PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN TATA KERJA
KOMISI PENILAI AMDAL TERHADAP KUALITAS DOKUMEN
AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
HENNY NAINGGOLAN
077004008/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN TATA KERJA
KOMISI PENILAI AMDAL TERHADAP KUALITAS DOKUMEN
AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HENNY NAINGGOLAN
077004008/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN TATA KERJA KOMISI PENILAI AMDAL TERHADAP
KUALITAS DOKUMEN AMDAL DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Henny Nainggolan
Nomor Pokok : 077004008
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) Ketua
(Prof. Dr. Erman Munir, MSc) (Drs. Chairuddin, MSc) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal : 21 Desember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Erman Munir, MSc
2. Drs. Chairuddin, MSc
3. Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar
ABSTRAK
Salah satu penentu kualitas dokumen AMDAL adalah Sumber Daya Manusia yang handal dalam menyusun maupun menilai dokumen AMDAL, di samping itu mekanisme tata kerja dari Komisi Penilai AMDAL juga memberi andil dalam menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas.
Penelitian untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara sumber daya manusia (41 orang) dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL baik secara parsial maupun secara simultan. Variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL adalah tata kerja Komisi Penilai AMDAL dengan standardized coefficients 0,285 sedangkan sumber daya manusia hanya 0,009. Koefisien regresi (R square) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti mampu mempengaruhi variabel terikat sebesar 75% dan sisanya sebesar 25% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang belum diteliti.
ABSTRACT
One of the determinants of the quality of AMDAL document is the good human resource in arranging or evaluating the AMDAL document and the work mechanism of the evaluation commission has its great constribution in issuing a qualified AMDAL document.
The research is to find out the influence of the human resource and the effective work of the AMDAL evaluation commission on the quality of the AMDAL document in North Sumatera Province was done.
The result of this research shows that there are positive and significant influence between the human resources (41 people) and the work mechanism of the AMDAL evaluation on the quality of AMDAL document partially and simultaneously. The most dominant independent variable influencing the quality of the AMDAL document is the work mechanism of AMDAL evaluation commission with standard efficiency of 0,285 while human resource is only 0,009. Regression coefficiency (R-square) shows that the independent variable analyzed can influence 75% of dependent variable and the remaining 25% is described with the other variables which haven’t been analyzed yet.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul: Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap Kualitas Dokumen AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, juga ucapan terima kasih yang tulus dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Program Studi Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Sekretaris Program Studi Prof. Dr. Erman Munir, MSc sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembimbing dan Drs. Chairuddin, MSc sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Lingkungan Hidup Pemko Medan juga tak lupa ucapan terima kasih kepada semua Anggota Komisi Penilai AMDAL baik yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner penelitian tesis ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya, mami tersayang Ny. M. Nainggolan br. Rajagukguk atas doanya untuk keberhasilan penulis serta suami tercinta Remus S.P. Silalahi, SE, MM dan ketiga orang putra dan putri yang terkasih: Sheila Esther Octavia, Novia Reny Arviana dan Hizkia Johan Andika atas semua dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan berkat dan anugerahNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis baik pada saat kuliah maupun dalam penulisan tesis ini.
Akhir kata, penulis berharap kiranya tesis ini bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan secara umum dan bagi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara secara khusus.
Medan, Oktober 2009 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Henny J.M. Nainggolan dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1968 di Medan, Sumatera Utara, anak ke 6 dari 7 bersaudara dari Ayahanda (Alm) M. Nainggolan dan Ibunda S.N. br. Rajagukguk. Penulis menyelesaikan studi:
1. SD Katholik Budi Murni Medan tahun 1981. 2. SMP Immanuel Medan tahun 1984.
3. SMA Negeri I Medan tahun 1987.
4. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara tahun 1992.
5. Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara tahun 2009.
Penulis menikah dengan Remus S.P. Silalahi, SE, MM pada tanggal 29 Desember 1992 dan dikaruniai dua orang putri: Sheila Esther Octavia, Novia Reny Arviana dan seorang putra: Hizkia Johan Andika.
Pengalaman Kerja:
1. Staf Bidang Sosial Budaya pada Bappeda Karo mulai tahun 1996-1998.
2. Staf Bidang Pengkajian dan Analisis Dampak Lingkungan Bapedalda Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 1998-2007.
DAFTAR ISI
2.1. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup... 7
2.2. Penyusunan Dokumen AMDAL... 8
2.3. Sumber Daya Manusia... 9
2.4. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL... 15
2.5. Evaluasi terhadap Kualitas Dokumen AMDAL... 24
BAB III. METODE PENELITIAN... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32
4.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL ... 32
4.1.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara... 32
4.1.2. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan... 34
4.1.3. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang... 36
4.2. Gambaran Umum Responden... 38
4.2.1. SDM Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 38
[ 4.2.2. SDM Responden Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu... 39
4.2.3. SDM Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti... 40
4.2.4. SDM Responden Berdasarkan Lamanya Bertugas Sebagai Komisi Penilai... 41
4.3. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL... 42
4.3.1. Jangka Waktu Penerimaan Dokumen... 43
4.3.2. Kehadiran Komisi Penilai... 44
4.3.3. Peninjauan Lokasi... 45
4.4. Jumlah Dokumen AMDAL Periode 2004-2008... 45
4.5. Hasil Analisis Data... 48
4.7.2. Pengaruh Tata Kerja Komisi Penilai terhadap Kualitas Dokumen ... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 63
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Provinsi ... 33 4.2. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan ... 35 4.3. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL, UKL dan UPL
Kabupaten Deli Serdang ... 37 4.4. Komposisi Komisi Penilai AMDAL Menurut Tingkat Pendidikan .... 38 4.5. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Latar Belakang Disiplin
Ilmu ... 39 4.6. Jumlah Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti ... 40 4.7. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Lamanya Bertugas
Sebagai Komisi Penilai ... 42 4.8. Rekapitulasi Kualitas Dokumen AMDAL di Provinsi Sumatera
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Skema Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL ... 68
2. Daftar Dokumen AMDAL yang Dinilai Komisi Penilai AMDAL Provinsi ... 69
3. Daftar Dokumen AMDAL yang Dinilai Komisi Penilai AMDAL Kota Medan ... 72
4. Daftar Dokumen AMDAL yang Dinilai Komisi Penilai AMDAL Kab. Deli Serdang ... 73
5. Tanda Terima Undangan dan Dokumen AMDAL dalam Sidang Penilaian AMDAL di Provinsi ... 74
6. Tanda Terima Undangan dan Dokumen AMDAL dalam Sidang Penilaian AMDAL Kota Medan ... 78
7. Tanda Terima Undangan dan Dokumen AMDAL dalam Sidang Penilaian AMDAL Kabupaten Deli Serdang... 80
8. Jumlah Kehadiran Komisi Penilai AMDAL Provinsi ... 81
9. Jumlah Kehadiran Komisi Penilai AMDAL Kota Medan ... 85
10. Jumlah Kehadiran Komisi Penilai AMDAL Kab.Deli Serdang ... 87
11. Pemrakarsa dan Konsultan AMDAL Provinsi ... 88
12. Pemrakarsa dan Konsultan AMDAL Kota Medan ... 91
13. Pemrakarsa dan Konsultan AMDAL Kab.Deli Serdang ... 92
14. Sumberdaya Manusia Komisi Penilai AMDAL ... 93
15. Aspek Kualitas Dokumen AMDAL... 94
16. Hasil Pengolahan Data ... 96
ABSTRAK
Salah satu penentu kualitas dokumen AMDAL adalah Sumber Daya Manusia yang handal dalam menyusun maupun menilai dokumen AMDAL, di samping itu mekanisme tata kerja dari Komisi Penilai AMDAL juga memberi andil dalam menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas.
Penelitian untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara sumber daya manusia (41 orang) dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL baik secara parsial maupun secara simultan. Variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL adalah tata kerja Komisi Penilai AMDAL dengan standardized coefficients 0,285 sedangkan sumber daya manusia hanya 0,009. Koefisien regresi (R square) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti mampu mempengaruhi variabel terikat sebesar 75% dan sisanya sebesar 25% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang belum diteliti.
ABSTRACT
One of the determinants of the quality of AMDAL document is the good human resource in arranging or evaluating the AMDAL document and the work mechanism of the evaluation commission has its great constribution in issuing a qualified AMDAL document.
The research is to find out the influence of the human resource and the effective work of the AMDAL evaluation commission on the quality of the AMDAL document in North Sumatera Province was done.
The result of this research shows that there are positive and significant influence between the human resources (41 people) and the work mechanism of the AMDAL evaluation on the quality of AMDAL document partially and simultaneously. The most dominant independent variable influencing the quality of the AMDAL document is the work mechanism of AMDAL evaluation commission with standard efficiency of 0,285 while human resource is only 0,009. Regression coefficiency (R-square) shows that the independent variable analyzed can influence 75% of dependent variable and the remaining 25% is described with the other variables which haven’t been analyzed yet.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya kemampuan lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Kajian dokumen tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup oleh Pemerintah.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Propinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No. 4 Tahun 2001 yang telah disesuaikan kembali dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara menjadi Badan Lingkungan Hidup (berlaku sejak Pebruari 2009) adalah merupakan unsur pendukung tugas Gubernur, dipimpin seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang Administrasi Umum Pengkajian, Tata Lingkungan dan AMDAL, Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Limbah, Pengendalian Kerusakan, Pemulihan Lingkungan dan Penataan Komunikasi Lingkungan dan Tugas Pembantuan.
selanjutnya, karena pengkajian yang dilakukan dan dituangkan dalam dokumen AMDAL tidak dijadikan acuan oleh pihak perusahaan dalam menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
Pelaksanaan AMDAL sekedar untuk memenuhi persyaratan peraturan saja, sehingga tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi mubazir. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha agar AMDAL benar-benar dapat menjadi alat perencanaan program dan proyek untuk mencapai tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan; salah satu solusi yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas dokumen AMDAL serta melakukan pengawasan terhadap implementasinya.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota (saat ini ada 12 Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kota Medan, Kota Binjai, Kota Pematang Siantar) telah membentuk Komisi Penilai AMDAL pada masing-masing instansi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup dan telah melakukan penilaian dokumen AMDAL dari berbagai sektor usaha dan/atau kegiatan.
dari Komisi Penilai AMDAL juga memberi andil dalam menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas.
Kondisi tersebut mendorong peneliti mengadakan penelitian untuk mengetahui secara mendasar faktor apa sesungguhnya yang menyebabkan kualitas dokumen AMDAL masih sangat kurang. Dalam penelitian ini fokus utama yang diteliti adalah pengaruh sumberdaya manusia (SDM) sebagai penilai dokumen AMDAL dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh sumberdaya manusia (SDM) dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah , maka yang menjadi tujuan penelitian ini:
Tujuan Umum:
Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah: sumber daya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL berpengaruh terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai informasi dan masukan bagi Institusi maupun lembaga pendidikan dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia khususnya di Provinsi Sumatera Utara agar dapat berperan dan mengawasi proses implementasi AMDAL sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup.
2. Menambah dan memperluas pengetahuan masyarakat tentang prosedur dan peranan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup.
1.6. Kerangka Pemikiran
FAKTOR PENENTU KUALITAS DOKUMEN AMDAL
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
P E N E G A K A N H U K U M
SDM (kompetensi) Komisi Penilai AMDAL
Kualitas Dokumen AMDAL
Pandangan & Komitmen Pemrakarsa SDM (kompetensi)
Penyusun AMDAL
Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pada dasarnya setiap pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Dampak pembangunan ini ada yang bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, setiap rencana pembangunan perlu disertai dengan wawasan jauh ke depan tentang perkiraan timbulnya dampak tersebut. Wawasan ini diterapkan dengan mengadakan analisis perkiraan dampak penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Analisis tersebut harus dilakukan secara terperinci tentang dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul, sehingga sejak dini dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulanginya (Supardi, 2003).
Kegunaan AMDAL, khususnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan adalah:
a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui;
b. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan;
c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, misalnya timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan sebagainya sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat; d. Agar dapat diketahui manfaat yang berdayaguna dan berhasilguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara (Supardi, 2003).
2.2. Penyusunan Dokumen AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
maka pekerjaan studi dampak lingkungan menjadi sangat luas. Dalam pelaksanaannya, studi AMDAL harus menggunakan dasar-dasar penelitian ilmiah. Studi AMDAL adalah merupakan studi multi disiplin, oleh karenanya setiap pakar yang terkait dengan studi ini harus berpikir dan melaksanakan proses penelitian secara ilmiah dan terpadu. Secara keseluruhan studi AMDAL dapat dikemukakan merupakan studi terapan (applied study) atau bahkan action study (Fandeli, 2007).
Sebagai acuan bagi penanggung jawab usaha dalam menyusun dokumen AMDAL, Pemerintah melalui kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Melalui pedoman ini diharapkan kajian dalam studi AMDAL dapat lebih terarah, mendalam dari aspek teknis, ekonomis-finansial dan lingkungan yang dapat memberi masukan yang diperlukan bagi perencana dan pengambil keputusan.
2.3. Sumber Daya Manusia
diupayakan melalui pendidikan dan latihan yang diprogram dengan baik dan benar (Sedarmayanti, 2008).
Menurut Plunkett dan Attner dalam Lako (2004), konsep sumber daya manusia menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource yang berperan untuk merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan dan mengendalikan organisasi beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.
Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami filosofi, visi, tujuan dan budaya organisasi. Sementara organisasi belajar untuk memahami karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan penghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia sesuai dengan kinerjanya (Lako, 2004).
Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang pemberian kompensasi, integrasi, pemeliharaan, pengadaan tenaga kerja dan melakukan pengembangan kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Perencanaan sumber daya manusia dengan berorientasi pada hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi baik dari segi kuantitatif (jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah pekerja yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang menunjangnya, tetapi juga dalam memasarkannya, yang memerlukan kemampuan memberikan pelayanan yang berkualitas (Nawawi, 1997).
Dalam proses penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL, kemampuan dan kehandalan sumber daya manusia sangat dibutuhkan sehingga dapat menghasilkan dokumen lingkungan yang berkualitas sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup (KLH, 2002).
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang disusun untuk menuntun para pemakainya dalam menilai dan mengevaluasi dokumen AMDAL sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009, yaitu:
a. Penilaian dokumen KA-ANDAL terdiri atas 3 (tiga) aspek penilaian meliputi uji administrasi, uji tahap proyek, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan dan uji kedalaman).
b. Penilaian dokumen ANDAL terdiri atas 4 (empat) aspek penilaian meliputi uji administrasi, uji tahap proyek, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan, uji kedalaman, uji relevansi) dan kelayakan lingkungan untuk ANDAL, RKL dan RPL.
c. Penilaian dokumen RKL dan RPL terdiri atas 2(dua) aspek penilaian meliputi uji administrasi, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan, uji kedalaman dan uji relevansi).
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 menyatakan bahwa Penilai dokumen AMDAL dari instansi pemerintah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berpendidikan sarjana; dan/atau
b. Sudah memperoleh sertifikat pelatihan penyusunan AMDAL, pelatihan penilaian AMDAL atau pelatihan yang sejenis.
banyak dipandang sebagai ‘cost center’ ketimbang sebagai kontibutor untuk ‘cost saving’. Salah satu faktor yang turut andil dalam hal tersebut adalah rendahnya mutu penilaian dokumen AMDAL. Mutu penilaian dokumen AMDAL dapat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
1. Kompetensi teknis anggota Komisi Penilai AMDAL
Secara umum, kompetensi dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. 2. Integritas anggota Komisi Penilai AMDAL
Integritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik organisasi. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
3. Tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL.
4. Akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL (KLH, 2002).
Dari sisi kebijakan standarisasi AMDAL, sasaran peningkatan kompetensi
ditujukan untuk 3 pihak dalam pelaksanaan sistem AMDAL, yaitu komisi penilai,
penyusun dan diklat AMDAL. Untuk penyusun diberlakukan sistem standarisasi dan
registrasi kompetensi. Untuk diklat AMDAL diberlakukan sistem registrasi
kompetensi sedangkan untuk komisi penilai akan diberlakukan sistem lisensi untuk
menilai dokumen AMDAL. Secara ringkas, substansi pengaturan dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Standar kompetensi personil penyusun dokumen AMDAL.
b. Persyaratan kompetensi lembaga penyedia jasa/konsultan penyusun dokumen
AMDAL.
c. Sertifikasi kompetensi bagi personil penyusun dokumen AMDAL.
d. Registrasi kompetensi bagi lembaga jasa penyedia jasa penyusunan dokumen
AMDAL (konsultan AMDAL).
e. Registrasi kompetensi bagi lembaga penyelenggara pelatihan penyusunan
dokumen AMDAL (diklat penyusunan AMDAL).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang Kompetensi dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup mengandung arti bahwa Penyusun AMDAL harus memenuhi syarat sebagai berikut:
dokumen AMDAL yang telah memiliki sertifikat kompetensi, termasuk 1 (satu) orang dengan kualifikasi sebagai ketua tim.
b. Tim penyusun AMDAL wajib melibatkan tenaga ahli sesuai dengan dampak penting yang diakibatkan oleh rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Standar kompetensi untuk ketua tim dan anggota tim penyusun AMDAL mengacu pada Lampiran I dan II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008.
2.4. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
Dalam pelaksanaan tugasnya, Komisi Penilai dibantu oleh Tim Teknis yang mempunyai tugas menilai secara teknis dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL berdasarkan permintaan Komisi Penilai serta Sekretariat Komisi Penilai yang mempunyai tugas di bidang kesekretariatan, perlengkapan, penyediaan informasi pendukung dan tugas lain yang diberikan oleh Komisi Penilai.
Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL saat ini berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Secara umum mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL Provinsi maupun Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
1. Sebelum memulai penyusunan Dokumen AMDAL, Pemrakarsa wajib memberitahukan secara resmi rencana usaha dan/atau kegiatannya kepada Gubernur u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup sebagai Ketua Komisi Penilai AMDAL dan Bupati/Walikota yang bersangkutan.
3. Prosedur Penerimaan dan Penilaian Dokumen KA-ANDAL: a. Penerimaan Dokumen.
1) Dokumen KA yang akan dinilai, diajukan oleh Pemrakarsa kepada Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretariat Komisi Penilai. 2) Sekretariat Komisi Penilai memeriksa kelengkapan administrasi
dokumen KA dan memberikan tanda bukti penerimaan dokumen kepada Pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal penerimaan dokumen.
3) Dokumen KA wajib dinilai oleh Komisi Penilai dan pengambilan keputusan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota atas hasil penilaian paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal tanda bukti penerimaan dokumen KA.
b. Penilaian oleh Tim Teknis
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL meminta Tim Teknis untuk menilai dokumen KA.
2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Tim Teknis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Tim Teknis.
5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan kepada Rapat Komisi Penilai.
c. Penilaian oleh Komisi Penilai.
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL mengundang anggota untuk menilai dokumen Kerangka Acuan.
2) Undangan dan dokumen diterima oleh Anggota Komisi Penilai selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Komisi Penilai dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai.
4) Rapat Penilaian dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan.
5) Dalam rapat penilaian, semua anggota Komisi Penilai berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan.
6) Anggota Komisi Penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah tanggal rapat penilaian.
7) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan dokumen KA berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL.
Komisi Penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal rapat penilaian dilaksanakan.
9) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, Ketua Komisi Penilai AMDAL berhak meminta Pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
10)Apabila rencana lokasi dilaksanakannya usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan, maka Komisi Penilai AMDAL wajib menolak Kerangka Acuan tersebut.
4. Penerbitan Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan
a. Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
b. Penerbitan Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL.
c. Keputusan Kesepakatan tersebut harus memuat kesepakatan tentang ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanakan. d. Gubernur atau Bupati/Walikota menjamin Keputusan Kesepakatan KA
5. Prosedur Penerimaan dan Penilaian Dokumen ANDAL, RKL dan RPL: a. Penerimaan Dokumen
1) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL diajukan oleh Pemrakarsa kepada Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretariat Komisi Penilai. 2) Sekretariat Komisi Penilai memeriksa kelengkapan administrasi
dokumen dan memberikan tanda bukti penerimaan dokumen kepada Pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal penerimaan dokumen.
3) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL dilakukan penilaian oleh Komisi Penilai dan pengambilan keputusan oleh Gubernur atau Bupati/ Walikota atas hasil penilaian paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal tanda bukti penerimaan dokumen.
b. Penilaian oleh Tim Teknis
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL meminta Tim Teknis untuk menilai dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Tim Teknis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Tim Teknis.
5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan kepada Rapat Komisi Penilai.
c. Penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL mengundang para anggota untuk menilai dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Komisi Penilai selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Komisi Penilai dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai.
4) Rapat Penilaian wajib dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan serta tim penyusun dokumen AMDAL.
5) Dalam rapat penilaian, semua anggota Komisi Penilai berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan.
6) Anggota Komisi Penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah tanggal rapat penilaian.
8) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh Pemrakarsa diserahkan kepada Ketua Komisi Penilai AMDAL melalui Sekretariat Komisi Penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal rapat penilaian dilaksanakan.
9) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, Ketua Komisi Penilai AMDAL berhak meminta Pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
10)Ketua Komisi Penilai AMDAL menyampaikan Berita Acara Penilaian dan dokumen yang telah disempurnakan kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
6. Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.
a. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan diterbitkan oleh Gubernur (untuk Provinsi) atau Bupati/ Walikota (untuk Kabupaten/Kota).
b. Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup tersebut wajib mencantumkan:
1) Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan tersebut.
c. Salinan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen ANDAL, RKL dan RPL suatu usaha dan/atau kegiatan disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota kepada instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan serta instansi terkait (Per Men LH, 2008).
2.5. Evaluasi terhadap Kualitas Dokumen AMDAL
Kualitas dokumen AMDAL dapat dinilai dari:
a. Kesempurnaan dokumennya dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Kelengkapan dan kesempurnaan, konsistensi daftar isi dan isi, halaman
bab dan sub babnya dengan Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL yang ditetapkan Pemerintah yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 9 Tahun 2000 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006.
2) Kelengkapan pemberian sumber atau asal dan tahun pada data yang diambil, terutama untuk seluruh tabel yang ada dalam AMDAL. Di samping itu judul tabel juga harus lengkap, jelas dan tidak terlalu panjang.
3) Kelengkapan pada setiap peta termasuk keterangan yang diperlukan seperti skala, simbol, legenda, keterangan pembuat peta dan judul peta. 4) Kelengkapan daftar pustaka yang terdiri atas, catatan nama pengarang,
5) Kelengkapan dan konsistensi laporan atau dokumen AMDAL dari halaman depan hingga akhir yaitu spasi, awal kalimat pada alinea, jarak tepi, huruf pada judul dan sub judul.
6) Ketepatan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang benar. Penggunaan bahasa asing dapat dilakukan hanya apabila terpaksa saja atau hanya untuk istilah-istilah teknis. Sementara itu penggunaan nama-nama latin terhadap flora, fauna, mikrobia, plankton dan benthos sejauh mungkin dilengkapi dengan nama daerah. Tata cara menulis nama Latin harus benar sesuai dengan tata nama (nomenklatur) yang benar.
b. Substansi Dokumen AMDAL memenuhi kriteria antara lain: 1) Penetapan Dampak Penting Hipotetik.
2) Mengacu kepada Pedoman atau Petunjuk Teknis yang tepat sesuai dengan jenis usaha/kegiatan yang direncanakan seperti:
a) Untuk jenis usaha/kegiatan di bidang Pertambangan dan Energi mengacu pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1457.K/28/MEM/2000 tanggal 3 Nopember 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.
3) Ketepatan dalam memilih metoda AMDAL.
Metoda AMDAL sangat banyak jumlahnya, metoda yang ada terus dikembangkan dengan tujuan untuk mencapai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan (Cherp, et al, 2004).
Apabila tidak memperhitungkan aspek biaya, tenaga dan waktu, maka metoda yang paling sesuai untuk berbagai proyek dalam berbagai lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Ekosistem Hutan (alam): Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Battelle, Overlay.
2. Tepi Sungai: Metoda Sorenson, Leopold Dimodifikasi. 3. Perkotaan: Metoda Fisher & Davies, Moore, Battelle.
4. Danau alam: Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson. 5. Waduk/Dam: Metoda Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle. 6. Pesisir (alam): Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson. 7. Daerah pedesaan: Metoda Moore, Battelle, Fisher & Davies. 8. Pantai: Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle, Overlay. 9. Persawahan: Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle
10.Perkebunan: Fisher & Davies, Overlay, Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson, Moore, Battelle
4) Kesesuaian pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
efisien dari segi dana dan efektif dalam menurunkan zat-zat pencemaran dalam air dan udara.
b. kesesuaian instansi pelaksana, penanggung jawab dan instansi terkait. 5) Kesesuaian pemantauan lingkungan hidup meliputi:
a. penentuan lokasi, waktu, periode pemantauan.
b. kesesuaian dalam memilih cara, peralatan dan analisis dalam pemantauan.
c. kesesuaian dalam menentukan instansi pelaksana, penanggung jawab
dan instansi yang terkait untuk memanfaatkan hasil pemantauan (Fandeli, 2007).
Kualitas dokumen AMDAL secara langsung dipengaruhi oleh mutu penilaian AMDAL yang dilakukan Komisi Penilai AMDAL. Sebagai pelengkap terhadap KepMenLH Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL, Asisten Deputi Urusan Kajian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup telah menerbitkan buku Teknik Penilaian Dokumen AMDAL yang menjabarkan kriteria dan teknik uji mutu dari dokumen AMDAL yang bersifat praktis, logis-sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), yaitu:
1. Uji Administratif.
2. Uji Fase Kegiatan Proyek.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Instansi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara - Jl. T. Daud No. 5 Medan; Badan Lingkungan Hidup Kota Medan - Jl. Kapt. Maulana Lubis No. 2 Medan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup di Kabupaten Deli Serdang - Jl. Karya Utama No. 1 Lubuk Pakam yang memiliki Komisi Penilai AMDAL dan telah menilai AMDAL. Penelitian dilaksanakan mulai Bulan April sampai Juni 2009.
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview).
b. Daftar Pertanyaan (kuesioner) dapat dilihat pada Lampiran 17. c. Observasi dan Studi Pustaka.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Data dikumpulkan berupa data sekunder yang ada di Kantor Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, dan Kabupaten Deli Serdang serta data-data yang berasal dari instansi terkait sesuai objek penelitian; daftar kuisioner yang ditujukan kepada semua Komisi Penilai AMDAL, kepada Konsultan Penyusun AMDAL serta Pemrakarsa Kegiatan. Kemudian data yang terkumpul dievaluasi dan dianalisa sesuai kebutuhan penelitian.
3.5. Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Variabel independen
a. Sumber Daya Manusia (X1) meliputi tingkat pendidikan, kursus AMDAL, lamanya bertugas sebagai Komisi Penilai AMDAL.
b. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL (X2) meliputi jangka waktu penerimaan dokumen, kehadiran Komisi Penilai, peninjauan lokasi.
3.6. Analisis Data
Analisis Data Penelitian adalah berupa Analisis Deskripsi dan Uji Statistik Regresi Berganda.
a. Analisis Deskripsi adalah uji statistik dasar untuk menentukan deskriptif data mengenai sumber daya manusia, tata kerja Komisi Penilai AMDAL dan kualitas Dokumen AMDAL.
b. Sebelum melakukan uji regresi berganda, beberapa tahapan pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa alat uji regresi berganda telah dapat digunakan atau tidak yaitu melalui:
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005) tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan sebaliknya jika data menyebar menjauhi garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Suatu data dapat dikatakan baik atau layak, apabila data tersebut mempunyai pola seperti distribusi normal.
2) Uji Multikolinieritas
masalah multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Pedoman suatu model
regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati angka 1 (Santoso, 2002). 3) Uji statistik Regresi Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat; menguji signifikan koefisien determinasi masing-masing variabel bebas secara parsial digunakan uji t dan uji signifikan koefisien determinasi secara keseluruhan di uji dengan uji F.
Persamaan Regresi Berganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Di mana : Y = Variabel dependen
a = Koefisien konstanta
X1 = Variabel independen pertama X2 = Variabel independen kedua
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL
4.1.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara
Penetapan Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara telah beberapa kali mengalami perubahan sesuai dengan perubahan peraturan di bidang lingkungan hidup. Komisi Penilai AMDAL Provinsi pertama kali dibentuk pada Biro Bina Lingkungan Hidup Setwildasu dengan SK GUBSU Nomor 660/1647/1996 tanggal 27 Mei 1996 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 660.15/4670 tanggal 30 Nopember 2000 tentang Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara.
Tabel 4.1. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Provinsi
Jabatan dalam Komisi Keterangan
Ketua : Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Utara Sekretaris : Kabid Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan Anggota Tetap : 1. Ketua Bappeda Propinsi Sumatera Utara
2. Kepala Bapedal Wilayah I
2. Kepala Instansi Teknis/Sektor dan/atau Kepala Dinas yang terkait di Tingkat Propinsi.
3. Wakil dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang terkait. 4. Tenaga ahli di bidang lingkungan hidup dan di bidang
yang berkaitan.
5. Wakil dari organisasi lingkungan hidup.
6. Wakil dari warga masyarakat yang diperkirakan terkena dampak.
7. Anggota lain yang dianggap perlu.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa anggota Komisi Penilai AMDAL terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang berasal dari berbagai instansi pemerintah, perwakilan dari Perguruan Tinggi Negeri (Tenaga Ahli), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun masyarakat terkena dampak. Hal tersebut dibutuhkan karena dokumen AMDAL merupakan kajian ilmiah yang memerlukan analisis secara holistik dari berbagai disiplin ilmu terhadap komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak yaitu komponen Fisik Kimia, Biologi, Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat.
Anggota tetap Komisi Penilai adalah anggota penilai yang tetap diundang sebagai penilai untuk setiap jenis dokumen AMDAL, sedangkan anggota tidak tetap adalah anggota penilai yang diundang sesuai dengan jenis dokumen dan instansi yang diwakilinya contoh: Dokumen AMDAL Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit, maka anggota tidak tetap yang diundang adalah Instansi/Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, demikian seterusnya sedangkan Tim Teknis ditetapkan dengan Keputusan Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Utara (SK tidak tersedia).
4.1.2. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan
Komisi Penilai AMDAL Kota Medan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 660/10/9K Tanggal 10 Juli 2003 tentang Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) bagi Kegiatan/Usaha di Kota Medan.
Tabel 4.2. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan
No. Jabatan Komisi Penilai Keterangan
1.
Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan. Kasubdis Pengendalian Dampak Lingkungan
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan.
1. Wakil dari Bappeda Kota Medan 2. Wakil dari BPN Kota Medan 3. Wakil dari Koramil setempat 4. Wakil dari Polsek setempat
5. Wakil dari Pusat Studi Lingkungan (PSL) Perguruan Tinggi Negeri/Swasta
6. Kasi AMDAL dan UKL/UPL
Kepala Sub. Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Pengelolaan Lingk.Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan. 1. Kasi AMDAL dan UKL/UPL
Memperhatikan Tabel 4.2 tentang susunan keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan, ada sedikit perbedaan dengan Komisi Penilai AMDAL Provinsi yaitu pada Komisi Penilai AMDAL Kota Medan, anggota tim teknis ditetapkan dengan Keputusan Walikota Medan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL Pasal 2 ayat (3) dinyatakan bahwa Tim Teknis dibentuk oleh pejabat setingkat eselon II di instansi lingkungan hidup provinsi untuk tim teknis provinsi; pejabat setingkat eselon II di instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang berbentuk badan atau sekretaris daerah kabupaten/kota bagi instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang berbentuk kantor untuk tim teknis kabupaten/kota. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan seharusnya mempedomani Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008.
4.1.3. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 703 Tahun 2001 Tanggal 20 September 2001 tentang Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 4.3. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL, UKL dan UPL Kabupaten Deli Serdang
No. Jabatan dalam Komisi Penilai Keterangan
1. 2. Dinas Penanaman Modal dan Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah. 3. BPN Kabupaten Deli Serdang. 4. Kodim 0204 DS.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
6. Kabid Pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Kabupaten Deli Serdang. 7. Instansi yang terkait dengan bidang
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
8. Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian USU.
9. Organisasi Lingkungan sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
10. Wakil dari masyarakat yang terkena dampak.
11. Anggota lain yang dianggap perlu.
Sumber: Lampiran Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 703 Tahun 2001 Tanggal 20-9-2001.
Lingkungan Hidup (UPL) sedangkan mekanisme tata kerja Komisi Penilai AMDAL tidak sama dengan tim penilai dokumen UKL-UPL. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang juga seharusnya mempedomani Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008 sehingga ada kesesuaian dasar hukum keputusan pembentukan Komisi Penilai AMDAL yang ada di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
4.2. Gambaran Umum Responden
4.2.1. SDM Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada Tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat komposisi SDM dari Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:
Tabel 4.4. Komposisi Komisi Penilai AMDAL Menurut Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Sarjana (S1) 25 61
2. Magister (S2) 11 27 3. Doktoral (S3) 5 12
Total 41 100
Sumber: Data primer, 2009.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL, maka semua anggota Komisi Penilai AMDAL telah memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan bagi seorang Komisi Penilai AMDAL yaitu berpendidikan sarjana/sederajat; namun mengingat kompleksnya permasalahan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, seharusnya semua anggota Komisi Penilai AMDAL khususnya yang masih berpendidikan S1 tetap berupaya meningkatkan kompetensinya baik melalui kursus, diklat maupun menghadiri seminar dan pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan lingkungan dan permasalahannya sehingga lebih mampu lagi untuk menilai dokumen AMDAL secara holistik.
4.2.2. SDM Responden Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden menurut latar belakang disiplin ilmu dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu
No. Komisi Penilai Teknis (orang) Non Teknis (orang)
1. Provinsi 13 4
2. Kota Medan 6 7
3. Kab.Deli Serdang 6 4
Total 25 16
Persentase (%) 61 39
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
AMDAL Provinsi lebih didominasi dari teknis, hal ini tergantung dari ketersediaan sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan dan juga jabatan yang melekat pada seseorang otomatis menjadikannya salah satu anggota Komisi Penilai AMDAL; saat ini yang harus dilakukan adalah perlunya penambahan beberapa personil anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penilaian dokumen AMDAL yaitu disiplin ilmu untuk menilai komponen fisik-kimia, biologi, sosial budaya, kesehatan masyarakat; hal ini disebabkan hingga saat penelitian ini dilakukan, hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh konsultan diperiksa oleh anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL.
4.2.3. SDM Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden berdasarkan AMDAL yang pernah diikuti dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Jumlah Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti
No. Jenis Sertifikat Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. AMDAL A 19 46
2. AMDAL B 13 32 3. AMDAL C 7 17 4. Belum memiliki 2 5
Total 41 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Penilai. Kursus AMDAL A adalah kursus dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup; kursus AMDAL B adalah kursus penyusun AMDAL dan kursus AMDAL C adalah kursus penilai AMDAL. Persentase Komisi Penilai AMDAL di Provinsi, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yang memiliki sertifikat kursus AMDAL A sebanyak 46%, AMDAL B sebanyak 32% dan AMDAL C sebanyak 17% dan masih ada sebanyak 2 orang atau 5% belum memiliki sertifikat AMDAL, hal tersebut disebabkan kurangnya informasi tentang jadwal pelaksanaan kursus AMDAL yang dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Kursus AMDAL dan ketersediaan dana APBD untuk memprioritaskan anggota Komisi Penilai AMDAL dalam mengikuti kursus AMDAL. Berdasarkan informasi yang diperoleh, bahwa kursus AMDAL yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara tidak disebarluaskan ataupun disosialisasikan, hanya menunggu peserta yang datang untuk mendaftar dan apabila memenuhi kuota, baru dilaksanakan. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara juga tidak aktif untuk menginformasikannya disamping itu biaya untuk mengikuti kursus AMDAL cukup besar sehingga tidak menjadi prioritas, namun hal tersebut juga bergantung pada komitmen pimpinan masing-masing instansi untuk meningkatkan kualitas SDM Komisi Penilai AMDAL sebagai salah satu penentu peningkatan kualitas dokumen AMDAL.
4.2.4. SDM Responden Berdasarkan Lamanya Bertugas sebagai Komisi Penilai
Tabel 4.7. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Lamanya Bertugas Sebagai Komisi Penilai
No. Masa Tugas Komisi Penilai Persentase (%)
1. < 1 tahun 3 7 2. 1-5 tahun 21 51
3. 6-10 tahun 15 37 4. > 10 tahun 2 5 Total 41 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Pengalaman kerja yang ditunjukkan dengan masa tugas sebagai Komisi Penilai sebanyak 51% selama kurun waktu 1-5 tahun, 37% selama kurun waktu 6-10 tahun, 5% di atas 10 tahun, sisanya 7% di bawah 1 tahun.
Semakin lama seseorang bertugas sebagai Komisi Penilai maka semakin paham dan teliti untuk melakukan penilaian, namun ada beberapa anggota Komisi Penilai yang baru beberapa bulan bertugas, hal ini disebabkan adanya mutasi jabatan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kerja instansi, untuk itu perlu dibuat suatu kebijakan bahwa seseorang yang telah diangkat berdasarkan kompetensinya sebagai Komisi Penilai AMDAL, maka meskipun terjadi mutasi pekerjaan terhadapnya (selama masih berada di wilayah tersebut) maka jabatan sebagai Komisi Penilai AMDAL tetap melekat kepadanya dan dapat diperpanjang sesuai peraturan yang ditetapkan.
4.3. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
diketahui bahwa ada beberapa mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai yang belum dijalankan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008.
4.3.1. Jangka Waktu Penerimaan Dokumen
Undangan dan dokumen KA maupun dokumen ANDAL, RKL/RPL menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 harus diterima anggota komisi selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian, namun kenyataannya seperti tercantum pada Lampiran 5-7.
dipahami; akibatnya akan mempengaruhi kualitas penilaian terhadap dokumen AMDAL yang kelak akan direkomendasikan kelayakan lingkungannya. Dari hasil tabulasi kuisioner dan wawancara langsung, harapan dari semua Komisi Penilai AMDAL adalah agar dokumen yang disampaikan sebaiknya 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal sidang agar dapat menganalisa dokumen lebih teliti dan mendalam sehingga dokumen yang dinilai juga dapat ditingkatkan kualitasnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Komisi Penilai AMDAL Provinsi dan Kabupaten Deli Serdang belum sepenuhnya melaksanakan rapat tim teknis sesuai mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai sedangkan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan sudah melaksanakan rapat tim teknis sesuai mekanisme tata kerja Komisi serta membuat Berita Acara Penilaian. Hal ini perlu dibenahi dan harus dibuat Berita Acara untuk setiap penilaian dokumen AMDAL sehinggga hal-hal penting yang harus dikaji, diperbaiki dan disempurnakan dalam dokumen AMDAL benar-benar dituangkan dalam studi AMDAL tersebut.
4.3.2. Kehadiran Komisi Penilai
dengan pertemuan secara langsung antara Komisi Penilai dengan pihak pemrakarsa/konsultan, akan lebih efektif dan efisien untuk mengetahui hal-hal yang perlu dikaji dan dituangkan dalam dokumen AMDAL.
4.3.3. Peninjauan Lokasi
Dalam penyusunan dokumen AMDAL, hal yang paling penting untuk diteliti adalah kondisi Rona Awal Lingkungan pada saat studi Kerangka Acuan mulai disusun, hal tersebut diperlukan sebagai barometer untuk mengukur sejauhmana dan seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan akibat adanya kegiatan usaha yang dilakukan. Oleh sebab itu peninjauan lokasi rencana usaha sangat penting dilaksanakan oleh Komisi Penilai AMDAL sebagai pertimbangan pada saat pelaksanaan sidang AMDAL, namun data tentang peninjauan lapangan terhadap rencana usaha hanya dilakukan 8 (delapan) kali atau 19,5% dari 41 rencana usaha/kegiatan dan tidak melibatkan semua tim teknis Komisi Penilai AMDAL. Hal ini perlu ditingkatkan kuantitas peninjauan lokasi sesuai dengan harapan semua Komisi Penilai AMDAL (hasil tabulasi kuisioner).
4.4. Jumlah Dokumen AMDAL Periode 2004-2008
uji mutu (aspek konsistensi, keharusan, relevansi dan aspek kedalaman) dengan tujuan agar menjadi acuan semua anggota Komisi Penilai dalam menilai dokumen AMDAL, namun belum sepenuhnya Komisi Penilai AMDAL mempedomaninya, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan distribusi buku tersebut kepada setiap anggota Komisi Penilai AMDAL. Untuk itu peranan sekretariat Komisi Penilai yang mempunyai tugas penyediaan informasi pendukung di bidang kesekretariatan perlu ditingkatkan.
Jumlah dokumen AMDAL selama jangka waktu 5 tahun (2004-2008) yang dinilai oleh Komisi Penilai Provinsi Sumatera Utara 28 dokumen, Pemerintah Kota Medan 10 dokumen dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebanyak 3 dokumen yang dapat dilihat pada Lampiran 2-4.
Pada periode tersebut, jenis dokumen yang dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh jenis usaha/kegiatan di bidang kelistrikan, hal ini sejalan dengan kondisi di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami krisis energi listrik pada masa tersebut, sedangkan jenis dokumen yang dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Kota Medan didominasi oleh jenis usaha/ kegiatan di bidang perekonomian yaitu beberapa pusat perbisnisan seperti Hotel, Plaza/Mall, Perkantoran dan Komisi Penilai Kabupaten Deli Serdang menilai dokumen yang mendukung kegiatan pembangunan Bandara Kuala Namu.
dokumen lingkungan hidup di atas 5 tahun, namun anggota tim penyusun hanya 10% yang telah memiliki sertifikat AMDAL B.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi dalam Penyusunan Dokumen AMDAL dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL pada Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa Penyusun dokumen AMDAL adalah orang yang memiliki kompetensi pada kualifikasi tertentu dan bekerja di bidang penyusunan dokumen AMDAL. Kompetensi adalah kemampuan personil untuk mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dapat dipertanggung jawabkan.
pendidikan yang dimiliki. Kondisi tersebut berkaitan dengan moralitas, integritas dan komitmen setiap anggota tim yang terlibat untuk melaksanakan studi AMDAL secara profesional dan independensi.
4.5. Hasil Analisis Data
Tanggapan responden terhadap kuisioner yang diberikan untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia terhadap Kualitas Dokumen AMDAL diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Untuk Poin mengenai tugas sebagai Komisi Penilai AMDAL rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,6829. Ini berarti bahwa responden rata-rata menjawab bahwa pekerjaan sebagai Komisi Penilai AMDAL tidak menyita waktu dan tidak sukar.
2. Poin mengenai upaya membagi waktu antara tugas utama dengan sebagai Komisi Penilai AMDAL, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,7317. Ini berarti bahwa responden rata-rata menjawab bahwa mereka berusaha untuk hadir dalam Sidang Penilai.
3. Poin mengenai setiap anggota komisi penilai memiliki sertifikat AMDAL, rata- rata jawaban responden adalah sebesar 4,0244. Ini berarti bahwa responden rata- rata setuju sekali perlunya sertifikat AMDAL bagi setiap anggota komisi.
5. Poin mengenai kemampuan dalam memberikan saran masukan dan tanggapan pada setiap penilaian dokumen AMDAL, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,5122. Ini berarti rata-rata responden menjawab dalam penilaian dokumen AMDAL mereka mampu.
6. Poin mengenai ketelitian responden dalam menilai Dokumen AMDAL dari substansi isi maupun kesesuaian dengan peraturan perundangan, jawaban rata rata responden adalah sebesar 3,8293. Ini berarti rata-rata responden menjawab mereka teliti sekali.
7. Poin mengenai kekuatan responden untuk mempertahankan gagasan dan argumentasi terhadap dokumen AMDAL yang dinilai, rata jawaban responden adalah sebesar 3,9756. Ini berarti rata-rata responden kuat sekali dalam mempertahankan gagasan masing-masing.
8. Poin mengenai kemampuan bekerja dalam tekanan dan deadline menilai dokumen AMDAL, jawaban rata-rata responden adalah 4,0732. Ini berarti rata- rata responden mampu sekali bekerja dalam tekanan dan deadline.
9. Poin mengenai peningkatan kemampuan melalui pendidikan dan pelatihan, rata- rata jawaban responden adalah sebesar 4,0244. Ini berarti rata-rata responden sangat setuju untuk peningkatan kemampuan melalui Diklat.
11. Poin mengenai keinginan tahuan seberapa baik menilai dokumen AMDAL, jawaban rata-rata responden adalah sebesar 3,6585. Ini berarti rata-rata responden ingin tahu sekali.
12. Poin mengenai sikap mengembangkan tim kerja diantara komisi Penilai AMDAL, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,63141. Ini berarti rata- rata responden mendukung sekali adanya tim kerja.
Berdasarkan hasil tabulasi terhadap kuisioner tersebut diatas secara umum dapat diketahui bahwa Tim Teknis maupun anggota Komisi Penilai AMDAL memiliki kemampuan yang baik untuk menilai dokumen AMDAL, namun masih tetap memerlukan peningkatan kompetensi melalui diklat dan pelatihan di bidang lingkungan hidup serta pertemuan dan pengembangan ”team work” diantara Komisi
Penilai AMDAL.
Tanggapan responden terhadap kuisioner yang diberikan untuk mengetahui pengaruh Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap Kualitas Dokumen AMDAL diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Untuk poin penyerahan dokumen dibawah jumlah hari yang ditetapkan, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,9512. Ini berarti bahwa responden rata-rata menjawab tidak setuju.
3. Poin mengenai kejelasan tugas sebagai Komisi Penilai, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 4,2195. Ini berarti bahwa responden rata-rata menjawab perlu sekali kejelasan tugas bagi setiap anggota Komisi Penilai.
4. Poin mengenai penilaian akan lebih baik jika langsung meninjau lokasi, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 4,0488. Ini berarti responden rata-rata setuju sekali untuk meninjau lokasi dahulu sebelum mengeluarkan keputusan.
5. Poin mengenai belum efektifnya tata laksana dokumen AMDAL akibat adanya keterbatasan dana, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,9512. Ini berarti rata-rata responden menjawab setuju sekali.
6. Poin mengenai dukungan informasi dari sekretariat sudah baik, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,9512. Ini berarti rata-rata responden setuju sekali. 7. Poin mengenai hasil perbaikan saran masukan dan tanggapan komisi penilai
AMDAL cukup diperiksa Sekretariat Komisi Penilai, jawaban rata-rata responden adalah sebesar 4,1220. Ini berarti rata-rata responden menjawab setuju sekali. 8. Poin mengenai pertemuan tim teknis maupun komisi penilai perlu dilakukan
di luar jadwal, rata jawaban responden adalah sebesar 4,0244. Ini berarti rata-rata responden setuju sekali.
10.Poin mengenai profesional kerja harus disesuaikan dengan honor yang diterima, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,7073. Ini berarti rata-rata responden menjawab setuju sekali.
11.Poin mengenai perbandingan pekerjaan dengan honor yang diterima, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,6585. Ini berarti rata-rata responden menjawab sesuai sekali.
12.Poin ketersediaan SDM untuk menilai dokumen AMDAL, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3,6341. Ini berarti rata-rata responden setuju sekali. 13.Poin mengenai kualitas dokumen hasil penilaian yang rendah karena rendahnya
pengetahuan penilai, jawaban rata-rata responden adalah sebesar 4,0732. Ini berarti rata-rata responden setuju sekali.
14.Poin mengenai kualitas dokumen hasil penilaian, rata-rata jawaban responden adalah sebesar 4,1951. Ini berarti rata-rata responden menjawab sangat baik/ bagus kajiannya.