BAB III: PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM
B. Gambaran Umum Sektor Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
1. Pengertian Usaha Mikro Kecil, dan Menengah
UMKM ini merupakan salahsatu usaha yang berperan besar dalam menganekaragamkan produk-produk ekspor Indonesia dan menjadi andalan dalam perolehan devisa. UMKM sangatlah penting keberadaan nya di Indonesia karena selain dapat menambah pendapatan UMKM juga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Secara umum (menurut paket kebijaksanaan 29 Mei 1993 dan didukung dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/Kep/Dir tanggal 29 Mei 1993), yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp. 250.000.000 untuk membiayai usaha yang produktif. Usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambahan dalam menghasilkan barang dan jasa.114
Kredit tersebut dapat berupa Kredit Modal Kerja. Usaha kecil dan usaha yang memiliki total asset maksimum Rp. 600.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 25.000.000 biasanya dianggap sebagai kredit kepada usaha mikro. Kredit kepada usaha kecil dan mikro merupakan kredit dengan karakteristik yang berbeda dengan kredit kepada usaha menengah dan korporasi.115
Perbankan yang segmen pasarnya mebih banyak pada pengusaha UMKM adalah BPR. UMKM berbeda dengan UB (Usaha Besar), di dalam kelompok
114 Totok Budisantoso, Op.Cit ,hlm.121.
115Ibid.,
UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara UMI (Usaha Mikro), UK (Usaha Kecil) dan UM (Usaha Menengah) dalam sejumlah aspek yang dapat mudah dilihat sehari-hari di NSB (Negara Sedang Berkembang), termasuk Indonesia.116Aspek-aspek itu termasuk orientasi pasar, profil dari pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, system organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan-bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat dari keterlibatan wanita sebagai pengusaha.117
Pasal 1 Undang-undang Republik Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjelaskan :118
Usaha menengah adalah usaha ekonomi proktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung Pasal 1 angka 1 :
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Pasal 1 angka 2 :
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
Pasal 1 angka 3:
116Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm.4.
117Ibid.,
118Indonesia (UMKM) Undang-undang Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah, UU UMKM No.20 Tahun 2008 ,LN Tahun 2008 No. 93, TLN No. 4866,Pasal 1 Angka 1,2 dan 3.
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
Menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah Undang-undang tersebut membagi kedalam tiga pengertian, yakni :119
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
119Ibid.
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih darirp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintah, seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara UMKM, dan Usaha Besar. Misalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Usaha Mikro (atau di sektor industri manufaktur umum disebut industri rumah tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang; Usaha Kecil antara 5 hingga 19 pekerja; dan Usaha Menengah dari 20 sampai dengan 99 pekerja. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori Usaha Besar (UB).120
Sebagai negara yang sedang berkembang dengan mayoritas penduduk berada di sector pertanian,perikanan, maka ekonomi kerakyatan merupakan tulang punggung bangsa Indonesia. Adanya krisis yang berkepanjangan membuat bunga Indonesia mengubah paradigm dalam arah kebijakan ekonominya, yang tadinya berpihak pada para konglomerat (pengusaha besar) dalam pertumbuhan ekonomi Negara, sekarang berbalik arah pada UMKM untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan pengentasan kemiskinan melalui ekonomi kerakyatan yang terpadu.121
120 Tulus Tambunan, Op.Cit., hlm.5.
121 M. Kwartono Adi, Analisis Usaha Kecil dan Menengah, (Jakarta: Andi, 2007), hlm.16.
Dari hasil kajian dan banyak penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai UMKM di Indonesia, maka diperoleh beberapa masalah klasik dan umumnya masi terjadi pada hampir sebagian UMKM di Indonesia, antara lain:122
a. Pemasaran
b. Modal dan Pendanaan
c. Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi d. Pemakaian Bahan Baku
e. Peralatan Produksi
f. Penyerapan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja g. Rencana Pengembangan Usaha
h. Kesiapan Menghadapi Tantangan Lingkungan Eksternal.
Dalam pengembangan UMKM di Indonesia, pemerintah punya strategi untuk pengusaha UMKM, yakni:123
a. Mengkoordinasikan penyusunan kebijakan pemberdayaan dan pengembangan UMKM dalam rangka penanggulangan kemiskinan;
b. Mendorong upaya pembentukan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penyedia sumber permodalan yang murah bagi Usaha Mikro;
c. Mengkoordinasikan pelaksanaa program pendampingan dan pelatihan bagi UMKM;
d. Mendorong Bank Umum dan BPR untuk menyalurkan kredit UMKM dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian
e. Dan lain sebagainya.
122Rahmawati, Bisnis Usaha Kecil Menengah; Akuntansi, Kewirausahaan, dan Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta :Ekuilibria, 2016), hlm.87.
123Ibid., hlm.20
Dalam mendukung perkembangan UMKM di Indonesia adanya juga pendanaan di dalamnya. Tanpa disadari pendanaan terhadap UMKM dapat menjadi penggerak yang mengembangkan UMKM menjadi usaha Besar (UB).
Tujuan dari pendanaan tersebut yakni:124
a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan selain bank;
b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh UMKM;
c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Membantu para pelaku UMKM untuk medapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan system konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.
UMKM di Indonesia sangat penting, terutama sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Fakta yang menunjukan bahwa memang kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok usaha tersebut, oleh karena itu UMKM sangat di harapkan untuk bisa terus berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang jumlah nya cenderung meningkat setiap tahunnya.125
124Ibid.,
125Tulus Tambunan, Op.Cit.,hlm.46
Fakta lain tentang UMKM adalah kemampuannya bertahan dalam krisis. Lebih dari 51 persen UMKM berumur lebih dari 8 tahun,
bahkan 13,8 persen memiliki pengalaman usaha lebih dari 20 tahun. Keberadaan UMKM kuat karena tersebar di seluruh penjuru negeri dan menguasai sekitar 99 persen aktivitas bisnis di Indonesia, dengan lebih dari 98 persen berstatus usaha mikro.126
2. Pengaturan UMKM di Indonesia
Dalam hal pengaturan perundang-undangan nasional, pemerintah Indonesia juga telah banyak mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan UMKM ini, beberapa diantaranya :127
a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil
d. Inpres Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah
e. Keppres Nomor 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan.
f. Keppres Nomor 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah
g. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
126Ibid.,
127 Vania Sari, “UMKM Dan Perkembangan Umkm Di Indonesia”, https://www.academia.edu/23827919/UMKM_DAN_PERKEMBANGAN_UMKM_DI_INDONE SIA (diakses pada tanggal 26 Maret 2019, pukul 10.39 WIB)
Ahmad Yani (2007:182) mengungkapkan bahwa pengembangan UMKM menjadi relevan untuk dilakukan di Indonesia karena beberapa pertimbangan yaitu:128
a. Struktur usaha di Indonesia selama ini sebenarnya bertumpu pada keberadaan industri kecil dan menengah akan tetapi dengan kondisi yang memprihatinkan, baik dari segi nilai maupun keuntungan yang bisa di raih. Dengan menunjukan kelas usaha tersebut, secara otomatis membangun kesehjahteraan sebagian masyarakat.
b. Sebagain besar industri kecil dan menengah selama ini telah berorientasi ekspor sehingga sangat membantu pemerintah didalam mendapatkan devisa. Ini tentunya berkebalikan dengan industri besar yang jusru mengeksploitasi pasar domestik untuk penjualannya.
c. Sektor industri kecil dan menengah terbukti telah fleksibel dalam berbagai kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan seperti yang saat ini dialami oleh Indonesia.
d. Sektor industri kecil dan menengah tersebut lebih banyak menggunakan bahan baku atau bahan antara dari dalam negeri sehingga tidak membebani nilai impor seperti yang selama ini di praktikan oleh industri besar.
Dilihat dari masing-masing skala usaha, maka mitra utama sebagian besar usaha mikro adalah dari skala usaha menengah (60,6%), sedangkan mitra utama bagi usaha kecil dan usaha menengah adalah usahabesar (masing-masing
128Rachmawan Budiarto, Pengembangan UMKM antara konseptual dan pengalaman praktis (yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2016),hlm.1.
53,4% dan 68,4%).129 Untuk pengembangan usaha sebagai upaya meningkatkan daya saing usaha mikro dan kecil, berdasarkan Pasal 16 UU UMKM, pemerintah memberikan kebijakan dalam memfasilitasi pengembangan-pengembangan usaha dalam bidang: produksi, pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, dan desain teknologi.130Dalam hal pengembangan usaha dalam bidang dalam bidang produksi dan pengolahan berdasarkan Pasal 17 UU UMKM, seperti berikut ini:131
a. Meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen bagi usaha mikro, kecil, dan menengah
b. Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produksi;
c. Mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan; serta
d. Meningkatkan kemampuan rancang bangun perekayasaan bagi usaha menengah.
Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang UMKM, dalam hal pengembangan usaha dalam bidang pemasaran, maka dilakukan dengan cara:132
a. Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;
b. Menyebarluaskan informasi pasar;
c. Meningkatkan kemampuan manajemen, teknik pemasaran;
129Etty Mulyati, Op.Cit., hlm.157.
130Indonesia (UMKM),Op.Cit., Pasal 16.
131Ibid.,Pasal 17
132Ibid., Pasal 18.
d. Menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi usaha mikro dan menengah;
e. Memberikan dukungan promosi produk jaringan pemasaran dan distribusi; serta
f. Menyediakan tenaga konsultan professional dalam bidang pemasaran.
Selanjutnya Pasal 19 Undang-Undang UMKM, dalam hal pengembangan usahanya dalam bidang Sumber Daya Manusia dilakukan dengan cara:133
a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan;
b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajemen; serta
c. Memberntuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, serta menciptakan wirausaha baru.
Terakhir, pemerintah melakukan pengembangan usahanya sebagaimana pada Pasal 20 Undang-Undang UMKM dalam bidang desain dan teknologi dengan cara:134
a. Meningkatkan desain di bidang tekonologi, serta pengendalian mutu;
b. Mengingkatkan kerja sama dan alih teknlogi;
c. Meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah di bidang penelitian untuk meningkatkan mengembangkan desain dan teknologi baru;
d. Memberikan intensif kepada usaha kecil, mikro, dan menengah yang mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup; serta
133Ibid., Pasal 19.
134Ibid., Pasal 20.
e. Mendorong usaha kecil, mikro dan menengah untuk memperoleh sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Selain melalui kebijakan pengembangan usaha mikro dan kecil tersebut , pemerintah juga melakukan pembinaan dan pengembangan melalui peraturan pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan usaha kecil. Untuk pembinaan dan pengembangan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dan dilakukan secara terarah dan terpadu, serta berkesinambungan untuk mewujudkan usaha mikro dapat berkembang menjadi usaha kecil, dan usaha kecil berkembang menjadi menengah, serta usaha menengah berkembang menjadi usaha besar.135
Selain melalui kebijakan pengembangan UMKM, pemerintah juga melakukan pembinaan dan pengembangan melalui peraturan pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan usaha kecil. Untuk pembinaan dan pengembangan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dan dilakukan secara terarah dan terpadu, serta berkesinambungan untuk mewujudkan usaha mikro dapat berkembang menjadi usaha kecil, dan usaha kecil berkembang menjadi menengah, serta usaha menengah berkembang menjadi usaha besar.136
C. Peranan Bank Perkreditan Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia
Dalam kebijakan pemberian kreditnya perbankan memegang peranan yang sangat penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat
135M. Kwartono Adi, Op.Cit., hlm.21.
136 Etty Mulyati, Op.Cit., hlm 148.
dan corak masyarakat di masa akan datang. Kredit merupakan senjata yang ampuh bagi mereka yang memperolehnya, sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor produksi dan memfaatkannya untuk keperluan pribadinya. Makin banyak kredit yang diperoleh makin besar pula faktor produksi yang dapat dikuasainya dan makin besar keuntungan yang diperolehnya.137
BPR sebagai salah satu bank yang memberikan bantuan permodalan berupa kredit atau pinjaman, bank turut membantu para nasabahnya memajukan dan mengembangkan usahanya, sehingga bank turut juga dalam menunjang pertumbuhan perekonomian rakyat dan membantu dalam peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan. BPR turut berperan dalam peningkatan produksi serta dalam memperluas kesempatan kerja sehingga dapat membantu dalam penyerapan tenaga kerja terutama di daerah pedesaan, yang karena lajunya perkembangan jumlah penduduk, terdapat banyak pengangguran yang tak kentara di dalam masyarakat.138
Sunarto, H. (2007:6) menyatakan bahwa BPR memiliki spesialisasi pada retail banking dan kredit berukuran kecil yang sebagian besar ditujukan untuk kelas komunitas dan bisnis ke bawah sehingga dapat digolongkan sebagai institusi keuangan mikro. Dengan beradanya BPR di tengah-tengah masyarakat di desa-desa, di kampung-kampung dan di pasar-pasar unutk memberikan bantuan atau pelayanan perbankan kepada lapisan terendah dari masyarakat Indoesia, baik di kota-kota maupun di daerah pedesaan. Dengan demikian BPR berperan dalam pemerataan pelayanan perbankan dan pemerataan pendapatan. 139
137 Pandu Suharto, Suharto Pandu. Peran, Masalah Dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat, (Jakarta: LPPI, 1991), .hlm.2.
138Ibid., hlm.4.
139Ibid.,
Tujuan pemberdayaan UMKM berdasarkan pasal 5 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah :140
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan 3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Di Indonesia BPR menghadapi persaingan langsung dengan BRI dan koperasi terutama dalam konsumen yang sampai ke daerah pedesaan sehingga dibuat aturan untuk memilah konsumen yang menjadi nasabah seperti BPR di pedesaan terutama di tingkat kecamatan memberikan kredit kecil kepada pengusaha, pedagang kecil, dsb yang tidak menjadi anggota Koperasi Unit Desa (KUD). Sedangkan BRI biasanya melayani kredit yang jumlahnya cukup besar kepada pengusaha menengah di desa atau bahkan di kota. Sedangkan BPR memberikan kredit pada pengusaha dan pedagang kecil baik di pasar atau di kampung-kampung. Dewasa ini tingkat persaingan BPR semakin berat seiring dengan mulai masuknya beberapa Bank Umum ke daerah pedesaan dan turut memberikan kredit mikro.141
140Indonesia (UMKM), Op.Cit., Pasal 5
Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian lebih besar
141Wiwit Cahyani, “Pengembangan Dan Pemberdayaan Bpr Dalam Upaya Peningkatan Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia BPR”, https://www.academia.edu/11284887/PENGEMBANGAN_DAN_PEMBERDAYAAN_BPR_DA
dari pemerintah maupun dari masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitifbersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu di upayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan peranannya dalam memberdayaan disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil dan meningkatkan sumber daya manusianya.142
Pengembangan UMKM tentu sangat terkait dengan tersedianya modal yang notabene perlu di perhatikan. Karena pada dasarnya modal merupakan hal yang perlu diperhatikan. Karena pada dasarnya modal adalah hal yang diutamakan dalam pembentukan UMKM dan pengembangannya. Selama ini masalah yang dihadapi oleh pelaku UMKM lebih condong pada masalah internal, yaitu kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan.143
Permodalan adalah faktor utama yang perlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Sehingga para pelaku UMKM harus pandai dalam mendapatkan modal yang nantinya akan menjadi acuan untuk mengambangkan usahanya.144 Peran BPR sebagai lembaga intermediasi mikro kecil dan menengah semakin meningkat pada sektor-sektor produktif. Untuk itu BPR perlu di dukung dengan kemampuan teknis mengenai sektor yang dibiayai, permodalan yang kuat, serta kemampuan menghimpun sumber pendanaan baik dari masyarakat maupun melalui kerjasama dengan lembaga keuangan lain.145
LAM_UPAYA_PENINGKATAN_USAHA_KECIL_DAN_MENENGAH_DI_INDONESIA_BP R_Development_and_Empowerment_to_Improve_Small_and_Medium_Businesses_in_Indonesia
Penyaluran kredit BPR yang
(diakses pada tanggal 02 Maret 2019 pukul 19.06 WIB).
142Ina Primiana, Menggerakkan Sektor Riil UKM & Industri, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.56.
143Ibid.,
144Ibid.,
145Ibid.,
mengikuti cara-cara Bank Umum atau memasuki lingkungan kerja Bank Umum dalam pemberian kreditnya tidak dapat mengimbangi Bank Umum karena bank-bank itu dapat memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah.146
Penyaluran dana atau kredit adalah kegiatan usaha meminjamkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit (hutang).Jadi menyalurkan dana adalahmemberikan kredit, berdasarkan ketentuan tersebut secara yuridis dapat di rinci dan di jelaskan unsur-unsur kredit seperti berikut ini :147
1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank; atau
2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan, misalnya pembiayaan pembuatan rumah, pembelian kendaraan;
3. Kewajiban pihak peminjam (debitur) melunasi hutangnya menurut jangka waktu, disertai pembayaran bunga;
4. Berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam uang antara Bank dan peminjam (debitur) dengan persyaratan yang disepakati bersama.
Menurut Bank Indonesia dampak dari pemberian kredit untuk usaha berpengaruh positif terhadap pengembangan UMKM yang tercermin dari peningkatan pendapatan, omzet dan keuntungan. Selain itu pemberian kredit kepada UMKM juga memberikan dampak positif terhadap peningkatan
146Juli Irmayanto,dkk, Bank & Lembaga Keuangan (Jakarta: Universitas Trisakti, 2002), hlm.113.
147Abdulkadir, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan (Bandar Lampung :Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.58-59.
kesejahteraan individu yang bekerja di UMKM.148Berdasarkan Pasal 13 UU Perbankan, usaha BPR meliputi :149
Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian, serta wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menyediaakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
dan
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
150
148 https://andyfrmnsyh.wordpress.com/2015/05/07/pengaruh-penyaluran-kredit-mikro-terhadap-perkembangan-industri-kreatif-di-indonesia/ (diakses pada tanggal 2 maret 2019 pukul 19.53)
149 Indonesia (Perbankan), Op.Cit., Pasal 13
150Etty Mulyati, Log.Cit., hlm.158.
BPR dalam memberikan kreditnya tidak terlepas dari persyaratan keharusan adanya agunan, dan pengenaan suku bunga. Porsi BPR
yang kecil dalam penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah akan terancam oleh bank-bank asing yang bergerak lebih cepat. Oleh karena itu BPR perlu memperbaiki kesehatan kinerja perbankannya. Keberadaan BPR di Indonesia terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat pedesaan.151
Dalam hal pemberian kredit kepada masyarakat, pemerintah membuat persyaratan bagi debitur dan tata cara pemberian kredit oleh BPR. Persyaratan bagi debitur dan tata cara dalam pemberian kredit atau pembiayaan diatur dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.14/26/ DKBU Tanggal 19 September Perihal Standar Kebijakan Perkreditan Bank Perkreditan Rakyat yang menyebutkan kebijakan dalam pemberian kredit.152Kebijakan dalam pemberian
Dalam hal pemberian kredit kepada masyarakat, pemerintah membuat persyaratan bagi debitur dan tata cara pemberian kredit oleh BPR. Persyaratan bagi debitur dan tata cara dalam pemberian kredit atau pembiayaan diatur dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.14/26/ DKBU Tanggal 19 September Perihal Standar Kebijakan Perkreditan Bank Perkreditan Rakyat yang menyebutkan kebijakan dalam pemberian kredit.152Kebijakan dalam pemberian