• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Rpm Pada Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Rpm Pada Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

UJI RPM PADA ALAT KELAPA PARUTAN KERING

(DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

Oleh :

AGRA IZWAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI RPM PADA ALAT KELAPA PARUTAN KERING

(DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

Oleh :

AGRA IZWAN

090308045/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skirpsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS) Anggota

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Uji RPM Pada Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2015

(4)

ii ABSTRAK

AGRA IZWAN.: Uji RPM Pada Alat Kelapa Parutan Kering, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan SUMONO.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji rpm terhadap kapasitas kerja alat, persentase bahan yang tertinggal di alat, rendemen dan analisis ekonomi pada alat kelapa parutan kering. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap nonfaktorial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kapasitas kerja alat, persentase bahan yang tertinggal di alat, dan rendemen masing-masing adalah pada 1125 rpm 83,128 kg/jam, 12,17%, dan 87,83%. Pada 900 rpm 75,650 kg/jam, 19,33%, dan 80,33%. Pada 750 rpm 70,484 kg/jam, 25%, dan 75%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan rpm memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat, dan rendemen dan pengaruh berbeda nyata terhadap kapasitas efektif alat. Biaya pokok per tahun hingga tahun ketujuh masing-masing adalah Rp. 143,52/kg, Rp. 134,90/kg, Rp. 132,04/kg, Rp. 130,61/kg, Rp.129,76/kg, Rp. 129,31/kg dan Rp. 128,78/kg. Nilai titik impas per tahun hingga tahun ketujuh masing-masing adalah 1552,55 kg, 835,26 kg, 596,50 kg, 477,32 kg, 405,96 kg, 368,42 kg dan 324,75 kg. Nilai NPV pada suku bunga bank 6% adalah Rp. 1.518.446.869,44 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR adalah 35,6% yang berarti usaha ini layak dijalankan apabila suku bunga bank tidak melebihi 35,6%.

Kata kunci : rpm, alat parutan, kelapa parut kering

ABSTRACT

AGRA IZWAN: RPM Test of Mechanical Desiccated Coconut, supervised by SAIPUL BAHRI and SUMONO.

This research was done to test the effect of rpm on the effective capacity of the equipment, percentage of material left in the equipment, and yield. This research was using non factorial completely randomized design. It was found that the work capacity of the equipment, percentage of material left in the equipment, and yield on1125 rpm are 83,128, 12,17%, and 87,83% kg/hr respectively. On 900 rpm are 75.650, 19,33%, and 80,33% kg/hr respectively. On 750 rpm are 70,484, 25%, and 75% kg/hr respectively. The results showed that number of knife edge had significant effect on percentage of material left in the equipment, and yield and had significant different on the work capacity. The main cost from year one to year seven were Rp. 143,52, Rp. 134,90, Rp. 132,04, Rp. 130,61, Rp. 129,76, Rp. 129,31, and Rp. 128,78 per kg respectively. Break even point from year one to year seven were 1552,55, 835,26, 596,50, 477,32, 405,96, 368,42, 324,75 kg respectively. The result of net present value from 6% of bank rate was Rp. 1.518.446.869,44 which means this business was competent. The internal rate of return was 35,6% which means this business was competent if the bank rate were not more than 35,6%.

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Agra Izwan, dilahirkan di Medan pada tanggal 8 Agustus 1991 dari ayah Indra Yadi dan ibu Eli Armanja. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Dharma Pancasila Medan, Sumatera Utara dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk ke Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Badan Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (BPH IMATETA) sebagai biro pelatihan kader masa bakti 2011/2012, manajer Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Football Club (IMATETA FC) masa bakti 2015, anggota Ikatan Mahasiswa Jambi (IMAJA) masa bakti 2010/2011.

(6)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Sejarah Kelapa ... 6

Botani Kelapa ... 6

Kelapa Parutan Kering ... 8

Peranan Mekanisasi Pertanian ... 10

Elemen Mesin ... 11

Motor Listrik ... 11

Puli (Pulley) ... 13

Bantalan ... 15

Sabuk V ... 16

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian ... 17

Mekanisme Pembuatan Alat ... 17

Analisis Ekonomi ... 18

BAHAN DAN METODE ... 23

Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Metode Penelitian ... 23

Komponen Alat ... 24

Persiapan Bahan ... 26

Prosedur Penelitian ... 26

Parameter yang Diamati ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Kapasitas Efektif Alat ... 31

Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat ... 33

Rendemen ... 35

Analisis Ekonomi ... 37

Biaya pemarutan kelapa ... 37

Break even point ... 38

Net present value ... 40

Internal rate of return ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

(7)
(8)

vi

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Data pengamatan hasil penelitian... 30 2. Hasil Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat. ... 31 3.Hasil Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat... 32

2. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat. ... 35

3. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap persentase rendemen... 37

4. Grafik biaya pokok pemarutan kelapa ... 38

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart penelitian ... 45

2. Gambar teknik alat kelapa parutan kering ... 48

3. Gambar teknik pulley... 51

4. Perhitungan RPM ... 54

5. Perhitungan ... 55

6. Data Kapasitas Kerja Alat (kg/jam) ... 59

8. Data Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat... 60

9. Data Rendemen ... 61

10. Analisis ekonomi... 62

10. Break even point... 65

11. Net present value... 66

12. Internal rate of return... 68

(11)

ii ABSTRAK

AGRA IZWAN.: Uji RPM Pada Alat Kelapa Parutan Kering, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan SUMONO.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji rpm terhadap kapasitas kerja alat, persentase bahan yang tertinggal di alat, rendemen dan analisis ekonomi pada alat kelapa parutan kering. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap nonfaktorial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kapasitas kerja alat, persentase bahan yang tertinggal di alat, dan rendemen masing-masing adalah pada 1125 rpm 83,128 kg/jam, 12,17%, dan 87,83%. Pada 900 rpm 75,650 kg/jam, 19,33%, dan 80,33%. Pada 750 rpm 70,484 kg/jam, 25%, dan 75%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan rpm memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat, dan rendemen dan pengaruh berbeda nyata terhadap kapasitas efektif alat. Biaya pokok per tahun hingga tahun ketujuh masing-masing adalah Rp. 143,52/kg, Rp. 134,90/kg, Rp. 132,04/kg, Rp. 130,61/kg, Rp.129,76/kg, Rp. 129,31/kg dan Rp. 128,78/kg. Nilai titik impas per tahun hingga tahun ketujuh masing-masing adalah 1552,55 kg, 835,26 kg, 596,50 kg, 477,32 kg, 405,96 kg, 368,42 kg dan 324,75 kg. Nilai NPV pada suku bunga bank 6% adalah Rp. 1.518.446.869,44 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR adalah 35,6% yang berarti usaha ini layak dijalankan apabila suku bunga bank tidak melebihi 35,6%.

Kata kunci : rpm, alat parutan, kelapa parut kering

ABSTRACT

AGRA IZWAN: RPM Test of Mechanical Desiccated Coconut, supervised by SAIPUL BAHRI and SUMONO.

This research was done to test the effect of rpm on the effective capacity of the equipment, percentage of material left in the equipment, and yield. This research was using non factorial completely randomized design. It was found that the work capacity of the equipment, percentage of material left in the equipment, and yield on1125 rpm are 83,128, 12,17%, and 87,83% kg/hr respectively. On 900 rpm are 75.650, 19,33%, and 80,33% kg/hr respectively. On 750 rpm are 70,484, 25%, and 75% kg/hr respectively. The results showed that number of knife edge had significant effect on percentage of material left in the equipment, and yield and had significant different on the work capacity. The main cost from year one to year seven were Rp. 143,52, Rp. 134,90, Rp. 132,04, Rp. 130,61, Rp. 129,76, Rp. 129,31, and Rp. 128,78 per kg respectively. Break even point from year one to year seven were 1552,55, 835,26, 596,50, 477,32, 405,96, 368,42, 324,75 kg respectively. The result of net present value from 6% of bank rate was Rp. 1.518.446.869,44 which means this business was competent. The internal rate of return was 35,6% which means this business was competent if the bank rate were not more than 35,6%.

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian. Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pascapanen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan agar hasil yang diperoleh baik. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.

Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi daya setelah 24 padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha atau 26% dari 14,20 juta ha total areal perkebunan. Sekitar 96,60% pertanaman kelapa dikelola oleh petani dengan rata-rata pemilikan 1 ha/KK, dan sebagian besar diusahakan secara monokultur (97%), kebun campuran atau sebagai tanaman pekarangan (Supadi dan Nurmanaf, 2006).

(13)

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi secara langsung perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di zaman modern ini, manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk berpikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal maka manusia berusaha untuk menciptakan atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu mesin pertanian.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, maka diperlukan upaya untuk memperlancar serta membangun sektor pertanian, terutama hortikulktura. Hortikultura harus mendapat perhatian yang sangat serius mengingat komoditi ini merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan pasar yang cukup besar (Sulaefi, 2000).

(14)

sebelumnya yang sudah membuktikan kegunaan dan hasilnya, dari mulai mengolah tanah hingga penyebaran hasilnya (Depdikbud, 2001).

Tanaman kelapa telah sejak ratusan tahun di kenal di seluruh kepulauan Nusantara. Kelapa merupakan salah satu penghasil bahan makanan yang sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa 75% dari minyak nabati dan 8% dari konsumsi protein bersumber dari kelapa. Selain itu tanaman kelapa merupakan tanaman serba guna, yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu kelapa mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perekonomian di Indonesia (Suhardiyono, 1988).

Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981).

(15)

kelapa parut kering yang dihasilkan. Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan kelapa parut kering adalah timbulnya warna dan bau yang menyimpang serta daya simpannya relatif masih rendah, sedangkan warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dan tidak adanya bau tengik pada kelapa parut kering selama waktu tertentu sampai kelapa parut kering tersebut siap digunakan. Untuk itu perlu ditelaah secara cermat pada setiap tahapan proses pembuatan kelapa parut kering, yakni mulai dari preparasi (pra proses), proses sampai pasca proses, sehingga didapat teknologi proses pembuatan kelapa parut kering yang mempunyai sifat-sifat yang lebih baik (bermutu) dan mempunyai daya simpan yang lebih tinggi.

Rata-rata kapasitas hasil alat parutan kelapa kering yang ada dipasaran adalah 50 butir/jam. Keterbatasan kapasitas hasil alat kelapa parutan kering ini merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan produksi kelapa. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya suatu pengujian mata pisau alat kelapa parutan kering. Dengan adanya pengujian ini, diharapkan bertambahnya kapasitas hasil alat kelapa parutan kering yang dapat meningkatkan nilai produksi kelapa.

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yaitu diameter pulley yang mempengaruhi rpm pada alat parutan kelapa kering. Banyaknya

ulangan pada masing-masing pulley sebanyak tiga kali ulangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rpm terhadap

kapasitas efektif alat, persentase bahan tidak terparut sempurna, persentase bahan

(16)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat kelapa parutan kering.

(17)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kelapa

Ada 3 teori menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori pertama memperkirakan bahwa kelapa adalah salah satu anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika, dan daerah asalnya adalah lembah-lembah Andes di Columbia, Amerika Serikat. Dari sinilah pada zaman prasejarah kelapa menyebar dibawa oleh penjelajah-penjelajah di kawasan Pasifik. Teori kedua beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dimana dengan perantaraan arus lautan terbawa dan menyebar ke pulau-pulau Samudera Pasifik. Teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia atau mungkin Pasifik Barat. Berlawanan dengan teori kedua, menurut teori ketiga ini dari kawasan terakhir itulah kelapa menyebar ke pantai-pantai barat benua Amerika, terutama pada daerah tropis (Warisno, 1998).

Botani Kelapa

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Palmales

(18)

Species : Cocos nucifera

Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang lain (Suhardiman, 1999).

Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan, karena dari setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buah kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk industri, antara lain sabut kelapa dapat dibuat coir fibre, keset, sapu dan matras. Daging buah dapat dipakai sebagai bahan baku untuk menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan dan kelapa parut kering (deciscated coconut), sedangkan air kelapa

dapat dipakai untuk membuat cuka dan nata de coco. Tempurung dapat dimanfaatkan untuk membuat charcoal, carbon aktif dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat dihasilkan bahan-bahan bangunan baik untuk kerangka bangunan maupun untuk dinding serta atap. Daun kelapa dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai sapu dan anyaman (Suhardiyono, 1988).

Kelapa hibrida adalah keturunan (progeny) yang dihasilkan dari penyerbukan bunga secara bersilang, antara induk-induk (parents) yang masing-masing pasangan allelenya homozygot dan karakternya berbeda, misalnya antara varietas genjah tertentu (sebagai induk, inbred alamiah) dengan varietas dalam tertentu. Dengan persilangan ini dapat digabungkan sifat-sifat baik dari kedua induknya, bahkan terjadi efek heterosis atau hybrid vigor (Setyamidjaja, 1990).

(19)

umumnya tumbuh di kawasan pantai. Hampir di semua provinsi di Indonesia dapat dijumpai tanaman kelapa yang pengusahaannya berupa perkebunan rakyat. Pohon kelapa sering disebut pohon kehidupan karena sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman kelapa memberikan manfaat bagi manusia. Hanya saja selama ini produk kelapa mendapatkan saingan dari produk kelapa sawit. Namun, ditinjau dari ragam produk yang dapat dihasilkan oleh buah kelapa, produk kelapa sawit belum mampu menyainginya. Hal ini merupakan peluang untuk pengembangan kelapa menjadi aneka produk yang bermanfaat (Rindengan, 2004).

Kelapa Parutan Kering

Kelapa parut kering (deciscated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih. Sebenarnya produk kelapa parut kering sudah lama digunakan oleh konsumen di Indonesia. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya tanaman kelapa yang melimpah, maka produk kelapa kering menjadi peluang bagi pengembangan agroindustri kelapa (Anonimous, 2014).

Kelapa parutan kering digunakan untuk membuat kue, biskuit, puding, permen, eskrim dan produk-produk pangan lainnya. Kelapa parut kering dapat ditambah air, kemudian dipres untuk mendapatkan santan yang digunakan untuk memasak. Kelapa parut kering merupakan bahan yang berkadar air rendah (maksimal 3%) sehingga dapat disimpan lama (Woodroof, 1979).

(20)

1. Seleksi awal buah kelapa

Kelapa yang hendak dijadikan DCN adalah kelapa butiran dalam keadaan pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, dipisahkan dan kelapa butiran terpilih dimasukkaan kedalam bin penyimpanan yang beraerasi baik.

2. Pengupasan tempurung

Kelapa butiran dipecah tempurungnya, menggunakan alat pemecah tanpa memecah daging buahnya. Daging buah kelapa yang pecah akan menggangu proses pengupasan testa.

3. Pengupasan testa

Setelah testa dikupas, daging buah kelapa dipecah untuk memisahkan air buahnya. Daging buah dipotong-potong kecil, dicuci dan direndam dalam air mengalir.

4. Pasteuriasi

Daging buah kelapa dipanaskan dengan uap pada temperatur 70 derajat-80 derajat celcius selama 8-10 menit atau dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit.

5. Stabilisasi

Potongan-potongan kecil daging buah kelapa yang telah dipasturisasi, selanjutnya direndam di dalam larutan sulfit dioksida (SO2).

6. Pemarutan

(21)

atau mesin pemarut (grater machine), sedangakan jika diinginkan DCN berupa berbentuk butiran disebut desintegrater.

7. Pengeringan

Kadar air daging buah kelapa dikeringkan sampai 3%. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-70 derajat celcius selama 20-45 menit.

8. Klasifikasi mutu

DCN dipisahkan menurut klasifikasi mutu berdasarkan ukurannya yaitu, sangat halus (ekstra fine), halus (fine), sedang, kasar.

9. Pembungkusan

Pembungkusan dilakukan dengan kantong pembungkus dengan berat yang diinginkan dan tidak diperkenankan mencampur berbagai mutu DCN dalam 1 pembungkus.

(Suhardiyono,1987)

Peranan Mekan

isasi

Pertanian

Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :

a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia. b. mengurangi kerusakan produksi pertanian.

c. menurunkan ongkos produksi.

(22)

f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming).

Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).

Peranan mekanisasi pertanian dalam perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia adalah:

1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia. 2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani.

3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi pertanian.

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga (subsistance farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming).

5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri (Hardjosentono, dkk., 2000).

Elemen Mesin Motor listrik

(23)

menyebabkan motor berputar ialah reaksi antar kutub magnet. Kutub yang senama tolak-menolak dan kutub yang tak senama tarik-menarik. Reaksi medan magnet listrik pada stator dan medan magnet penghantar yang dialiri arus listrik (Hartanto, 1997).

Mesin listrik mempunyai keuntungan sebagai berikut: 1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar.

2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.

3. Udara tidak ada yang diissap, juga tidak ada gas yang dibuang. Karena itu tidak perlu mengukur polusi lingkungannya atau membuat ventilasi.

4. Motor DC mempunyai daya besar pad putaran rendah. Dilain pihak motor DC yang mengandung sumberdaya umum tidak mudah mengubah putaran.

Dilain pihak motor listrik mempunyai kekurangan sebagai berikut:

1. Motor listrik membutuhkan sumberdaya, kabelnya harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunaanya sangat terbatas panjang kabel.

2. Jika dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan menjadi besar.

3. Secara umum biaya listrik lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak. 4. Untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor

pembakaran maka motor listrik akan lebih berat. (Soenarta dan Furuhama, 2002).

(24)

1. Dapat disesuaikan : motor dapat digunakan dihampir setiap lokasi termasuk di dalam air.

2. Otomatis : motor dengan mudah dikontrol dengan alat otomatis.

3. Rapi : Sebuah unit kecil memperkembangkan sejumlah kekuatan besarsecara bersama-sama.

4. Dapat dipercaya : motor listrik secara khusus untuk pekerjaan jarang mengalami gangguan.

5. Ekonomis.

6. Efisien : motor listrik memiliki efisiensi hingga 95 %.

7. Perawatan mudah : jika melindungi dari debu dan kotoran, motor hanya membutuhkan sedikit perawatan.

8. Tenang : motor secara umum lebih tenang daripada mesin yang dijalankan. 9. Aman : apabila dipasang dengan tepat,dipelihara, dan digunakan, motor

sangat aman untuk dioperasikan.

10.Mudah dioperasikan : tidak membutuhkan banyak pelatihan untuk mengoperasikan motor.

(Cooper, 1992). Puli ( Pulley )

Pemasangan pulley antara lain dapat dilakukan dengan cara:

• Horisontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.

(25)

(Mabie and Ocvirk, 1967).

Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau rantai yang dibelitkan di sekeliling puli atau sproket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter Dp dan puli yang digerakkan n2 dan diameternya dp, maka perbandingan putaran dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

p p

D d

n N

=

2 1

………...(1)

(Roth,dkk., 1982).

Pulley sabuk dibuat dari besi cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak

lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35

m/det) (Stolk dan Kross, 1981).

(26)

permesinan, sehingga didapatkan bentuk dimensi yang sesuai dengan yang kita inginkan dan tecapai produk yang berkualitas (Malik, 2002).

Pulley merupakan komponen mesin yang paling banyak dipakai untuk mesin industri, mesin perkakas, maupun dalam bidang otomotif. Ada beberapa tipe pulley yaitu:

1. Pulley tipe V. 2. Pulley timming.

3. Pulley variable (pulley V bisa di setting besar kecil). 4. Pulley round (alur U).

5. Loss Pulley biasa sebagai adjustment.

Sudut alur dalam satu jenis pulley biasanya berbeda-beda. Semakin kecil pulley maka semakin kecil/pendek area contactline, untuk itu agar daya

cengkeram belt lebih kuat maka sudut alur diperkecil (Anonimous, 2014). Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penumpu poros yang berbeban dan berputar. Dengan adanya bantalan, maka putaran dan gerakan bolak-balik suatu poros berlangsung secara halus, aman dan tahan lama.

Bantalan terdiri dari dua jenis, antara lain :

a. Bantalan luncur, dimana yang terjadi adalah gesekan luncur.

b. Bantalan gelinding, merupakan tumpuan poros dengan elemen yang menggelinding diantara dua buah cincin.

(27)

Bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan berbagai suku pemindah daya tetap ditempatnya. Bantalan yang tepat untuk digunakan ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban yang harus didukung, dan besarnya daya dorong akhir (Smith dan Wilkes, 1990).

Sabuk V

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium, tenunan tetoron atau semacamnya digunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar, sabuk V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan puli sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 2007).

Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. Kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan. Susunan khas sabuk V terdiri atas :

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.

(28)

(Smith dan Wilkes, 1990).

Adapun faktor yang menentukan kemampuan sabuk untuk menyalurkan tenaga tergantung dari :

1. Regangan sabuk pada pulley. 2. Gesekan antara sabuk dan pulley.

3. Lengkung persinggungan antara sabuk dan pulley. 4. Kecepatan sabuk.

(Pratomo dan Irwanto, 1983).

Sabuk banyak digunakan dalam mesin mesin pertanian. Hal ini dikarenakan sabuk memiliki beberapa kelebihan. Bila dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk v bekerja lebih halus dan tidak bersuara. Untuk mempertinggi daya transmisi, dapat dipakai beberapa sabuk v yang dipasang sebelah menyebelah (Sumanto, 1994).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam. Bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor, jadi satuan kapasitas kerja menjadi : Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008).

Mekanisme Pembuatan Alat

(29)

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Analisis Ekonomi

Pengukuran biaya pemarutan bahan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok BTT C

x BT

  

+

=

……….…...(2) dimana:

BT = Total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Total biaya tidak tetap (Rp/jam) x = Total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

(30)

dipengaruhi oleh jam kerja alsin, sedangkan biaya tidak tetap sangat dipengaruhi oleh alsin.

1. Biaya tetap

1. Biaya penyusutan (metode garis lurus)

Dalam pemakaian alsin, biaya ini merupakan biaya yang sangat penting dan dapat merupakan biaya yang terbesar. Biaya ini merupakan biaya untuk mengganti alsin jika umur ekonominya telah sampai atau jika alsin itu dijual sebelum habis masa umur ekonominya. Dapat dihitung dengan metoda garis lurus dengan rumus sebagai berikut :

(

)

n S P

D= −

………...………. .(3) dimana :

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = Umur ekonomi (tahun) 2. Biaya bunga modal dan asuransi

Bunga modal dan asuransi ada kalanya perhitungannya digabung dan kadang kala dipisah, maka biaya-biaya ini diperhitungkan berdasarkan persentase nilai awal. Jika digabung, besarnya adalah:

( )(

)

n n P i I 2 1 + = ...………....(4) dimana :

I = Total biaya bunga modal dan asuransi (Rp/th)

(31)

P = Nilai awal (harga beli) alsin (Rp) N = Perkiraan umur ekonomi alsin (th) 3. Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

4. Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

(

)

jam S P reparasi Biaya 1000 % 2 , 1 − = ………..(5) 2. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

3. Perhitungan Titik Impas

(32)

diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut: N = V R F − ………..(6) dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (kg) F : biaya tetap per tahun (rupiah)

R : penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah) V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak

tetap per tahun (rupiah/unit) 4. Net Present Value

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

NPV =

+ − n t t Ct Bt 0 ) 1 1 ( ) ( ……… ……..(7) dimana:

B = manfaat penerimaan tiap tahun

C = manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = tahun kegiatan usaha (t = 1,2,...n)

(33)

Dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan; - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

(34)

23

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah kelapa hibrida sebagai bahan yang akan diparut.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah parang untuk mengupas kulit dan tempurung pada kelapa, baskom untuk menampung hasil parutan, timbangan untuk menimbang berat bahan, pulley untuk menjalankan suatu kekuatan alur yang berfungsi untuk menghantarkan suatu daya, kalkulator untuk perhitungan data, alat tulis untuk pencatatan dan pengolahan data serta komputer untuk mengolah data.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari satu faktor yaitu RPM alat kelapa parutan kering. Dengan tiga ulangan pada tiap perlakuan.

(35)

Dengan R adalah RPM alat pemarut. Model rancangan yang digunakan yaitu: Yik = µ + Ti+ εik

Yik = hasil pengamatan dari perlakuan faktor rpm pada taraf ke-i dan pada ulangan ke-k

µ = nilai tengah umum Ti = pengaruh perlakuan ke-i

εik = pengaruh galat percobaan dari perlakuan rpm pada taraf ke-i dan ulangan

ke-k

Banyaknya ulangan pada masing-masing rpm sebanyak tiga kali ulangan dengan perlakuan yang sama.

Komponen Alat

Alat kelapa parutan kering ini, mempunyai beberapa bagian penting, yaitu: 1. Kerangka Alat

Kerangka alat ini berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya, yang terbuat dari besi plat. Alat ini mempunyai panjang 40 cm, lebar 30 cm dan tinggi 140 cm.

2. Motor Listrik

Motor listrik adalah sumber penggerak untuk menggerakkan setiap komponen alat kelapa parutan kering. Pada alat ini digunakan motor listrik jenis AC satu fasa dengan spesifikasi 1 HP dan kecepatan putaran sebesar 1500 rpm.Poros Terletak ditengah yang terbuat dari besi as dengan diameter 1 inchi.

(36)

Berfungsi sebagai penumpu poros terletak di kerangka alat. 4. Pulley

Pulley yang digunakan mempunyai ukuran 4 inchi untuk kecepatan 1125 rpm,

5 inchi untuk kecepatan 900 rpm, dan 6 inchi untuk kecepatan 750 rpm dipasang pada poros di elektromotor dan pulley 3 inchi terdapat pada poros.

5. V-Belt

Berfungsi untuk menghantarkan kecepatan pada sebuah sumber tenaga penggerak yang ada ke bagian yang akan digerakkan dengan melalui alur pada pulley yang sekaligus sebagai lintasan untuk menyalurkan kecepatan. Pada alat kelapa parutan kering ini v-belt yang digunakan adalah v-belt dengan model raw edge multi-PLY v-belt yang memiliki lebar 1.25 cm dan tebal 0,78 cm dan pada pulley 4 inchi menggunakan v-belt dengan kode A-38 yang memiliki panjang 380 cm, pulley 5 inchi menggunakan v-belt A-40 yang memiliki panjang 400 cm, pulley 6 inchi menggunakan v-belt A-42 yang memiliki panjang 420 cm.

6. Mata Pisau

Berfungsi untuk memarut kelapa yang mempunyai jumlah mata pisau 4 mata pisau/cm2 yang menggunakan plat besi stainless steel dengan panjang 42 cm, lebar 21 cm, tebal 0,02 cm dan diameter lubang mata pisau 0,05 cm.

7. Saluran pemasukan

(37)

berfungsi untuk menahan kelapa dan mendorong kelapa agar kelapa tidak terlempar keluar yang berukuran 18 cm dan lebar 8 cm.

8. Saluran pengeluaran

Berfungsi sebagai saluran pengeluaran kelapa yang sudah diparut dengan ukuran panjang 15 cm dan tinggi 10.

Persiapan Bahan

1. Disiapkan kelapa yang akan diparut.

2. Dikupas kulit dan tempurung pada buah kelapa. 3. Dicuci kopra kelapa hingga bersih.

4. Dipotong kecil-kecil buah kelapa. 5. Kelapa siap diparut.

Prosedur Penelitian

Adapun prosedur pengujian alat adalah:

1. Dipasang pulley sesuai dengan rpm yang diinginkan. 2. Dinyalakan alat parutan kelapa kering.

3. Dimasukkan bahan sedikit demi sedikit ke alat.

4. Dicatat waktu yang di perlukan untuk memarut bahan. 5. Ditampung hasil parutan tersebut.

6. Dilakukan pengamatan parameter.

7. Dibersihkan alat dari sisa-sisa parutan kelapa. 8. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

(38)

Parameter Yang Diamati 1. Kapasitas Kerja Alat

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk.

Kapasitas alat = (kg/jam)...(8)

(Daywin, dkk., 2008)

2. Persentase Bahan Yang Tertinggal Di Alat

Persentase bahan yang tertinggal di alat diperoleh dengan membagi antara selisih berat buah yang diparut dengan berat hasil parutan dibagi dengan berat buah yang diparut dan dikali 100 persen.

Bahan yang Tertinggal di Alat = x 100%

parut di yang buah Berat parutan hasil Berat -diparut yang buah Berat ……(9) (Sihotang, 2006) 3. Rendemen

Rendemen menunjukkan persentase perbandingan berat bahan akhir terhadap berat bahan awal. Rendemen diperoleh dengan cara sebagai berikut, bahan ditimbang sebelum percobaan, bahan setelah percobaan ditimbang kembali, kemudian dihitung dengan rumus:

100% (kg) Awal Berat (kg) Akhir Berat

Rendemen= × ………..(10)

(Ananda, 2009). 4. Analisis ekonomi

(39)

pada Persamaan (2). Kemudian dilanjutkan dengan menghitung biaya tetap dan biaya tidak tetap sebagai berikut:

a. Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

2) Biaya penyusutan (metode sinking fund) dapat dilihat pada Persamaan (2)

Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya dapat dihitung melalui Persamaan (3)

3) Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

b. Biaya tidak tetap

Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :

1) Biaya perbaikan yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (4)

2) Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

3) Biaya energi adalah pengeluaran biaya listrik yang digunakan selama setahun. Tarif dasar listrik yang digunakan adalah Rp900,00/KwH.

5. Break even point (BEP)

(40)

untuk dijalankan dan menjadi bahan evaluasi. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Untuk menentukan produksi BEP maka dapat digunakan rumus dalam Persamaan (5)

6. Net present value (NPV)

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis financial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk

mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (6) pada tinjauan pustaka dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan. - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

7. Internal rate of return (IRR)

(41)

30

HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:41.595.113.511.230.345.2]

Hasil penelitian pengujian rpm pada alat kelapa parutan kering terhadap parameter yang diamati dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian

perlakuan kapasitas persentase bahan rendemen kerja alat yang tertinggal (%)

(kg/jam) di alat

(%)

R1 83.128 12.17 87.83

R2 75.650 19.33 80.33

R3 70.484 25 75

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kapasitas efektif alat tertinggi diperoleh dari R1 dengan 1125 rpm sebesar 83.128 kg/jam sedangkan kapasitas efektif alat terendah diperoleh dari R3 dengan 750 rpm sebesar 70.484 kg/jam. Persentase bahan yang tertinggal di alat tertinggi diperoleh pada R3 dengan 750 rpm sebesar 25%, sedangkan persentase bahan yang tertinggal di alat terendah diperoleh pada R1 dengan 1125 rpm sebesar 12.17%. Persentase rendemen tertinggi diperoleh pada R1 dengan 1125 rpm sebesar 87.83%, sedangkan persentase rendemen terendah diperoleh pada R3 dengan 750 rpm sebesar 75%.

(42)

Kapasitas Kerja Alat

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam) (Daywin, dkk., 2008). Dalam hal ini kapasitas kerja alat diperoleh dengan membagi banyaknya buah kelapa yang terparut terhadap waktu yang dibutuhkan selama pemarutan.

Dari daftar sidik ragam pada (Lampiran 6) dapat diketahui bahwa rpm memberikan pengaruh nyata terhadap kapasitas kerja alat. Hasil pengujian dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa pengaruh rpm

[image:42.595.112.520.410.492.2]

terhadap kapasitas kerja alat untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat

Jarak DMRT

RPM Rataan Notasi

P 0.05 0.01 0.05 0.01

- - - R1 83.128 a A

2 4.061 6.153 R2 75.650 b B

3 4.209 6.383 R3 70.484 c B

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

(43)
[image:43.595.123.491.411.580.2]

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa dengan meningkatkan kecepatan rpm pada alat ini dapat meningkatkan kapasitas kerja alat yang berarti pada rpm 1125 menghasilkan kapasitas kerja alat yang meningkat dan hasil produksi juga ikut meningkat hal ini sesuai dengan literatur Hanafiah (1995) yang menyatakan bahwa kapasitas alat dapat diperbesar atau diperkecil dengan mengubah jumlah pisau, kecepatan putar roller (rpm). Ini disebabkan kecepatan rpm dapat mempercepat proses pemarutan serta parutan kelapa yang lengket di lubang pada mata pisau dan pada roller pemarut lebih mudah terlepas karena kecepatan rpm membuat gaya sentrifugal pada alat lebih besar sehingga kelapa yang lengket tersebut akan mudah terlepas. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat.

Dari Gambar 1 diatas diketahui bahwa semakin besar rpm maka kapasitas kerja alat akan semakin besar, dan sebaliknya jika semakin kecil rpm maka kapasitas kerja alat akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena untuk memarut bahan dengan menaikkan rpm dengan mengganti diameter pulley yang kecil, waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat sehingga kapasitas kerja alat akan

(44)

semakin besar, demikian juga sebaliknya. Kapasitas kerja alat juga dipengaruhi oleh rpm dengan mengganti diameter pulley hal ini sesuai dengan Gunawan (2006) bahwa perbedaan diameter pulley, dimana semakin kecil ukuran pulley maka semakin kecil pula rpm sehingga waktu yang dibutuhkan alat untuk mengolah bahan akan lebih lama. Demikian juga sebaliknya, semakin besar diameter pulley maka semakin besar pula rpm sehingga waktu yang dibutuhkan alat untuk mengolah bahan akan lebih cepat dan kapasitas olahnya lebih besar.

Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat

Persentase bahan yang tertinggal di alat diperoleh dengan membagi antara selisih berat buah yang diparut dengan berat hasil parutan dibagi dengan berat buah yang diparut dan dikali 100 persen (Sihotang, 2006). Dalam hal ini persentase bahan yang tertinggal diperoleh antara selisih berat kelapa yang diparut dengan berat kelapa yang di parut dibagi berat kelapa yang diparut dan dikali 100%. Dari hasil sidik ragam (Lampiran 7) dapat dilihat bahwa rpm memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat. Hasil pengujian DMRT untuk mengetahui pengaruh rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat

Jarak

DMRT

RPM Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

_ _ _ R3 25.000 a A

2 2.424 3.673 R2 19.330 b B

3 2.512 3.810 R1 12.170 c C

[image:44.595.109.510.632.715.2]
(45)

Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat hubungan antara kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat bahwa rpm 750 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rpm 900 dan rpm 1125 yang berarti rpm 750 dapat dibedakan tanpa perlu dilakukan pengukuran DMRT terhadap rpm 1125 dan 900. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap satu dengan yang lainnya.

Pada hasil penelitian diperoleh persentase bahan yang tertinggal yang paling besar adalah pada rpm 750 yaitu sebesar 25%. Ini disebabkan kelapa yang diparut memerlukan waktu yang cukup lama dengan menggunakan kecepatan rpm sebesar 750. Pada rpm 750 menghasilkan gaya sentrifugal yang lebih kecil dibandingkan rpm 1125 yang mengakibatkan kurang gaya yang dihasilkan untuk melepas kelapa yang lengket pada lubang mata pisau dan roller pemarut sehingga ada banyak bahan yang tertinggal dan sebaliknya pada pada rpm 1125.

Pada alat ini lebih baik menggunakan rpm 1125 karena persentase bahan yang tertinggal sedikit dibanding rpm 750 hal ini sesuai dengan literatur Rizaldi (2006) bahwa nilai tambah lebih tinggi dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaanya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi.

(46)
[image:46.595.115.517.154.329.2]

kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap persentase bahan yang tertinggal di alat.

Dari Gambar diatas diketahui bahwa semakin kecil rpm, maka persentase bahan yang tertinggal di dalam alat akan semakin besar, karena semakin kecil rpm dengan diameter pulley lebih besar yang digunakan membuat rpm yang semakin kecil sehingga menyebabkan bahan yang tertinggal di alat semakin tinggi.

Rendemen

Rendemen menunjukkan persentase perbandingan berat bahan akhir terhadap berat bahan awal. Rendemen diperoleh dengan cara sebagai berikut, bahan ditimbang sebelum percobaan, bahan setelah percobaan ditimbang kembali (Ananda, 2009). Dalam hal ini rendemen diperoleh dengan membagi berat kelapa yang diparut dengan berat kelapa sebelum diparut dan dikali 100%.

(47)

mengetahui pengaruh rpm terhadap rendemen pada masing-masing taraf perlakuan, dapat dilihat pada data pengamatan hasil penelitian Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap persentase rendemen.

Jarak DMRT RPM Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- R1 87.830 a A

2 2.424 3.673 R2 80.330 b B

3 2.512 3.810 R3 75.000 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda sangat nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 4 dapat dilihat hubungan dari rpm terhadap persentase rendemen bahwa rpm 1125 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rpm 900 dan rpm 750 yang berarti rpm 1125 dapat dibedakan tanpa harus dilakukan pengukuran DMRT terhadap rpm 900 dan 750. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh taraf perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap satu dengan yang lainnya. Pada hasil penelitian persentase rendemen yang paling besar pada rpm 1125 yaitu 87.83%. Pada rpm 1125 mempengaruhi rendemen yang dihasilkan pada alat ini yang berarti dengan meningkatkan kecepatan rpm pada alat ini dapat meningkatkan persentase rendemen.

(48)
[image:48.595.124.501.98.279.2]

Gambar 3. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap persentase rendemen.

Dari Gambar diatas diketahui bahwa semakin besar rpm, maka persentase rendemen akan semakin besar, karena semakin besar kecepatan putaran dengan diameter pulley yang lebih kecil yang digunakan maka hasil parutan yang diperoleh akan semakin tinggi.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Biaya pemarutan kelapa

Dari penelitian yang dilakukan (Lampiran 9) diperoleh biaya pemarutan sebesar Rp.143,52/kg pada tahun pertama, Rp. 134,90/kg pada tahun kedua. Rp.

(49)
[image:49.595.113.514.265.469.2]

132,04/kg pada tahun ketiga, Rp. 130,61/kg pada tahun keempat, Rp. 129,76/kg pada tahun kelima, Rp. 129,31/kg pada tahun keenam dan Rp. 128,78/kg pada tahun ketujuh. Dari hasil yang diperoleh biaya pemarutan selama umur ekonomis alat pemarut kelapa kering yaitu 7 tahun dan kita dapat biaya pemarutan yang terus mengalami penurunan di setiap tahun ada perubahan biaya pemarutan yang dapat kita lihat pada gambar di bawah ini

Gambar 4. Grafik biaya pokok pemarutan kelapa

Dari Gambar 4 diatas dapat dilihat terjadi penurunan biaya pokok tiap tahunnya untuk pemarutan setiap kelapanya. Hal ini dipengaruhi oleh biaya penyusutan (biaya tetap) pada alat yang semakin tinggi tiap tahunnya.

Break even point

(50)

titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

[image:50.595.117.518.374.584.2]

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan (Lampiran 10), alat kelapa parutan kering ini akan mencapai BEP apabila telah memarut kelapa sebanyak 1552,55 kg pada tahun pertama, 835,26 kg pada tahun kedua, 596,50 kg pada tahun ketiga, 477,32 kg pada tahun keempat, 405,96 kg pada tahun kelima, 368,42 kg pada tahun keenam, dan 324,75 kg pada tahun ketujuh.

Gambar 5. Grafik break even point.

Dari Gambar 5 diatas dapat dilihat terjadi penurunan nilai titik impas setiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh biaya tetap alat yang semakin rendah setiap tahunnya.

(51)

Net present value

Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur

suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka NPV ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh (Lampiran 11) pada penelitian dapat diketahui besarnya NPV dengan suku bunga 6% adalah Rp. 1.518.289.044,76. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi usaha tidak menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

Internal rate of return

(52)

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas kerja alat tertinggi pada rpm R1 adalah sebesar 83,128 kg kopra/jam sedangkan kapasitas kerja alat terendah pada rpm R3 sebesar 70,484 kg kopra/jam.

2. Persentase bahan yang tertinggal di alat tertinggi pada rpm R3 sebesar 25% sedangkan persentase bahan yang tertinggal di alat terendah pada rpm R1 sebesar 12,17%.

3. Rendemen tertinggi pada rpm R1 sebesar 87,83% sedangkan rendemen terendah pada rpm R3 sebesar 75%.

4. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam memarut kelapa dengan alat parutan kelapa kering ini tiap tahunnya adalah sebesar Rp.143,52/kg pada tahun pertama, Rp. 134,90/kg pada tahun kedua. Rp. 132,04/kg pada tahun ketiga, Rp. 130,61/kg pada tahun keempat, Rp. 129,76/kg pada tahun kelima, Rp. 129,31/kg pada tahun keenam dan Rp. 128,78/kg pada tahun ketujuh.

5. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memarut kelapa sebanyak 1552,55 kg pada tahun pertama, 835,26 kg pada tahun kedua, 596,50 kg pada tahun ketiga, 477,32 kg pada tahun keempat, 405,96 kg pada tahun kelima, 368,42 kg pada tahun keenam, dan 324,75 kg pada tahun ketujuh.

(53)

7. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 35,6%. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu memodifikasi alat ini sehingga pengeluaran hasil parutan yang masuk kedalam roller dapat keluar dengan lancar.

(54)

43

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, A.D, 2009. Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Organoleptik Minuman Fungsional Teh Hijau (Camellia sinensis) Rempah Instan. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anonimous., 2014. Pengolahan Makanan.

Wikipedia 2014 ]

Buda, K. (1981): Kelapa dan Hasil Olahannya, Bagian THP Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daryanto., 1984. Dasar – Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Depdikbud. 2001. Peralatan Tradisional di Nusa Tenggara Timur. Depdikbud. Jakarta.

Gunawan, D. 2006. Uji RPM Pada Alat Pembuat Pakan Ikan Lele Bentuk Pelet. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hanafiah, K. A., 1995. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjosentono, dkk., 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Hartanto., 1997. Mekanisasi Tanaman Pangan. CV Bakti Aksara. Bengkulu. Mabie, H. H and F.W. Ocvirk., 1967. Mechanics and Dynamic of Machinery. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Malik, M.A., 2002. Perencanaan Proses Produksi Pulley V Menggunakan Metode Sand Mold

Casting.

(55)

Rindengan, B., dan Hengky N., 2004. Minyak Kelapa Murni: Pembuatan dan Pemanfaatan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU, Medan.

Roth, L.O.,F.R.Crow, and G.W.A. Mahoney., 1982. Agriculture Engineering. AVI Publishing. Westport, USA.

Setyamidjaja, D, 1990. Bertanam Kelapa Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Sihotang, W. 2006. Uji RPM Silinder Mata Parut Pada Alat Pemarut Mekanis. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Smith, H. P., dan Wilkes, L.H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM Press. Yogyakarta.

Soenarta, N dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta Stolk, J dan Kros. 1986. Elemen Mesin. Erlangga. Jakarta.

Suastawa, I., N, 2008. Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhardiman, P. 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. Suhardiyono, L. 1987. Tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.

Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta. Yogyakarta. Sulaefi, 2000. Peluang, Kendala dan Strategi Pengembangan Eksport Agrobisnis-

Agroindustri Hortikultura Indonesia di Era Millenium III. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol.2, No. 3 juni

Sukirno. 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM. Yogyakarta.

Sumanto, M.A., 1993. Motor Listrik Arus Bolak Balik, Motor Induksi Motor Sinkron. Andi Offset, Yogyakarta.

Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Kanisius. Yogyakarta.

(56)

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan Mulai

Digerinda permukaan yang kasar Diukur bahan yang akan

digunakan

Dipotong bahan yang digunakan Merangkai alat

Pengelasan

Pengecatan

a b

(57)

Analisa data Pengujian Alat (c)

Pengukuran Parameter a

b

Data layak?

(58)

Menyiapkan bahan

Menghidupkan alat kelapa parutan kering

Memasukkan bahan sedikit demi sedikit ke alat

Selesai

Mencatat waku yang diperlukan untuk memarut

Menampung hasil parutan tersebut

c

Analisis data

Pengujian parameter (kapasitas efektif alat, persentase bahan yang

(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

Lampiran 4 Perhitungan RPM Pulley 4 inci

Diketahui : N1 = 1500 rpm Dp = 3 inci = 7.5 cm dp = 5 inci = 10 cm Ditanya : n2 = …..?

Jawab :

Pulley 5 inci

Diketahui : N1 = 1500 rpm Dp = 3 inci = 7.5 cm dp = 5 inci = 12.5 cm Ditanya : n2 = …..?

Jawab :

Pulley 6 inci

Diketahui : N1 = 1500 rpm Dp = 3 inci = 7.5 cm dp = 5 inci = 15 cm Ditanya : n2 = …..?

Jawab :

(66)

Lampiran 5 Perhitungan Kapasitas kerja alat

Ulangan

Banyak buah yg terparut (kg)

Waktu pemarutan (jam) Kapasitas kerja alat (kg/jam)

R1 R2 R3 R1 R2 R3

I 1 0.01175 0.01321 0.01361 85.106 75.700 73.475

II 1 0.01226 0.01306 0.01424 81.566 76.569 70.225

III 1 0.01225 0.01339 0.01476 82.712 74.683 67.751

Rata-rata 1 0.01209 0.01322 0.01420 83.128 75.650 70.484

Kapasitas efektif alat (buah/jam) =

RPM I

U1 = = 85.106 kg/jam

U2 = = 81.566 kg/jam

U3 = = 82.712 kg/jam

Rata-rata =

=

= 83.128 kg/jam

RPM II

U1 = = 75.700 kg/jam

(67)

U3 = = 74.683 kg/jam

Rata-rata =

=

= 75.650 kg/jam

RPM III

U1 = = 73.475 kg/jam

U2 = = 70.225 kg/jam

U3 = = 67.751 kg/jam

Rata-rata =

=

= 70.484 kg/jam

Persentase bahan yang tertinggal di alat

Ulangan Berat awal (gram) Hasil parutan (gram)

% Bahan yang tertinggal di alat

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

I 1000 1000 1000 880 810 750 12 19 25

II 1000 1000 1000 880 800 770 12 20 23

III 1000 1000 1000 875 800 730 12,5 20 27

Rata-rata 1000 1000 1000 878.33 803.33 750 12.17 19.33 25

% Bahan yang tertinggal di alat = x 100%

RPM I

(68)

U2 =

x 100 % = 12 %

U3 =

x 100 % = 12.5 %

Rata-rata =

=

= 12.17 %

RPM II

U1 =

x 100 % = 19 %

U2 =

x 100 % = 20 %

U3 =

x 100 % = 20 %

Rata-rata =

=

= 19.33 %

RPM III

U1 =

x 100 % = 25 %

U2 =

x 100 % = 23 %

(69)

Rata-rata =

=

= 25 %

Rendemen

Ulangan Berat awal (gram kopra) Hasil parutan (gram kopra) Rendemen (%)

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

I 1000 1000 1000 880 810 750 88 81 75

II 1000 1000 1000 880 800 770 88 80 77

III 1000 1000 1000 875 800 730 87,5 80 73

Rata-rata 1000 1000 1000 878.33 803.33 750 87.83 80.33 75

Rendemen (%) = x 100%

RPM I

U1 =

x 100 % = 88 %

U2 =

x 100 % = 88 %

U3 =

x 100 % = 87.5 %

Rata-rata =

=

= 87.83 %

RPM II

U1 =

x 100 % = 81 %

(70)

U3 =

x 100 % = 80 %

Rata-rata =

=

= 80.33 %

RPM III

U1 =

x 100 % = 75%

U2 =

x 100 % = 77 %

U3 =

x 100 % = 73 %

(71)

Lampiran 6. Data Kapasitas Kerja Alat (kg/jam)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

R1 85.106 81.566 82.712 249.384 83.128

R2 75.700 76.569 74.682 226.951 75.650

R3 73.475 70.225 67.751 211.451 70.484

Total 687.786

Rataan 76.421

Analisis Sidik Ragam Kapasitas Kerja Alat

SK Db JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Perlakuan 2 27.519 13.760 1.519 tn 5.14 10.92

Galat 6 54.337 9.056

Total 8 81.856

Ket : FK = 19560.167 ** = sangat nyata

* = Nyata

tn = tidak nyata Uji DMRT

Jarak

DMRT

RPM Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

_ _ _ R1 83.128 a A

2 4.061 6.153 R2 75.650 b B

(72)

Lampiran 7. Data Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

R1 12.00 12.00 12.50 36.50 12.17

R2 19.00 19.00 20.00 58.00 19.33

R3 25.00 23.00 27.00 75.00 25.00

Total 169.5

Rataan 18.833

Analisis sidik ragan persentase bahan yang tertinggal di alat

SK db JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Perlakuan 2 37.230 18.615 38.459 ** 5.14 10.92 Galat 6 2.904 0.484

Total 8 40.134

Ket : FK = 790.266 ** = sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata Uji DMRT

Jarak

DMRT

RPM Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

_ _ _ R3 25.000 a A

2 2.424 3.673 R2 19.330 b B

(73)

Lampiran 8. Data Rendemen

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

R1 88.00 88.00 87.50 263.50 87.83

R2 81.00 80.00 80.00 241.00 80.33

R3 75.00 77.00 73.00 225.00 75.00

Total 729.5

Rataan 81.056

Analisis sidik ragam rendemen

SK db JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Perlakuan 2 37.174 18.587 38.316 ** 5.14 10.92 Galat 6 2.911 0.485

Total 8 40.084

Ket :

FK = 73922.360 ** = sangat nyata * = Nyata tn = tidak nyata Uji DMRT

Jarak

DMRT

RPM Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

_ _ _ R1 87.830 a A

2 2.424 3.673 R2 80.330 b B

(74)

Lampiran 9. Analisis ekonomi 1. Unsur produksi

1. Biaya pembuatan alat (P) = Rp. 3.940.000 2. Umur ekonomi (n) = 7 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 394.000

4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Produksi/hari = 665,02 kg/hari 6. Biaya operator = Rp. 80.000/hari 7. Biaya perbaikan = Rp. 28,46/ jam 8. Bunga modal dan asuransi = Rp. 180.114,28/tahun 9. Biaya listrik = Rp. 453,75/jam

10.Jam kerja alat per tahun = 2400 jam/tahun ( asumsi 300 hari efektif berdasarkan tahun 2015) 2. Perhitungan biaya produksi

a. Biaya tetap (BT)

[image:74.595.117.511.594.722.2]

1. Biaya penyusutan (D) Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund Akhir Tahun Ke (P-S) (Rp) (A/F, 6%, n) (F/P, 6%, t-1) Dt

0 - - - -

1 3.546.000 1 1 3.546.000,00

2 3.546.000 0,4854 1,06 1.824.502,10

3 3.546.000 0,3141 1,1236 1.251.464,11

4 3.546.000 0,2286 1,191 965.443,18

5 3.546.000 0,1774 1,2625 794.188,76

6 3.546.000 0,1484 1,338 704.090,92

(75)

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Januari 6% dan Asuransi 2% I =

=

[image:75.595.107.506.284.397.2]

= Rp. 180.114,28/tahun

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun

1 3.546.000 180.114,28 3.726.114,28

2 1.824.502,10 180.114,28 2.004.616,38

3 1.251.464,11 180.114,28 1.431.578,39

4 965.443,18 180.114,28 1.145.557,46

5 794.188,76 180.114,28 974.303,04

6 704.090,92 180.114,28 884.205,2

7 599.284,28 180.114,28 779.398,56

b. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi) Biaya reparasi =

=

= Rp. 28,46/jam

2. Biaya operator

Diperkirakan upah operator untuk memarut kelapa per 1 jam nya adalah sebesar Rp. 10.000. Sehingga diperoleh biaya operator:

(76)

3. Motor listrik 1 HP = KW

Biaya listrik = 0,75 KW x Rp. 605/KWH = Rp. 453,75/H

= Rp. 453,75/jam Total biaya tidak tetap = Rp. 10.482,21 /jam c. Biaya pemarutan kelapa

[image:76.595.108.544.327.440.2]

Biaya pokok = + BTT]C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

Tahun BT (Rp/tahun) x (jam/tahun) BTT (Rp/jam) C (jam/kg) BP (Rp/Kg)

1 3.546.000,00 2.400 10.482,21 0,012 143,52

2 1.824.502,10 2.400 10.482,21 0,012 134,90

3 1.251.464,11 2.400 10.482,21 0,012 132,04

4 965.443,18 2.400 10.482,21 0,012 130,61

5 794.188,76 2.400 10.482,21 0,012 129,76

6 704.090,92 2.400 10.482,21 0,012 129,31

(77)

Lampiran 10. Break even point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan

dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Gambar

Tabel 1. Data pengamatan hasil penelitian
Tabel 2. Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat
Gambar 1. Hubungan antara kecepatan rpm terhadap kapasitas kerja alat.
Tabel 3. Hasil Uji DMRT pengujian kecepatan rpm terhadap persentase bahan     yang tertinggal di alat
+7

Referensi

Dokumen terkait

In each group play in a knockout tournament (When a team loses a game it is eliminated).. The best of each group then plays each other once to decide the

[r]

The data RT-PCR analysis was performed to examine expression described herein demonstrate that RH-I / SkM2 mRNA was of the hH1 / SCN5A cardiac sodium channel gene in fetal expressed

[r]

Hasil penelitian ini diawali pada siklus I yang melalui empat tahp, yakni tahap perencanaan dimulai dengan merancang RPP dan instrumen pembelajaran untuk mendukung

Kadar plastik yang optimum bagi suatu campuran aspal adalah sebesar 8% dari nilai total berat sample [6] sedangkan bagi hasil uji limbah beton, didapatkan kadar paling

Berdasarkan Data Jawaban Kuisioner diketahui bahwa sebelum diberikan penyuluhan sebagian besar responden tidak siap mental dalam menghadapi menarche, dalam hal

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu