• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT

A. Gambaran Umum PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia, di mana penggabungan seluruh laporan keuangan efektif dilakukan pada akhir Juli 1999 sekaligus mengurangi jumlah kantor cabang dan sumber daya manusia yang ada di empat bank tersebut, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.159

159

http://id. wikipedia.org/wiki PT Bank Mandiri_Tbk, diakses tanggal 6 November 2008

Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan keuangan yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari empat Bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan Ekonomi.160

Dengan penggabungan keempat bank pemerintah tersebut diharapkan kepada Bank Mandiri, yaitu : pertama, industri perbankan Indonesia akan menjadi lebih kuat dan stabil apabila ditopang oleh bank-bank berskala besar. Kedua, intervensi pemerintah terhadap bank pemerintah semakin berkurang, apabila restrukturisasi perbankan berhasil maka besar kemungkinan Bank Mandiri akan diprivatisasi dengan tujuan memperkuat struktur permodalan, meningkatkan likuiditas dan pengembangan usaha. Ketiga, kinerja keuangan Bank Mandiri diharapkan semakin baik dibandingkan sebelum penggabungan. Keempat, semakin sehatnya Bank Mandiri, maka sektor riil yang membutuhkan jasa keuangan bank tersebut akan semakin baik dan secara makro perekonomian nasional semakin membaik di masa yang akan datang.161

Adapun visi dari Bank Mandiri adalah Bank terpercaya pilihan anda, sedangkan misinya adalah:

1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar 2. Mengembangkan sumber daya manusia professional 3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder

160

http://www.ghabo.com/gpedia/index.php/BANK_MANDIRI_TBK_PT, diakses tanggal 6 November 2008

161 Ibid

4. Melaksanakan manajemen terbuka

5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.162

2. Tujuan Pemberian Kredit

1. Bagi bank: a) Profitability, artinya ada keuntungan yang diperoleh secara wajar b) Safety, artinya harus aman dengan risiko yang telah dimitigasi sebelumnya.

2. Bagi nasabah: memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat luas, dan meningkatkan produktivitas usaha.

3. Bagi masyarakat umum: dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, dan meningkatkan kesempatan kerja.163

3. Prosedur Kredit

1. Merencanakan Pasar Sasaran. Bank harus mempunyai perencanaan, pasar mana yang akan dituju dalam memasarkan kreditnya, misalkan fokus pada sektor ritel/ 2. Menentukan kriteria risiko yang dapat diterima. Bank hanya memasarkan kredit

apabila kriteria risikonya jelas dan dapat dimitigasi, misalkan dengan: menetapkan limit exposure, jenis usaha (dibuat ratingnya, dan rating apa saja yang layak dibiayai), lokasi dsb nya.

162 Ibid 163

http://edratna.wordpress.com/2007/09/04/ kebijakan - perkreditan - merupakan - dasar pemberian-pinjaman-yang-sehat/, di akses pada tanggal 20 Januari 2009, jam 14.15 wib.

3. Menentukan kriteria nasabah kredit yang diberikan, berdasar pada kriteria nasabah yang jelas. 164

B. Tinjauan kredit dan Perjanjian Kredit Bank 1. Tinjauan Umum Tentang Kredit

a. Pengertian Kredit

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang (kreditur) di satu pihak dan penerima pinjaman (debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya “percaya. Dalam bahasa Belanda istilahnya “vertrouwen” , dalam bahasa Inggris “belive” atau

“trust” atau “confidence”, kesemuanya berarti percaya, secara umum kredit itu pula

dapat diartikan sebagai “ the ability to borrow on the opinion conceived by the lender

that he will be repaid.165

Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan

164 Ibid 165

demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara di pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa mendatang.166

Jika dihubungkan dengan Bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku pemberi kredit percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu tertentu. Sedangkan dalam masyarakat umum istilah kredit tidak asing lagi dan bahkan dapat dikatakan popular atau merakyat sehingga dalam kehidupan sehari-hari sudah dicampur adukkan begitu saja dengan istilah hutang. Tetapi, sungguhpun kata kredit sudah berkembang kemana-mana, dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata kredit tetap mengandung unsur “kepercayaan”, yaitu bahwa debitur dapat membayar kredit kembali.

Selain unsur kepercayaan pada kredit ada unsur lainnya yaitu mempunyai pertimbangan tolong menolong. Bila dilihat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi, sedangkan bila dipandang dari segi debitur adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan yang berupa prestasi. Hanya saja

166

antara prestasi dan kontraprestasi tersebut ada suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko yang berupa ketidaktentuan, sehingga oleh karenanya diperlukan suatu jaminan dalam pemberian kredit tersebut.167

b. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Sebelum kredit dikucurkan, terlebih dahulu Bank akan melakukan penilaian melalui suatu prosedur terhadap nasabah yang memohon kredit untuk memperoleh keyakinan bahwa kredit yang disalurkan pasti akan kembali. Penilaian tersebut mencakup kriteria-kriteria tertentu dan mempunyai ukuran-ukuran yang menjadi standard setiap Bank. Penilaian oleh Bank adalah untuk mendapat nasabah yang benar-benar layak dilakukan melalui analisis 5C.168

Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut : 1. Character (Watak)

Adalah adanya keyakinan dari pihak bank bahwa calon debitur mempunyai moral, watak ataupun sifat yang dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang debitur, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang diabut dalam keluarga. Oleh karena itu petugas bank mengadakan penyelidikan secara mendalam dengan jalan mencari informasi dari orang-orang yang berada dalam lingkungan pergaulannya dan hal tersebut akan sangat berpengaruh pada pelunasan kreditnya.

167

Mohammad Djumhana, Op.Cit, hal 231 168

Henderson, J.W dan Maness,T.S., The Financial Analisys Desk Book:A Cash Flow Approach to Liquidity, Van Nostrand Reinhold, New York, 1989, hal 67

2. Capacity (Kemampuan)

Merupakan gambaran mengenai kemampuan calon debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, kemampuan calon debitur untuk mencari dan mengkombinasikan resources yang terkait dengan bidang usaha, kemampuan memproduksi barang dan jasa yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen/pasar. Disamping itu juga kemampuan untuk mengantisipasi variabel dari cashflow usaha, sehingga cashflow tersebut dapat menjadi sumber pelunasan kredit yang utama sesuai dengan jadwal yang sudah disetujui bersama.

3. Capital (Modal)

Penilaian aspek ini diarahkan pada kondisi keuangan nasabah, yang terdiri dari aktiva lancar (current assets) yang tertanam dalam bisnis dikurangi dengan kewajiban lancara (current liabilities) yang disebut dengan modal kerja (working

capital); dan modal yang tertanam pada aktiva jangka panjang dan aktiva lain-

lain. Analisis capital ini dimaksudkan untuk menggambarkan struktur modal (capital structure) debitur, sehingga bank akan dapat melihat modal debitur sendiri yang tertanam pada bisnisnya dan berapa jumlah modal debitur sendiri yang tertanam pada bisnisnya dan berapa jumlah yang berasal dari pihak lain (kreditur dan supllier). Bank harus mengetahui ”dept to equity ratio”, yaitu berapa besarnya seluruh hutang debitur dibandingkan dengan seluruh modal dan cadangan perusahaan serta likuiditas peusahaan.

4. Collateral ( Jaminan)

Collateral adalah jaminan kredit yang mempertinggi tingkat keyakinan bank

bahwa debitur dengan bisnisnya mapu melunasi kredit, dimana jaminan ini berupa jaminan pokok maupun jaminan tambahan yang berfungsi untuk menjamin pelunasan hutang jika ternyata dikemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya. Debitur menjanjikan akan menyerahkan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apabila dalam jangka waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran hutangnya. Jaminan tambahan ini dapat berupa kekakayaan milik debitur atau pihak ketiga. 5. Condition (Kondisi)

Kondisi yang mempersyaratkan bahwa kegiatan usaha debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan usaha masih mempunyai prospek kedepan selama kredit masih dinikmati debitur. Termasuk juga analisis terhadap kemampuan usaha dalam menghadapi situasi perekonomian yang mungkin tiba-tiba berubah diluar dugaan semula.

Sedangkan untuk mempertajam analisa, terutama terhadap permohonan kredit dalam jumlah besar, maka menurut Rahman dan Hasanuddinperlu ditambah dengan kriteria “7P Principles”, terdiri dari : 169

169

1. Personality

Penilaian nasabah dari segi kepribadiannya berdasarkan tingkah laku sehari- hari maupun kepribadiannya dimasa lalu.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang diklasifikasikan kedalam golongan tertentu akan memperoleh fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose

Penelitian untuk mengetahui tujuan nasabah untuk mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan nasabah mengajukan kredit dapat bermacam-macam, misalnya untuk investasi, modal kerja, konsumsi, produksi dan lain-lain.

4. Prospect

Yaitu menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak.

5. Payment

Merupakan ukuran kemampuan nasabah untuk mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan nasabah semakin baik, sehingga apabila salah satu usahanya rugi dapat ditutupi dengan pendapatan dari usaha lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam memperoleh laba. Profitability diukur dari period eke periode apakah tetap sama atau semakin meningkat.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana untuk menjaga agar kredit yang diberikan mendapat jaminan perlindungan sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Jaminan perlindungan yang diberikan nasabah dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi.170

c. Jenis Kredit secara umum

Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu : 1. Lembaga pemberi-penerima kredit;

2. Jangka Waktu; 3. Penggunaan Kredit;

4. Kelengkapan Dokumen Perdagangan; 5. Dokumen;

6. jaminannya.171

170

Rahman, Hasanuddin, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti , Bandung, 1995hal 34-35

171

1. Dari segi lembaga pemberi - penerima kredit yang menyangkut struktur pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:

a) Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada dunia usaha guna membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

b) Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank- bank yang beroperasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditan.

c) Kredit lansung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah, atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan, atau pemberian kredit langsung kepada pertamina, atau kepada pihak lainnya.

2. Dari segi jangka waktu, kredit dikelompokkan mejadi :

a) Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit pembeli dan kredit wesel.

b) Kredit jangka menengah (medium term loan), yaitu kredit berjangka waktu antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.

c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Pada umumnya kredit ini yaitu kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal usaha perusahaan dalam rangka rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.

3. Dari segi penggunaannya, kredit dikelompokkan menjadi :

a) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari- hari.

b) Kredit produktif, baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi. Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan modal tetap, yaitu peralatan produksi, gedung dan mesin-mesin, dan untuk membiayaai rehabilitasi dan ekspansi. Kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiyaan kebutuhan dunia usaha akan modal kerja yang berupa persediaan bahan baku, persediaan produk hasil, barang dalam proses produksi, serta piutang, dengan jangka waktu yang pendek.

c) Perpaduan antara kredit konsumtif dan kredit produktif (semi konsumtif dan semi produktif).

4. Dari segi dokumen, kredit ini terdiri dari :

a) Kredit ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor bisa dalam bentuk kredit langsung maupun kredit tidak langsung, seperti pembiayaan kredit modal kerja, kredit investasi untuk jenis industri yang berorientasi ekspor.

b) Kredit impor.

5. Dari segi besar kecilnya, kredit ini terdiri dari :

a) Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil.

b) Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnta lebih besar daripada pengusaha kecil.

c) Kredit besar.

6. Dari segi jaminan, kredit ini terdiri dari :

a) Kredit tanpa jaminan, atau kredit blangko (unsecured loan), yaitu pemberian kredit yang menentukan bahwa bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

b) Kredit dengan jaminan (secured loan), dimana kredit yang diberikan pihak kreditur mendapat jaminan bahwa debitur dapat melunasi hutangnya. Di dalam pemberian kredit ini bank menanggung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas

Tabel 1 Jenis Kredit pada Bank Mandiri (Persero), Tbk

No. Jenis Kredit Ketentuan

Kredit Pogram

1 Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP-3).

Surat No. DIR.MRB/575/2006, tanggal 12-12-2006).

2 Kredit Ketahanan Pangan (KKP) SE No. 008/KRD/CMB. DMG/2006, tanggal 31-07-2006).

3 Kredit Usaha Micro dan Kecil dari dana SUP-005 (Mandiri 005)

SE No. 005/KRD/CMB. SML/2004, tanggal 09-06-2004

4 Kredit Pengembangan Enegi Nabati Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP)

Surat No. MRB. SBS/695/2007, tanggal 25-05-2007

5 Kredit kepada Kontraktor Sektor Telekomunikasi

ketentuan SE No. 029/KRD/CMB. MID/2004, tanggal 28-12-2004

6 Kredit Agunan Deposito (KAD) untuk Badan Usaha dan Usaha Perseorangan

SE No. 023/KRD/RMN. DOR/2004, tanggal 03-12-2004

7 Kredit Agunan Deposito (KAD), Kredit Perorangan dengan Agunan Deposito Milik Perorangan

SE No. 009/KRD/CNB.CLN/2004, tanggal 21-06-2004

8 Kredit Multi Guna Usaha (KMU) SE No. 006/KRD/CMB.PMG/2005, tanggal 31-08-2005

9 Kredit Koperasi Mandiri (KKM) SE No.006/KRD/CMB.PMG/APM.89 B/2007, tanggal 09-01-2007

10 Skim Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan (kopkar) dengan Perusahaan Induk BUMN, BUMD, BHMN instalasi pemerintah pusah/daerah dan perusahaan lanilla yang menjadi nasabah bank mandiri

Surat No. MRB.SBS/916/2007, tanggal 25-06-2007

11 Fasilitas Kredit Kepada Kotraktor di Perusahaan Pertambangan

SE No. 012/KRD/CMB.MID/2004, tanggal 08-07-2004

12 Kredit Modal verja MandiriPlus SE No. 013/KRD/CBG.cpd/2003, tanggal 17-07-2003

13 KMK kepada Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK)

JUklak No. CMB.WPM/983/2007, Tanggal 18-06-2007

14 Kredit Modal Kerja Mandiri e-Biz Card (KMK Mandiri e-Biz Card).

SE No. 024/KRD/CMB.MID/2004, tanggal 16-12-2004

15 Kredit Kepada Perusahaan Modal Ventura Pola Join Finance dan Pola Caneling

Surat No. CMB.SML/080/2004, tanggal 04-02-2004

16 Kredit Talangan Pembayaran Pertamina (KTPP)

Surat No. MRD. SBS/BPD.001/2007, tanggal 16-08-2007

17 Kredit Tempat Usaha Mandiri (KTUM)

ketentuan SE No.

004/KRD/CMB.PMG/2006, tanggal 09-03- 2006

18 Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUK- Mandiri

SE No. 11/KRD/CMB.SML/2004, tanggal 30-06-2004

19 Program Pembiayaan Kepada Kotraktor/Supplier PT. Marga Mandala Sakti (PT.MMS)

Surat No. CMB.WPG/1850/2007, tanggal 25-05-2007

20 Program Pembiayaan Buyer PT. Dell Pantunggal(PT.DPT).

Surat No. CMB.WPG/2032/2007, tanggal 07-06-2007

21 Program Pembiayaan KMK Paramita Usaha PT. Pembangunan Perumahan (PP)

Surat No. CMB.BDS/ALL.165/2005, tanggal 03-02-2005

22 Program Kerjasama Pembiayaan Bank Mandiri dengan Holcim Indonesia

Surat No. CMB.PMG/3430/2006, tanggal 28-11-2006

Kredit Non Program

1 Kredit Investasi (KI) ang digantikan SE No.

009/KRD/CNB.CLN/2004 , tanggal 21-06-2004 & No.

023/KRD/RMN.POR/2004, tanggal 03-12-2004

2 Kredit Modal Kerja (KMK) Idem

Dari jenis-jenis kredit di atas, maka berdasarkan hasil penelitian pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Kantor Cabang Lhokseumawe bahwa jenis kredit yang ada sekarang pada Bank mandiri adalah kredit non program dan terhadap kedua jenis kredit non program tersebut dapat diikat dengan jaminan deposito, karena kredit dengan jaminan deposito tidak dibatasi pengikatannya pada jenis kredit.172

172

Wawacara dengan Bapak Dedy Effendy Aiyub, Jabatan : Relationship Manager (RM), PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Kantor Cabang Lhokseumawe, Tanggal 4 Juli 2008

2. Perjanjian Kredit

a. Pengertian Perjanjian kredit

Perjanjian kredit Bank adalah suatu perjanjian dimana objek perjanjiannya adalah mengenai pinjaman yang diberikan oleh suatu bank kepada seorang debitur. Subjek perjanjian kredit bank adalah pihak bank sendiri dan debitur, sedangkan objek perjanjian kredit bank adalah suatu pinjaman yang diberikan oleh bank kepada debitur.173

Perjanjian kredit bank dilaksanakan berdasarkan atas kesepakatan di antara kedua belah pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagai debitur, yang dilandasi dengan kepercayaan, terutama kepercayaan dari pihak bank sebagai pemberi kredit kepada debitur.

Objek perjanjian kredit bank biasanya memuat besarnya pinjaman yang diberikan, jenis pinjamannya, cara penarikan pinjaman, jangka waktunya, cara pembayaran kembali, suku bunga, syara-syarat yang harus dipenugi oleh debitur dan lainnya. Jadi perjanjian kredit bank adalah suatu perjanjian dimana objek perjanjiannya khusus mengenai pinjaman yang diberikan poleh suatu bank kepada debiturnya dimana suatu bank berhak atas suatu prestasi dan debitur wajib memenuhi prestasi tersebut dan sebaliknya.174

173

Ahmad Anwari, Op. Cit, hal 30 174

Sebagai mana telah di uraikan pada bab terdahulu bahwa perjanjian kredit adalah identik dengan perjanjian pinjam-meminjam dan tunduk kepada ketentuan Bab XIII dari Buku III KUH Perdata.175

Akan tetapi, perjanjian kredit tidak tepat dikuasai oleh ketentuan Bab XIII dari Buku III KUH Perdata, sebab antara perjanjian pinjam-meminjam dengan perjanjian kredit terdapat beberapa perbedaan, yaitu pada hal-hal :

1. Perjanjian kredit selalu bertujuan dan tujuan tersebut biasanya berkaitan dengan program pembangunan; biasanya dalam perjanjian kredit sudah ditentukan penggunaan uang yang akan diterima, sedangkan dalam perjanjian pinjam pakai tidak ada ketentuan tersebut dan debitur dapat menggunakan uang secara bebas.

2 Dalam perjanjian kredit sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank atau lembaga pembiayaan, dan tidak dimungkinkan diberikan oleh individu, sedangkan dalam perjanjian pinjam-meminjam, pemberi pinjaman dapat dilakukan oleh individu.

3. Pengaturan yang berlaku bagi perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian pinjam- meminjam. Pada perjanjian kredit berlaku ketentuan UUD 1945, ketentuan bidang ekonomi dalam GBHN, ketentuan-ketentuan umum KUH Perdata, UU Perbankan, paket Kebijakan Pemerintah dalam Bidang ekonomi terutama bidang perbankan, Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) dan sebagainya, sedangkan

175

Marhainis Abdul, Hay Hukum Perbankan Indonesia, Pradnya Paramita, Bandung, 1975, hal 67

perjanjian pinjam-meminjam tunduk semata-mata pada KUH Perdata Bab III Buku III

4. Pada perjanjian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah telah ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman itu harus disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil, sedangkan dalam perjanjian pinjam-meminjam hanya berupa bunga saja, dan bunga inipun baru ada apabila diperjanjikan.

5. Pada perjanjian kredit, bank harus mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur akan pengembalian kredit yang diformulasikan dalam bentuk jaminan baik materiil maupun immateril, sedangkan pada perjanjian pinjam-meminjam, jaminan merupakan pengaman bagi kepastian pelunasan hutang dan inipun baru ada apabila diperjanjikan, dan jaminan itu hanya merupakan jaminan secara fisik atau materiil saja.176

Senada dengan pendapat di atas, menurut Ibrahim juga ia berpendapat bahwa “ perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjam yang diatur dalam Bab III Buku III KUH Perdata, baik dari pengertian, subjek pemberi kredit, pengaturan, tujuan dan jaminannya”. Akan tetapi dengan perbedaan tersebut tidaklah berarti dapat dilepaskan sama sekali dari akarnya yaitu sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dunia bisnis saat itu.177

176

Djuhaendah, Hasan, Op.Cit, hal 174 177

Johanes, Ibrahim, Cros Default dan cross collateral sebagai upaya penyelesaian kredit bermasalah, Refika Aditama, Bandung, 2004, hal 28

Perjanjian kredit bank dilaksanakan berdasarkan atas kesepakatan diantara kedua belah pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagai debitur, yang dilandasi dengan kepercayaan, terutama kepercayaan dari pihak bank sebagai pemberi kredit kepada debiturnya.

Terjadinya perjanjian kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Terdapat kedua belah pihak serta ada persetujuan pinjam meminjam antar kreditur dan debitur.

2) Mempunyai jangka waktu tertentu.

3) Hak kreditur untuk menuntut dan memperoleh pembayaran serta kewajiban

Dokumen terkait