• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM EKONOMI

(Study : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

DEARMA PARULIAN DAMANIK NIM : 150200192

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MOTIF HIOU BATAK SIMALUNGUN ATAS KERAJINAN HIOU DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI

(STUDY:KECAMATAN PURBA, KABUPATEN SIMALUNGUN)

Dearma Parulian Damanik*

Bismar Nasution**

Mahmul Siregar***

Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual dibidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung usur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu. Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional dalam pengaturan Hak Kekayaan Intelektual, bagaimana pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional motif Hiou Batatak Simalungun atas kerajinan Hiou, bagaimana perlindungan hukum terhadap motif Hiou ditinjau dari perspektif Hukum Ekonomi di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis secara normatif-kualitatif.

Undang-Undang yang secara khusus mengatur dan melindungi pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional, oleh karenanya, aspek-aspek pengetahuan tradisional dan EBT hanya dikaitkan dengan HKI khususnya UUHC dan UU Paten.

Dalam rangka perlindungan pengetahuan tradisional, pemerintah menyiapkan peraturan yaitu RUU tentang pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional yang mana berfokus pada perlindungan terhadap pengetahuan tradisional. Sebagaimana dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, Hak Atas Kekayaan Intelektual Upaya-upaya orang Batak Simalungun untuk melindungi hak cipta terhadap motif Hiou Simalungun adalah sebagai berikut: a. Menggunakan Hiou dalam acara sukacita maupun duka cita, b. Lebih meningkatkan mutu Hiou dengan dasar material yang lebih halus dan pemilihan variasi benang yang lebih menarik, c. Menyesuaikan jenis dan motif Hiou agar sesuai dengan perkembangan, d. Mengikuti Pameran baik tingkat lokal maupun nasional, e. Menggunakan Hiou sebagai salah satu seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS), f. Dengan mengadakan Rest Area Di Tiga Runggu Kecamatan Purba. Saran agar Pemerintah segera mengundangkan RUU tentang pengetahuan tradisional dan ekspesi budaya tradisional agar perlindungan motif batik tradisional lebih jelas. Serta pengrajin penenun Hiou yang telah menemukan suatu motif atau corak Hiou yang baru diharapkan dengan segera mendaftarkan motif atau corak temuan nya, demi kepastian hukum terhadap hasil ciptanya.

Kata Kunci: Pengetahuan Tradisional, Hak Cipta

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum USU

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum USU

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pengasihannya yang begitu besar penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk melengkapi gelar sarjana dalam Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Perlindungan Hukum Terhadap Motif Hiou Batak Simalungun atau Kerajinan Hiou Ditinjau dari Perspektif Hukum Ekonomi (Studi Kasus :Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari hasil yang diperoleh masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, Penulis akan sangat berterimakasih jika ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat berguna bagi penulis maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

Penulis juga berterimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH.,M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting,SH.,M.Hum selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Dr.Ok.Saidin,SH.,M.Hum selaku wakil dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Puspa Melati,SH.,M.Hum selaku wakil dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(5)

5. Bapak Dr.Jelly Leviza, SH.,M.Hum selaku wakil dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Prof.Dr. Bismar Nasution,SH,.M.Hum selaku ketua departemen hukum ekonomi, sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini

7. Bapak Dr.Mahmul Siregar,SH.,M.Hum selaku dosen pembimbing II penulis yang juga telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan dalam proses penulisan skiripsi ini

8. Kepada Ibu Trimurti Lubis,SH.,M.Hum selaku sekretaris departemen hukum ekonomi yang telah membantu dan memudahkan saya dalam mengajukan judul skripsi

9. Kepada Ibu Dr. Idha Aprilyana, SH.,M.Hum selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis

10. Kepada seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang juga telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan maupun dalam penulisan tugas akhir penulis.

11. Khusunya kepada orangtua tercinta, Ayah penulis M.Damanik dan Ibunda S.Sinaga. Terimakasih banyak atas doa, nasihat, dukungan dan kepercayaan yang kalian berikan selama ini kepada penulis.

12. Kepada ke 5 saudara saya, abang dan kakak saya. Terimakasih banyak yang selalu menudukung, memberikan nasihat, membingbing, dan yang selalu mendukung selama penulisan skripsi ini;

(6)

13. Kepada kakak ipar saya Vina Simorangkir dan Ani Purba. Terimakasih banyak yang selau memberikan motivasi dan medukung penuh selama penulisan skripsi ini;

14. Kepada lae saya Fendi Turnip. Trimaksih atas doa dan dukunganya selama penulisan skripsi ini;

15. Kepada Grup F Fakultas Hukum USU senang bisa sekelas dan mengenal kalian semua

16. Kepada Teman-Teman Seorganisasi Himapsi yang selalu memberikan semangat dan arahan kepada Penulis untuk mengerjakan skripsi ini;

17. Kepada sahabat saya dan sekaligus teman seperjuangan mengerjakan skripsi Sandra Sitompul, Agus Sipayung dan Rydayanti Simanjuntak.

terimaksih banyak yang selalu menyemangati, saling menegur dan saling memberi arahan selama penulisan skripsi ini;

18. Kepada kakak angkat saya dikota Medan Rydayanti Simanjuntak yang selalu saya panggil BOT dan paling pengertian selalu mengutamakan waktunya untuk mengucapkan semangat kepada saya, terimakasih banyak atas doa, arahan, bantuan, dukungan dan teguran kepada saya ketika bermain main waktu gerjakan skripsi ini sehingga saya makin semangat untuk ngerjakan skripsi ini;

19. Kepada Intan Sipayung. Terimakasih yang selalu mendukung, memberikan semagat kepada saya selama mengerjakan skripsi ini;

20. Kepada Jheni Yusuf Sargih. Terimakasih dukungan dan nasihat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi;

(7)

21. Kepada Risdo Sipayung. Terimaksih memberikan dukungan melalui sindiran kepada saya sehingga penulis terpacu dan semangat mengerjakan skripsi;

22. Kepada Adrian Kasfari, Alex Sander Parapat, Terimakasih dukungan dan nasihat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi;

23. Kepada semua Family ku semuanya terimaksih atas dukungan dan doa kepada penulis dalam megerjakan skripsi;

24. Kepada semua teman-teman ku tenpa terkeculali yang namanya tidak disebut satu persatu, terimakasih sudah selalu membantu dan menyemangati penulis dalam mengerjakan skripsi ini;

Ahirnya penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah mendukung penulis baik dalam doa maupun dengan ucapan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Semoga ilmu yang telah penulis peroleh selama ini dapat bermakna dan berguna bagi penulis dan orang lain.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Metode Peneletian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ... 23

A. Pengertian Pengetahuan Tradisional ... 23

B. Lingkup Perlindungan Pengetahuan Tradisional ... 27

C. Manfaat Perlindungan Terhadap Pengetahuan Tradisional .... 31

BAB III PENGATURAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL MOTIF HIOU BATAK SIMALUNGUN ATAS KERAJINAN HIOU ... 35

A. Pengaturan Pengetahuan Tradisional Dalam Hukum Indonesia ... 35

B. Hak Cipta Merupakan Bgian dari HKI ... 38

C. Ketentuan Hak Cipta Indonesia Dalam Sejarah ... 41

D. Pencipta dan Pemegang Hak Cipta ... 45

(9)

E. Motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou

Sebagi Bagian dari Pengetahuan Tradisional ... 47

F. Pengaturan Mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou. ... 55

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MOTIF HIOU BATAK SIMALUNGUN ATAS KERAJINAN HIOU DITINJAU DARI PERSFEKTIF HUKUM EKONOMI DI KECAMATAN PURBA, KABUPATEN SIMALUNGUN ... 58

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58

B. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou di Kec.Purba, Kab Simalungun ... 78

C. Peran Pemerintah Daerah Dalam Perlindungan Terhadap Motif Hiou Batak Simalungun ... 89

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ... 76

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Hiou Bulang-Bulang ... 69

2. Hiou Gobar ... 69

3. Hiou Hatirongga ... 70

4. Hiou Nanggar Suasah ... 71

5. Hiou Ragi Sapot ... 72

6. Hiou Ragi Sattik ... 72

7. Hiou Ragi Tinabur ... 72

8. Hiou Ragi Siattar ... 73

9. Bulang ... 73

10. Alat Tenun Tradisional... 74

11. Alat Tradisional Semi Mesin... 74

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perlindungan Hak Cipta di Indonesia sebenarnya telah di kenal sejak jaman penjajahan Belanda dengan sebutan Auteurswet 1912. Peraturan ini terus diberlakukan menurut Udang-Undang Dasar Tahun 1945 sambil menunggu peraturan perundangan Indonesia diberlakuan.1

Di era Auteurswet 1912 peraturan perundangan ini menjadi aturan hukum yang mati, baik dijaman Penjajahan maupun dijaman Kemerdekaan. Perlindungan hak cipta ini kurang dikenal, karena merupakan produk negara barat yang sangat mengagungkan kepentingan individu atau dianggap melebih-lebihkan hak milik yang bersifat perorangan.2

Di Indonesia, perlindungan hak cipta ini mulai di suarakan dekade 1960an yang dilanjutkan dengan kajian-kajian pada dekade 1970an. Indonesia menerbitkan peraturan yang mengatur hak cipta ini pada tahun 1982 yaitu dengan terbitnya Undang Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.

Kemunculan undang-undang Hak Cipta dari hari ke hari kian dianggap penting, sehingga secara terus menerus disempurnakan. Terbitnya Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta ini membuka wawasan dan kesadaran bangsa untuk memberikan perlindungan-perlindungan yang terkait dengan Hak Cipta, sehingga Tahun 1987 terbit Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1 Heri, Sosisalisasi HAKI dan Penegakannya Menuju Bisnis Beretika, Agregator Batik (Yogyakarta: News, 2007, hlm 1.

2 Ibid., halaman 1

(13)

1987, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, dan terakhir Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.3

Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya,4 yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak khusus (Exclusive Rights) mengandung hak ekonomi (Ekonomic rights) yaitu hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait dan Hak Moral (moral rights) yaitu hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat seseorang yang tanpa persetujuanya meniadakan nama pencipta yang tercantum dalam ciptaan, mencantumkan nama pencipta dalam ciptaanya dan mengubah isi ciptaan. Hal ini menunjukan hubungan antara pencipta dengan karya ciptaanya.5

Pengakuan ini dibarengi dengan pembatasaan Hak Cipta sebagai mana diatur dalam pasal 15 Undang-Undang Hak Cipta dengan syarat mencamtumkan sumbernya,baik untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,penyusunan laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. Hal ini juga berlaku untuk kepentingan pembelaan,ceramah pendidikan,pertujukan gratis, perbanyakan non komersial dan lain sebagainya.

3 Ibid, halaman 2.

4 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. halaman 1.

5 Heri, op cit, halaman 2.

(14)

Tetapi Undang-Undang Hak Cipta tidak memberikan pasal-pasal yang lebih spesifik mengenai perlindungan pengetahuan tradisional serta ekspresi budaya tradisional. Ketiadaan perlindungan dalam bentuk peraturan ataupun lembaga, membuat pengetahuan tradisional rentan diambil oleh pihak lain.

Padahal pengetahuan tradisional memiliki potensi komersial. Pengaturan HKI berpradigma individualitas, sementara pengetahuan tradisional lebih bersifat kolektif dan kekeluargaan atau warisan. Indonesia telah memiliki RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. RUU ini adalah upaya sementara dari politik hukum indonesia untuk melindungi pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional. RUU ini juga menggunakan asas kolektivitas dan kekeluargaan yang merupakan ciri khas Indonesia. Pengertian pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional itu sendiri, dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.

Pasal 1

1. Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual dibidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung usur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu.

2. Ekspresi Budaya Tradisional adalah karya intelektual dalam bidang seni, temasuk ekspresi sastra yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu.

(15)

Sementara itu, UU Hak Cipta mencantumkan folklor sebagai ciptaan yang dilindungi oleh negara.6

Pasal 10 ayat (2) UU Hak Cipta

“Negara memegang Hak Cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat dongeng, lagenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian kaligrafi dan karya seni lainya”.7

Dengan adanya RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisonal ditambah dengan UU Hak Cipta diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, yang salah satunya bisa melindungi Pengetahuan Tradisional di Kabupaten Simalungun, yaitu salah satunya melindungi motif kain tenun yang ada Simalungun, yang mana kain tenun tersebut merupakan kain khas orang Batak Simalungun yaitu Hiou.

Bagi masyarakat Batak Simalungun, hiou mempunyai fungsi dan arti yang sangat penting. Berbagai upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan ritual lainya tak pernah terlaksana tanpa hiou. Soal warna, kain hiou selalu didominasikan tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Sementara motif-motif yang sering ditampilkan dalam desain hiou adalah Ragi Hidup, Ragi Hotang, Suri-Suri, dan Manggiring.8

Untuk pembuatan tenun hiou dilakukan oleh para perajin lokal dari daerah Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatra Utara. Biasanya hiou ini banyak yang di kirim ke Jakarta, Medan, dan daerah-daerah lainya.

6 https://m.Hukumonline.com/pengetahuan-tradisional-indonesia-rentan-dibajak (diakses tanggal 24 September 2019)

7 Undang-Undang Pasal 10 ayat (2) Tentang Hak Cipta

8 Erond L. Damanik, Busana Simalungun, (Medan:Simentri Institute, 2017), hal 205

(16)

Pada saat ini hiou sudah mulai dimimati oleh masyarakat diluar Suku Batak Simalungun, buktinya banyak hiou telah dipakai sebagai bahan baku untuk pembutaan baju dan jas.bahkan khusus untuk motif Ragi Hidup yang banyak di senangi oleh warga dari luar Kabupaten Simalungun, yang mana hasilnya dari karya tenunan hiou tersebut harus ditenun di daerah asalnya. Pernah beberapa pengusaha batik mencoba membuat motif tersebut di Pekalongan, namun hasil tidak sebagus tenunan yang dibuat di daerah asalnya di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan hal tersebut diatas,maka penulis mempunyai niat untuk meneliti lebih dalam tentang kain tenun hiou ini dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Motif Hiou Batak Simalungun Atas Kerajinan Hiou Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi”, Dengan Melakukan Penelitian Kerajinan Ulos Di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatra Utara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengetahuan tradisional dalam pengaturan Hak Kekayaan Intelektual ?

2. Bagaimana pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional motif Hiou Batatak Simalungun atas kerajinan Hiou?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap motif Hiou ditinjau dari perspektif Hukum Ekonomi di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun?

(17)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dilakukan tentu harus mempunyai tujuan dan manfat yang ingin di peroleh dari hasil penelitian. Dalam merumuskan tujuan penelitian,penulis berpegang pada masalah yang telah di rumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengetahuan tradisional dalam pengaturan Hak Kekayaan Intelektual.

2. Untuk mengetahui pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Motif Hiou ditinjau dari perspektif Hukum Ekonomi di Kecamatan Purba,Kabupaten Simalungun.

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis di harapkan akan memberi masukan pada pengrajin Motif Hiou Batak Simalungun. Selain itu penelitian ini diharapkan akan memberi masukan pada pengrajin Motif Hiou Batak Simalungun di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sumbang saran dalam ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum kekayaan intelektual dalam bidang perlindungan hak cifta atas Motif Hiou Batak Simalungun.

2. Manfaat Praktis

(18)

a. Secara praktis diharapkan penelitian ini memberikan wawasan bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui Motif Hiou Batak Simalungun b. Dapat memberikan hasil penelitian ini dapat digunakan para praktisi hukum dalam memahami perlindungan hukum mengenai hak cipta atas Motif Hiou Batak Simalungun.

c. Dapat memberi masukan kepada pengarajin Motif Hiou Batak Simalungun di Kabupaten Simalungun untuk mendaftarkan jika ada motif baru yang dihasilkan oleh pengrajin.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, diketahui bahwa Penelitian mengenai Pengaruh Hukum Terhadap Motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou Ditinjau Dari Persfektif Hukum Ekonomi, hingga kini belum ditemukan permasalahan yang sama dengan penulisan ini yaitu mengenai pengetahuan tradisional perlindungan hukum terhadap motif batak simalungun atas kerajinan Hiou Batak Simalungun. Oleh karena itu, skripsi ini merupakan karya orsinil, dan karena nya dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.

Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap motif hiou batak simalungun yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rofin Mawan Purba, pada tahun 2011, skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, dengan judul skripsi Perlindungan hukum Motif Hiou Batak Simalungun (Suatu Kajian Terhadap Kerajinan Hiou di Kabupaten Simalungun).Penelitian tersebut menganalisis

(19)

tentang perlindungan hukum terhadap hiou Simalungun menurut Undang-undang No 19 Tahun 2002 tentang hak cipta, dan penelitian yang penulis lakukan perlindungan hukum terhadap motif hiou batak simalungun atas kerajinan hiou ditinjau dari persfektif hukum ekonomi, dan penulis meneliti tentang hak cipta dan pengetahuan tradisional.

Penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini tentang hak cifta dan tradisional knowledge. Hasil dari penulisan tradisional knowledge adalah pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat daerah atau tradisi yang sifat nya turun temurun, yang meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur, dan lain sebagainya dan yang mencakup ekspresi kreatif, informasi, yang secara khusus mempunyai ciri-ciri sendiri dan dafat mengidenfikasi unit sosial dan merujuk kepada lingkungan pengetahuan tradisional.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis terhadap hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Sumatera Utara dapat dikemukakan bahwa penelitian yang membahas serta menganalisis tentang perlindungan motif hiou Batak Simalungun belum pernah dilakukan penelitian pada topik yang sama

Oleh karena itu, secara umum berdasarkan penelusuran kepustakaan dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu.

Walaupun demikian, studi terdahulu jelas sangat bermanfaat bagi penelitian ini dan besar kemungkinan pada bagian tertentu penelitian ini juga merupakan kelanjutan dari penelitian terdahulu.

(20)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak exsklusif bagi Pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaanya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang antara lain dapat terdiri dari buku, program komputer, ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejeninya dengan itu, serta hak terkait dengan hak cipta.

Rekaman suara dan/atau gambar pertunjukan seseorang pelaku (performer), misalnya seorang penyanyi atau penari di atas panggung, merupakan hak terkait yang dilindungi hak cipta.9

Oleh karena ciptaan ini dilindungi hak cipta sebagai hak eksklusif, ciptaan ini menjadi hak yang semata-semata diperuntukan bagi pencipta atau pihak lain yang diperbolehkan memanfaatkan hak tersebut dengan seijin pencipta. Kegiatan mengumumkan atau memperbanyak diartikan sebagai kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen mengalihwujudkan, mengimpor atau mengekspor, memamerkan, mempertunjukan kepada publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.10

Pencipta dan kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hukum Hak Cipta. Pencipta harus mempunyai kualitas tertentu, agar hasil karyanya dapat dilindungi. Seorang pencipta harus mempunyai identitas dan status untuk menentukan kepemilikan hak. Pada dasarnya seorang yang membuahkan karya tertentu adalah seorang pemilik Hak Cipta. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang dari inspirasinya lahir

9 Pasal 1 Undang-Undang No 19 Tahun 2002

10 Lindsey, Blitt, Eddy Damian, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual suatu pengantar, (Bandung: Alumni 2002), halaman 6.

(21)

suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, keterampilan, kecakapan, atu keahlian yang dituangkan dalam bentuk khas dan bersifat pribadi.

Orang yang menciptakan sesuatu bentuk ciptaan tertentu, dianggap dialah yang memiliki Hak Cipta tersebut kecuali ditentukan lain. Dalam konteks hukum yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan, juga orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi.11

Dari ketentuan Undang-Undang Hak Cipta 1987 dan Undang-Undang Hak Cipta 1997, dimuat ketentuan baru, yaitu mengenai:

a. Negara menjadi pemegang Hak Cipta terhadap suatu ciptaan yang tidak diketahui penciptanya.

b. Penerbit menjadi pemegang Hak Cipta terhadap suatu ciptaan yang telah diterbitkan, tetapi tidak diketahui penciptanya atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama samaran penciptanya.

Ketentuan diatas dimaksud untuk menjaga kepentingan penciptanya.

Dengan demikian, bila penciptanya diketahui dan kemudian dinyatakan bahwa ciptaan tersebut adalah karyanya dengan disertai bukti-bukti yang sah dan meyakinkan, maka ketentuan itu tidak berlaku.12

Dalam kurun waktu yang relatif pendek, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan empat Undang- Undang Hak Cipta yaitu, :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987.

11 Ibid hal 10

12 Muhamad Djumhana,. Hak Milik Intelektual, (Bandung,:Citra Aditya Bakti, 2006,) halaman 64-66.

(22)

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999.

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.

Pengaturan Hak Cipta di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh sistem civil law atau sisitem eropa kontinental yang diwarisi dari hukum Belanda. Pengertian Hak Cipta yang berlaku di sistem eropa kontinental umumnya diartikan tidak hanya melindungi kepentingan ekonomi pencipta semesta, tetapi juga melindungi hak moral pencipta.13

2. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan Tradisional (Traditional Knowledge) Pengetahuan tradisional ialah karya masyarakat tradisional (adat) yang berupa adat budaya, karya seni, dan teknologi yang secara turun menurun telah digunakan sejak jaman nenek moyang dan menjadi milik bersama masyarakat adat yang dijaga dan di lestarikan.14 Defenisi yang di pergunakan oleh UN Sub Comission on prevetion of Discrimination and Protection of Minorities pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas masyarakat, atau suku bangsa tertentu yang bersifat turun-temurun dan terus berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan.

Dalam dokumen WIPO, pengetahuan tradisional tidak terbatas pada suatu pengetahuan tertentu tetapi merujuk pada berbagai pengetahuan yang sangat luas.

Yang memisahkan pengetahuan tradisonal dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain adalah keterikatanya dengan komunitas tertentu, dan krasteristik inilah yang

13 http.//www.bplawyers.co.id (diakses tanggal 13 Desember 2019)

14 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Kajian Hukum Terhadap Kekayaan Intelektual dan kajian komparatif Hukum Paten, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005, halaman 245.

(23)

memberikan sifat tradisional (diturunkan dari generasi ke generasi). Pengetahuan tradisional diciptakan, dipertahankan, digunakan dan dilindungi dalam lingkaran tradisional dan biasanya merujuk dalam pengetahuan yang telah diakumulasi oleh masyarakat dalam proses pengalaman yang panjang dan dalam lokasi tertentu.

Tidak jarang pengetahuan tradisional merupakan pengetahuan yang penting terhadap suatu identitas dalam suatu komunitas, sehingga pada hakekatnya pengetahuan taradisional, merupakan inovasi, kreasi dan ekspresi kultural yang di hasilkan dan dipelihara secara turun temurun oleh penduduk asli, komunitas lokal, atau individu dalam komunitas lokal suatu negara. Pengetahuan tradisional sering dihubungkan dengan penggunaan dan aplikasi dengan sumber daya genetik, biologi, dan alam atau menejemen dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan yang mempunyai nilai-nilai ekonomi, komersial, dan kultural.15

Secara tradisional, hak cipta telah di terapkan kedalam buku-buku,tetapi sekarang Hak Cipta telah meluas dan mencakup perlindungan atas karya sastra, drama, karya musik dan artistik, termasuk rekaman suara, penyiaran suara filim dan televisi dan program komputer. Hak Cipta bagi kebanyakan karya cipta belaku untuk selama hidup pencipta dan 50 tahun setelah meninggalnya sipencipta. Bagi negara-negara berkembang, fakta bahwa negara-negara maju mengontrol Hak Cipta atas sebagian besar piranti lunak, produk-produk vidio dan musik yang terkenal dengan apa yang dinamakan sebagai budaya global, tidak

15Muhamad Djumhan Op.Cit halaman 70.

(24)

dapat dihindarkan lagi telah mengakibatkan permasalahan di bidang pembajakan dan impor paralel.16

Perhatian terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam perdagangan internasional sangat besar, maka tidak heran selama Putaran Uruguay berlangsung Hak Atas Kekayaan Intelektual merupakan salah satu dari topik agenda perundingan, khusunya pula pada perundingan di Jenewa pada Sebtember 1990 intellectual property in buisness briefing mendiskusikan masalah tersebut, yang kini dikenal dengan TRIP, atau Trade Related Aspects of intellectual property rights (Aspek-aspek dagang yang terkait dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual). Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the world trade organization (Persatuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) perundingan di bidang ini bertujuan untuk

1. Meningkatkan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayan Intelektual dari produk-produk yang di perdagangkan.

2. Menjamin produser pelaksanaan Hak Atas Kekayaan Intelektual yang tidak menghambat kegiatan perdagangan.

3. Merumuskan aturan serta disiplin mengenai pelaksanaan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayan Intelektual.

4. Mengembangan prinsip, atauran, dan mekanisme kerja sama internasional untuk mengenai perdagangan barang-baramg hasil pemalsuan atau pembajakan atas Hak Atas Kekayaan Intelektual. 17

.

(25)

Kesemuanya tetap memperhatikan berbagai upaya yang telah di lakukan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO). Gambaran diatas menunjukan bahwa Hak Atas Kekayaan Intelektual telah menjadi bagian terpenting suatu negara untuk menjaga keunggulan industri dan perdagangannya.

Diakui bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat bergantung kepada sektor perdaganganya yang pada akhirnya ditentukan pula oleh keunggulan komparatif sangat bergantung pada kemampuan teknologinya, yang salah satu unsurnya adalah pada bidang cakupan kekayaan intelektual. Jadi dengan demikian Kekayaan Intelektual adalah suatu bagian yang sangat strategis dalam kegiatan ekonomi suatu negara pada saat ini.18

3. Tinjauan Umum tentang Hak Kekayaan Intelektual

HaKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HaKI adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan dapat diperlakukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainya. Perjanjiann internasional tentang Aspek-aspek Perdagangan dari HaKI (the TRIPs Agreement), tidak memberikan defenisi mengenai HaKI, tetapi Pasal 1.2 menyatakan bahwa HaKI terdiri dari:

1. Hak Cipta dan Hak Terkait 2. Merek Dagang

3. Indikasi Geografis 4. Desain Industi

17 https://id.m.wikipedia.org Organisasasi Perdagangan Dunia diakses tanggal 13 Desember 2019

18 Muumhana, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006), hal 9-11.

(26)

5. Paten

6. Tata Letak (topografi) Serkuit Terpadu 7. Perlindungan Informasi Rahasia

8. Kontrol Terhadap Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Dalam Perjanjian Lisensi.

Banyak hal yang dapat dilindungi oleh HaKI, termasuk novel, karya seni, fotografi, musik, rekaman suara, film, piranti lunak dan piranti keras komputer, situs internet, desain untuk barang-barang yang diporoduksi secara masal, mahluk hidup hasil reyakasa genetika, obat-obatan baru, rahasia dagang, pengetahuan tehnik, karakter serta merek.19

Meskipun demikian, hukum HaKI tidak diperluas terhadap setiap situasi dimana seseorang yang melakukan usaha atau sumber daya kedalam suatu yang melibatkan pengeluaraan akal budi, pengetahuan, keahlian atau tenaga.

Berdasarkan hukum Indonesia dan UU di banyak negara, ciptaan dan invensi hanaya akan dilindungi jika ciptaan dan invensi tersebut memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah di atur oleh UU.

Hak kekayaan intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menular. Hasil kerjanya berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud.20

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual didalam buku panduan HKI menjelaskan bahwa Hak Kekayaan Intelektual atau disingkat HKO atau akroni

19 Lindsey, Blitt, Eddy Damian, Tomi Suryo Op,cit, halaman 3-4.

20 H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada , 2004), hal. 9

(27)

HaKI adalah pandanan kata yang bisa digunakan untuk Intelectual Property Righs (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil oleh pikir otak yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas intelektial. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.21

Apabila ditelusuri lebih mendalam, konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI) meliputi:22

1. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap dan ekslusif.

2. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan sumber kekayaan materil bagi pemiliknya karena mempunyai nilai ekonomi. Nilai ekonomi tersebut mendorong ilmuwan untuk berpikir terus-menerus guna menghasilkan Ciptaan dan penemuan baru yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Makin meningkatkan kemampuan berpikir dan mencipta, makin bertambah jumlah Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan ini berarti makin banyak menghasilkan keuntungan ekonomi.23

Hak Kekayaan Intelektual bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia.

Sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai undang- undang tentang Hak Kekayaan Intelektual yang sebenarnya merupakan

21 Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, 2003) halaman 35

22 Sutedi, Adrian, Hak Kekayaan Intelektual,( Jakarta:Sinar Grafika 2009), hal 3

23 Ibid, hlm.13

(28)

pemberlakuan peraturan perundang-undangan Pemerintah Hindia Belanda yang berlaku di Negeri Belanda. Pada masa itu, bidang Hak Kekyaan Intelektual mendapat pengakuan baru 3 (tiga) bidang Hak Kekayaan Intelektual, yaitu bidang Hak Cipta, Merek Dagang dan Industri, serta Paten.

Peraturan perundangan HaKI di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda dengan diundangkanya Octrooi Wet No. 136 Staatsblad 1911 No.313, Industrieel Eigendom Kolonien 1912 dan Auterswet 1912 Staatsblad 1912 No.600.24

Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan pasal 2 Aturan Peralihan Undang- Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1945, maka ketentuan peraturan perundang-undangan Hak Kekayaan Intelektual Zaman penjajahan Belanda demi hukum di teruskan keberlakuanya, sampai dengan di cabut dan diganti dengan undang-undang baru hasil produksi Legislasi Indonesia.

Setelah 16 tahun Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1961, barulah Indonesia mempunyai peraturan perundang-undangan Hak Kekayaan Intelektual dalam hukum positif pertama kalinya dengan di undangkanya Undang-Undang Merek pada tahun 1982, dan Undang-Undang Paten tahu/ 1989.

Setelah mengalami beberapa kali perubahan sebagai konvensi Internasional, diantaranya perjanjian TRIP’s, Undang-Undang bidang Hak Kekayaan Intelektual dari ketiga cabang utama tersebut adalah Undang-Undang

24 https://www.academia.edu/5079927/SEJARAH_HAKI (diakses 13 Desember 2019 )

(29)

Hak Cipta (UU No. 28 Tahun 2014), Undang-Undang Paten (UU No.14 Tahun 2001) dan Undang-Undang Merek (UU No. 15 Tahun 2001).25

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasar bahan primer, sedkunder, dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data- data yang diperoleh selama penelitian.

Sedangkan sifat penelitian adalah deskriptif, artinya bahwa penelitian ini masuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindingan Hak Cifta atas Motif Hiou Batak Simalungun di Kabupaten Simalungun. Analisis merupakan penjelasan secara cermat, menyeluruh dan sistematis terhadap suatu objek atau aspek. Aspek yang dimaksut dalam penelitian ini adalah aspek-aspek hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) mengenai hal- hal yang berkaitan dengan perlindungan hak cifta atas Motif Hiou Batak Simalungun di Kabupaten Simalungun.

25Muumhana, Op cit, hlm 17.

(30)

2. Sumber Data

Penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri bahan hukum primer, sekunder, tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujut laporan dan sebagainya. Sumber kepustakaan diperoleh dari:

a. Badan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari Undang-Undang 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Undang-Undang No 13 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-Undang Hak Cipta No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

b. Badan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan badan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya Jurnal hukum, buku-buku, makalah, karya tulis ilmiah, dan beberapasumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan yang diangkat dalam skripsi ini.

c. Badan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang badan hukum primer dan sekunder. Misalnya kamus hukum dan ensiklopedia dan didukung oleh data primer yang diperoleh melalui wawancara.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

Pertama, Penelitian Kepustakaan (libary research) maksudnya penelitian dipusatkan kepada studi kepustakaan untuk mendapat data yang relevan

(31)

dengan penulisan skripsi ini, yaitu buku-buku, jurnal, pendapat sarjana serta perundang-undangan yang dipakai seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cifta.

Kedua, penelitian lapangan (field research) maksudnya menggunakan bahan-bahan yang berhubungan dengan judulvserta dengan yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Penelitian lapangan dilakukan pada masyarakat Batak Simalungun dengan menggunakan laporan data yang berkaitan dengan motif hiou Batak Simalungun tersebut.

Ketiga, Wawancara (Interview) adalah percakapan dengan maksut tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan dengan Fino Rinomita Manik sebgai pengrajin motif hiou Batak Simalungun tanggal 3 November 2019 di Desa Purba Tongah. Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.

Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan tetapi muncul pertanyaan lain saat meneliti. Melalui wawancara ini peneliti dapat menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subjek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang di lontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun di kembangkan dengan situasi dan kondisi di lapangan, Wawancara dilakukan di tempat pengrajin motif hiou Batak Simalungun.

(32)

4. Analisis Data

Semua data yang di peroleh dari bahan pustaka serta data yang di peroleh dari lapangan dianalisa secara kualitataif. Metode yang di pake adalah metode deduktif dan induktif.26

Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah di uraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaanya dalam praktek perlindungan hukum atas Motif Hiou Batak Simalungun.

Dengan metode induktif, data primer yang diperoleh di lapangan setelah dihubungkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan, hukum atas Hak Kekayaan Intelektual maupun Hukum Hak Cipta, akan diperoleh asas- asas hukum yang hidup dalam perlindungan hukum terhadaf Motif Hiou Batak Sialungun.

G. Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini diperlukan adanya sisitematika penulisan yang teratur dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Secara sistematis penulisan ini terdiri dari V (lima) bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang di dalamnya berisi gambaraan umum yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah yang dibahas, tujuan dan

26 Sutandyo wigjosoebroto, “Apakah sesungguhnya penelitian itu”, Kertas Kerja, Universitas Erlangga, Surabaya:1997, hal 2.

(33)

manfaat penelitian, mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan bab yang membahas tentang pengetahuan tradisional dan pengaturan hak kekayaan intelektual. Di dalam bab ini membahas mengenai pengertiaan pengetahuan tradisional, lingkup perlindungan pengetahuan tradisional, manfaat perlindungan terhadap pengetahun tradisional.

Bab III merupakan bab yang membahas tentang pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pengaturan tradisional motif hiou batak simalungun atas kerajianan hiou. Di dalam bab ini membahas mengenai hak cipta merupakan bagian dari HaKI, ketentuan hak cipta indonesia dalam sejarah, pencipta dan pemegang hak cipta, motif hiou Batak Simalungun atas kerajinan hiou sebagai dari pengetahuan tradisional, pengetahuan mengenai perlindungan hukum terhadap motif hiou Batak Simalungun atas kerajianan hiou.

Bab IV merupakan bab yang membahas tentang perlindungan hukum terhadap motif hiou Batak Simalungun atas kerajianan hiou ditinjau dari perspektif hukum ekonomi di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun. Didalam bab ini membahas mengenai gambar umum objek penelitian, pelaksanaan perlindungan hukum terhadap motif hiou Batak Simalungun atas kerajinan Hiou ditinjau dari perspektifhukum eonomi di Kec. Purba, Kab. Simalungun, peran pemerintah daerah dalam perlindungan tehadap Motif Hiou Batak Simalungun.

Bab V merupakan bab yang berisikan kesimpulan yang diambil dari bab- bab sebelumnya yang telah diuraikan dan terdapat saran-saran yang mungkin berguna bagi masyarakat.

(34)

BAB II

PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN PENGATURAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Pengertian Pengetahuan Tradisional

Bagi masyarakat awam istilah traditional knowledge dalam pengertianya, secara bahasa tidak mudah dipahami dari arti kata tersebut. Namun, kalau sudah diartikan apa yang disebut traditional knowledge, maka sebenarnya mereka (masyarakat) sudah sering berhubungan dengan masalah ini.

Ada beberapa istilah dalam literatur-literatur yang membahas pengetahuan tradisional(traditional knowledge), antara lain yaitu pengetahuan lokal (lokal knowledge), pengetahuan asli (indigenous community) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) sendiri. Namun, dari ketiga istilah ini pada hakikatnya memiliki prinsip yang sama-sama terfokus pada pengetahuan yang telah dikenal lama pada suatu komunitas masyarakat tertentu di suatu negara.27

Masih terdapat banyak perbedaan tentang pendifinisian dari pengetahuan tradisional atau traditional knowledge dalam pembincangan internasional. Istilah traditional knowledge dalam sebuah kamus hukum nasional adalah penetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat daerah atau tradisi yang sifatnya turun temurun,yang meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur, dan lain sebagainya.28 Dan traditional knowledge adalah sitilah umum yang mencakup ekspresi kreatif, informasi, dan how know yang secara khusus mempunyai ciri-ciri sendiri dan

27 Gazalba Saleh,” Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pengetahuan Tradisional Di Negara- Negara Berkembang Khususnya Indonesia” Subremasi Hukum, hal.2

28 M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, (Surabaya :Reality Publisher, 2009), hal.631

(35)

dapat mengindentifikasi unit sosial. Dalam banyak cara, bentuk knowledge merujuk kepada lingkungan pengetahuan tradisional (traditional environment knowledge).29

Pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional terkait dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Namun sangat sulit di terapkan karena perbedaan prinsip yang terdapat dalam sistem hukum Hak Kekayaan Intelektual yang bersifat individual dengan pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional yang bersifat komunal.

Pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional itu sendiri, dapat dilihat dari pasal 1 ayat (1) dan (2) RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Pengetahuan tradisional Pasal 1 ayat (1) adalah karya intelektual dibidang pengetahuan dan teknoogi yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisonal yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh kpmunitas atau masyarakat tertentu.30 Ekspresi Budaya Tradisional Pasal 1 ayat (2) adalah karya intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi sastra yang mengandung unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau masyrakat tertentu.31

Sementara UU Hak Cipta hanya mencantumkan folklor sebagai ciftaan yang dilindungi oleh negara. Pasal 10 ayat (2) UU Hak Cipta: Negara memegang Hak Cifta flokor dan hasil kebuayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti

29 Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Parsada, 2005), hal.26

30 Pasal 1 ayat (1) RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional

31 Pasal 1 ayat (2) RUU tentang Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisonal

(36)

cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.32

Beberapa pakar hukum mengemukakan tentang pengertian pengetahuan tradisional (traditional knowledge), seperti yang dikemukakan oleh M. Hawin.

Dalam naskah pidato pengukuhan sebagai guru besar pada Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Pengetahuan Tradisional adalah pengetahuan yang di kembangkan oleh masyarakat pribumi/asli (indegenous community) atau karya- karya intelektual berdasarkan tradisi.33 Pengetahuan atau karya tersebut dipakai oleh suatu generasi dan diteruskan oleh generasi berikutnya dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat wilayah tertentu. Pengetahuan tradisional mencakup metode budidaya dan pengolahan tanaman (pertanian), pengobatan, obat-obatan, resep makanan dan minuman, kesenian dan lain sebagainya.

HKI atau HaKI adalah hak yang timbul dari hasil kreasi dan pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia.34 WIPO (World Intellectual Property Organization) memberikan defenisi tentang pengetahuan tradisional sebagai tradisi berbasis kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah, petunjukan, penemuan, penemuan-penemuan ilmiah, desain, tanda, nama, dan simbol, informasi yang dirahasiakan dan semua inovasi berbasis tradisi lain dan kreasi yang di hasilkan dari kegiatan intelektual di bidang industri, ilmiah, sastra

32 Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Hak Cifta

33 M. Hawin, Perlindungan Pengetahuan Tradisional Di Indonesia (Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada, 2009), hal 2

34 Sally Sitanggang dan Haris Munandar, Mengenal HaKI Hak Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakara, hal 2

(37)

atau bidang seni.35 Defenisi WIPO tentang pengetahuan tradisional lebih menekankan pada basis tradisi yang menghasilkan karya dari aktivitas intelektual.

Definisi lain tentang pengetahuan tradisional (traditional knowledge) juga diajukan oleh The Director of United Nations Educatonal, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yaitu:

Dunia orang-orang asli yang menguasai pengetahuan luas sekali dari lingkungan mereka yang berdasar pada kehidupan alamiah yang tertutup selama berabad-abad. Kehidupan dalam dari ketidak punyaan sampai suatu ekosistem yang beragam, mereka memahami kekayaan dari tumbuh- tumbuhan dan binatan, menfungsikan ekosistem dan teknik-teknik untuk menggunakan dan mengelola tumbuhan dari binatang tersebut secara khusus dan detail. Dalam masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang, secara lokal menjadi spesies yang banyak terkadang semua makanan, obat-obatan, minyak, material pembangunan dan produk-produk lainya. Sama-sama, orang yang merupakan lingkungan pengetahuan dan presepsi, dan hubungan mereka dengan itu adalah merupakan elemen penting dari identitas kebudayaan.36

Pengertian pengetahuan tradisional atau traditional knowledge juga dapat dilihat secara lengkap dalam artikel 8 J traditional knowledge, Innovations, and Practices Introduction yang menyatakan:

Pengetahuan tradisional merujuk pada pengetahuan, inovasi, dan praktik dari masyarakat asli dan lokal di seluruh dunia. Dikembangkan dari pengalaman melalui negara-negara dan diadaptasi kebudaya lokal dan lingkungan, pengetahuan tradisional ditransmisikan secara lisan dari generasi ke generasi. Hal itu menjadi kepemilikan secara kolektif dan mengambil bentuk cerita, lagu, foklore, pribahasa, nilai-nilai budaya, keyakinan, ritual, hukum masyarakat, bahasa daerah dan peraktek pertanian, mencakup pengembangan spesies tumbuhan dan keturunan binatang. Pengetahuan tradisional utamnya merupakan praktek alamiah, secara khusus seperti dalam wilayah pertanian, perikanan, kesehatan, holtikultural dan kehutanan 37

35 Gazalba saleh, Upaya Perlindungan Hukum,krisnawati, 2015, hal 3

36 Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual,(Bandung: Raja Grafindo Parsada, 2004), hal 28

37 Ibid, hal 2

(38)

Sementara itu masyarakat asli sendiri memiliki pemahaman sendiri yang dimaksud dengan traditional knowlodge adalah:

1. Traditional knowlodge merupakan hasil pemikiran praktis yang didasarkan atas pengajaran dan pengalaman dari generasi ke generasi.

2. Traditional knowlodge merupakan pengetahuan di daerah perkampungan.

3. Traditional knowlodge tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pemegangnya, meliputi kesehatan, spritual, dan bahasa dari masyarakat pemegang. Hal ini merupakan way of life. Traditional knowlodge lahir dari semangat untuk bertahan (survive).

4. Traditional knowlodge memberikan kredibilitas pada masyarakat pemegangnya. 38

Dari pemahaman ini, Traditional knowlodge dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang dimiliki oleh komunal atau masyarakat daerah dan tradisi yang sifatnya turun temurun. Pengetahuan tradisional itu sendiri ruang lingkupnya sangat luas, dapat meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur dan lain sebagainya.

B. Lingkup Perlindungan Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan tradisonal (tradisional knowledge) termasuk dalam karya intelektual yang bersumber dari ide, gagasan, atau penemuan kelompok masyarakat suatu negara, menunjuk pada kesusasteraan berbasis tradisi, karya artistik atau ilmiah, pertunjukan, invensi, penemuan ilmiah,desain, merek, nama, dan simbol, informasi yang tidak diungkapkan dan semua inovasi dan kreasi

38 Budi Agus Riswandi, Ibid, hal 29

(39)

berbasis tradisi lainnya, yang disebabkan oleh kegiatan intelektual dalam bidang- bidang industri, ilmiah, kesusasteraan atau artistik.39

Pengetahuan tradisional mendapatkan perlindungan hukum seperti halnya bentuk kekayaan intelektual (HKI) seperti hak cipta, hak merek, hak paten, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang. HKI mempunyai peran penting untuk melindungi martabat para pemegang pengetahuan Tradisional diberi tingkat pengawasan terhadap penggunaan yang dilakukan oleh pihak lain untuk tujuan komersial.

Hukum HKI atau juga sering disebut HaKI merupakan serangkaian hukum yang memberikan dan mengatur hak-hak kepada pihak yang telah yang melakukan usaha kreatif .40 Adapun usaha kreatif yang dimaksud dalam HKI yang mengatur ketentuan TRIPs (trade Related aspects of Intellectual Property Rights) yang meliputi hak cipta (Copy Ringhts), Paten (Patents), Hak atas Merek (Trademarks), Rahasia Dagang (Trade Secret), dan lain sebagainya.41 Hak Cipta (Copy Rights) adalah hak eksklusif pencipta untuk mengumumkan dan memperbanyak karya cipta dibidang seni, termasuk seni batik (Ulos), sastra dan ilmu pengetahuan. Paten (Patents) merupakan hak ekslusif inventor untuk menggunakan atau melaksanakan suatu invensi dibidang teknologi. Hak atas Merek (Trademarks) dalah hak eksklusif pemilik merek untuk menggunakan merek yang telah terdaftar. Rahasia dagang (Trade Secret) merupakan informasi yang dirahasikan di bidang teknologi dan bisnis yang mempunyai nilai ekonomis.

39 Intergovernmental Commitee on Intelektual Proverty and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore, WIFO/GRTFK/IC/3/9, Halaman 11

40 https://ugm.ac.id/id/berita/671-perlindungan-pengetahuan-tradisional-di-indonesia, (diakses tanggal 13 Desember 2019)

41 Pasal 1.2 Perjanjian TRIPs

(40)

Indikasi geografis (Geograpichal Indication) adalah suatu tanda yang menunjukan daerah asal suatu barang, yang faktor lingkungan geografisnya termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi kedua faktor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC) juga dapat digunakan sebagai dasar perlindungan terkait dengan pengetahuan tradisional. Pengetahuan tradisional itu sendiri tercipta atas dasar pemikiran dan kreasi dari manusia baik hal tersebut merupakan bagian ilmu pengetahuan budaya, seni, maupun sastra. Terkait pengakuan terhadap aspek budaya dan pengetahuan tradisional sampai saat ini hanya United Nations Educational, Scientific and cultural Organization (UNESCO).Karena UNESCO adalah lembaga atau badan yang didirikan oleh PBB pada tahun 1945 yang dikhususkan untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki.42

Terkait dengan hubungan antara hukum HKI dengan pengetahuan tradisional, maka perlindungan hukum HKI terhadap perlindungan pengetahuan tradisional secara teoritas dalam melindungi pengetahuan tradisional (Traditional knowledge) ada dua mekanisme, yakni, perlindungan dalam bentuk hukum dan perlindungan dalam bentuk non hukum. Bentuk perlindungan dalam bentuk hukum merupakan bentuk upaya melindungi pengetahuan teradisional melalui

42 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO, (diakses tanggal 17 Desember 2019)

(41)

bentuk hukum yang mengikat, semisal: Hukum Hak Kekayaan Intelektual, peraturan-peraturan yang mengatur masalah sumber genetika, khususnya pengetahuan tradisional, kontrak, dan hukum adat. Sedangkan perlindungan dalam bentuk non hukum, yaitu perlindungan yang diberikan kepada pengetahuan tradisional yang sifatnya tidak mengikat, meliputi code of conduct yang diadopsi melalui internasional, pemerintah, organisasi nonpemerintah, masyarakat profesional dan sektor swasta. Perlindungan lainya meliputi kompilasi penemuan, pendaftaran, dan database dari pengetahuan tradisional.43

Jadi, dapat dipahami bahwa hubungan antara pengetahuan tradisional dengan hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hubungan upaya bentuk perlindungan melalui bentuk hukum yang mengikat. Perlindungan pengetahuan tradisional melalui rejim Hak Kekayaan Intelektual terutama hak paten merupakan salah satu istrumen yang dapat dimanfaatkan dalam upaya memberikan perlindungan hukum bagi pengetahuan tradisional. Ditingkat perdebatan mengenai perlindungan pengetahuan tradisional lebih cenderung mengarah kepada perlindungan dari segi Hak Kekayaan Intelektual, khususnya paten.

Instrumen paten ini dapat dipergunakan untuk kepemilikan dan pengawasan pengetahuan tradisional yang dimanfaatkan untuk kepentingan komersial.

Melihat kepada arti penting perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional (taraditional knowledge) bagi Indonesia, hal ini jelas memiliki nilai yang sangat srategis. Nilai strategis tersebut dapat dilihat dari segi budaya, ekonomi, dan sosial. Dari segi budaya, tampak sekali bahwa dengan adanya

43 Budi Agus Riswandi, Op. Cit, hal 37

(42)

perlindungan terhadap pengetahuan tradisional, maka pelestarian budaya akan tercapai. Apalagi Indonesia terkenal dengan kekayaan anekaragam budidaya khusunya dibidang seni. Kalau didentifikasikan berapa banyak jumlah pengetahuan tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia muskil rasanya untuk dapat memastikan jumlahnya. Sebagai contoh daerah Yogyakarta yang terkenal dengan seni batik, perwayangan, anyaman, tarian dan lain sebagainya.44

Dari segi sosial, jelas dengan perlindungan terhadap pengetahuan tradisional, maka pelestarian nilai-nilai sosial juga akan terja dan terpelihara.

Karena dengan ini, pemerintah tidak bisa lagi acuh tak acuh dengan pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat. Dari segi ekonomi, nyata bahwa dengan dilakukanya perlindungan hukum terhadap pengetahuan tradisional, maka nilai- nilai ekonomi yang akan dihasilkan dari pengetahuan tradisional akan memiliki nilai tambah dalam hal ini devisa negara dapat ditingkatkan.

C. Manfaat Perlindungan Terhadap Pengetahuan Tradisional

Pemberian perlindungan bagi pengetahuan tradisional menjadi penting ketika dihadapkan kepada karasteristik dan keunikan yang dimilikinya. Ada beberapa alasan perlunya dikembangkan perlindungan bagi pengetahun tradisional, diantaranya adalah adanya pertimbangan keadilan, konservasi, pemeliharaan budaya dan praktek tradisi, pencegahan perampasan oleh pihak- pihak yang tidak berhak terhadap komponen-komponen pengetahuan tradisional dan pengembangan penggunaan kepentingan tradisional. Perlindungan terhadap

44 Budi Agus Riswandi dan Shabhi Mahmshani, Dinamika Hak Kekayaan Intelektual Dalam Masyarakat Kreatif,(Jakarta: Raja Grafindo Parsada,2010), hal 60

(43)

pengetahuan tradisional berperan posistip memberikan dukungan kepada komunitas masyarakat tersebut dan melestraikan tradisinya.45 Perlindungan yang dimaksud adalah segala bentuk upaya melindungi Perlindungan Terhadap Ekspresi Budaya dan Pengetahun Tradisional (PTEBT) terhadap pemanfaatan yang dilakukan tanpa hak dan melanggar kepatutan. Perlindungan EBT sebagai bagian pengetahuan tradisional ini sangat penting, setidaknya karena 3 alasan, yaitu: (1) karena adanya potensi keuntungan ekonomis yang dihasilkan dari pemanfaatan pengetahuan tradisional, (2) keadilan dalam sistem perdagangan dunia, (3) perlunya perlindungan hak masyarakat lokal.46

Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi kebudayaan tradisional sebagai wujud nasionalisme bangsa salah satunya bisa ditempuh melalui cara inventarisasi. Inventarisasi atau dokumentasi atas kebudayaan tradisional merupakan kegiatan pendataan atas suatu kebudayaan tradisional di suatu wilayah, yang dengan adanya data tersebut, kebudayaan tradisional suatu masyarakat dapat terinventarisir. Inventarisasi sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah berupa penerbitan inventarisasi penegetahuan tertulis (berbentuk buku), atau juga dapat berupa inventarisasi dengan mengunakan database di komputer.47

Masyarakat Indonesia sekarang ini adalah masyarakat yang tengah membentuk dirinya masing-masing. Sistem tata nilainya juga bergerak, saling

45 Budi Agus Riswandi, Perlindungan tradisional, http://www.hukumonline.com/detail .asp?id=20725&cl=klom, (diakses 18 November 2019)

46 Agus Sardjono, Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, hal 2-3

47 M. Imam Nasef, Tujukan Rasa Nasionalisme, Lindungi Kebudayaan Tradisional;

http/www.tempoinstitute.org/wp-content/uploads/2009/10/M.Imam –Nase,(diakses 18 November 2019

(44)

mempengaruhi, berubah-ubah. Hal ini membuat budaya sebagai produknya sulit menemukan jati diri dan cenderung tidak terpola. Masyarakat “tradisi” telah berubah menjadi masyarakat modren. Bagi daerah yang setuju maju sistem pengelolahanya, budaya dikelola sebagai suatu komoditi dan perlu dikembangkan, difalitasi dan disediakan anggaran untuk melakukan pengembangan dalam hal riset misalnya: seni di kelola oleh pemerintah daerah dan dikembangkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat; masyarakat memiliki skil dan memiliki kemampuan bersaing dikancah internasional.48

Seni merupakan sebuah produk yang sangat mahal harganya dan memiliki nilai atas hasil pemikiran manusia. Tari dan musik merupakan hasil pemikiran masuia berupa gerak dan bunyi yang dapat dinikmati secara auditif dan visual.

Selanjutnya buah dari pemikiran tersebut diakui sebagai produh sebuah komunitas, namun perlu adnya pengumuman dan konvesi agar produk tersbut dapat diakui menjadi bagian dari budaya.

Negara sebagai otoritas tertinggi, dan pemerintah daerah sebagai representasi negara dalam perlindungan dan pengaturan EBT dapat mencegah adanya monopoli atau komersialisasi serta tindakan yang merusak atau pemanfaatan komersialisasi oleh pihak asing tanpa seijin sebagai pemegang hak cipta. Ketentuan ini dimaksud untuk menghindari tindakan pihak asing yang dapat merusak nilai kebudayaan tersebut dan pemanfaatan secara komersial tanpa ijin dari pemilik EBT.

48 Jakob Sumardjo, filsafat seni, (Bandung:ITB, 2000), hal. 230

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lainnya yaitu adanya rasa malu dari pasangan suami istri tersebut untuk mengakui bahwa dalam rumah tangganya telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga,

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, kartel adalah apabila pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

Dakwaan tesebut merupakan rujukan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa yang menyatakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan “(2) Diancam dengan