ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT BAGI PENGUSAHA MIKRO (STUDI KASUS
KREDIT MACET DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANDAR JAYA)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat- syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh : Jesica Pasaribu Nim : 150200123
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDIT OLEHBANK PERKREDITAN RAKYAT BAGI PENGUSAHA MIKRO (STUDI KASUS
KREDIT MACET DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANDAR JAYA)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat- syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh : Jesica Pasaribu
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Nim : 150200123
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH
Dosen Pembimbing I Pembimbing II NIP 198612122014042001
Prof. Dr.Sunarmi SH.,M.humDr. Detania Sukarja SH.,LLM
FAKULTAS HUKUM
NIP. 196302151989032002 NIP. 198309112006042002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karuniaNya yang tiada berkesudahan dan telah memberikan penulis kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul“ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBERIAN KREDITOLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT BAGI PENGUSAHA MIKRO (STUDI KASUS KREDIT MACET DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANDAR JAYA).”
Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Meskipun begitu, penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dari segi substansi maupun kata-perkata, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar kemudian skripsi ini menjadi jauh lebih baik.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution,S.H., MH, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., MHum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan;
8. Ibu Dr. Detania Sukarja S.H., LLM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan;
9. Bapak Armansyah, S.H., M.Hum, selaku Dosen Penasihat Akademik;
10. Seluruh Dosen dan Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
11. Teristimewa kepada Mamak saya Herlinawati Aritonang yang selalu mendoakan, mensupport saya dan Bapak saya Augus Pasaribu yang sudah sangat membantu dan menemani saya dalam pengerjaan skripsi ini;
12. Terima kasih khususnya kepada kedua Kakak saya dan Abang saya tercinta, Juita Auglina Pasaribu, Juniana Pasaribu, dan Rizky Auglius Pasaribu yang sudah mendoakan, mendukung, menghibur, dan
menyemangati saya dari kejauhan sana dalam menyelesaikan perkuliahan dan terutama dalam menyelesaikan skripsi ini;
13. Kepada sepupu saya yang sangat saya sayangi, Lady Lawensky Sitinjak, terima kasih sudah menjadi adik, teman, bahkan sahabat dalam berbagai kondisi apapun. Sukses untuk kamu kedepannya;
14. KepadaPimpinandan pegawai dari PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya, Perdagangan, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan, memberikan izin, waktu dan data-datanya dalam rangka penyusunan skripsiini;
15. Kepada sahabat saya Octavia Sari Sianipar, “Thank you for being here when I need you. Thank you for helping me passing my bad moments.
Thank you for becoming the best friend in my life.” ;
16. Kepada teman terbaik saya, Dian Anggreini Siringoringo,terima kasih telah memperhatikanku dan menemaniku walaupun kita berada di kota yang berbeda, sukses buat kita ke depannya;
17. Kepada sahabat-sahabatku terkasih yang sama-sama berjuang dari awal perkuliahan yang tergabung dalam “Finder Rangga” yaitu: Iin Sihombing, Ririn Tarigan, Dian Siregar, terima kasih telah menjadi pengganggu, mensupport saya sepanjang perkuliahan, selalu mengingatkan untuk tidak datang terlambat kuliah terlebih saat bimbingan dengan doping (walaupun ujungnya ga terealisasi),dan semoga di tahun 2019 ini kita semua berhasil lulus dengan IPK yang memuaskan. Tetap solid ya, guys ;
18. Kepada sahabat dari SMA,Firda Simanjuntak dan Gusti Nainggolan yang saat negara api menyerang membuat grup bernama “De Geurs”, terimakasih sudah menyemangati, menghibur, dan sebagai tempat curhatan dari saya yang berfaedah sampai sangat yang tidak berfaedah;
19. Kepada teman teristimewa, Adventina Sinaga, terima kasih sudah memberikan semangat dan ada di saat suka maupun duka saya selama perkuliahan maupun dalam kehidupan sehari-hari saya;
20. Terimakasih kepada Kelompok Kecilku terkasih, “The Power of Affection” terkhusus kepada Kakak PKK ku, yaitu : Anita Tobing, SH, yang telah mengajariku dan mendekatkanku kepada Dia, Sang Juruslamat . Dan juga saudari-saudariku terkasih yang sama-sama bertumbuh di dalam- Nya, yaitu: Bintang Pardede, Lastiar Nainggolan dan Yuli Tampubolon. Semoga kita tetap bertumbuh dan tetap saling menyayangi satu sama lain;
21. Terimakasih kepada Kakak cantik dan Abang alay tapi ganteng, Chessa Nainggolan dan Elia Silitonga yang sudah pernah dan menjadi pemimpin Kelompok Kecil rohani saya, mendengarkan curhatan, menyemangati, dan mencintai saya dengan ketulusan hati kalian;
22. Kepada teman-teman terkasih dari Koordinasi Unit Pelayanan Fakultas Hukum 2018 yaitu Bg Elia, Bg Iwan, Bg Andre, Bg Sun, Natasia, Theresia, Fanidia, Vivi, Ayu, Julita, Reggie, Ira, Krismoniati, Fanta, Jampi, Edris, Elsa, Ana dan Riah, terimakasih sudah menjadi partner alias teman sekerja saya dalam Kristus, menyemangati saya, terimakasih sudah memberikan cinta kasih kalian untuk saya;
23. Kepada teman-teman terkasih Naposobulung HKBP Kemenangan, terimakasih sudah menjadi rekan dalam Kristus, semoga kita selalu menjadi garam dan terang dalam kehidupan kita sehari-hari, dan terkhusus pada adik saya Vhederyco Pasaribu terimakasih sudah selalu memberi semangat serta membantu dalam mengerjakan skripsi ini.
24. Kepada adik gemes nan manis saya, Friska Silaban, terimakasih sudah memberikan warna dalam penghujung perkuliahan kakak ya.
Sukses dalam perkuliahan dan segera tanggalkan kejombloanmu:D ; 25. Kepada teman-teman terkasih yaitu Sari Sitepu, Parange Sitorus,
Lavenia Surbakti, dan Ruth Simanjuntak, yang dulu kenalnya dari temannya teman terimakasih sudah mewarnai kehidupan saya sepanjang perkuliahan ini dan memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi ini;
26. Terima kasih kepadarekan-rekan mahasiswa/IFakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Atas semua dukungan tersebut, kiranya Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan karunia-Nya dan balasan yang berlipat ganda. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Medan, Maret 2019
NIM: 150200123 Jesica Pasaribu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vi
ABSTRAK ... viii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Metode Penelitian ... 16
G. Sistematika Penelitian ... 20
BAB II:ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERBANKAN DI INDONESIA A. Kredit Sebagai Salah Satu Sumber Pembiayaan ... 23
B. Sumber Hukum Dalam Pemberian Kredit Perbankan ... 42
C. Perjanjian Kredit Dalam Pemberian Kredit Oleh Bank ... 47
BAB III: PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM PENGEMBANGAN UMKM DI INDONESIA A. Bank Perkreditan Rakyat Dalam Perspektif Hukum Perbankan Di Indonesia... 59
B. Gambaran Umum Sektor Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Indonesia... 69
C. Peranan Bank Perkreditan Rakyat Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Indonesia ... 94
BAB IV: PROSEDUR PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PENGUSAHA MIKRO DI PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANDAR JAYA
A. Profil PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya ... 95
B. Prosedur Pemberian Pinjaman Kredit Pada Pengusaha Mikro oleh PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya kepada Debitur ... 97 C. Faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit
terhadap PT.Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya ... 109
D. Prosedur penyelesaian kredit macet terhadap pengusaha mikro pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya ... 110
E. Penghapusbukuan kredit pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya ... 120
BAB V:PENUTUP
A. Kesimpulan ... 126 B. Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA ... 130 Lampiran
Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat Bagi Pengusaha Mikro (Studi Kasus Kredit Macet Di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya)
Jesica Pasaribu*
Sunarmi**
Detania Sukarja***
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan yang saat ini mengalami perkembangan karena menilai peran dalam pembiayaan, terkhusus pada pengusaha-pengusaha mikro atau pengusaha kecil yang menjalankan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.. Pemberian kredit dilakukan harus dengan perjanjian kredit dan memiliki jaminan untuk mendukung kredit tersebut. Jaminan ini diberikan untuk mengantisipasi dari adanya permasalahan-permasalahan ke depannya seperti kredit macet. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah peranan hukum pemberian kredit di Indonesia, peranan Bank Perkreditan Rakyat dalam pengembangan UMKM di Indonesia, dan prosedur penyelesaian kredit macet pada pengusaha mikro di PT. Bank Perkreditan Rakyat Bandar Jaya.
Dalam penulisan skripsi ini, dipergunakan metode pengumpulan data melalui penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang menggunakan data-data sekunder, sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan survei ke lapangan yaitu pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Bandar Jaya untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang sudah ada.
Kesimpulan dalam skripsi ini yaitu: Pertama,Pengaturan pemberian kredit perbankan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan ada beberapa peraturan lainnya yang mengatur mengenai kredit. Kedua,Keberadaan BPR memang sangat membantu bagi UMKM, dengan proses yang sangat mudah dan cepat menjadi solusi juga bagi masyarakat. Peranan PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya sebagai perbankan dalam membantu pengembangan pengusaha mikro dalam UMKM yakni memberikan pinjaman atau kredit pada sektor UMKM tersebut.
Ketiga, dalam pemberian kredit, pasti adanya kendala debitur dalam membayar yang menimbulkan yang namanya kredit macet. Kredit macet bisa ditimbulkan dari pihak debitur maupun dari pihak bank sendiri. Untuk itu PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya memberikan prosedur penyelesaian kredit melalui cara damai (penyelesaian debitur dan pihak bank sendiri tanpa ada pihak lainnya yang terlibat) dan melalui Badan Hukum seperti melalui PUPN, Badan Peradilan, dan Kejaksaan. Dan penyelesaian atau penyelematan kredit yang terakhir yaitu penghapusbukuan kredit.
Kata Kunci: Kredit, Pengusaha Mikro, BPR
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi seperti sekarang ini membuat seluruh sektor dunia usaha untuk terus maju dan berkembang, tidak terkecuali dunia usaha di indonesia.
Munculnya pasar bebas yang tidak dapat dihindari oleh bangsa Indonesia telah membuat peluang dunia usaha menjadi semakin ketat. Para pelaku pasar bersaing untuk merebut pasar yang semakin sempit. Perbankan Indonesia merupakan salah satu dunia usaha yang juga mengalami dampak dari globalisasi tersebut. Hal ini dikarenakan perbankan berperan penting dalam kaitannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan dan undang- undang mengenai perbankan syariah.1Berdasarkan penjelasan tersebut diatas hukum perbankan adalah hukum positif yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usahanya.2
1Indonesia (OJK), Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan,UU OJK No 21Tahun 2011, LN No. 111, TLN No. 5253, Pasal 1 angka 5
2Uswatun Hasanah, Hukum Perbankan (Jatim: Setara Press, 2016), hlm.20.
Perbankan diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di Indonesia. Khususnya dalam pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, tidak secara perorangan saja tanpa terkecuali. Peranan perbankan dalam pengembangan usaha kecil di Indonesia tentunnya tidak terlepas keterkaitannya dengan cita-cita kemerdekaan
kita. Seperti yang tersimpul dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, yakni berbunyi:
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”3
Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Jelaslah sudah pasti bahwa cita-cita dari Negara kita adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Bagi perbaikan sosial ekonomi rakyat, lembaga keuangan sangat diperlukan dalam masyarakat. Modal yang menjadi tonggak utama bagi masyarakat kecil dalam mengembangkan usahanya baik di kota-kota maupun di daerah pedesaan di seluruh Indonesia. Keperluan akan permodalan ini mencakup berbagai sektor perekonomian rakyat di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, industri dan kerajinan, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa. Dengan memberikan bantuan permodalan berupa pinjaman, bank membantu para nasabahnya memajukan dan mengembangkan usahanya, sehingga bank turut serta dalam peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan.
4 Bagi masyarakat yang kekurangan dana atau membutuhkan dana untuk membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga dapat menggunakan pinjaman ke bank.
Kepada masyarakat yang akan diberikan pinjaman berupa kredit yang diberikan dari berbagai persyaratann yang harus segera dipenuhi.5
3Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Alinea ke II
4 Totok Budisantoso, Triandaru Sigit, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : Salemba Empat, 2006),hlm. 9.
5 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.5.
Keperluan permodalan atau pinjaman atau dalam dunia perbankan dikatakan sebagai “pemberian kredit”.
Pemberian kredit yang sangat kecil pada masyarakat kecil akan disertai resiko yang besar dan memerlukan tenaga dan biaya yang banyak dalam pelaksanaan pinjamannnya, maka pinjaman-pinjaman seperti ini tidak menguntungkan dan karena itu tidak ekonomis menurut ukuran Bank Umum. Kecuali itu, Bank-Bank Umum hanya ada di kota-kota sehingga pemberian kredit kecil tersebut berada di luar jangkauan dari Bank Umum.6
Dasar utama dalam hal pemberian kredit ini adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi akan kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat uang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Kepercayaan masyarakat kepada bank dalam menyimpan uangnya berbeda dengan kepercayaan bank yang menyalurkan kredit kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada pasal
Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan pertimbangan analisis yang baik dari pimpinan bank agar kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan pihak bank dapat dihindari. Pertimbangan tersebut sangat dipengaruhi oleh ketentuan dan kebijaksanaan dari kantor pusat bank itu sendiri.Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan oleh pihak bank yang berwenang mengambil keputusan di bank dalam memberikan kredit kepada nasabah, diantaranya kelayakan usaha calon debitur, jumlah kredit yang diminta, tujuan penggunaan kredit, kelayakan usaha calon debitur, bentuk dan nilai jaminan yang diberikan serta beberapa pertimbangan lainnya yang diperlukan.
6 Pandu Suharto, Peran, Masalah Dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat, (Jakarta: LPPI, 1991), hlm.3
1 ayat 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan).7 Oleh karena itu mereka yang memerlukan kredit tersebut maka bank khusus yang dapat melayani kebutuhan permodalan pada masyarakat kecil adalah Bank Perkreditan Rakyat (selanjutnya disebut BPR).8
Definisi dan kriteria tersebut telah diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (selanjutnya disebut UU UMKM). Kredit UMKM merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian negara yang dijalankan melalui bank. Kredit
Salah satu usaha yang banyak mengajukan pinjaman kecil ini adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (selanjutnya disebut UMKM).
Karena usaha ini adalah usaha yang paling banyak terdapat di Indonesia tentunya karena usaha ini tidak susah dalam hal pendiriannya dan tidak membutuhkan modal yang cukup besar.
UMKM adalah suatu kelompok usaha yang dimana sering menggunakan sumber dayanya dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perdagangan.UMKM suatu kelompok usaha yang dimana sering menggunakan sumber dayanya dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perdagangan.
UMKM ini juga merupakan kelompok usaha yang memiliki keunggulan dalam sisi penyerapan tenaga kerjanya yang banyak, sehingga dapat membantu proses pemerataan yang merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Negara. Kredit UMKM sendiri adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur usaha mikro, kecil, dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah.
7Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006),hlm.11.
8Pandu Suharto, Loc.Cit.,
UMKM yang diberikan oleh bank kepada debitur sebagai penyediaan dana berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dengan pihak bank.
Perbankan dibanyak negara di dunia pada umumnya tidak dimaksudkan melayani rakyat kecil. Karena tata letak perkantoran, struktur organisasi, program-program pendidikan, falsafah perusahaan, manajemen dan sistem administrasi serta cara dan prosedur pelayanannya, semua ditujukan untuk melayani orang-orang yang telah mapan dan berada.
Di Indonesia sudah sejak lama ada sejenis bank BPR ini untuk melayani masyarakat kecil. Namun BPR ini mungkin kurang atau sedikit sekali dikenal dan diketahui peranannya, banyaknya masyarakat yang memerlukan kredit kecil yang terdiri dari petani, peternak, nelayan, pengrajin, pedagang, dan pengusaha- pengusaha kecil lainnya maka mereka memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan mereka karena itu diperlukan bank khusus untuk melayani permodalan tersebut.9Sebagai perbankan yang khusus melayani masyarakat kecil,kegiatan usaha yang dilakukan BPR, antara lain :10
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
9 Pandu Suharto, Op.Cit., hlm.2.
10 Ahmad Subagyo, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hlm.5.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain;
Dalam pemberian kreditnya,BPR harus memerhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar, artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka BPR harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar- benar kembali.11Prinsip-prinsip tersebut harus di tegakkan oleh pihak BPR agar dapat meminimalkan resiko yang dapat terjadi salah satunya adalah pengembalian kredit yang tidak tepat waktu atau dapat menyebabkan kredit bermasalah atau kredit macet. Dalam pemberian kredit ini juga, selisih rugi terjadi jika pelaksaan tidak sesuai dengan rencana yang ditetapkan, dapat berupa angsuran tidak sesuai dengan perjanjian kredit, nasabah tidak dapat melunasi pinjamannya dalam jangka waktu yang disepakati, kredit tidak digunakan sesuai dengan tujuan permohonan kredit dan sebagainya. Kondisi ini umumnya disebut dengan kredit macet.12
Kredit macet ataupun kredit bermasalah menyebabkan dampak yang negatif terhadap kinerja bank, salah satu dampaknya adalah kenaikan Non Performing Loan (NPL) yang merupakan kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Kredit bermasalah atau kredit macet adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan pembayaran.13
11Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2012 , hal.101.
12 Ahmad Subagyo, Op.Cit., hlm.41.
13Kasmir. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Edisi 1 Cetakan ke-6: Jakarta, 2013, hal 155
Permasalahan tersebut yang sering terjadi saat ini terdapat pada resiko yang cukup tinggi dalam pemberian kredit termasuk kepada pemberian kredit kepada para pelaku UMKM yang dimana cukup tingginya angka kredit macet yang bersumber dari pelaku UMKM tersebut. Dimana bisa mengancam kelangsungan pada BPR itu sendiri bahkan bisa merusak sendiri perekonomian suatu Negara.14Oleh karena itu, BPR harus senantiasa menerapkan prinsip kehati- hatian dalam penyaluran kredit, disamping itu BPR juga harus senantiasa waspada terhadap gejala-gejala yang merupakan indikasi akan terjadinya masalah pemberian kredit.15
Demikian juga dengan PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya, Perdagangan. Kredit macet timbul akibat pelaksanaan perjanjian yang tidak sesuai dengan kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini debitur sebagai salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya serta tanggung jawabnya dengan baik. Maka dalam keadaan seperti ini harus diambil tindakan penyelesaian yang tepat dari pihak PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya agar permasalahan kredit tersebut dapat segera diselesaikan dengan baik oleh pihak bank demi kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional bank dan kesejahteraan dari para pegawai bank tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut lebih dalam dengan melakukan penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul : “Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat Bagi Pengusaha Mikro (Studi Kasus Kredit Macet Di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya).”
Setiap BPR yang pernahatau sedang beroperasi, pasti pernah mengalami permasalahan kredit macet.
14As Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet, (Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, 1994), hlm.13.
15 Ibid., hlm.42.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah,yaitu:
1. Bagaimana pengaturan pemberian kredit berdasarkan peraturan Perundang-Undangan di bidang perbankan di Indonesia?
2. Bagaimana peranan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia?
3. Bagaimana prosedur penyelesaian kredit macet pada pengusaha mikro di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaturan pemberian kredit berdasarkan peraturan Perundang-Undangan di bidang perbankan di Indonesia
b. Untuk mengetahui peranan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
c. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian kredit macet pada pengusaha mikro di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk mengetahui secara jelas mengenai perjanjian kredit UMKM, menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kredit macet. Dan hasil penelitian ini juga akan dapat menambah pengetahuan ataupun pengembangan ilmu hukum pada umumnya juga perkembangan Hukum Ekonomi dan Hukum Perjanjian Kredit. Serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar penulisan selanjutnya.
b. Secara Praktis
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan yang akan berguna dalam memberikan jawaban terhadap masalah yang akan di teliti yaitu mengenai kredit macet terhadap pemberian kredit. Serta dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat serta memberi masukan kepada pemerintah dan pelaku usaha.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan kepustakaan maupun dilapangan, perihal penyelesaian kredit macet memang cukup banyak yang diangkat dan dibahas, namun penulisan dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Oleh Bank Perkreditan Rakyat Bagi Pengusaha Mikro (Studi Kasus Kredit Macet di PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bandar Jaya) belum ada yang menulis sebagai skripsi dan merupakan hasil karya sendiri, dengan demikian maka penulisan
skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi-skripsi yang telah ada, sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik. Dalam penulisan skripsi ini khusus membahas masalah penyelesaian kredit macet oleh bank dalam pemberian kredit kepada pengusaha Mikro yang dijabarkan dengan pemikiran, referensi buku-buku dan dari bantuan pihak-pihak lain.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Kredit
Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Maksud dari percaya disini adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.16
Kata “kredit” berasal dari bahasa Latin creditus yang merupakan bentuk past participle dari kata credere (lihat pula credo dan creditum, yang berarti to trust atau faith. Kata trust, itu sendiri berarti “kepercayaan”. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditor (yang memberi kredit, lazim bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (nasabah, penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah
16Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.164.
disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan.17Pengertian kredit menurut UU Perbankan menyatakan bahwa kredit adalah:18
Dalam pemberian kredit ditentukan juga mengenai unsur waktu. Unsur waktu ini merupakan jangka waktu atau tegang waktu tertentu antara pemberian atau pencairan kredit oleh bank dengan pelunasan kredit oleh debitur. Lazimnya pelunasan kredit tersebut dilakukan melalui angsuran dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kemampuan dari debitur.
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
19
a. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu.
Berdasarkan definisi kredit dalam ketentuan pasal 1 angka 11 UU Perbankan tersebut, terdapat beberapa unsur perjanjian kredit yaitu :
b. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain
c. Terdapat kewajiban pihak meminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktu tertentu.
d. Pelunasan utang disertai dengan bunga 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
17 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman. Hukum Perbankan (Bandung : Sinar Grafika,2010), hlm.263.
18Indonesia (Perbankan),Undang-Undang Tentang Perbankan, UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, LN No. 182, TLN No. 3790, Pasal 1 angka 11
19 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta : Kencana,2005), hlm.60.
Pengertian BPR menurut UU Perbankan menyatakan bahwa BPR adalah:20
Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.Kepemilikan BPR hanya dimungkinkan dimiliki oleh pihak negara (pemerintah daerah), swasta, dan koperasi saja.
“Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
21
a. Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar badan hukum yang telah disah kan oleh instansi yang berwenang.
Sebagaimana halnya pendirian bank umum, maka dalam pendirian bank perkreditan rakyat diperlukan adanya izin prinsip dan izin usaha dari pimpinan bank Indonesia. Permohonan izin prinsip untuk BPR wajib memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/35/DIR tentang BPR, serta melampirkan:
b. Data kepemilikan berupa : daftar pemegang saham berikut perincian besarnya masing-masing kepemilikan masing-masing kepemilikan saham bagi bank yang berbentuk perseroan terbatas/perusahaan daerah, dan daftar calon anggota berikut perincian jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk hukum koperasi.
c. Daftar susunan Dewan Komisaris dan direksi.
d. Rencana dan susunan Organisasi.
20Indonesia (Perbankan), Op.Cit., Pasal 1 Angka 4
21 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia (Bandung : CitrAditya Bakti, 2007), hlm.87.
e. Rencana kerja untuk tahun pertama, yang memuat : hasil penelaahaan mengenai peluang besar dan potensi ekonomi; rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan penyaluran dana serta langkah- langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana tersebut; rencana kebutuhan pegawai; dan proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan serta proyeksi neraca dan perhitungan laba rugi.
f. Bukti pelunasan modal sekurang-kurangnya sebesar 30% dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada bank umum di Indonesia dan atas nama Direksi Bank Indonesia c.q salah seorang calon pemilik BPR yang bersangkutan
g. Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas/perusahaan daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, bahwa pelunasan modal disetor tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan atau pihak lain di Indonesia atau tidak berasal dari hasil kegiatan yang melanggar hukum.
3. Pengusaha Mikro dalam UMKM
UMKM merupakan salah satu sektor unggulan yang menopang perekonomian Indonesia. Pelaku UMKM dan koperasi menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia mulai dari petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia berbagai jasa. Selain itu, UMKM memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, dan ekspor.
Dalam artian berikut Usaha mikro membuktikan mampu menyerap tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor lain. Penyerapannya pun cukup besar yakni mencapai 97%. Selain itu, Kementerian Koordinator Perekonomian juga mencatat peran usaha mikro terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 60,34%. Jika badan usaha menengah hingga besar diharuskan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), yang merupakan ketentuan perizinan yang diwajibkan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag), maka usaha mikro memiliki bentuk perizinan lain, yakni Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK). IUMK memiliki dasar hukum Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil.22Ada beberapa keuntungan yang akan didapatkan oleh pelaku usaha mikro jika memiliki Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), yakni:23
a. Memiliki kepastian usaha dan perlindungan usaha di lokasi yang telah ditetapkan.
b. Mendapatkan pendampingan dalam usaha untuk semakin mengembangkan usaha.
c. Mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan, baik ke bank maupun lembaga non-bank.
d. Mendapatkan pemberdayaan dari pemerintah pusat dan daerah serta lembaga lainnya.
22Agung Jatmiko, Usaha Mikro: Klasifikasi, Dasar Hukum dan Kewajiban Perpajakannya, https://www.online-pajak.com/usaha-mikro (diakses pada tanggal 11 Maret 2019, pukul 17.41 WIB)
23Ibid.,
Untuk meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian masyarakat melalui UMKM, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. RPJPN ini berisi Kerangka Pikir Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Kerangka pikir ini berisi aspek-aspek pada tatanan makro, meso, maupun mikro yang dilakukan secara komprehensif:
a. Pertama, pada tataran makro, kebijakan perbaikan lingkungan usaha diperlukan agar terjadi peningkatan daya saing UMKM. Dalam pengenbangan tataran makro ini masih terdapat isu-isu meliputi persaingan usaha, biaya transaksi, ketersediaan sumber bagi UMKM (dan koperasi), serta peran pemerinah, termasuk peran pemerintah daerah.
b. Kedua, pada tataran meso, pemberdayaan UMKM harus berfokus pada peningkatan akses UMKM terhadap sumber daya produktif untuk kepentingan pelunasan usaha. Fokus upaya ini adalah pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung pengembangan jaringan usaha, peningkatan akses UMKM terhadap sumber permodalan serta peningkatan intensitas penerapan teknologi sesuai kebutuhan
c. Ketiga, pada tataran mikro, pemberdayaan UMKM harus memahami karateristik dan perilaku pelaku usahaitu sendiri. Karateristik dan perilaku pelaku usaha dapat menjadi modal awal bagi UMKMuntuk memperbaiki tingkat daya saing usaha. Pemberdayaan UMKM harus mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan budaya kerja, serta pengembangan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya pelaku
usaha yang memiliki daya saing. Kerangka pikir ini menunjukan bahwa untuk memberdayakan UMKM diperlukan sejumlah prasyarat yang terencana, sistematis, dan menyeluruh. Prasyarat ini meliputi:1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya dan menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi; 2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama daya lokal yang tersedia; 3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah; dan 4) pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin.24 Disamping itu juga pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini dilakukan agar Bank Indonesia focus kepada pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank merupakan sektor perekonomian.25
F. Metode Penelitian
Untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka harus didukung dengan fakta- fakta/dalil-dalil yang akurat yang diperoleh dari suatu penelitian.Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukunya sekedar mengamati
24Rachma Fitriati, Menguak daya saing UMKM Industri kreatif (Jakarta : Pustaka Obor Indonesia, 2015 ), hlm.4.
25Indonesia (OJK), Op.Cit., Bab I, Pasal 4.
dengan teliti terhadap sesuatu objek yang mudah terpegang di tangan.26
Ilmu pengetahuan yang merupakan kekuatan pemikiran, pengetahuan manusia senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya.
Hal itu terutama disebabkan oleh karena penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami.
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
27Metode merupakan suatu penelitian yang digunakan oleh manusia, merupakan logika dari penelitian ilmiah, studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, maupun sistem dari prosedur dan teknik penelitian.28
1. Jenis penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.29
26Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 27
27 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984), hal. 30
28 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), hlm. 27
29 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika: Jakarta, 2009, hal. 105
Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur topik yang penulis angkat, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet,
dan sebagainya. Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa penelitian hukum normatif meliputi, penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.30Sementara penelitian yuridis empiris adalah penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu kepada pola-pola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan.31
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori.32
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke lapangan melalui wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa pegawai dan Pemimpin PT. Bank Perkreditan Rakyat(BPR) Bandar Jaya. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel hukum dari internet, media massa dan kamus serta data yang terdiri atas:
a. Bahan hukum primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mempuntai ketentuan hukum mengikat.
30Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm.41.
31Ibid.,
32Ibid.,
Peraturan perundang-undangan yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia, Undang- Undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Undang-Undang No.
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta beberapa peraturan terkait.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti artikel-artikel, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier, yaitu kamus, ensiklopedia, artikel hukum dari internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan
Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet, pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.
b. Studi Lapangan
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara denganpihak yang terkait dalam hal ini adalah Bagian Umum Operasional dan Administrasi Kredit sebagai informan serta pihak yang berhubungan dengan masalah kredit macet di PT. Bank Sumut Medan.
5. Analisa Data
Pada umumnya, dalam penelitian-penelitian sosial dikenal dua macam analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam skripsi ini, riset yang dilakukan bersifat deskriptif dan tidak menggunakan data dalam bentuk angka-angka, dengan kata lain penelitian ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu, terhadap data-data yang telah terkumpul, digunakan analisis data kualitatif yaitu pengumpulan data-data primer melalui pengamatan dan wawancara, untuk kemudian dikaitkan dengan data sekunder maupun data lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa bab. Dimana masing-masing bab dibagi dalam beberapa sub bab yang diuraikan permasalahannya secara tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pemabahasan keseluruhan kedalam 5 (lima) bab terperinci.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab I ini memuat pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERBANKAN DI INDONESIA
Bab II ini terdiri dari empat (4) sub bab yaitu: kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan, sumber hukum dalam pemberian kredit perbankan, perjanjian kredit dalam pemberian kredit oleh bank, dan prosedur pemberian kredit.
BAB III :PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM PENGEMBANGAN UMKM DI INDONESIA
Bab III ini terdiri dari tiga (3) sub bab yaitu: Bank Perkreditan Rakyat dalam perspektif hukum perbankan di Indonesia, gambaran umum sektor usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia dan peranan Bank Perkreditan Rakyat dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia
BAB IV : PROSEDUR PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PENGUSAHA MIKRO DI PT BANK PERKREDITAN RAKYAT BANDAR JAYA
Bab IV ini terdiri dari empat (4) sub bab yaitu: profil PT. Bank Perkreditan Rakyat Bandar Jaya, faKtor penyebab kredit macet atas
pemberian kredit pada PT.Bank Perkreditan Rakyat Bandar Jaya,penyelesaian kredit macet pengusaha mikro pada PT. Bank Perkreditan Rakyat
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisikan kesimpulan yang diambil oleh penulis terhadap bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan dan yang ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang dianggap perlu dari isi yang diuraikan tersebut.
BAB II
ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERBANKAN DI INDONESIA A. Kredit Sebagai Salah Satu Sumber Pembiayaan
Kredit dalam kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama karena pendapatan terbesar dari usaha bank berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit, yaitu berupa bunga dan provisi. Ruang lingkup dari kredit sebagai kegiatan perbankan tidaklah semata-mata berupa kegiatan peminjaman kepada nasabah, tetapi sangatlah kompleks karena menyangkut keterkaitan unsur- unsur cukup banyak, di antaranya, meliputi sumber-sumber dana kredit, alokasi dana, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan perkreditan, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit, serta penyelesaian kredit bermasalah.
Maka tidak berlebihan penanganannya pun harus dilakukan secara sangat hati-hati dengan ditunjang profesionalisme serat itegritas moral pada pejabat perkreditan tersebut.33
Berjalannya kegiatan perkreditan akan lancar apabila adanya suatu saling mempercayai dari semua pihak yang terkait dalam kegiatan tersebut. Kegiatan itu pun dapat terwujud hanyalah apabila semua pihak terkait mempunya intergritas moral. Kondisi dasar seperti ini sangat diperlukan oleh bank dalam usaha dan alokasi dana untuk kredit karena dana yang ada pada bank sebagian besar mrupakan dana milik pihak ketiga yang dipercayakan kepada bank tersebut.
Dengan demikian, apabila pun bank akan dituntut dan berkewajiban untuk selalu
33Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm.471
menjaga menjalankan penggunaan dana tersebut.34
“Kredit penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.”
Pengertian kredit menurut pasal 1 angka 11 UU Perbankan, menyatakan:
35
Dengan memperhatikan pengertian kredit, maka dapat dipahami pengertian pihak peminjam dalam kerangka perkreditan. Peminjam adalah nasabah perorangan atau perusahaan/ badan yang memperoleh penyediaan dana dari bank, termasuk:36
1. Debitur, untuk penyediaan dana berupa kredit
2. Penerbit surat berharga, pihak yang menjual surat berharga, manajer investasi kontrak investasi kolektif, dan atau reference entity, untuk penyediaan dana berupa surat berharga
3. Pihak yang mengalihkan resiko kredit (protection buyer) dan atau reference entity, untuk penyediaan dana berupa derivative kredit (credit derivatives)
4. Pemohon (applicant), untuk penyediaan dana berupa jaminan (guarantee), letter of credit (L/C), standby letter of credit (SLBC), atau instrument serupa lainnya.
5. Pihak tempat bank melakukan penyertaaan modal untuk penyediaan dana berupa penyertaan modal
6. Bank atau debitur untuk penyediaan dana berupa tagihan akseptasi
34Ibid., hlm.472
35 Indonesia (Perbankan),Op.Cit., Pasal 1 angka 11
36 Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm.477.
7. Pihak lawan transaksi, untuk penyediaan dana berupa penempatan dan transaksi derivative
8. Pihak lain yang wajib melunasi tagihan kepada bank
Aspek hukum memegang peranan penting dalam melakukan analisa sebelum kredit itu diberikan kepada pemohon. Ada beberapa aspek hukum yang berkaitan dengan pemberian kredit yaitu aspek hukum pemohon, aspek hukum jaminan kredit, aspek hukum restrukturisasi kredit dan aspek hukum tindakan hukum dalam menyelamatkan dan menyelesaikan kredit macet.37
1. Unsur-Unsur Kredit Perbankan
Unsur-unsur kredit sangat erat kaitannya dengan pengertian kredit itu sendiri. Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu “credere”, “credo”, dan
“creditum”, yang kesemuanya itu berarti kepercayaan. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditor sebagai orang atau lembaga yang memberi kredit yang lazimnya disebut bank, dalam hubungan perkreditan dengan debitor sebagai penerima kredit atau nasabah, saling mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan.38
37Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.5.
38 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001) hal. 236
Pihak bank selaku kreditur, percaya menanamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian maka dapat juga dikatakan bahwa pemberian kredit merupakan
pemberian kepercayaan oleh pihak bank kepada nasabah.39Kredit menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak peminjam atau pihakyang dibiayai untuk melunasi utangnya ataumengembalikannya beserta bunga dalam tenggang waktu yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, kredit merupakan perjanjian pinjam-meminjam (uang) yang dilakukan antara pihak bank dan pihak lain, nasabah peminjam dana. Perjanjian pinjam-meminjam (uang) itu dibuat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai pembayaran sejumlah bunga.40
Pada umumnya, dalam perjanjiannya akan ditekankan kewajiban pihak peminjam uang untuk memenuhi kewajibannya melunasi, mengembalikan, atau mengangsur utang pokoknya beserta bunga sesuai dengan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kredit, yaitu :41
a. Kepercayaan; yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu;
b. Waktu; yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;
39M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung, 2003),hlm.4.
40 Rachmadi Usman, Loc. cit.
41Ibid., hlm.238.
c. Prestasi; yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra- prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan;
d. Risiko; yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.
Untuk mengetahui bahwa seseorang dipercaya untuk memperoleh kredit, pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrument analisa 4P dan 5C, yakni sebagai berikut:
a. Instrument analisa 4P, terdiri atas sebagai berikut:
1) Personality, adalah dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam masyarakat, dan lain-lain.
2) Purpose, adalah hal yang mana bank harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan kredit tersebut sesuai line of business kredit bank yang bersangkutan.
3) Prospect, adalah hal yang mana bank harus melakukan analisis secara cermat dan mendalam tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit.
4) Payment, adalah bahwa dalam penyaluran kredit, bank harus mengetahui dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk melunasi hutang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.
5) Party, adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
6) Profitability, adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7) Protection, adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikanvoleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
b. Instrument analisa 5C, terdiri atas sebagai berikut:
1) Character , adalah calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.
2) Capacity, adalah kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan.
3) Capital, adalah bahwa bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemoohon kredit.
4) Collateral, adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas resiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur di kemudian hari, misalnya terjadinya kredit macet.
5) Condition of economy, adalah bahwa pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sector usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. 42
2. Tujuan Kredit Perbankan
Tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan dari bunga kredit yang dibebankan kepada debitor sesuai dengan ketentuan yang diperjanjikan.Tujuan kredit dapat dilihat dari dua fungsi pokok yang saling berkaitan, yaitu:43
42 Kasmir, Op.Cit., hlm.136-139.
43 M. Tohar, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999) hal.
89.
a. Profitabilitas adalah tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diperoleh dari pungut an bunga.
b. Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitabilitynya dapat benar-benar tercapaitanpa hambatan yang berarti.
Berdasarkan pengertian kredit menurut UU Perbankan Pasal 1 huruf k, maka diambil pengertian bahwa tujuan dari kredit adalah:44
Tujuan perkreditan yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugasnya harus diarahkan untuk kepentingan bank, yaitu:
“Memberikan kesempatan kepada masyarakat yang kekurangan dana untuk berusaha atau menjalankan usahanya, hal ini dilakukan dengan jalan memberikan dana kepada masyarakat.”
45
a. Membantu perkembangan kegiatan ekonomi sesuai dengan kebijaksanaan dan program pemerintah dengan tetap mendasarkan pada persyaratan bank secara teknis dan wajar.
b. Mencari keuntungan yang layak bagi bank.
c. Membantu perluasan pemanfaatan jasa-jasa perbankan lainnya, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kredit itu sendiri
Di dalam perkreditan melibatkan beberapa pihak, yaitu: kreditor (bank), debitor (penerima kredit), otorita moneter, bahkan masyarakat pada
44 Indonesia (Perbankan), Op.Cit., Pasal 1 huruf k
45 Rudd y Tri Santoso, Mengenal Dunia Perbankan, (Cetakan Kedua, Edisi I), (Yogyakarta: Andi Offset, 1996) hlm. 111
umumnya.Oleh karena itu, tujuan perkreditan berbeda-beda dan tergantung pada pihak-pihak tersebut, yaitu:46
a. Kreditor (Bank)
Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya, selain itu tujuan pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya dalam persaingan serta perkreditan merupakan instrument penjaga likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.
b. Debitor (Penerima Kredit)
Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya, selain itu kredit juga bertujuan untuk meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan serta memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan.
c. Otorita Moneter
Kredit berfungsi sebagai instrument moneter, selain itu kredit juga berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan Negara, serta berfungsi sebagai instrument untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua ini.
d. Bagi Masyarakat
46Moh.Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, (Konsep, Tehnik, dan Kasus), (Jakarta: P T. Gramedia Pustaka Utama) hlm.2.
Kredit berfungsi mengurangi pengangguran, karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan serta meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya beli (social buying power).
Secara umum, tujuan kredit di bank dapat dipaparkan sebagai berikut:47 a. Memenuhi kebutuhan nasabah dalam persediaan uang tunai saat ini;
b. Mempertahankan standar perkreditan yang layak;
c. Mengevaluasi berbagai kesempatan usaha baru;
d. Mendatangkan keuntungan bagi bank dan pada saat yang sama menyediakan liku iditas yang memadai.
Tujuan dasar kredit dimaksudkan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu yang tidak boleh merugikan tujuan lainnya, bahkan harus saling menunjang atau dapat dicapai bersama. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dan melalui suatu analisis dan penelitian yang cermat untuik mencegah terjadinya kerugian bagi bank.48Menerapkan Prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit dalam suatu perbankan. Berdasarkan kepada prinsip kehati-hatian ini, maka bank dalam memberikan kredit tersebut harus memperhatikan jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, daam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dengan adanya keyakinan tersebut, bank berharap banyak agar kredit yang diberikannya kepada nasabah debitur tidak menjadi kredit macet di kemudian hari.49
47Ibid.,
48 Ruddy Tri Santoso, Loc. cit.
49 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm.270.
Tujuan dilakukannya prinsip kehati- hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan memahami ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku
di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam pasal 2 dan pasal 29 ayat (2) UU Perbankan.50
Hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana merupakan hubungan kontraktual antara debitur dan kreditur yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian dengan tujuan agar bank yang menggunakan uang nasabah tersebut akan mampu membayar kembali dana masyarakat yang disimpan kepadanya apabila ditagih para penyimpannya.51Pemberian kredit khususnya kepada UMKM atau kepada masyarakat yang kurang mampu ini diasumsikan bahwa rakyat miskin, atau relatif miskin, berada dalam posisi mengatasi persoalan keuangan mereka dengan usahanya sendiri, apabila mereka dibantu agar menjadi produktif.
Tujuan program kredit ini adalah untuk memperbaiki potensi kemandirian kelompok masyarakat dalam memecahkan persoalannya sendiri, yaitu keluar dari jurang kemiskinan.52Dengan adanya pemberian kredit ini, diharapkan dapat menunjang pembangunan perekonomian nasional, khususnya di sektor UMKM, sehingga masyarakat dari semua lapisan dapat ikut berperan serta di dalamnya.53Dengan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berusaha khususnya masyarakat lapisan bawah, yaitu dengan pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan, maka hal ini dianggap sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran, memerangi kemiskinan, dan juga sebagai upaya untuk pemerataan pendapatan.54
50Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia (Bandung: Refika Aditama , 2010), hlm.17.
51 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm.26.
52 Hans Nirschl & Georg Sticker, Ilmu Berhemat Panduan Kredit Mikro untuk Usaha Kecil, (Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas, 2005) hal. 7.
53Ibid., hlm.9
54Ibid., hlm.10.
Hal ini disebabkan karena UMKM merupakan salah satu sarana untuk menciptakan lapangan kerja, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini angkanya melonjak naik akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Penyaluran dana melalui pemberian kredit yang dilakukan oleh lembaga perbankan ini diharapkan dapat menciptakan pembangunan nasional yang merata, serta dapat menciptakan kehidupan masyarakat Indonesia yang makmur, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Satu hal terakhir yang sangat penting adalah bahwa program kredit baiksecara langsung maupun t idak langsung mempengaruhi ekonomi lokal maupun regional.55
3. Jenis-Jenis Kredit Perbankan
Fasilitas kredit sebagai aktifitas utama lembaga perbankan mempunyai konstruksi yang sama sejak dulu. Namun, kini di dalam perkembangannya terdapat berbagai perbedaan dalam pemberian kredit oleh lembaga-lembaga perbankan tersebut. Salah satunya yaitu dalam hal pembagian jenis kredit.
Terdapat perbedaan dalam hal pembagian jenis kredit dari masing-masing bank, tergantung pada strategi bank yang bersangkutan.56
a. Kredit Ditinjau Dari Segi Jangka Waktu
Adapun beberapa jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabahnya, adalah sebagai berikut:
1) Kredit Jangka Pendek , adalah: Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk
55Ibid.,
56 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996) hal. 14.
peternakan, misalkan kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija
2) Kredit Jangka Menengah, adalah: Kredit yang jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing
3) Kredit Jangka Panjang, adalah: kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur, dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan57 Dalam praktiknya di lapangan, bank dapat pula hanya mengklasifikasikan kredit menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek.
Untuk jangka waktu maksimal satu tahun dianggap jangka pendek dan di atas satu tahun dianggap jangka panjang. 58
1. Kredit Ditinjau Dari Segi Dokumentasi 1) Kredit dengan perjanjian kredit tertulis 2) Kredit tanpa surat perjanjian kredit
Kredit ini terdapat dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:
a) Kredit lisan
b) Kredit dengan instrument surat berharga
57 Kasmir, Op.Cit., hlm.121-122.
58Ibid.,
Misalkan kredit yang hanya lewat dokumen promes (promissory note), obligasi (bonds), kartu kredit, dan sebagainya
c) Kredit cerukan (overdraft)
Biasanya kredit tanpa surat perjanjian kredit ini, timbul karena penarikan atau pembebanan giro yang melampaui saldonya dan penarikan atau pembebanan R/C yang melampaui plafonnya.59 2. Kredit Ditinjau Dari Segi Penggunaannya
1) Kredit Modal Kerja, adalah: Kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan.Karakter yang biasa melekat pada kredit jenis ini dituangkan dalam 5 (lima) point yakni:
a) Umumnya berjangka pendek atau musiman, kecuali Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) yang membutuhkan waktu relatif panjang
b) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening Koran c) Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha (sikluas
produksi)
d) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat
e) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memerhatikan perkembangan usaha, sebab modal usaha itu dipergunakan untuk berusaha jangan
59 Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm.239.