• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIV/AIDS DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU

III.1 Relawan Sahiva di FISIP USU

III.1.1 Kegiatan Relawan Sahiva dalam memaparkan Informasi HIV/AIDS

Seiring dengan pengembangan dan pelatihan yang dilakukan Sahiva terhadap anggotanya, relawan terutama relawan inti juga memposisikan diri

sebagai wadah informasi dan konseling di kampusnya sendiri maupun di luar kampus, dengan memberikan informasi dan pelayanan di bidang HIV/AIDS dengan menggunakan metode pendidikan sebaya dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).

Sampai saat ini beberapa relawan inti melaksanakan atau memberikan diskusi-diskusi, membicarakan bahaya HIV/AIDS dan cara penanggulangannya atau memberikan bulletin secara cuma-cuma yang di edarkan tiap bulannya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu relawan inti sebagai informan dari Jurusan Imu Kesejahteraan Sosial. Adapun wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

Untuk saat ini, saya hanya baru memberikan informasi lewat

diskusi ataupun brosur dan meyakinkan teman-teman untuk tidak mengucilkan mereka. Dan saya juga sering mengajak teman-teman untuk ikut dalam beberapa kegiatan atau program yang di adakan Sahiva,seperti yang akan diadakan tanggal 28 Febuary ini, akan diadakan donor darah yang bekerjasama dengan PMI untuk mewujudkan program-program kami ”.

Relawan yang lain juga melakukan hal yang sama, sebab mereka mendapatkan pelatihan pendidikan sebaya dimana setiap relawan diharapkan dapat memberikan informasi-informasi tentang bahayanya HIV/AIDS kepada teman-teman mereka dan orang-orang di sekeliling mereka dengan metode pendidikan sebaya dan KIE.

Seperi juga yang diungkapkan oleh salah satu relawan inti sebagai informan. Adapun petikan wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

“ Klu saya sich ngejelasin bahaya HIV/AIDS itu sm temen-temen lewat cerita nyantai gitu, dengan gitu saya kan lebih enak

ngejelasinnya. Dan kadang-kadang saya ngasih bulletin bulanan sama temen-temen dikampus maupun yang ada disekeliling saya”.

Beberapa implikasi dari intensitas hubungan dengan mahasiswa, relawan selalu menggunakan metode pendidikan sebaya dan KIE sesuai dengan yang didapatnya selama pelatihan menjadi relawan.

Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan salah satu relawan inti yang menjadi informan dari Jurusan Komunikasi. Adapun hasil wawancara adalah sebagai berikut :

“ Dalam bergaul dengan teman-teman sebaya, terkadang dengan bergosip saya coba membahas tentang bahaya HIV/AIDS sama temen-temen saya, nah disitulah saya memberikan informasi mengenai HIV/AIDS sesuai dengan pengetahuan yang didapat selama ini ”.

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa kegiatan relawan sahiva dalam memaparkan HIV/AIDS terhadap teman di kampus atau dengan teman sebayanya dengan metode pendidikan sebaya dan KIE dengan cara memberikan diskusi-diskusi ringan dan memberiakan beberapa bulletin yang dikeluarkan tiap bulannya kepada teman-teman dikampus.

III.1.2 Mekanisme Kerja Relawan Sahiva

Dalam proses mensosialisasikan, kepentingan-kepentingan suatu kelompok sosial serta sikap-sikap yang mendukungnya terwujudnya dalam perbedaan dengan mana individu mengindentifikasikan dirinya dalam in group atau out group. In group dan out group dapat dijumpai di semua masyarakat atau sebuah organisasi, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama satu dengan yang lainnya. Dimana relawan tidak hanya memberikan informasi kepada sesama anggota relawan tetapi untuk orang lain juga seperti mahasiswa dan teman sebaya.

Hal ini didukung dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu relawan inti yang menjadi informan. Adapun kutipan wawancara tersebut adalah:

” Lebih mengajak teman-teman untuk ambil bagian dalam kegiatan yang diadakan sahiva, dulu saya ajak teman-teman saya untuk ikut ambil bagian dalam donor darah, tepatnya saya udah lupa soalnya udah lama. Terus saya sering bercerita atau seperti bergosip dengan bahasan tentang HIV/AIDS, dengan cara itu teman-teman saya lebih terbuka dan lebih leluasa dalam membahas tentang HIV/AIDS. Terus, ya sering bagi-bagiin stiker atau pin sama temen-temen di kampus ”.

Organisasi sahiva merupakan pusat informasi HIV/AIDS dikalangan mahasiswa. Adapun mekanisme kerja relawan Sahiva dikalangan mahasiswa khususnya mahasiswa FISIP USU adalah sebagai berikut: relawan dapat secara aktif menjadi pendidik sebaya dengan lingkungannya, menginformasikan bahaya HIV/AIDS di kalangan mahasiswa, mengadakan penyuluhan ke kelompok sasaran, menyediakan brosur-brosur, leaflet, poster, cd, dan berbagai macam alat peraga untuk mempermuda penyampaian pesan bagi mahasiswa baik langsung maupun tidak langsung.

Seperti yang dituturkan oleh salah seorang relawan inti berikut ini ;

“ Saya sering ngajak temen-temen untuk bergabung dalam kegiatan Sahiva dan mengajak mereka lebih peduli dengan bahayanya HIV/AIDS dengan memberikan informasi yang benar tentang bahaya dan apa itu HIV/AIDS. Dan saya sering juga memberikan stiker-stiker atau poster maupun brosur tentang HIV/AIDS kepada teman-teman mahasiswa ”.

Dari hasil wawancara terlihat bahwa mekanisme relawan Sahiva dalam memaparkan HIV/AIDS di kalangan mahasiswa untuk membantu mahasiswa dalam mendapatkan informsi tentang HIV/AIDS secara mendalam dengan menggunakan metode pendidikan sebaya yaitu dengan cara pendekatan dan penyampaian langsung kepada mahasiswa dan KIE (Komunikasi, Informasi dan

Edukasi) yaitu untuk mempermudah penyampaian pesan bagi mahaswiswa baik secara langsung maupun tidak langsung dimana menggunakan alat peraga seperti bulletin, brosur-brosur, poster, metode ini dirasa lebih efektif dan tepat sasaran..

III.1.3 Jangkauan Kerja Relawan

Target utama adalah anak muda dan remaja (14-24 tahun), dan mahasiswa USU khususnya. Meskipun target utama adalah orang muda dan remaja, tetapi Sahiva juga diharapkan dapat diakses oleh masyarakat umum maupun Sivitas Akademika USU. Sahiva sangat menghargai relawan-relawannya sebagai unjung tombak. Upaya untuk mensosialisasikan informasi bahaya HIV/AIDS dikalangan mahasiswa dikampus dan teman sebaya. Salah satunya adalah dengan mendorong relawan agar menorganisasikan diri dalam sebuah ikatan. Relawan diharapkan dapat secara aktif menjadi pendidik sebaya dengan lingkungannya seperti dikampus. Adapun jangkauan kerja relawan dalam mensosialisasikan dan menginformasikan bahaya HIV/AIDS adalah teman dikampus, teman sebaya dan masyarakat yang berada disekeliling relawan yang kurang memahami bahaya HIV/AIDS.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang relawan inti. Adapun wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

“ Target saya sich mahasiswa terus masyarakat yang belum mengetahui dan masyarakat yang kurang jelas tentang HIV/AIDS. Tapi sich intinya, untuk saat ini adalah mahasiswa. Soalnya saya pikir mahasiswa lebih berisiko terpapar atau terinfeksi HIV/AIDS”.

Hal ini didukung dari hasil wawancara penelitian oleh informan lain stambuk 2006. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :

“ Ya terutama temen - temen di kampus terus keluarga, baru masyarakat luas”.

Relawan mensosialisasikan HIV/AIDS lebih kepada teman sebaya dan teman mereka dikampus, dimana menurut mereka lebih tepat sasaran dan mudah untuk mengerti karena mereka menggunakan metode pendidikan sebaya yaitu dengan cara pendekatan dan penyampaian langsung pada kelompok sasaran lebih efektif dan tepat sasaran.

Seperti yang diungkapkan juga oleh salah satu relawan inti. Adapun wawancara adalah :

“ Ya tentu saja mahasiswa, khususnya teman-teman saya baik itu dikampus maupun ditempat saya tingggal. Karena saya pikir saya perlu memberitahu mereka tentang bahaya dari HIV/AIDS itu sendiri “.

Dari hasil penelitian, menyatakan jangkaun kerja para relawan lebih kepada teman sebaya mereka seperti teman dikampus dan teman disekeliling mereka tinggal dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS. Bila mereka rasa sudah cukup terhadap teman sebaya mereka baru mereka keluar atau ke masyarakat luas.

Dokumen terkait