805 saham PT Arutmin Indonesia dari BHP

Minerals Exploration Inc. PT Arutmin Indonesia adalah produsen batubara terbesar ke empat di Indonesia dengan empat tambang batubara terbuka.

Pada bulan Oktober 2003, Perseroan membeli 100% kepemilikan PT Kaltim Prima Coal (KPC) melalui Sanggata Holdings Limited dan Kalimantan Coal Limited. Dengan mengakusisi KPC, Perseroan menjadi produsen batubara terbesar di Indonesia.

4.1.4.4 PT Central Korporindo Internasional Tbk

Perseroan yang listing di BEI dengan kode transaksi perdagangan CNKO ini didirikan pada tahun 1999 berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 18 tanggal 13 September 1999, dibuat dihadapan Mulyoto, SH, Notaris di Boyolali dan telah mendapat pengesahan dari Mentri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia. Pada tanggal 21 November 2001, Perseroan tercatat pada Bursa Efek Jakarta.

PT Central Korporindo Internasional Tbk sebagai salah satu Perseroan publik yang pada awalnya bergerak dalam bidang usaha penambangan, pengolahan dan perdagangan batubara mulai beroperasi pada tahun 1999 memiliki base tepatnya di desa Pandansari kecamatan Kintap kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

Pada akhir tahun 2003, Perseroan mengubah kegiatan usahanya dari perdagangan dan pengolahan ke bidang usaha Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Perubahan ini dituangkan dalam Akta Notaris Imas Fatimah

SH No. 7 tanggal 4 November 2003 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

4.1.4.5 PT Citatah Tbk

Citatah adalah perusahaan swasta pertama yang mengembangkan sumber daya marmer di Indonesia dan telah melakukan penggalian serta pengolahan marmer selama lebih dari dua puluh lima tahun. Perusahaan yang didirikan tahun 1974 mulai menambang batu marmer putih gading (beige marble) dari lokasi penambangannya dekat Bandung dan berkat produknya perusahaan kemudian menempati posisi terkemuka di pasar Indonesia.

Pada bulan Januari 1996, perusahaan mengakusisi 90% kepemilikan saham PT Quarindah Ekamaju Marmer, sebuah perusahaan marmer yang mempunyai tambang dan pabrik pengolahan modern di Pangkep, Sulawesi Selatan. Setelah pelaksanaan akusisi ini, pada bulan Juli 1996, Citatah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan kode transaksi perdagangan CTTH dan menghimpun dan sebesar Rp 104,5 miliar melalui emisi saham baru untuk membiayai peningkatan kapasitas pengolahan dan penjualan Internasionalnya.

Pada tahun 1998, Citatah membuka sebuah Sentra Proyek Khusus di Karawang, 70 km sebelah timur Jakarta. Fasilitas ini menjadi tempat berbagai mesin pemotong, pembentuk, dan pemoles khusus untuk memproduksi marmer yang dibuat sesuai pesanan. Menyusul krisis

ekonomi tahun 1998, Citatah menata ulang kepemilikan saham strategisnya dalam beberapa anak perusahaannya. Pada Juni 1999, perusahaan mendivestasikan kepemilikan sahamnya dalam anak perusahaannya di Malaysia, Quarindah Citatah (M)Sdn. Bhd, dan pada bulan Desember 1999 perusahaan mengakusisi 100% kepemilikan dalam anak perusahaan produksinya, PT Quarindah Ekamaju Marmer.

Dewasa ini, Citatah merupakan perusahaan marmer berkapasitas terbesar di Indonesia yang memperkerjakan lebih dari 1.000 karyawan dan mengekspor produknya ke lebih dari 12 negara di seluruh dunia.

4.1.4.6 PT Energi Mega Persada Tbk

Sebagai salah satu perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang terbesar dengan tingkat pertumbuhan tercepat di Indonesia yang sahamnya terdaftar dalam bursa saham dan diperdagangkan secara umum (publicly-listed). Perusahaan dan sejumlah anak perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki Energi Mega Persada menguasai hak pengelolaan serta kepemilikan (working interest) pada 3 wilayah kontrak bagi hasil atau

production sharing contracts (PCS), yakni : • Selat Malaka (60,49%)

• Brantas (50%) • Kangean (100%)

Selain dari melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas di wilayah yang luasnya mencapai lebih dari 17.000 km2, perusahaan

juga merupakan pemasok gas utama untuk wilayah industri Jawa Timur yang saat ini tengah tumbuh sangat pesat.

Pada bulan Desember 2005, perusahaan mengakusisi PT Tunas Harapan Perkasa (THP). Aset yang diakusisi telah memberikan perusahaan sebuah peluang untuk menerapkan keahliannya dalam pengelolaan cadangan secara ekstensif, komersialisasi gas serta optimalisasi produksi.

4.1.4.7 PT International Nickel Indonesia Tbk

PT International Nickel Indonesia Tbk (“PTI” atau “Perseroan”) adalah satu di antara produsen-produsen utama dunia untuk nikel, sejenis logam serba-guna yang penting untuk meningkatkan standar kehidupan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selama lebih dari 40 tahun, PTI telah menyediakan lapangan kerja dan pelatihan, menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat di lingkungan kami beroperasi, menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham kami dan memberikan kontribusi bagi kemakmuran bangsa dan rakyat Indonesia.

Perseroan didirikan pada bulan Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Vale Inco Limited dari Kanada (semula Inco Limited, “Vale Inco”). PTI menandatangani Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juli 1968 (“Kontrak Karya Awal”).

Kami memulai konstruksi pabrik pertama pada tahun 1973 dengan satu lini pengolahan pyrometalurgi dan fasilitas-fasilitas terkait. Pada tahun 1975, kami memulai konstruksi dua lini pengolahan tambahan dan

satu instalasi pembangkit listrik tenaga air. Kami memulai produksi komersial pertama pada bulan April 1978. Pada tahun 1993, kami menyelesaikan perluasan fasilitas pengolahan dari kapasitas produksi tahunan nominal semula 36.300 metrik ton nikel dalam matte menjadi 47.600 metrik ton.

Pada tanggal 15 Januari 1996, kami menandatangani Perjanjian Perubahan dan Perpanjangan Kontrak Karya untuk mengubah dan memperpanjang kontrak tersebut dari tanggal 1 April 2008 menjadi tanggal 28 Desember 2025 (“Perjanjian Perubahan”, dan bersama dengan Kontrak Karya Awal, “Kontrak Karya”). Sesuai dengan Perjanjian Perubahan tersebut, kami menyelesaikan perluasan berskala besar pada tahun 1999, yang meningkatkan kapasitas terpasang tahunan dari fasilitas pengolahan kami menjadi 68.000 metrik ton nikel dalam matte. Selama perluasan tersebut, kami menambah lini produksi keempat dan satu fasilitas pembangkit listrik tenaga air baru di Balambano. Pada tahun 2003 untuk pertama kalinya kami melampaui kapasitas terpasang tahunan dengan produksi sebesar 70.216 metrik ton.

PTI memproduksi nikel dalam matte dari bijih laterit yang diolah di dalam fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako di Pulau Sulawesi. Nikel dalam matte merupakan produk setengah jadi dengan kandungan rata-rata 78% nikel dan 20% sulfur. Seluruh produksi PTI dijual dalam mata uang Dolar AS berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang. Kekuatan daya saing kami terletak pada cadangan bijih yang

berlimpah, tenaga kerja yang trampil dan terlatih baik, dan pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah.

4.1.4.8 PT Medco Energi International Tbk

MedcoEnergi didirikan oleh pengusaha muda Indonesia, Bp Arifin Panigoro. Beliau bersama Bp Hertriono Kartowisastro memulai usaha dibidang pemboran minyak dan gas. Dengan bergabungnya Bp John Sadrak Karamoy di tahun 1992, MedcoEnergi mulai memasuki usaha dibidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas.

Saat ini MedcoEnergi berkembang menjadi sebuah perusahaan energi terpadu yang memiliki kegiatan usaha dibidang eksplorasi dan produksi migas, jasa pemboran, produksi methanol, serta yang terbaru adalah produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik. Saat ini Perseroan memperkerjakan lebih dari 2.373 pegawai di 21 wilayah kerja minyak dan gas yang tersebar dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua dan Amerika Serikat, serta anjungan-anjungan darat dan lepas pantai, maupun pabrik-pabrik methanol dan LPG dan pembangkit listrik.

Keterlibatan Perseroan dalam bisnis eksplorasi dan produksi migas diawali dari pengambilalihan kontrak-kontrak eksplorasi dan produksi milik Tesoro di Kalimantan (TAC dan PSC) pada tahun 1992 dan pengambilalihan PT Stanvac Indonesia dari ExxonMobil pada tahun 1995. Dengan didukung oleh keberhasilan penawaran perdana (IPO) pada tahun 1994, Perseroan terus melaksanakan ekspansi ke industri petrokimia

dengan menandatangani Perjanjian Kerja Sama Operasi dengan Pertamina untuk mengelola pabrik methanol milik Pertamina di pulau Bunyu Kalimantan Timur di tahun 1997.

4.1.4.9 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

Keberadaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN dengan kode transaksi perdagangan dipasar modal PGAS, merupakan hasil dari sebuah perjuangan panjang yang dirintis sejak tahun 1859, ketika masih bernama Firma L. J. N Einthoven & Co. Gravenhage. Kemudian pada tahun 1950, oleh pemerintah Belanda, perusahaan tersebut diberi nama NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV.NIGM). Namun pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih kepemilikan Firma tersebut dan merubah namanya menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG). Seiring dengan perkembangan Pemerintahan Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan itu beralih menjadi BPU-PLN.

Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, perseroan ditetapkan sebagai Perusahaan Negara dan dikenal sebagai Perusahaan Negara Gas (PN Gas). Kemudian, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, PN Gas diubah menjadi perusahaan umum (“Perum”) dengan nama Perusahaan Umum Gas Negara. Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (Persero) dan

namanya berubah menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996 yang diaktakan oleh notaris Adam Kasdarmaji, SH.

Saham perseroan telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan “PGAS”.

4.1.4.10 PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

Perseroan berdiri pada 2 Maret 1981. Perseroan didirikan dengan tujuan mendukung dan melaksanakan kebijakan serta program Pemerintah dalam mengembangkan pertambangan nasional, khususnya batubara. Perseoran juga mengusahakan pengolahan lebih lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian, terutama batubara serta memperdagangkan hasil produksi, baik hasil sendiri maupun hasil produksi pihak lain. Kegiatan perseroan lainnya adalah mengoperasikan dermaga dan pelabuhan khusus batubara, mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap serta memberikan jasa konsultasi dalam bidang industri pertambangan batubara.

Sejak 23 Desember 2002, Perseroan menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) dengan kode saham “PTBA”. Pada saat penawaran saham perdana (IPO), Perseroan mengeluarkan waran yang diperdagangkan sejak 30 Juni 2003 hingga 22 Desember 2005. Perseroan memiliki 2 (dua) unit

pertambangan, yaitu Unit Pertambangan Tanjung Enim yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang dioperasikan dengan sistem penambangan terbuka (open pit mining) serta Unit Pertambangan Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat yang dioperasikan dengan sistem tambang dalam (underground mining).

Saat ini Perseroan memiliki sumberdaya batubara sekitar 7.498,23 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.066,74 juta ton (80,9%) terdapat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Sisanya 1.340,63 juta ton (17,9%) berada di Cerenti, Riau serta 90,85 juta ton (1,2%) terdapat di Ombilin, Sumatera Barat.

4.1.4.11 PT Timah Tbk

PT Timah Tbk mewarisi sejarah panjang usah pertambangan timah di Indonesia yang sudah lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan terbesar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun, dan Kundur. Dimasa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial “Banka Tin Winning Bedrijf (BTW), Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing Gemeenschappelijike Mjinbouw Maatschappij (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM).

Setelah kemerdekaan R.I, ketiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953 – 1958 menjadi tiga perusahaan

negara yang terpisah. Pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.

PT Timah Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan The Londong Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak saat itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam tiga anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan.

Saat ini PT Timah Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar didunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya diluar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Dokumen terkait