BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Gambaran Umum Responden
4.2.1. SDM Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada Tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat komposisi SDM dari Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:
Tabel 4.4. Komposisi Komisi Penilai AMDAL Menurut Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Sarjana (S1) 25 61
2. Magister (S2) 11 27 3. Doktoral (S3) 5 12
Total 41 100
Sumber: Data primer, 2009.
Tingkat pendidikan S1 mendominasi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya yaitu berjumlah 25 orang atau 61% dari total responden sedangkan tingkat pendidikan S2 berjumlah 11 orang atau 27% dan S3 berjumlah 5 orang atau 12%. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan jenjang pendidikan SDM khususnya tingkat sarjana (S1).
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL, maka semua anggota Komisi Penilai AMDAL telah memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan bagi seorang Komisi Penilai AMDAL yaitu berpendidikan sarjana/sederajat; namun mengingat kompleksnya permasalahan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, seharusnya semua anggota Komisi Penilai AMDAL khususnya yang masih berpendidikan S1 tetap berupaya meningkatkan kompetensinya baik melalui kursus, diklat maupun menghadiri seminar dan pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan lingkungan dan permasalahannya sehingga lebih mampu lagi untuk menilai dokumen AMDAL secara holistik.
4.2.2. SDM Responden Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden menurut latar belakang disiplin ilmu dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu No. Komisi Penilai Teknis (orang) Non Teknis (orang)
1. Provinsi 13 4 2. Kota Medan 6 7 3. Kab.Deli Serdang 6 4 Total 25 16 Persentase (%) 61 39
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Latar belakang disiplin ilmu Komisi Penilai di Kota Medan maupun Kabupaten sebanding antara teknis maupun non teknis sedangkan di Komisi Penilai
AMDAL Provinsi lebih didominasi dari teknis, hal ini tergantung dari ketersediaan sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan dan juga jabatan yang melekat pada seseorang otomatis menjadikannya salah satu anggota Komisi Penilai AMDAL; saat ini yang harus dilakukan adalah perlunya penambahan beberapa personil anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penilaian dokumen AMDAL yaitu disiplin ilmu untuk menilai komponen fisik-kimia, biologi, sosial budaya, kesehatan masyarakat; hal ini disebabkan hingga saat penelitian ini dilakukan, hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh konsultan diperiksa oleh anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL.
4.2.3. SDM Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden berdasarkan AMDAL yang pernah diikuti dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Jumlah Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti No. Jenis Sertifikat Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. AMDAL A 19 46
2. AMDAL B 13 32 3. AMDAL C 7 17 4. Belum memiliki 2 5
Total 41 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Kursus AMDAL yang merupakan kegiatan peningkatan dan pengembangan pengetahuan di bidang lingkungan hidup, belum sepenuhnya diikuti oleh Komisi
Penilai. Kursus AMDAL A adalah kursus dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup; kursus AMDAL B adalah kursus penyusun AMDAL dan kursus AMDAL C adalah kursus penilai AMDAL. Persentase Komisi Penilai AMDAL di Provinsi, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yang memiliki sertifikat kursus AMDAL A sebanyak 46%, AMDAL B sebanyak 32% dan AMDAL C sebanyak 17% dan masih ada sebanyak 2 orang atau 5% belum memiliki sertifikat AMDAL, hal tersebut disebabkan kurangnya informasi tentang jadwal pelaksanaan kursus AMDAL yang dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Kursus AMDAL dan ketersediaan dana APBD untuk memprioritaskan anggota Komisi Penilai AMDAL dalam mengikuti kursus AMDAL. Berdasarkan informasi yang diperoleh, bahwa kursus AMDAL yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara tidak disebarluaskan ataupun disosialisasikan, hanya menunggu peserta yang datang untuk mendaftar dan apabila memenuhi kuota, baru dilaksanakan. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara juga tidak aktif untuk menginformasikannya disamping itu biaya untuk mengikuti kursus AMDAL cukup besar sehingga tidak menjadi prioritas, namun hal tersebut juga bergantung pada komitmen pimpinan masing-masing instansi untuk meningkatkan kualitas SDM Komisi Penilai AMDAL sebagai salah satu penentu peningkatan kualitas dokumen AMDAL.
4.2.4. SDM Responden Berdasarkan Lamanya Bertugas sebagai Komisi Penilai
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden menurut lamanya bertugas sebagai Komisi Penilai AMDAL dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Lamanya Bertugas Sebagai Komisi Penilai
No. Masa Tugas Komisi Penilai Persentase (%)
1. < 1 tahun 3 7 2. 1-5 tahun 21 51
3. 6-10 tahun 15 37 4. > 10 tahun 2 5 Total 41 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Pengalaman kerja yang ditunjukkan dengan masa tugas sebagai Komisi Penilai sebanyak 51% selama kurun waktu 1-5 tahun, 37% selama kurun waktu 6-10 tahun, 5% di atas 10 tahun, sisanya 7% di bawah 1 tahun.
Semakin lama seseorang bertugas sebagai Komisi Penilai maka semakin paham dan teliti untuk melakukan penilaian, namun ada beberapa anggota Komisi Penilai yang baru beberapa bulan bertugas, hal ini disebabkan adanya mutasi jabatan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kerja instansi, untuk itu perlu dibuat suatu kebijakan bahwa seseorang yang telah diangkat berdasarkan kompetensinya sebagai Komisi Penilai AMDAL, maka meskipun terjadi mutasi pekerjaan terhadapnya (selama masih berada di wilayah tersebut) maka jabatan sebagai Komisi Penilai AMDAL tetap melekat kepadanya dan dapat diperpanjang sesuai peraturan yang ditetapkan.
4.3. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
Komisi Penilai AMDAL, dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Tim Teknis serta Sekretariat Komisi Penilai, berdasarkan hasil pengumpulan data
diketahui bahwa ada beberapa mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai yang belum dijalankan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008.
4.3.1. Jangka Waktu Penerimaan Dokumen
Undangan dan dokumen KA maupun dokumen ANDAL, RKL/RPL menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 harus diterima anggota komisi selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian, namun kenyataannya seperti tercantum pada Lampiran 5-7.
Dari lampiran tersebut dapat dijelaskan bahwa Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Provinsi telah melakukan pencatatan tanda terima dokumen, hal ini untuk menjamin terdistribusinya dokumen AMDAL yang akan dinilai oleh Komisi Penilai sedangkan Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Kota Medan dan Deli Serdang tidak melakukan pencatatan tanda terima dokumen dan berdasarkan informasi dari staf Sekretariat bahwa dokumen AMDAL yang akan dinilai diserahkan kepada pihak Konsultan untuk disampaikan kepada Komisi Penilai. Berdasarkan data yang ada, undangan dan dokumen yang diterima Komisi Penilai selama periode 5 tahun tersebut, tidak ada yang sampai 10 (sepuluh) hari sebelum tangggal sidang Penilaian, bahkan ada yang diterima 2 (dua) hari sebelum tanggal sidang penilaian; selama ini tidak ada keluhan secara terbuka dari anggota Komisi Penilai terhadap jangka waktu penerimaan dokumen; konsekuensinya beberapa anggota Komisi Penilai tidak membaca seluruh isi dokumen, hanya beberapa halaman yang ada kaitannya dengan instansi yang diwakili, sehingga substansi isi dokumen secara menyeluruh kurang
dipahami; akibatnya akan mempengaruhi kualitas penilaian terhadap dokumen AMDAL yang kelak akan direkomendasikan kelayakan lingkungannya. Dari hasil tabulasi kuisioner dan wawancara langsung, harapan dari semua Komisi Penilai AMDAL adalah agar dokumen yang disampaikan sebaiknya 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal sidang agar dapat menganalisa dokumen lebih teliti dan mendalam sehingga dokumen yang dinilai juga dapat ditingkatkan kualitasnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Komisi Penilai AMDAL Provinsi dan Kabupaten Deli Serdang belum sepenuhnya melaksanakan rapat tim teknis sesuai mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai sedangkan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan sudah melaksanakan rapat tim teknis sesuai mekanisme tata kerja Komisi serta membuat Berita Acara Penilaian. Hal ini perlu dibenahi dan harus dibuat Berita Acara untuk setiap penilaian dokumen AMDAL sehinggga hal-hal penting yang harus dikaji, diperbaiki dan disempurnakan dalam dokumen AMDAL benar-benar dituangkan dalam studi AMDAL tersebut.
4.3.2. Kehadiran Komisi Penilai
Dalam hal jumlah kehadiran setiap anggota Komisi pada rapat penilaian dokumen KA, ANDAL dan RKL/RPL cukup tinggi, untuk Komisi Penilai Provinsi rata-rata kehadiran pada Sidang Komisi sebanyak 79%, pada Sidang Komisi Penilai Kota Medan sebanyak 80% dan Sidang Komisi Penilai Kabupaten sebanyak 95%, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 8-10. Persentase kehadiran yang cukup tinggi menyatakan bahwa Komisi Penilai AMDAL memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya sebagai penilai dokumen AMDAL, hal ini perlu dipertahankan karena
dengan pertemuan secara langsung antara Komisi Penilai dengan pihak pemrakarsa/konsultan, akan lebih efektif dan efisien untuk mengetahui hal-hal yang perlu dikaji dan dituangkan dalam dokumen AMDAL.
4.3.3. Peninjauan Lokasi
Dalam penyusunan dokumen AMDAL, hal yang paling penting untuk diteliti adalah kondisi Rona Awal Lingkungan pada saat studi Kerangka Acuan mulai disusun, hal tersebut diperlukan sebagai barometer untuk mengukur sejauhmana dan seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan akibat adanya kegiatan usaha yang dilakukan. Oleh sebab itu peninjauan lokasi rencana usaha sangat penting dilaksanakan oleh Komisi Penilai AMDAL sebagai pertimbangan pada saat pelaksanaan sidang AMDAL, namun data tentang peninjauan lapangan terhadap rencana usaha hanya dilakukan 8 (delapan) kali atau 19,5% dari 41 rencana usaha/kegiatan dan tidak melibatkan semua tim teknis Komisi Penilai AMDAL. Hal ini perlu ditingkatkan kuantitas peninjauan lokasi sesuai dengan harapan semua Komisi Penilai AMDAL (hasil tabulasi kuisioner).