UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
WARUNG SAHIVA SEBAGAI PUSAT
INFORMASI HIV/AIDS DI KALANGAN
MAHASISWA
(Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP - USU Medan)
Oleh:
ENDANG R. SIPAHUTAR
030905009
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR Salam Sejahtera..!
Puji dan syukur yang tidak terhingga dipanjatkan ke hadirat Allah Bapa
yang di Surga atas kasih-Nya yang besar, karunia dan berkat-Nya, sehingga
penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan ini. Sebagai pihak yang berperan
penting dalam kehidupan penulis terutama dalam menyelesaikan masa
perkuliahan dan akhirnya menyiapkan skripsi ini, Tuhan Yesus telah
menunjukkan cinta terbesar-Nya dan mujizat-Nya. Penulis menyadari bahwa
semua ini tidak mampu dilakukan tanpa campur tangan Tuhan dalam hidup
penulis. Semua ini adalah karya Tuhan yang telah dirancang sedemikian
sempurna.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya juga menyapaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, tempat di mana penulis menerima Ilmu
Pengetahuan dan tempat penulis menempah diri menuju pribadi yang
cukup mapan.
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA, selaku Ketua Departemen Antropologi,
yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.
3. Bapak Nurman Ahmad, S.Sos, M.Soc , selaku Dosen Wali yang bersedia
memberika waktu, tenaga dan pengetahuan kepada penulis selama
perkuliahan.
4. Ibu Dra. Sri Emiyanti, Msi , selaku Dosen Pembimbing yang berperan
kesibukan yang banyak, tetapi tetap mampu bertanggung jawab dalam
membimbing anak didiknya dari mulai mengarahkan sampai memberi
sumbangan ide, pemikiran, pengetahuan serta masukan agar penulis
menghasilkan skripsi yang baik.
5. Sekretariat Warung Sahiva, khususnya: Bang Benny (Manajer Program),
Yenni (Kordinator Relawan), Fauzi, Ayu dan Relawan-relawan Sahiva
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Dengan penuh
semangat dan keramahan membantu memberikan informasi yang
dibutuhkan. Terima kasih untuk waktu, kesedian dan keramahan dalam
membantu penulis. Karena itu semua, penulis mampu menyelesaikan
skripsi dengan baik.
6. Terkhusus kepada kedua Orang Tua penulis, buat Ayahanda A.P Sipahutar
dan Ibunda I.B Pardosi yang tidak henti-hentinya mengingatkan, menegur
dan memberikan semangat bagi penulis agar segera menyelesaikan skripsi,
memberikan materil yang tak ternilai harganya dalam penyusunan skripsi,
memberikan materil yang tak ternilai harganya dalam penyusunan skripsi
dan juga memiliki kasih saying yang besar sehingga mampu membesarkan
dan mendidik penulis hingga bisa sampai tahap sekarang ini.
7. Kakanda-kakanda penulis: Monang Anton SE, Robert S SH, Ully Sigar
SH, Ezer Weisman ST dan kakak ipar penulis Gresya Amd, Paul B SH
serta keponakan penulis Putri dan Arjun. Terima kasih atas kasih sayang,
semangat dan dorongannya. Penulis merasa bersyukur memiliki keluarga
8. Keluarga-keluarga penulis: Opung, Tulang, Nantulang, Bapauda,
Inanguda, Tante dan adik penulis.
9. Komunitas Antropologi seluruhnya, dimana selama bersama-sama
menjalani perkuliahan telah memberikan dukungan dan kesan-kesan yang
menyenangkan dan tak terlupakan. Khususnya kepada teman-teman
terdekat yang telah berbagi pengetahuan, pengalaman, semangat, yaitu:
Kak Nanda, Kak Rina, Kak Ika, Kak Triono Eci, Anis, Ade, Luna, Boy,
Abeb, Abu, Ikwan, Syahputra, Sky, Siwa, Yetty, Putri, Corry.
10.Sahabat-sahabat terbaik: Ami, Kiki, Grace dan untuk Enda yang dengan
keikhlasan dan kesabaran menemani penulis dari awal penyusunan skripsi
sampai pada tahap akhir.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadari tidak luput dari kekurangan,
namun segala hal dan masukan dan sarana-sarana dari segenap pihak yang dapat
membantu akan penulis perhatikan. Demikian yang bisa penulis sampaikan dan
semoga skripsi ini kelak bisa berguna untuk berbagai pihak.
Terima Kasih! Tuhan Memberkati.
Medan, April 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I. PENDAHULUAN I.1LatarBelakang ... 1
I.2 Rumusan Masalah ... 10
I.3 Tujuan Penelitian ... 11
I.4 Manfaat Penelitian ... 11
I.5 Lokasi Penelitian ... 12
I.6 Kajian Pustaka ... 12
I.7 Metode Penelitian... 20
I.7.1 Penentuan Informan ... 21
I.7.2 Teknik Observasi ... 21
I.7.3 Teknik Wawancara ... 22
1.8 Analisis Data ... 23
BAB II. GAMBARAN UMUM PUSAT INFORMASI WARUNG SAHIVA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) II.1 Sejarah Berdirinya Pusat Informasi Sahiva di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU) ... 25
II.2 Visi dan Misi Warung Sahiva ... 26
II.3 Tujuan Warung Sahiva ... 26
II.4 Struktur Kelembagaan ... 27
II.4.1 Profesi ... 27
III.3 Sikap Mahasiswa FISIP USU Terhadap Bahaya
HIV/AIDS ... 51
BAB IV. PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) TERHADAP KEBERADAAN SAHIVA IV.1 Kebutuhan Mahasiswa FISIP Terhadap Informasi HIV/AIDS ... 53
IV.2 Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Yang Di Gunakan Sahiva ... 55
IV.2.1 Pendidikan Sebaya ... 55
IV.2.2 Pendekatan KIE ... 58
IV.3 Persepsi Mahasiswa Terhadap Kinerja Sahiva ... 59
BAB V. KESIMPULAN Kesimpulan ... 61
ABSTRAK
Endang 2008, judul “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU Medan)”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 63 halaman, 6 gambar, 12 daftar pustaka ditambah 2 sumber lain yang berasal dari internet dan beberapa lampiran daftar pertanyaan (matrik interview guide), daftar informan, dokumentasi dan lampiran surat penelitian.
Penelitian ini mengkaji tentang “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan dengan teknik observasi non partisipasi dan observasi sepintas lalu, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, menggambarkan serta menganalisa Warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa yaitu mahasiswa FISIP-USU. Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk membantu orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan mengenai seks dan HIV/AIDS
Bagi sebagian mahasiswa menjadikan sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS bagi dirinya karena mereka merasa perlu mengetahui informasi HIV/AIDS dan mereka telah mendapatkannya dari Sahiva. Tetapi bagi sebagian mahasiswa pada umumnya sudah mengetahui HIV/AIDS bukan hanya dari Sahiva saja. Mahasiswa juga mendapatkan informasi HIV/AIDS dari luar seperti televisi, radio ataupun yang lainnya yang memberikan informasi HIV/AIDS. Sebagian mahasiswa merasa kegiatan dalam memberikan informasi HIV/AIDS yang diberikan oleh Sahiva belum sepenuhnya mereka dapatkan. Untuk warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa digunakan teori besar proses sosialisasi Ahmadi dan beberapa teori pendukung lainnya untuk menjelaskan proses sosialisasi tersebut.
ABSTRAK
Endang 2008, judul “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU Medan)”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 63 halaman, 6 gambar, 12 daftar pustaka ditambah 2 sumber lain yang berasal dari internet dan beberapa lampiran daftar pertanyaan (matrik interview guide), daftar informan, dokumentasi dan lampiran surat penelitian.
Penelitian ini mengkaji tentang “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan dengan teknik observasi non partisipasi dan observasi sepintas lalu, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, menggambarkan serta menganalisa Warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa yaitu mahasiswa FISIP-USU. Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk membantu orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan mengenai seks dan HIV/AIDS
Bagi sebagian mahasiswa menjadikan sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS bagi dirinya karena mereka merasa perlu mengetahui informasi HIV/AIDS dan mereka telah mendapatkannya dari Sahiva. Tetapi bagi sebagian mahasiswa pada umumnya sudah mengetahui HIV/AIDS bukan hanya dari Sahiva saja. Mahasiswa juga mendapatkan informasi HIV/AIDS dari luar seperti televisi, radio ataupun yang lainnya yang memberikan informasi HIV/AIDS. Sebagian mahasiswa merasa kegiatan dalam memberikan informasi HIV/AIDS yang diberikan oleh Sahiva belum sepenuhnya mereka dapatkan. Untuk warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa digunakan teori besar proses sosialisasi Ahmadi dan beberapa teori pendukung lainnya untuk menjelaskan proses sosialisasi tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam suatu kelompok
masyarakat. Dan agar manusia itu dapat mempertahankan keberadaannya di
tengah kelompok, maka ia harus menyesuaikan diri terhadap ketentuan-ketentuan
yang berlaku di dalam kelompok masyarakatnya.
Salah satu proses belajar yang harus dilalui oleh setiap individu untuk
dapat memahami keadaan sistem sosialnya dan berperilaku sebagaimana warga
masyarakat lainnya adalah dengan cara bersosialisasi.
Melalui sosialisasi seorang individu mempelajari pola-pola tingkah laku
dari pergaulan atau interaksinya dengan individu-individu lain yang menduduki
berbagai peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat, 1980 :
243). Dengan demikian boleh dikatakan bahwa sosialisasi dapat terjadi pada
setiap lingkungan sosial manusia, dari tingkat yang paling sederhana yaitu
keluarga dan kelompok kekerabatan sampai dengan tingkat yang lebih kompleks
seperti pada lingkungan kampus atau kelompok sebaya.
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kebudayaan. Kebudayaan
adalah seluruh sistem pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang
digunakannya untuk menginterprestasikan dan memahami lingkungan yang
dihadapinya serta untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan
Proses sosialisasi merupakan proses dimana seorang individu belajar
pola-pola tindakan dalam hubungan pergaulan dengan segala macam individu
sekelilingnya, yang menduduki beraneka macam peranan sosial dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar
kebudayaan dalam hal ini penempatan individunya kedalam sistem sosialnya.
Juga melalui sosialisasi seseorang berangsur-angsur mengenal
persyaratan-persyaratan atau tuntutan hidup dilingkungan budayanya. Sosialisasi dilaksanakan
dengan berbagai cara yang berbeda oleh sejumlah orang dan dalam konteks sosial.
Setiap kelompok masyarakat memiliki tata aturan, tata nilai, dan
norma-norma yang berlaku. Hal mana telah terkonsensus dan menjadi acuan bagi setiap
tata kelakuan individu pendukung dari kebudayaan kelompoknya. Proses
mempelajari kebudayaan kelompok ini berlangsung terus menerus sepanjang
kehidupan manusia, dari sepanjang kehidupan manusia masa kini, dan dari
generasi ke generasi.
Kodrat manusia hidup di dunia selalu bersama-sama dengan jenis atau
kelompoknya. Kehidupan bersama-sama manusia menjadi satu keharusan sebab
manusia mempunyai kebutuhan hidup yang tidak mungkin dapat dipenuhi
srluruhnya tanpa ada bantuan dari orang lain. Wujud nyata dari suatu kehidupan
bersama ini dapat berupa kelompok, institusi ataupun dalam bentuk lembaga.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa orang-orang yang ingin
bergabung dalam suatu organisasi adalah orang-orang yang aktif bukan yang
pasif, terutama organisasi yang terbentuk sebagai pemberi informasi, karena jika
orang tersebut pasif, dia tidak akan mampu bergaul dengan baik didalam
juga tidak akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga dia tidak
akan mampu memberikan informasi yang aktual dan bersosialisasi dengan baik
dengan sekitarnya.
Adapun HIV (Human Immuno Deficiency Virus) merupakan sejenis
parasit obligat yang dapat hidup di dalam cairan media hidup. HIV hidup dan
berkembang dalam sel darah putih manusia dan akan ada pada cairan yang
mengandung sel darah putih, seperti: darah, cairan sperma, cairan vagina,
sum-sum tulang belakang dan lain-lain. Maka penularan HIV terjadi dikarenakan :
hubungan sex yang berganti-gantian pasangan, jarum suntik, transfusi darah, ibu
hamil yang terkena AIDS pada bayinya. Tertular HIV disebut masa jendela,
dimana dilakukan tes darah dan di dalam darah terdapat positif HIV. Setelah itu
akan berlanjut ke masa tanpa gejala yakni 5-7 tahun. Pada masa ini penderita
tampak sehat dan tidak ada gejala yang tampak. Lalu berlanjut ke AIDS, penderita
mulai tampak gejala AIDS dan penderita bertahan 6 bulan sampai 2 tahun dan
kemudian akan meninggal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah sindroma atau kumpulan gejala menurunkan kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV.
HIV/AIDS pertama sekali ditemukan oleh ahli kesehatan di Kota Los
Angeles, Amerika Serikat, pada tahun 1981, saat melakukan penelitian terhadap
empat mahasiswa (pemuda). Dalam tubuh empat pemuda tersebut ditemukan
penyakit peneumonia (Pneumonic Carini) yang disertai dengan penurunan
kekebalan tubuh (imunitas). Dari hasil penelitian tersebut, para ahli kesehatan
menemukan jalan untuk penemuan penyakit AIDS. Sedangkan virus HIV
Perancis. Setahun setelah penelitian Lug, ahli mikribiologi asal Amerika Serikat
yakni Robert Gallo menemukan HIV.
Pada 15 April tahun 1987 kasus HIV/AIDS ditemukan di Indonesia yakni
seorang turis asal Belanda (Edward Hop, 44). Ia meninggal di Rumah Sakit
Sanglah, Bali. Sampai dengan tanggal 31 April 2007 jumlah kasus AIDS di
Indonesia adalh 8988 orang. Penderita HIV+ sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS
terdapat di 32 provinsi dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah,
Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS
adalah sebanyak 1994 orang.
Sedangkan di Sumatera Utara data yang diperoleh dari sejak tahun
1994-2007 January lebih banyak warga Negara Indonesia dibandingkan warga Negara
asing. Dimana WNI (Warga Negara Indonesia) yang mengidap HIV adalah 25
orang, yang mengidap AIDS adalah 1 orang, dengan total 26 orang. Dimana total
yang mengidap HIV WNI dan WNA adalah 470 orang dan untuk yang mengidap
AIDS pada WNI dan WNA adalah 331 orang. Dan sebanyak 80 orang meninggal
akibat AIDS.
Di Indonesia, pada tahun 2001 menteri kesehatan menyatakan bahwa
penduduk Indonesia yang terinveksi HIV/AIDS diperkirakan 80 ribu sampai 120
ribu orang. Perkiraan tersebut dibuat berdasarkan estimasi jumlah pemakai
narkoba satu juta orang, sekitar 60% diantaranya menggunakan jarum suntik
bergantian dan 15% terinfeksi HIV. Pada saat itu diperkirakan bahwa pada akhir
tahun 2003 jumlah yang terkena HIV akan bertambah 2 kali lipat. Sedangkan
tahun 1987 sampai akhir Maret 2003 dicatat sebanyak 3.614 orang, 332 korban
diantaranya meninggal dunia. Khusus untuk tahun 2003, kasus HIV/AIDS yang
terungkap mencapai 46 kasus dengan rincian 4 korban terindikasi HIV dan 42
positif mengidap AIDS yang kasusnya tertinggi di Jakarta, kemudian Yogyakarta
(10), Sulawesi Utara (5), Bali(4). Artinya epidemi HIV/AIDS yang nampak di
depan mata hanya merupakan puncak dari gunung es yang ada dipermukaan air.
Bahkan Departemen Kesehatan menyatakan bahwa kecenderungan epidemic
concentrate level HIV/AIDS di beberapa daerah di Indonesia telah sampai pada
lampu merah. Laporan Unicef, Unaids dan WHO pada tahun 2002 menyebutkan
bahwa hampir semua infeksi HIV di Eropa Timur dan Asia Tengah terkait dengan
narkoba suntik. Di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, epidemi
terjadi pada pengguna narkoba suntik dan pekerja seks dengan mayoritas umur
dibawah 25 tahun. Selama kurun waktu 12 tahun sejak kasus HIV ditemukan di
Indonesia pada 1987, hanya terdapat 6 kasus HIV dikalangan IDU (injecting drug
user). Peningkatan yang sangat pesat terjadi setelah itu. Pada tahun 1999, tercatat
sebanyak 300 kasus HIV dikalangan IDU. Angka-angka tersebut menunjukkan
bahwa permasalahn IDU di Indonesia sudah saatnya dicermati karena ini dapat
menyebabkan ledakan untuk penularan HIV. Data menunjukkan bahwa kelompok
umur 15-24 tahun merupakan 29,8% dari2.649 orang pengidap virus HIV/AIDS
di Indonesia.
Gaya hidup (lifestyle) anak anak muda sekarang juga mempunyai
kontribusi terhadap munculnya HIV/AIDS. Contohnya , mereka (terutama remaja
cowok) bangga memiliki tato atau menindik bagian-bagian tubuhnya. Mereka
menyadari bahwa jarum yang digunakan untuk menato atau menindik tubuh
mereka itu menjadi medium penularan HIV/AIDS. Pada dekade 1990-an faktor
seks bebas menjadi penyebab utama penyakit mematikan tersebut. Minimnya
informasi dan pengetahuan remaja soal bahaya HIV/AIDS, mulai penyebab
hingga pencegahannya, menjadi faktor kesalahan dalam pergaulan. Namun, faktor
penyebab itu bergeser ke penggunaan jarum suntik intrevenous drugs user (IDU)
atau narkoba (putaw). Mereka tidak menyadari bahwa akumulasi penggunaan
IDU bisa berujung pada penyakit yang mematikan itu. Dari hasil pemeriksaan
terhadap para penderita, penyebab terbesar kasus HIV/AIDS diketahui karena
penggunaan IDU.
Karena itu, kata Esti konsentrasi KPAD untuk mencegah virus HIV/AIDS
saat ini terfokus ke anak-anak muda (remaja). Sebab, merekalah yang menjadi
sasaran empuk HIV yang ditularkan melalui jarum-jarum suntik narkoba atau
hubungan seks bebas. Mereka dihadapkan pada suasana pergaulan tak terkontrol
di luar rumah yang begitu bebas.1
Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di
kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang
menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk
membantu orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan mengenai seks dan
HIV/AIDS. Dalam hal ini organisasi warung sahiva harus memiliki pengetahuan
yang lebih mengenai HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan seks, agar mampu
menjelaskan kepada orang-orang yang ingin tahu. Karena tujuan dari warung
anak muda tentang kesehatan Reproduksi, Infeksi Menular Seksual (IMS),
HIV/AIDS dan Napza terutama cara pencegahan dan penanggulangannya, maka
orang-orang yang terlibat atau bergabung dalam warung sahiva ini harus aktif
dalam pergaulannya, agar terwujud tujuan warung sahiva tersebut.
Adapun justifikasi awal dikembangkannya pusat informasi dan konseling
di kanpus Universitas Sumatera Utara adalah :
• Adanya kebutuhan informasi HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi dan
Napza.
• Adanya kecenderungan meningkatkan perilaku berisiko ( seks bebas dan
menggunakan narkoba ) di kalangan mahasiswa.
• Sudah adanya wadah Bimbingan dan Konsultasi Mahasiswa yang
memang berfungsi membantu mahasiswa yang bermasalah dalam proses
belajar.
• Adanya tenaga-tenaga yang dapat mengembangkan Pusat Informasi dan
Konseling HIV/AIDS terutama dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kesehatan Masyarakat (http:/
Pengembangan warung Sahiva sebagai pusat informasi dan konseling
merupakan salah satu upaya mempercepat keberhasilan tujuan program
penanggulangan HIV/AIDS yang telah digariskan secara nasional. Ketidaktahuan
menyebabkan ketakutan yang berlebihan. Tidak mengetahui cara penularan yang
benar, menyebabkan orang takut untuk melakukan untuk melakukan kontak sosial
biasa (berbicara, salaman dan sebagainnya) dengan Odha (orang dengan
Pada dasarnya rasa ingin tahu para remaja terhadap HIV/AIDS cukup
besar terbukti dari banyaknya peserta yang mengikuti seminar-seminar mengenai
HIV/AIDS yang dilakukan dan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan. Namun, hal itu hanya berhenti sampai di situ karena kurangnya
wadah yang dapat menampung “ rasa keingintahuan “ ini. Dibutuhkan suatu
wadah yang dapat memberikan pelayanan secara berkesinambungan,
komprehensif dan profesional.
Sejalan dengan meningkatnya kasus HIV (+), dalam waktu yang tidak
lama tentunya harus diantisipasi meningkatnya kasus AIDS, yang pada saatnya
memerlukan perawatan, dukungan dan pengobatan. Menurut AIDS Epidemic
Updated 2004, kendala terbesar dalam penanggulangan AIDS di banyak negara
termasuk Indonesia adalah kurangnya sumber daya dan kepemimpinan politik
untuk segera meningkatkan skala penanggulangannya. Adapun infeksi HIV tidak
semata-mata disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan cara-cara
pencegahan HIV. Sering kali infeksi HIV terjadi karena tidak memiliki kekuatan
ekonomi dan sosial untuk melindungi diri mereka.
Kampus Universitas merupakan tempat atau wadah bagi berbagai kegiatan
mahasiswa mulai dari kuliah sampai dengan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan dikembangkannya wadah informasi dan konseling di dalam kampus
tentunya akan sangat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap
HIV/AIDS, IMS, dan Reproduksi Sehat.
Dalam Warung Sahiva ini terdapat mahasiswa-mahasiswa USU yang
terlibat dan bergabung dalam lembaga-lembaga ini. Jadi, bukan hanya
terlibat dalam lembaga ini tentunya masih bergaul di lingkungan kampus atau
mahasiswa-mahasiswa lainnya yang tidak terlibat dalam lembaga ini. Adapun
pola penyampaian dan pendekatan yang di gunakan adalah metode pendidikan
sebaya (peer education method). Karena dianggap lebih efektif dan sesuai dengan
kelompok sasaran. Meskipun ditujukan terutama kepada anak muda/ mahasiswa.
Penyebaran informasi yang dilakukan sahiva diharapkan juga dapat meningkatkan
wawasan peduli AIDS dan Napza di kalangan Sivitas Akademik USU.
Efektifnya pola penyampaian dan pendekatan dengan metode pendidikan
sebaya sebagai penyebaran informasi sahiva kepada mahasiswa sebagai sasaran
utama maka mahasiswa-mahasiswa yang bergabung dalam warung sahiva ini
harus bersosialisasi dengan baik dilingkungan sekitarnya terutama dilingkungan
kampus FISIP USU.
Minimnya informasi yang benar tentang Kesehatan Reproduksi,
HIV/AIDS dan Napza di kalangan remaja dan anak muda di kampus sangat
mengkhwatirkan karena menimbulkan rasa aman yang semu. Seringkali mereka
merasa bahwa mereka ( remaja / anak muda ) cukup aman dan tidak mungkin
tertular HIV ataupun Infeksi Menular Seksual. HIV/AIDS dan IMS masih
dianggap sesuatu yang menjadi “ milik “ kelompok pekerja seks, orang yang suka
‘ jajan ‘, maupun kelompok homoseksual.
Oleh sebab itu, sudah saatnya perlu dilakukan upaya perlindungan,
pencegahan, dan penanggulangan HIV/AIDS ke arah kelompok ini secara lebih
intensif dan komprehensif, salah satunya dengan mengembangkan warung sahiva
dikampus Universitas Sumatera Utara secara khusus lembaga ini mengembangkan
remaja, melakukan pelatihan-pelatihan, temu-temu diskusi, seminar, lokakarya,
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ikut membuka stand / meja informasi di setiap
kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini, baik institusi pemerintahan maupun
swasta, didalam maupun diluar kampus. Secara rutin mengelar lesehan / tikar
informasi di dalam kampus.
Karena keminimannya informasi yang benar tentang Kesehatan
Reproduksi, HIV/AIDS dan Napza dikalangan mahasaiswa/i di kampus
khususnya mahasiswa/i FISIP USU maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih
dalam bagaimana sesungguhnya sosialisasi Sahiva dan sejauh mana Sahiva
memberi kontribusi dalam peningkatan pengetahuan & pemahaman tentang
kesehatan reproduksi dikalangan mahasiswa/i FISIP USU.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah berikut uraian-uraian yang telah
dikemukakan diatas, penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan agar
lebih mengarah pada penelitian yang dimaksud, yaitu :
1. Bagaimana sesungguhnya proses sosialisasi Sahiva dikalangan mahasiswa
FISIP USU ?
2. Sejauh mana Sahiva memberi kontribusi dalam peningkatan dan
pemahaman anak muda khususnya mahasiswa tentang kesehatan
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi Sahiva dikalangan
mahasiswa FISIP USU.
2. Untuk mengetahui bagaimana metode pendidikan sebaya yang digunakan
oleh Sahiva
3. Untuk mengetahui sejauh mana Sahiva memberi kontribusi dalam
peningkatan dan pengetahuan anak muda khususnya mahasiswa tentang
kesehatan reproduksi.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian yang didapat berguna sebagai bahan bacaan untuk
informasi pengembangan ilmu pengetahuan tentang HIV/AIDS di
masyarakat khususnya dikalangan anak muda.
2. Hasil penelitian yang didapat berguna sebagai bahan referensi untuk
informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi para instansi-instansi
pemerintahan, lembaga formal maupun non formal (sekolah/akademik).
3. Hasil penelitian yang didapat berguna sebagai bahan bacaan untuk
informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat khususnya
anak muda yang peduli akan HIV/AIDS.
4. Menambah dan meningkatkan kemampuan serta wawasan penulis
mengenai “Sosialisasi Sahiva”, serta melatih kemampuan dan
5. Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang
bermutu.
I.5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) yang merupakan salah satu fakultas dari Universitas Sumatera Utara
(USU). Fakultas ini terletak di jalan Prof. Dr. Sofyan No. 1, Kampus USU Medan.
Alasan mengapa peneliti memilih lokasi ini karena posisi peneliti
merupakan mahasiswa di kampus FISIP USU, sehingga peneliti diharapkan akan
dengan mudah menjangkau lebih banyak infoman dimana informan tersebut
merupakan teman-teman peneliti sendiri selama diperkuliahan untuk dapat
diwawancarai ataupun mewawancarai informan yang belum dikenal melalui
perantara informan yang telah dikenal. Dan peneliti ingin mengetahui dan melihat
bagaimana sesungguhnya sosialisasi Sahiva dikalangan mahasiswa FISIP USU,
dimana dalam hal ini sebenarnya informan terlepas dari posisi sebagai seorang
mahasiswa.
I.6. Tinjauan Pustaka
Tujuan praktis dari pembinaan generasi muda adalah mengantarkan para
pemuda (generasi muda) untuk memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya
dalam pengembangan diri pribadi dan sosial mereka dalam rangka memenuhi
kebutuhan mereka. Pengembangan yang dimaksud sebagai persiapan bagi masa
Pembinaan pemudan (generasi pemuda) tidak hanya dari segi pengetahuan
dan keterampilan saja tetapi juga bersifat mental dan rohani. Untuk memperoleh
kepandaian, kesadaran, ambisi dan aspirasi agar mereka menjadi orang pragmatis
dan konstruktif, hanya dapat dimungkinkan apabila mereka dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai sehingga mereka dapat dikembangkan dan
mengembangkan diri.
Pendidikan sebaya adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi
yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu
kelompok. Ini dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa,
sesama rekan kerja, sesama profesi, jenis kelamin. Kegiatan sebaya dipandang
sangat efektif dalam rangka KIE penanggulangan HIV/AIDS, karena penjelasan
yang diberikan oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan mudah dipahami.
Kampus Universitas merupakan tempat atau wadah bagi berbagai kegiatan
mahasiswa mulai dari kuliah samapai dengan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler.
Dengan dikembangkannya wadah informasi dan konseling di dalam kampus
tentunya akan sangat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap
HIV/AIDS, IMS, dan Reproduksi Sehat. Dalam perjalanannya, berbagai masukan
langsung yang datang dari relawan melalui proses pendekatan sebaya
menunjukkan bahwa kebutuhan informasi yang lebih mendalam sangat
dibutuhkan.
Sosialisasi adalah proses dimana seorang individu belajar pola-pola
tindakan dalam hubungan dengan segala macam individu disekelilingnya yang
menduduki beraneka macam peranan sosial dalam hidupnya sehari-hari. Sehingga
prosese belajar tentang kebudayan dalam hubungannya dengan sistem sosialnya
(Koentjaraningrat, 1986 : 229).
Manusia dibekali oleh alam dengan akal budi untuk berfikir dan berkarya.
Dengan adanya kesadaran akan eksistensi diri serta kemampuannya, dia berusaha
memberikan bentuk baru atau bentuk lain yang lebih baik terhadap
lingkungannya. Ralph Linton (1980 : 135) menyatakan bahwa setiap lingkungan
suatu masyarakat menerangkan pola-pola yang mengatur bagaimana seharusnya
individu bertingkah laku. Dalam pola-pola pergaulan, seorang individu harus
menyesuaikan tingkah lakunya dengan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan
sosialnya.
Sehubungan dengan masalah sosialisasi maka kebudayan sebagai alat
adopsi manusia terhadap lingkungannya, ditransmisikan dari generasi tua ke
generasi muda dalam masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dalam proses
sosialisasi ini, pola-pola baku yang telah ada dalam kebudayaan sebagai alat
adopsi mendapat persambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini
disebabkan karena proses sosialisasi itu tidak pernah selesai seratus persen tanpa
kemajuan kearah yang lebih baik. Sosialisasi dapat diukur menurut tingkatan
pengetahuan serta pengertian si individu tentang kebudayaan.
Dalam proses sosialisasi itu individu mengadopsi kebiasaan-kebiasaan,
sikap dan ide-ide dari orang lain dan menyusun kembali sebagai suatu sistem
dalam diri pribadinya (Ahmadi, 1991 : 154). Pengadopsian kebiasan sikap dan
ide-ide tersebut hanya terjadi melalui proses belajar mengenai hal-hal yang akan
di adopsi tersebut atau dengan kata lain sikap dan kebiasan individu dalam
Disamping itu terdapat juga proses sosialisasi yang dialami oleh
masyarakat yaitu sosialisasi partisipatoris dan sosialisasi represif. Sosilaisasi
partisipatoris merupakan sosialialisasi yang didapat dari masyarakat. Bukan
karena dipelajari tetapi oleh karena masyarakat itu sendiri yang mengalami dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masyarakat mengalami kehidupannya maka
masyarakat tersebut dengan sendirinya akan mengalami proses sosialisasi ini
karena setiap harinya diperhadapakan dengan kehidupan masyarakat tersebut.
Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang dipaksakan kepada seseorang atau
sekelompok orang karena tidak merasakan adanya kebebasan dalam bertindak.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau
nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat.
Menurut tahapannya, sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap :
1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu
semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. Dalam
tahap proses ini sosialisasi primer membentuk kepribadian anak
kedalam dunia umum, dan keluargalah yang berperan sebagai agen
sosialisasi.
2. Sosialisasi sekunder, didefenisikan sebagai proses berikutnya yang
memperkenalkan individu yang telah di sosialisasikan kedalam sektor
baru dari dunia objektif masyarakatnya.
Untuk penelitian ini, sosialisasi sekunder merupakan pokok permasalahan
yang akan dibahas, karena proses sosialisasi yang dipentingkan dalam karya
ilmiah ini. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada tujuan terwujudnya
agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjan dan
lingkungan yang lebih luas dari keluarga.
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok
bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang
disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain.
Apa yang diajarkan kelurga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan
dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, disekolah
anak-anak diajarkan untuk merokok, meminum-minuman keras dan menggunakan
obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari
teman-teman sebaya atau media massa.
Sosialisasi dapat berjalan karena ada agen atau perantara penyampai
sosialisasi tersebut. Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang
individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar
terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Dikarenakan
banyaknya kebiasaan didalam masyarakat yang harus dikuasai oleh seorang
individu, maka agen sosialisasi juga mempunyai banyak bentuk dan varian.
Proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu, melalui proses
belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir
dari kelompok tersebut lebih lanjut (Verbriarto, dalam Khairuddin, 1998 : 63)
menyimpulkan bahwa sosialisasi :
1. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan
nama individu menahan, mengubah implus-implus dalam dirinya dan
2. Dalam proses sosialisasi itu, individu mempelajari kebiasan, ide-ide,
pola-pola, nilai-nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana ia
hidup.
3. Semua sikap dalam kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi
itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam
kepribadiannya.
Dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah :
1. Belajar (Learning)
Menurut Morgan T. C, 1985, belajar adalah sebagai suatu
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat
dari pengalaman yang lalu. Sedangkan menurut Woodworth R. S,
1985, “ belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, dalam
sesuatu yang baru ini dicamkan (artinya dimasukkan dalam fungsi
ingatan) oleh individu yang ditampilkan kembali dalam
lingkungan“.
2. Penyesuaian diri dengan lingkungan
Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat,
individu tidak dapat begitu saja untuk melakukan tindakan yang
dianggap sesuai dengan dirinya, karena individu tersebut
mempunyai lingkungan di luar dirinya, baik lingkungan fisik
maupun, lingkungan sosial. Dimana lingkungan ini mempunyai
aturan dan norma-norma yang membatasi tingkah laku individu
3. Pengalaman mental
Pengalaman seorang akan membentuk suatu sikap pada diri
seseorang, dimana didahului oleh sikap terbentuknya suatu
kebiasaan yang menimbulkan relasi yang sama (Khairuddin, 1985 :
79-83).
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang
disampaikan oleh agen-agen yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak
bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi di
masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena
dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui
seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut (George Herbert
Mead, 2000) :
• Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk
memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh; kata “makan”
yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”.
Makna kata tersebut juga belum dipahami betul oleh anak, lama kelamaan
anak akan memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan
• Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan
peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini dimulai
terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang
dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak.
Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang telah mulai berbentuk. Sebagian dari
orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap
norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang
yang amat berarti (significant other).
• Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh
peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan
bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi
semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.
Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarga secara bertahap juga mulai
• Tahap peneriman norma kolektif (generalized Stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata
lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa
menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan
dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam
arti sepenuhnya.
Proses sosialisasi seseorang dapat menerima dan juga dapat menolak
sosialisasi tergantung pada apa yang di sosialisasikan serta cara
mensosialisasikannya. Orang-orang yang di sosialisasikan dapat bersifat aktif
ataupun pasif tergantung seberapa jauh keterlibatan mereka pada orang yang
mensosialisasikannya.
I.7. Metode Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha mengumpulkan data
kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan
permasalahan yang akan dibahas nantinya. Untuk mencapai sasaran yang akan
dituju yang mendeskrifikan bagaimana Warung Sahiva sebagai pusat informasi
HIV/AIDS di kalangan mahasiswa, maka dilakukan pengumpulan data. Untuk
memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis akan menggunakan teknik
I.7.1. Penentuan Informan
Sebelum melakukan wawancara mendalam maka terlebih dhulu mencari
beberapa informan sebagai sumber data, adapun wawancara yang dilakukan yaitu
mewawancarai orang yang berperan serta dalam lokasi penelitian tersebut yaitu
berupa pengurus Sahiva, anggota dan lain-lain. Si peneliti menggunakan teknik
snowball dalam penentuan informan terutama informan kunci.
Setelah mendapatkan informasi dari pengurus Sahiva, maka dilanjutkan
wawancara dengan orang yang lebih merasakan sejauh mana Sahiva sebagai pusat
informasi HIV/AIDS yaitu berupa anggota-anggota Sahiva serta orang yang
berada dilingkungan Sahiva.
Untuk memperkuat data yang diinginkan di dalam penelitian ini, maka
wawancara ini juga tidak dibatasi kepada orang-orang tertentu saja tetapi
melainkan juga ditambah dengan cara mewawancarai beberapa orang mahasiswa
yng berada di lokasi penelitian.
I.7.2. Teknik Observasi
Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran
penuh mengenai Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS dikalangan
mahasiswa (studi kasus pada mahasiswa FISIP-USU Medan). Dalam hal
mengobservasi ini maka si peneliti menggunakan dua macam teknik observasi
yaitu :
a. Observasi non partisipasi
Dalam melakukan observasi non partisipasi ini si peneliti mengamati
dikalangan mahsiswa. Juga melihat kontribusi sahiva dalam peningkatan dan
pemahaman mahasiswa tentang kesehatan reproduksi.
b. Observasi sepintas lalu
Observasi biasa ini dilakukan si peneliti untuk memperkuat data yang telah
dapat dari hasil wawancara dan hal ini bisa dilakukan kapan saja ketika si peneliti
berada pada lokasi penelitian.
I.7.3. Teknik Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban, seperti
ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:226), antara lain : mengkontruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian
dan lain-lain kebulatan. Mengkontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai
yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatn-kebulatan sebagai yang
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; mengverifikasi,
mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik
manusia maupun tidak manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan
memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh si peneliti (Lexy J. Moleong,
2005:186).
Adapun dalam pengumpulan data si peneliti menggunakan beberapa
teknik wawancara untuk mendapatkan data dari informan. Wawancara mendalam
(dept interview) dalam penelitian ini wawancra mendalam (dept interview)
HIV/AIDS dikalangan mahasiswa dengan berpedoman kepada interview quide
sebagai acuan dalam wawancara. Pada kejadian dilapangan, untuk wawancara
mendalam ini peneliti membuat perjanjian dengan informan dalam waktu yang
tepat untuk di wawancarai. Tetapi kadang-kadang yang menjadi kendala adalah
ketika si peneliti membuat perjanjian dengan informan yang berada kota tempat
peneliti melakukan penelitian adalah kesulitan didalam menepati janji
dikarenakan waktu.
Wawancara tak berstruktur, wawancara ini dilakukan tanpa persiapan
terlebih dahulu dan biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan
si informan. Dalam pengumpulan data dilapangan wawancara tak berstruktur ini
banyak dilakukan terhadap informan biasa yang sedang berada dilingkungan
kampus si peneliti. Kedua wawancara diatas tadi akan di dukung pula oleh
alat-alat pengumpulan data lainnya seperti, tape recorder, dan kamera sebagai
dokumentasi.
Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan peneliti juga mencari
data kepustakaan. Data kepustakaan itu dapat berupa buku-buku, majalah, surat
kabar dan tulisan-tulisan lainnya, yang dipilah-pilah untuk kemudian diambil
sesuai dengan kepentingan kajian atau masalah yang dibahas, dengan tujuan dapat
menambah pemahaman penulis terhadap permasalahan yang diteliti.
I.8 Analisis Data
Pada tahap analisis ini, peneliti memeriksa ulang kembali data untuk
secara kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara
disusun sesuai dengan sistematika penulisan.
Tahap pertama yang dilakukan di dalam menganalisis data yang sudah di
dapat dilapangan adalah mengumpulkan data yang sejenis kedalam
kategori-kategori yang telah di tentukan (pengklasifikasian data yang sejenis). Setelah
dilakukan pengelompokan maka peneliti memeriksa kembali dan mengelompokan
kedalam ketegori yang lebih kecil sehingga peneliti mudah menuliskan data yang
sudah di dapat.
Data yang dituliskan tersebut diperkuat dengan data kepustakaan terutama
yang berupa teori-teori yang memperkuat data lapangan yang di analisis. Dalam
menulis dan menganalisis peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil
observasi yang peneliti dapat pada saat berada di lapangan sebagai penguat data
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSAT INFORMASI SAHIVA UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA (USU)
II.1. Sejarah Berdirinya Pusat Informasi Sahiva Di Kampus Universitas
Sumatera Utara (USU).
Nama “warung sahiva” yang sedikit ‘gaul’ diberikan untuk menghindari
kesan ‘kaku’, sehingga diharapkan orang dapat mempergunakan wadah ini
sebagai tempat yang nyaman dan ramah untuk memperoleh informasi dan
konseling, bukan hanya untuk orang-orang yang bermasalah. Pada awalnya
merupakan pengembangan dari Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa
(BKBM) Universitas Sumatera Utara. Sebagai salah satu dari 10 proyek inovatif
yang mendapat bantuan dari UNDP INS/95/005/A/01/99 sebagai pilot project,
melalui Komisi Penanggulangan Narkoba Daerah (KPAND) Sumatera Utara.
Sahiva mulai melaksanakan kegiatannya bulan Agustus 1998. Sosialisasi Sahiva
pertama dilakukan di depan para Pembantu Dekan III se-USU pada 7 Oktober
1998. Tanggal tersebut diperingati sebagai hari berdirinya Sahiva.
Setelah sosialisasi diadakan peluncuran Sahiva di Biro Pusat Administrasi
USU (Biro Rektor) di hadapan Senat Guru Besar USU, Dekanat, wakil dari
perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Medan, Kepolisian dan Pemerintahan
pada April 1999. Peluncuran Sahiva ini juga dihadiri wakil dari UNDP, Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, dan Dirjen Dikti Jakarta.
Agustus 1998 Sahiva membuka ‘warung’ pertama kalinnya di lantai II
sudah berdiri sendiri, lepas dari manajemen BKBM. Dan mulai dari 22 April
2000-2005, Sahiva berlokasi di Jalan Perpustakaan No. 1, Kampus USU Medan.
Sekarang Sahiva berada di Jalan Universitas No. 22 Kampus USU Medan. Dan
hampir 1,5 tahun atau tepatnya tahun 2006 berada di lantai II Gedung BKBM
yang merupakan awal ‘warung’ Sahiva. Di bawah naungan UBK (Unit Bantuan
Kemanusiaan), yang sama-sama bergerak di bidang sosial. Tetapi semua kegiatan
Sahiva di jalankan sendiri karena Sahiva bersifat Mandiri.
II.2. Visi Dan Misi Sahiva
• Visi
Sebagai Pusat Informasi dan Konseling HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi,
dan Napza.
• Misi
•Melakukan informasi dan layanan mengenai HIV/AIDS, Kesehatan
Reproduksi, IMS, dan Napza kepada masyarakat, khususnya mahasiswa.
•Melakukan pelatihan, seminr, diskusi, dan penelitian dengan HIV/AIDS,
Kesehatan Reproduksi, dan Napza.
II.3. Tujuan Sahiva
Secara umum tujuan pengembangan warung sahiva di kampus adalah
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak muda tentang Kesehatan
Reproduksi, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, dan Napza terutama cara
pencegahan dan penanggulangannya. Secara khusus lembaga ini mengembangkan
mahasiswa/remaja, melakukan pelatihan-pelatihan, temu-temu diskusi, seminar,
lokakarya, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu sebagai pusat informasi,
Sahiva juga mengembangkan penelitian dan kajian yang dilakukan sendiri
ataupun bekerjasama dengan lembaga/instansi lain.
II.4. Struktur Kelembagaan
II.4.1. Profesi
Sejak tahun 1998 sampai dengan 2004, Sahiva telah beberapa kali
mengalami perubahan Sumber Daya Manusia. Awalnya kepengurusan Sahiva
terdiri dari beberapa orang yaitu terdiri Koordinator Lembaga (dr. Linda T Maas,
MPH), Sekretaris/Bendahara (Filia Dina A, S.Sos) dan Staf Proyek (Gita
Kencana, SKM). Berkembangnya program membuat Sahiva mengajak
rekan-rekan yang peduli yaitu Yenny Nuraini Lubis, S. Sos (1999-2001) dan Cut Para
Widian, SKM (2002-2003) untuk bergabung sebagai staf.
Sampai dengan sekarang, Struktur Kepengurusan warung Sahiva USU
yang disahkan dengan SK Rektor USU Nomor 554/J05/SK/KP/2004 adalah
sebagai berikut : Penanggungjawab, Direktur Program, Asisten, Manajer Program,
Sekretaris/Bendahara, Staf, Bagian Rumah Tangga.
Ujung tombak Sahiva adalah para relawan-relawannya, karena itu untuk
menjalankan misinya, Sahiva dibantu oleh relawan-relawan yang
mengembangkan bidang-bidang kegiatan. Relawan adalah sebutan untuk semua
orang yang mau bergabung, meluangkan waktu dan membantu Sahiva dalam
Pada dasarnya relawan Sahiva adalah Pendidik Sebaya, tetapi tidak
dibatasi hanya kepada orang yang sudah mengikuti Pelatihan Sebaya saja.
1. Relawan Lepas : Yaitu siapa saja yang mau membantu kegiatan-kegiatan
Sahiva pada suatu kegiatan tertentu, belum mengikuti Pelatihan Dasar.
2. Relawan Muda : Sudah mengikuti Pelatihan Dasar Pendidikan Sebaya
Sahiva.
3. Relawan Inti : Sudah mengikuti pelatihan pemantapan Sahiva atau sudah
bergabung dan aktif mengikuti kegiatan Sahiva sekurangnya enam bulan.
Relawan inti yang menunjukkan keaktifannya akan diberi tanda
penghargaan berupa vest, topi, dan emblem Sahiva yang diserahkan pada saat tak
terduga. Relawan inti juga berhak memperoleh Surat Keterangan sebagai Relawan
Inti. Selain penghargaan kepada relawan, Sahiva juga memberikan anugerah
penghargaan kepada orang-orang yang dianggap berjasa membantu
pengembangan Sahiva dan peduli. Penghargan yang diberikan adalah rompi dan
topi yang bertuliskan Sahiva.
Struktur Kepengurusan Relawan Inti warung Sahiva saat ini adalah
sebagai berikut : Koordinator Relawan, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara
Umum, Bendahara Kegiatan, Bendahara Harian, Koordinator Kegiatan.
II.4.2 Administrasi
II.4.2.1 Sumber Dana Sahiva
Adapun sumber dana warung Sahiva adalah Donatur Tetap, Donatur
Lepas, Sponsor, Sumbangan, Kas Sahiva yang berasal dari iuran anggota setiap
II.4.2.2 Fasilitas Sahiva
• Memfasilitasi pelatihan dan penyuluhan mengenai HIV/AIDS, Narkoba
dan Kesehatan Reproduksi (Kespro).
• Menyediakan wahana konseling dan diskusi tentang kesehatan masyarakat
terutama HIV/AIDS, Narkoba dan NAPZA.
• Menyediakan alat-alat penyampaian informasi melalui brosur, Leaflet,
Stiker, Poster, CD dan alat-alat peraga lainnya.
• Perputakaan yang berisikan buku-buku mengenai HIV/AIDS, KESPRO
dan NAPZA.
II.4.3 Sekretariat
Warung (ungkapan yang sering dipakai relawan Sahiva USU untuk
menyebut sekretariat) organisasi Sahiva USU terletak di lingkungan kompleks
USU, tepatnya di Jalan Universitas No. 22 Kampus USU Padang Bulan Medan,
dengan kode pos 20155.
Bersebelahan dengan MENWA (Resimen Mahasiswa), di sebelah kiri
Asrama Puteri dan di depan gedung Sahiva terdapat bangunan gedung Fakultas
Sastra. Bangunan warung Sahiva USU terlihat nyaman dan asri. Sekeliling
bangunan ada pepohonan dan bunga-bunga yang membuat warung sahiva terlihat
asri dan nyaman.
Bangunan warung Sahiva terdiri dari dua lantai, lantai satu terdapat lima
ruangan yang masing-masing memiliki fungsi sendiri. Kelima ruangan tersebut
adalah ruang rapat, ruang tamu, ruang manajer Sahiva, kamar mandi dan dapur.
sendiri-sendiri. Kelima ruangan tersebut adalah di sebelah kanan terdapat kamar
mandi dan ruang rapat. Disebelah kiri terdapat ruang lesehan sahiva, ruangan
khusus untuk menyimpan arsip-arsip Sahiva dan ruangan pelatihan.
Bagi beberapa anggota, warung Sahiva merupakan rumah mereka dimana
mereka menggunakan warung Sahiva sebagai tempat berkumpul untuk berdiskusi
dan tempat beristirahat bagi mereka. Ruang lesehan yang hanya selebar 4 x 4
meter, yang di penuhi lemari-lemari yang berisikan buku-buka, foto-foto relawan
dan poster-poster atau gambar-gambar mengenai HIV/AIDS di dinding, dan satu
buah televisi dijadikan para relawan sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi.
Sore hari selepas segala aktifitas kuliah berakhir, disitulah waktu
berkumpulnya anggota di warung. Baik didalam gedung maupun di halaman, para
anggota berkumpul dengan berbagai aktifitas yang dilakukan. Diskusi, rapat,
membaca, nonton televisi hingga bergosip membicarakan hal-hal yang
berkembang saat ini merupakan aktifitas yang bisa dilihat saat itu.
Dan bila malam semakin larut atau tidak ada lagi kegiatan dan aktifitas
yang dilakukan lagi di warung, barulah mereka pulang ke rumah dan kos-kosan.
II.5. Ruang Lingkup Program
II.5.1 Bidang Penelitian
II.5.1.1 Pelatihan Pendidikan Sebaya (Peer Educator)
Dalam pelatihan ini mengadakan kegiatan pelatihan selama 2 hari bagi
relawan baru, dimana relawan baru itu maksimal sebanyak 25 orang. Adapun
Adapun materi-materi yang di berikan saat pelatihan adalah sebagai
berikut :
• Hari pertama, materi yang diberikan adalah :
• Dinamika kelompok
• Kesehatan reproduksi (Kespro), Infeksi Menular Seksual (IMS)
• HIV/AIDS
• Wild Five
• Hari kedua, materi yang diberikan adalah :
• Narkotika, Psikotropika, and Zat Adiktif (NAPZA)
• Pendidikan Sebaya
• Perubahan Perilaku : Moral dan Agama
• Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Adapun kegiatan pelatihan ini diadakan dari pukul 08.00 sampai 17.00 wib
atau mengikuti keadaan di lapangan. Dan dalam kegiatan ini juga di adakan
GAMES seperti permainan atau perlombaan yang di buat oleh anggota itu sendiri,
agar para relawan baru merasakan penyegaran dan dapat membuat pelatihan
tersebut dapat lebih mudah di mengerti karena di lakukan dengan cara pendekatan
pendidikan sebaya.
II.5.1.2 Pelatihan Pemantapan Relawan
Kegiatan pelatihan ini biasanya diadakan diluar lokasi Sahiva, sering
diadakan dluar kota seperti; Sibolangit. Dalam pemantapan relawan Sahiva
memanggil pemateri dari luar Sahiva yang mengetahui tentang HIV/AIDS
sendiri seperti senior-senior Sahiva. Pemantapan relawan itu dilakukan setelah 3
bulan pelatihan pendidikan sebaya atau bisa di katakan relawan aktif selama
kurang lebih 3 bulan maka relawan dapat mengikuti pelatihan pemantapan
relawan tersebut.
II.5.1.3 Pelatihan Training of Trainer (TOT)
Dalam pelatihan ini diadakan pedalaman materi, diskusi, kelompok kecil,
cara penyampaian dan membahas suatu hal-hal yang sedang berkembang
mengenai HIV/AIDS, Kespro dan IMS (Infeksi Menular Seksual). Pelatihan
tersebut dilakukan selama satu bulan. Dan yang menjadi training of trainer adalah
dua angkatan di atas dari angkatan yang ada sekarang.
II.5.1.4 Pelatihan Dasar Konseling
Dalam pelatihan ini diadakan pedalaman pelatihan dasar konseling dengan
memanggil mitra-mitra Sahiva dan dari KPA ataupun dari LSM-nya langsung.
Memberikan pelayanan di bidang konseling berkaitan dengan isyu HIV/AIDS,
Kesehatan Reproduksi (KESPRO) dan NAPZA kepada para relawan yang
mengikuti pelatihan dasar konseling.
Sampai dengan Februari 2008, Sahiva sudah melakukan Pelatihan
Pendidikan Sebaya Relawan Sahiva sebanyak 22 angkatan. Pelatihan untuk
relawan dilakukan dengan bantuan dari UNDP (4 angkatan), STARH (Sustainable
Technical Assistance for Reproduktive Health and Family Planning) sebanyak 4
Kerjasama dalam melakukan pelatihan untuk lembaga tertentu juga
dilakukan Sahiva, antara lain:
• Pelatihan Pendidikan Sebaya untuk Relawan lathiva IAIN Sumatera Utara
• Pelatihan Kader Pendidikan Sebaya untuk Putra-Putri Polri (POLDASU)
• Pelatihan Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS Untuk Siswa SLTA,
Mahasiswa, dan Guru SLTA (Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani,
Departemen Pendidikan Nasional)
• Pelatihan Pendidik Sebaya Korps. Sukarela Palang Merah
Indonesia-KPAND SU
• Pelatihan Pendidikan Sebaya Untuk Siswa/Siswi SMU Plus Sipirok
(Komisi Penanggulangan AIDS dan penyalahgunaan Narkoba Daerah
Sumatera Utara)
• Pelatihan Pendidik Sebaya Untuk Remaja Kelompok Agama (2 angkatan
STARH)
• Pelatihan Pendidik Sebaya Untuk Santri/Santriah Pesantren Darul Arafah
• Pelatihan Pendidik Sebaya Untuk Remaja Gereja Mitra kerja dari United
Evangical Mission Asia (UEM Asia)
• Pelatihan Pendidik Sebaya dengan remaja dari Yayasan Pandita Sabha
Budha Dharma Indonesia daerah Sumut.
Selain mengkemas pelatihan secara khusus, Sahiva juga sering diundang
lembaga ataupun institusi lain untuk menjadi pembicara, narasumber, fasilitator,
baik di dalam Kota Medan maupun kabupaten lain di Sumatera Utara.
Ini dikarenakan kepercayaan yang demikian besar terhadap Sumber Daya
untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM-nya dengan mengikutsertakan
dalam pelatihan di dalam dan luar negri.
Termasuk dalam bidang pelatihan adalah melaksanakan diskusi-diskusi
untuk remaja, dengan pembahasan yang bervariasi pada setiap minggunya.
II.5.2. Bidang Pemasaran Sosial
Untuk percepatan penyebaran informasi di kelompok yang lebih luas,
Sahiva melakukan kegiatan-kegiatan :
• Pengembangan homepage Sahiva di http:/
• Penyebaran informasi melalui radio, Mei 1999 sampai dengan Juli 2003
secara rutin Sahiva ikut dalam talk show di Radio KISS FM Medan dalam
Forkesting Interaktif
• Expo Sahiva, yaitu suatu acara yang memadukan pementasan musik,
parody, perlombaan (cheer leaders, karikatur), pameran yang dimaksudkan
untuk menjadi ajang kreatifitas anak muda, hiburan, dan penuh informasi
(1998, 1999)
Ikut membuka stand/meja informasi di setiap kegiatan yang dilakukan
oleh lembaga lain, baik institusi pemerintahan maupun di luar kampus. Secara
rutin menggelar lesehan/tikar informasi di dalam kampus.
Ikut dalam kompetisi pembuatan video cerita pendek yang
diselenggarakan oleh Malaysia Video Award On AIDS yang mengangkat
pentingnya informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan peran pendamping Odha.
Dalam hal ini, Sahiva dengan Finally I Got The Answer berhasil meraih
Selalu berpartisipasi dalam agenda dunia memperingati Hari AIDS
Sedunia pada tanggal 1 Desember dan Malam Renungan AIDS tiap tahunnya
untuk menggugah kepedulian masyarakat umumnya, dan anak muda/remaja
khususnya.
II.5.3 Bidang Administrasi Relawan dan Dokumentasi
Sahiva sangat menghargai relawan-relawannya sebagai ujung tombak.
Upaya untuk ‘menjaring’ relawan dan mempertahankan relawan terus dilakukan.
Salah satunya adalah dengan mendorong relawan agar mengorganisasikan diri
dalam sebuah ikatan. Atas inisiatif relawan, dan selanjutnya memiliki dan
mangatur kas relawan, serta mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan
relawan, seperti biodata, buku ‘curhat’, rekapitulasi relawan, daftar piket, dan
sebagainya.
II.5.4 Bidang Konseling
Memberikan pelayanan di bidang konseling berkaitan dengan isyu
HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi dan Napza. Dalam memberikan layanan
konseling, jika perlu Sahiva akan melakukan rujukan ke lembaga/pihak lain.
Untuk itu Sahiva sudah memiliki jaringan kerja sama dengan lembaga/instansi
peduli AIDS dan Narkoba lainnya, seperti LSM JKM, PKBI-Sumatera Utara,
PIKIR-PKPA, Galatea, RS. Adam Malik, Laboratorium Kesehatan Daerah, dan
II.5.5 Bidang Penelitian dan Pengembangan
Sebagai Pusat Informasi, Sahiva melakukan survey awal tentang tingkat
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa USU terdapat HIV/AIDS pada tahun
1998.
Survey sederhana mengenai perilaku seks Mahasiswa USU pada Hari
AIDS Sedunia tahun 2000.
Dalam penelitian dan pengembangan, tahun 2001 Sahiva mendapat
kepercayaan dari Save The Children US untuk melakukan Base Line Survey,
terhadap 500 anak jalanan di Kota Medan, terutama berkaitan dengan perilaku
kesehatan mereka.
Base Line Survey tentang perilaku yang berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi Remaja pada April 2004, bekerja sama dengan STARH.
II.6 Pendekatan Pendidikan Sebaya
II.6.1 Pengertian Pendidikan Sebaya
Pendidikan sebaya adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi
yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu
kelompok. Ini dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa,
sesame rekan kerja, sesame profesi, jenis kelamin.
Kegiatan sebaya dipandang sangat efektif dalam rangka KIE
penanggulangan HIV/AIDS, karena penjelasan yang diberikan oleh seseorang dari
kalangannya sendiri akan mudah dipahami.
1. Pendidikan sebaya dapat menyampaikan pesan-pesan sensitif di
dalamnya.
2. Pendidikan sebaya merupakan peran serta masyarakat dalam dukungan
dan melengkapi program lain yang berkaitan dengan strategi
masyarakat lainnya.
3. Kelompok target lebih merasa nyaman berdiskusi dengan sebaya
mengenai masalah mereka seperti seksualitas.
4. Pendidikan sebaya memberikan pelayanan besar yang efektif dengan
biaya sedikit.
II.6.2 Kriteria Pendidikan Sebaya
Pendidikan sebaya adalah orang yang dipilih karena mempunyai sifat
kepemimpinan dalam membantu orang lain.
Pemilihan pendidikan sebaya menuntut sejumlah persyaratan sebagai
berikut :
1. Harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mampu
mempengaruhi teman sebaya.
2. Harus mempunyai hubungan pribadi yang baik serta mempunyai
kemampuan mendengarkan orang lain.
3. Harus mempunyai latar belakang budaya yang sama dengan
kelompoknya (termasuk usia, jenis kelamin, tingkat sosial).
4. Harus dapat diterima dan dihargai oleh kelompok yang menjadi sasaran
pendidikan sebaya.
6. Harus dapat menunjukkan sikap yang menghargai serta menghargai
orang-orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
7. Harus mempunyai rasa percaya diri sendiri menunjukkan sikap
kepemimpinan.
8. Harus mampu melakukan pendidikan sebaya dan melakukan tes kognitif
pada akhir penelitian.
9. Harus mempunyai waktu dan sumber daya untuk diabadikan dalam
tugas ini.
II.6.3 Tugas dan Peranan Pendidikan Sebaya
1. Mengadakan diskusi informal dalam kelompok kecil tentang
HIV/AIDS.
2. Mengorganisir dan mengadakan diskusi kelompok secara formal
tentang HIV/AIDS.
3. Mengajarkan teman sebaya tentang kesehatan reproduksi, pendektisian
dan pengobatan terhadap penyakit menular seksual.
4. Mengorganisir pertemuan mengenai masalah pendidikan (untuk
dibicarakan oleh orang lain).
5. Mengikuti kegiatan hari AIDS sedunia dan kegiatan nasional dibidang
penanggulangan AIDS lainnya.
6. Mengadakan pertemuan secara teratur.
7. Mendistribusikan materi pendidikan.
8. Memamerkan poster dan materi pendidikan lainnya.
10.Merancang dan mengembangkan materi untuk kegiatan pendidikan.
11.Mengadakan drama, operet dan sejenisnya.
12.Mengorganisir kegiatan olahraga.
Kegiatan pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja, kapan saja
asalkan berada dalam lingkungan yang kondusif. Pada prinsipnya ada kesepakatan
antara pendidik sebaya dengan teman sebaya untuk mengadakan suatu diskusi
penyampaian informasi yang diharapkan. Tempat kegiatan ini dapat dilakukan
dikantin, di halaman kampus, tempat lain dimana memungkinkan adanya tukar
informasi dalam rangka pendidikan sebaya.
Sahiva memberi pemahaman dengan metode pendidikan sebaya (Peer
Education Methode) yaitu dengan cara pendekatan dan penyampaian langsung
pada kelompok sasaran karena metode ini dirasa lebih efektif dan tepat sasaran.
II.7 Media KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi)
KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi) penangulangan HIV/AIDS dan
Narkoba adalah rangkaian proses yang dilaksanakan secara sistematis, terencana
dan sistematis, terencana dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
positif terhadap HIV/AIDS dan Narkoba dengan memperhitungkan factor sosial,
budaya dan agama. Dengan kata lain bahwa KIE – penanggulangan HIV/AIDS
dan Narkoba adalah kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan dan
memberikan informasi yang tepat dan benar tentang HIV/AIDS agar relawan
dapat mengembangkan dirinya sendiri serta orang lain dalam mencegah penularan
Informasi dan pendidikan yang efektif untuk program pencegahan HIV
tidak hanya tergantung pada mengembangkan pesan yang jelas dan berarti tetapi
juga dapat meyakinkan bahwa pesan itu di dengar. Bagaimana kita menyampaikan
pesan tergantung audien yang ingin kita pilih. Cara ini dapat melalui mass media
(radio, televisi, koran), brosur atau poster, teater, musik dan sebagainya.
Secara umum media KIE dikelompokkan dalam media elektronik, media
grafika, media luar ruangan dan media tradisional. Masing-masing media
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Beberapa jenis media yang mempunyai daya ungkit paling bermakna
untuk melaksanakan KIE ialah:
1. Televisi
Mempunyai jangkauan yang luas atau dapat masuk ke semua tatanan,
khususnya di rumah-rumah. Kelemahannya : pesan terlalu umum,
tidak menjamin pada peningkatan perilaku. Perlu ditindaklanjuti
dengan penyuluhan/media lain.
2. Radio
Seperti TV juga dapat menjangkau banyak pihak dan ada yang sudah
membuka dialog langsung dengan pendengar. Kelemahan :
pesan-pesan juga teralalu umum, kurang menjamin peningkatan perilaku
yang bertanggung jawab. Untuk itu, juga perlu tindak lanjut dan atau
dibarengi dengan cara penyuluhan lain.
3. Poster
Dapat dipasang di berbagai tempat yang strategis dan sering dapat
tersebut. Kelemahannya : pesan-pesannya juga terlalu umum, perlu
diikuti dengan cara penyuluhan lain.
4. Leaflet
Dapat memberikan informasi yang relative cukup jelas tetapi ringkas
dan dapat dibawa kemana-mana. Kelemahannya : informasi terbatas,
untuk itu perlu diberikan alamat rujukan dan dibarengi dengan
cara-cara penyuluhan lain.
5. Media Lainnya
Masih banyak media lain seperti film layer lebar, sinetron, surat kabar,
media luar ruang, media tradisional dan lain-lain yang masing-masing
tentu ada kelebihan dan kekurangan.
Memproduksi media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) berupa
baju kaos, brosur, leaflet, poster, gantungan kunci, pembatas buku, kartu pos,
stiker, pin, blok notes, newsletter, dan lain-lain.
Produk KIE ini berisikan informasi dan pesan-pesan singkat yang dikemas
secara menarik dan sesuai dengan keinginan remaja.
Dalam memproduksikan media KIE, Sahiva sudah pernah melakukan
kerja sama dengan :
• UNDP : brosur, stiker, pin, poster, buku notes
• UNAIDS : brosur HIV/AIDS, brosur Napza
• Poldasu : kartu pos Narkoba, stiker, poster, brosur Narkoba
• Poltabes Medan : kartu pos Kesehatan Reproduksi
• KPAND : kartu pos Narkoba, buklet, brosur, stiker, kipas, modul pelatihan
• STARH : T-Shirt, pembatas buku, buklet, stiker
• Restu Printing dan Crispo Printing : brosur