• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian ini seluruh responden yang diwawancarai memiliki jenis kelamin laki-laki. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan sebagai petani pembuat gula kelapa yaitu menyadap pohon kelapa dengan cara memanjat terlebih dahulu pohon kelapa yang secara rutin dilakukan pada pagi dan sore hari untuk mendapatkan nira kelapa yang akan diolah menjadi gula kelapa (Tabel 12).

Tabel 12. Jenis Kelamin Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persen (%)

Laki-laki 48 100

44 Sebagian besar responden berusia antara 40 – 49 tahun. Adapun persentase jumlahnya mencapai 45,83 persen dari total responden. Persentase jumlah responden yang berusia antara 30 – 39 tahun adalah sebesar 13 persen dan persentase jumlah responden yang berusia antara 20 – 29 tahun adalah sebesar 16,67 persen. Sementara itu persentase jumlah responden yang berusia ≥ 50 tahun

hanya 8,33 persen. Begitu juga dengan persentase jumlah respoden yang berusia ≤

19 tahun hanya 2,08 persen. Sebagian besar responden berada di bawah usia 50 tahun (Tabel 13). Hal ini berkaitan dengan karakteristik petani pembuat gula kelapa yang membutuhkan tenaga sebagai sumberdaya utamanya (Gambar 4). Dengan demikian, semakin bertambahnya usia petani pembuat gula kelapa maka tenaganya cenderung berkurang dan menjadi hambatan dalam memanjat pohon kelapa. Kebutuhan terhadap nira kelapa sebagai bahan baku utama pengolahan gula kelapa menuntut petani pembuat gula kelapa untuk tetap menderes dalam kondisi cuaca apapun. Selain itu, apabila petani pembuat gula kelapa tidak menderes sesuai dengan jadwal yaitu pada pagi dan sore hari maka akan mempengaruhi kualitas nira kelapa dan tidak dapat diolah menjadi gula kelapa yang berkualitas.

Tabel 13. Usia Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra

Usia (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)

≤ 19 1 2,08

20 – 29 8 16,67

30 – 39 13 27,08

40 – 49 22 45,83

45 Gambar 4. Petani Pembuat Gula Kelapa Memanjat Pohon Kelapa untuk

Menderes Nira Kelapa

Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya sampai tingkat SD. Persentase jumlah responden yang tingkat pendidikan terakhirnya SD sebesar 70,83 persen. Pendidikan yang rendah menjadi keterbatasan bagi responden untuk mencari dan memilih pekerjaan yang diinginkan responden. Sehingga responden memilih untuk menjadi petani pembuat gula kelapa. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, usaha gula kelapa ini merupakan usaha terakhir yang dipilih petani pembuat gula kelapa. Kondisi ini berhubungan dengan alasan responden memilih menjadi petani pembuat gula kelapa. Sebagian besar responden memilih menjadi petani pembuat gula kelapa yaitu karena sulit mencari pekerjaan lain (45,83 persen), mudah dalam mendapatkan modal (18,75 persen), dan keahlian (16,67 persen). Apabila dilihat dari status perkawinan, 95,83 persen dari total responden telah menikah. Kondisi ini dapat diartikan bahwa responden memiliki kewajiban untuk menghidupi keluarganya sehingga dapat memotivasi responden untuk dapat menghasilkan uang meskipun berpendidikan rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14, 15, dan 16.

46 Tabel 14. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)

Tidak sekolah 1 2,08 SD 34 70,83 SMP 7 14,58 SMA/SMK/Sederajat 6 12,50 Diploma - - Sarjana - -

Tabel 15. Alasan Memilih Menjadi Petani Pembuat Gula Kelapa

Motivasi Jumlah (orang) Persen (%)

Usaha turun temurun 2 4,17

Mencari nafkah 1 2,08

Mudah dalam mendapatkan modal

9 18,75

Usaha sampingan 2 4,17

Sulit mencari pekerjaan lain 22 45,83

Keahlian 8 16,67

Ingin hidup di kampung 3 6,25

Memiliki kebun kelapa 1 2,08

Tabel 16. Status Perkawinan

Status Perkawinan Jumlah (orang) Persen (%)

Menikah 46 95,83

Belum menikah 2 4,17

Dalam hal pengalaman usaha gula kelapa, sebagian besar responden memiliki pengalaman kurang dari 10 tahun dengan persentase sebesar 52,08 persen (Tabel 17). Meskipun banyak responden yang belum cukup pengalaman dalam mengusahakan gula kelapa, namun responden telah memahami usaha ini karena lingkungan tempat responden tinggal banyak yang mengusahakan gula kelapa juga. Sehingga responden telah memiliki dasar pengetahuan dalam mengusahakan gula kelapa.

47 Tabel 17. Pengalaman Usaha Gula Kelapa

Pengalaman Usaha Gula Kelapa (Tahun) Jumlah (orang) Persen (%)

≤ 10 25 52,08

11 – 20 13 27,08

21 – 30 7 14,58

31 – 40 2 4,17

≥ 41 1 2,08

Berdasarkan status usaha, sebagian besar responden menjadikan usaha gula kelapa ini sebagai usaha utama. Persentase jumlah responden yang menjadikan usaha gula kelapa ini sebagai usaha utama sebesar 95,83 persen. Pekerjaan sebagai petani pembuat gula kelapa merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu cukup banyak sehingga waktu luang petani pembuat gula kelapa hanya sedikit. Pada umumnya waktu luang yang tersedia digunakan untuk mengerjakan aktivitas lain seperti bertani, beternak, mencari kayu bakar, dan mengambil rumput untuk makanan ternak. Namun apabila sedang tidak ada aktivitas lain, waktu luang tersebut digunakan petani pembuat gula kelapa untuk beristirahat. Persentase jumlah responden yang menjadikan usaha gula kelapa ini sebagai usaha sampingan yaitu sebesar 4,17 persen. Pekerjaan utama responden yaitu sebagai buruh bangunan. Responden menjalankan usaha gula kelapa ini hanya sebagai usaha sampingan dan merupakan usaha yang harus dijalankan oleh responden karena memiliki hutang kepada koordinator (Tabel 18).

Tabel 18. Status Usaha Gula Kelapa

Status Usaha Jumlah (orang) Persen (%)

Utama 46 95,83

Sampingan 2 4,17

Petani pembuat gula kelapa pada umumnya menyukai usaha ini. Meskipun usaha gula kelapa merupakan pilihan terakhir karena sulitnya mencari pekerjaan lain, namun dengan mengusahakan gula kelapa petani pembuat gula kelapa dapat menghasilkan uang secara rutin dan tunai. Selain itu, petani pembuat gula kelapa memproduksi gula kelapa setiap hari. Sehingga apabila ada kebutuhan mendadak,

48 petani pembuat gula kelapa dapat menjual langsung gula kelapa yang diproduksinya.

Berdasarkan status penguasaan pohon kelapa, sebagian besar responden menyewa pohon kelapa untuk diambil niranya. Persentase jumlah responden yang menyewa pohon kelapa adalah sebesar 52,08 persen. Persentase jumlah responden yang memiliki pohon kelapa sendiri adalah sebesar 25 persen. Sementara itu persentase jumlah responden yang memiliki pohon kelapa sendiri sekaligus menyewa kepada orang lain sebesar 22,92 persen (Tabel 19). Petani pembuat gula kelapa yang tidak memiliki pohon kelapa sendiri bersedia untuk menyewa pohon kelapa untuk diambil niranya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa petani pembuat gula kelapa memiliki niat dan keseriusan dalam mengusahakan gula kelapa.

Masing-masing petani pembuat gula kelapa menyewa pohon kelapa dengan aturan sewa di daerahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk penyewaan pohon kelapa pada usaha gula kelapa ini yaitu sistem kontrak, sistem sewa per pohon per bulan, dan sistem bagi hasil dengan pemilik pohon (gacong). Penyewaan pohon dengan sistem sewa kontrak yaitu petani pembuat gula kelapa menyewa pohon kelapa satu kapling dalam jangka waktu satu tahun (1 kapling = 1 ha = 120 pohon). Pada sistem sewa per pohon, petani pembuat gula kelapa membayar sewa pohon kelapa menggunakan gula kelapa sebanyak 1 kilogram sampai dengan 3 kilogram gula kelapa per pohon per bulan. Pada sistem bagi hasil

(gacong), petani pembuat gula kelapa telah bersepakat terlebih dahulu dengan

pemilik pohon kelapa mengenai sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil 6 : 1 memiliki arti bahwa dalam satu minggu produksi gula kelapa selama enam hari menjadi hak petani pembuat gula kelapa, sedangkan produksi gula kelapa dalam satu hari menjadi hak pemilik pohon kelapa. Sedangkan sistem bagi hasil 5 : 2 memiliki arti bahwa dalam satu minggu nira hasil penyadapan selama lima hari menjadi hak petani pembuat gula kelapa, sedangkan nira hasil penyadapan selama dua hari menjadi hak pemilik pohon kelapa.

49 Tabel 19. Status Penguasaan Pohon Kelapa

Status Penguasaan Pohon Kelapa Jumlah (orang) Persen (%)

Milik sendiri 12 25,00

Sewa 25 52,08

Keduanya 11 22,92

Sebagian besar responden melakukan penyadapan pada pohon kelapa dalam. Persentase jumlah responden yang melakukan penyadapan pada pohon kelapa dalam adalah sebanyak 62,5 persen. Sedangkan 37,5 persen dari jumlah responden melakukan penyadapan pada pohon kelapa hibrida. Produktivitas gula kelapa per pohonnya yang berasal dari pohon kelapa dalam lebih tinggi dibandingkan pohon kelapa hibrida. Produktivitas gula kelapa yang berasal dari pohon kelapa dalam yaitu sebesar 0,36 kilogram per pohon per hari. Sedangkan produktivitas gula kelapa yang berasal dari pohon kelapa hibrida yaitu sebesar 0,27 kilogram per pohon per hari. Responden yang melakukan penyadapan pada pohon kelapa hibrida hanya terdapat di Kecamatan Cimerak. Sedangkan responden yang melakukan penyadapan pada pohon kelapa dalam terdapat di semua kecamatan yang menjadi sampel. Jenis pohon kelapa yang disadap pada masing-masing kecamatan yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Jenis Pohon Kelapa yang Disadap pada Masing-Masing Kecamatan yang Menjadi Sampel

Kecamatan Menyadap Pohon Kelapa Dalam

(orang)

Persen (%) Menyadap Pohon Kelapa Hibrida (orang) Persen (%) Pangandaran 19 62,50 - 37,50 Sidamulih 4 - Cimerak 7 18

Sebagian besar responden menggunakan modal untuk mengusahakan gula kelapa dari hasil pinjaman ke koordinator. Persentase jumlah responden yang meminjam uang untuk modal usaha dan keperluan keluarga kepada koordinator adalah sebesar 85,42 persen. Responden pada umumnya lebih memilih meminjam uang ke koordinator daripada ke bank dengan alasan proses peminjamannya sangat mudah, jangka waktu pencairan dananya cepat, tidak dikenai bunga

50 pinjaman, serta tidak ditentukan batas waktu pengembaliannya. Sumber modal yang digunakan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Sumber Modal yang Digunakan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra

Sumber Modal Jumlah (orang) Persen (%)

Modal sendiri 7 14,58

Bantuan dari pemerintah - -

Pinjam ke bank - -

Pinjam ke PT. SJA - -

Pinjam ke saudara/keluarga - -

Pinjam ke koordinator 41 85,42

Sumber modal yang digunakan responden pada umumnya berupa pinjaman uang kepada koordinator. Hal ini berkaitan dengan motivasi responden untuk mengikuti kemitraan yaitu ingin mendapatkan bantuan modal (62,5 persen). Persentase responden yang mengikuti kemitraan karena ingin meningkatkan pendapatan yaitu sebesar 25 persen. Menurut responden tersebut, sejak adanya kemitraan pada usaha gula kelapa ini responden tidak kesulitan lagi dalam menghasilkan uang dengan cepat karena seluruh produksi gula kelapa yang dihasilkan responden dapat diserap oleh perusahaan mitra. Dengan demikian petani pembuat gula kelapa dapat menghasilkan uang secara kontinu dari hasil penjualan gula kelapanya. Hubungan yang erat dan mengikat antara petani pembuat gula kelapa mitra dengan koordinator dapat berdampak pada kelangsungan kemitraan pada usaha gula kelapa ini. Meskipun petani pembuat gula kelapa mitra sudah tidak memiliki hutang kepada koordinator tertentu, petani pembuat gula kelapa mitra tersebut tetap menjual gula kelapa kepada koordinator tersebut. Hal ini dikarenakan petani pembuat gula kelapa mitra merasa berhutang budi kepada koordinator tersebut. Persentase jumlah responden yang menjalin kemitraan karena alasan ingin meningkatkan persaudaraan antar pelaku usaha gula kelapa adalah sebesar 10,42 persen. Sedangkan persentase jumlah responden yang memiliki alasan mengikuti kemitraan karena ingin meningkatkan produksi dan kualitas gula kelapa yaitu sebesar 2,08 persen. Berbagai alasan petani pembuat gula kelapa mitra untuk mengikuti kemitraan dapat dilihat pada Tabel 22.

51 Tabel 22. Alasan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra Mengikuti Kemitraan

Motivasi Jumlah (orang) Persen (%)

Ingin mendapat bantuan modal 30 62,50

Ingin mendapat jaminan pasar - -

Ingin meningkatkan pendapatan 12 25,00

Ingin menambah pengetahuan dan keterampilan - -

Ingin meningkatkan produksi dan kualitas gula kelapa 1 2,08

Ingin meningkatkan teknologi - -

Ingin meningkatkan produktivitas gula kelapa - -

Ingin mengurangi risiko pada usaha gula kelapa - -

Ingin meningkatkan persaudaraan antar pelaku usaha gula kelapa (petani pembuat gula kelapa mitra, koordinator, perusahaan mitra)

5 10,42

Dokumen terkait