• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou Sebagai Bagian dari Pengetahuan Tradisional

ATAS KERAJINAN HIOU

E. Motif Hiou Batak Simalungun atas Kerajinan Hiou Sebagai Bagian dari Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan tradisional merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh komunal atau masyarakat daerah dan tradisi yang sifatnya turun temurun.

Pengetahuan tradisional itu sendiri ruang lingkunya sangat luas, dapat meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur.

58 Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia (Bandung:Grafindo 2012)hal 30

59 Undang Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Tenunan Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan besar yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku. Setiap suku di Indonesia memiliki adat, tata cara dan kebiasaan yang berbeda-beda. Hal ini membuat Indonesia memilik banyak ragam budaya seperti tarian, lagu, alat musik, permainan, hingga pakaian.

Kain tenun sering digunakan menjadi bahan baku untuk pembuatan baju-baju adat dan juga menjadi salah satu alat untuk melengkapi upacara adat. Tenunan Indonesia memiliki banyak jenis dan corak (Motif) serta mengandung nilai nilai budaya yang tinggi khususnya tenunan hiou simalungun. Corak-corak (Motif) ini memiliki arti dan pesan masing-masing yang tersirat didalamnya. Corak dan motif tenun setiap suku di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.

Setiap suku dan daerah di Indonesia memiliki ragam tenunan khas masing-masing. Di pulau Sumatra Terdapat tenunan Aceh, Ulos Batak dari Sumatra Utara, Balapak Minangkabau dari Sumatera Barat, Songket dari Palembang, tenun Bengkulu, dan kain tipis dari Lampung. Di Jawa Pasisian milik suku Baduy di Jawa Barat, tenun Lurik di Jawa Tengah, tenun Tuban, tenun Grasik, serta tenun Tuban Di Jawa Timur. Di pulau Bali terdapat Endek dan tenun Geringsing. Nusa Tenggara memiliki tenun Lombok, kain Sumba, tenun Ndao, dan tenun Rote.

Pulau Klaimantan memiliki Kain Sasirangan dan Kian Sarigading Dari Kalimantan Selatan, serta Ikat Kutai dan Ulap Doyo dari Kalimatan Timur.

Sulawesi memiliki Bentenan Minahasa dan Kain Koffo dari Sulawasi Utara, tenun Bonggala dan kain Polekat dari Sulawesi Tengah, serta tenun Bugis dan tenun Toraja di Sulawesi Utara. Terdapat banyak jenis kain tenun yang tersebar di

Indonesia selain yang telah disebut diatas yang belum banyak didokumentasikan sehingga tidak dikenal oleh masyarakat luas. 60

Hiou adalah jenis pakaian yang berbentuk selembar kain tenun khas Batak dengan pola dan ukuran ketentuan yang digunakan untuk melindungi tubuh.

Menurut catatan beberapa ahli tekstil, Hiou dikenal masrakat Batak pada abad 14 sejalan dengan masuknya alat tenun dari India. Artinya, sebelum masuknya alat tenun ketanah Batak, masyarakat batak belum mengenal Hiou. Dengan demikian belum juga ada budaya memberi dan menerima Hiou (manghioui = mengenakan Hiou) sebagaimana yang sering dilakukan masyarakat Batak pada acara-acara adat. Jadi dapat dikatakan Hiou adalah hasil peradaban masyarakat batak pada kurun waktu tertentu. Hiou Batak diberi nama berdasarkan besar dan kecilnya Hiou, dan berdasarkan teknik pembuatan dan lukisan/hiasan yang dituangkan didalam Hiou, yaitu:

1. Ragi idup 2. Ragi sapot 3. Ragi panei

4. Si iputni hirik (hampir sama dengan ragi panei) 5. Batu jala

6. Mangiring (Hiou kecil untuk gendongan anak kecil) 7. Sitoluntuho (Hiou dengan tiga garis)

8. Hatirongga 9. Tampunei

60 https://griyatenun.com/blog/Daerah-pengahasil-kain-tenun-terbaik-di-indonnesia, (diakses tanggal 20 November 2019)

10. Tapak satur

11. Bulang (khusus dipakai ibu-ibu dalam acara adat) 12. Suri-suri (hadang-hadangan)

13. Ragi hotang

14. Simangkat-angkat (menyerupai suri-suri) digunakan oleh laki-laki yang sudah berkeluarga sewaktu acara kematian

15. Saholat, Bintang maratur 61

Tanggapan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun Bapak Bernat Rifai P Munthe mengenai Hiou:

“Bahwasanya pemerintah daerah melakukan penghiouan kepada pejabat-pejabat negara, mengikuti pameran-pameran baik ditingkat lokal maupun nasional dengan menampilkan busana adat simalungun seperti halnya pengantin, dan menggunakan Hiou sebagai salah satu seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS).”62

Dahulu ada tiga unsur yang esensial untuk dapat hidup, yaitu: darah, nafas, dan panas (kepanasan). Tentang darah dan nafas orang batak dahulu tidak banyak berpikir, karena kedua-duanya adalah pemberian Tuhan dan tidak perlu dicari.

Tetapi panas (kepanasan) lain halnya. Panas matahari tidak cukup, daerah-daerah tempat diam suku Batak dahulu adalah tanah tinggi jauh dipegunungan dan berhawa dingin. Ada tiga sumber kehangatan, yaitu: Matahari, api dan Hiou. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut Hiou dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari. Matahari sebagai sumber utama kehangatan tidak

61 Erlod L Damanik, Busana Simalungun, Politik Busana, Peminjaman selektif dan modernitas. Simetri Institute, Medan, 2017 Halaman 206-212

62 Hasil Wawancara bersama Bernat Rifai P Munthe pemerintah daerah kabupaten simalungun tanggal 24 November 2019

bisa diperoleh pada malam hari, sedangkan api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya.

Menurut pemikiran leluhur batak, ada 3 (tiga) sumber kehangatan yaitu:

1. Matahari

Matahari hanya dapat memberikan kehangatan dari siang hari, sedangkan di malam hari apabila matahari telah terbeban udara akan menjadi dingin dan kita tidak dapat merasakan kehangatanya lagi.

2. Api

Apabila kita menggunakan api sebagai serana penghangat tubuh maka kita harus berjaga-jaga terhadap bahaya api padahal kita perlu tidur. Oleh karena itu api bukanlah sarana penghangat tubuh yang efektif

3. Hiou

Berbeda dengan Hiou dalam hal ini adalah kain sarung, apabila kita merasa kedinginan maka kita tinggal menyelimutkan saja di tubuh kita dan hangat lah tubuh kita. Karena itu penting sekali Hiou sebagi sumber hidup setiap hari khusunya di simalungun yang suhunya dingin.63

Hiou adalah kain tenun khas Batak Simalungun berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orangtua dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercamtum pada filsafat Batak Simalungun. Pada mulanya fungsi hiou adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini Hiou memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam

63 Ibid, Erlod L Damanik ,hal 206

segala aspek kehidupan orang batak. Hiou tidak dapat dipisahkan dari kehidupan oarang Batak Simalungun. Setiap Hiou mempunyai makna tersediri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal dan benda tertentu. Dikalangan orang Batak Simalungun sering terdengar istilah manghioui. Dalam pengertian adat batak “ manghioui” (memberikan Hiou) melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima Hiou. Dalam kepercayaan orang batak, jiwa (tondi) pun perlu di Hioui, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kesejahteraan dan kepahlawanan. Biasanya pemberi Hiou adalah orangtua kepada anak-anaknya, dan tondong kepada boru. Dalam hal manghioui, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh manghioui mereka yang menurut ikatan kekerabatan berada dibawahnya misalnya orangtua boleh maghioui anak, tetapi anak tidak boleh manghioui orangtua. Hiou terdiri dari berbagai jenis dan motif yang masing-masing mempunyai makna, fungsi dan kegunaan tersendiri, kapan digunakan, disampaikan kepada siapa dan dalam upacara adat yang bagaimana.

Tanggapan dari pengrajin Hiou Fino Rinomita Manik mengenai peran pemerintah dalam menembangkan motif Hiou di Kabupaten Simalungun:64

“bahwasanya kurang nya perhatian dan kurang nya keseriusan pemerintah terhadap penenun Hiou Batak Simalungun, dimana Pemerintah Daerah sebelumnya memberikan fasilitas kepada pengrajin hiou dan sempat membuat hiou sebagai seragam untuk para PNS(Pegawai Negeri Sipil) pada hari jumat di Kabupaten Simalungun dan sempat juga mendirikan tempat belajar menenun hiou di rest area di Kecamatan Purba dan sekarang Pemerintah Daerah kurang memerhatikan pengrajin Hiou dan untuk PNS tidak diberlakukan lagi, dan rest

64 Hasil wawancara bersama Pengrajin Hiou Fino Rinomita Manik Di Kabupaten Simalungun tanggal 24 November 2019

area tersebut tidak digunakan lagi, hiou hanya dipakai masyarakat untuk keperluan adat di Kabupaten Simalungun”

Masyarakat Simalungun saat ini semakin sedikit yang memiliki keterampilan dalam menenun Hiou. Disisi lain Hiou tetap dibutuhkan dalam berbagai acara, keadaan inilah yang membuat masyarakat Batak Simalungun yang sudah ditenu atau diproduksi oleh mesin. Hiou yang sudah ditenun atau di produksi mesin tersebut dapat dibeli di dalam pasar yang ada di daerah Kabupaten Simalungun. Hiou simalungun ada berbagai macam jenis, yang mana antara yang satu dan lainya memiliki makna tersendiri. Begitu pula dalam hal penggunaanya, Hiou Simalungun harus sesuai dengan jenis dan acara yang di hadiri oleh pengguna Hiou. Adapun dalam garis besar adat batak yang menggunakan Hiou dalam dalam acaranya adalah sebagai berikut:

1. Pada Upacara Perkawinan

Upacara penyerahan Hiou kepada pengantin dalam upacara adat perkawinan didaerah Simalungun khusunya dan suku Batak Simalungun pada umumnya tidak jauh berbeda. pada orang Simalungun pada umumnya, penyerahan hiou diberikan dan dilakukan di rumah orang tua pengantin laki-laki, karena pesta perkawinan menurut adat dilaksanakan dirumah pengantin yaitu dirumah orangtuanya, maka dilanjutkan dengan peminangan oleh orangtua sipemuda.

Orang tua sipemuda mengirim utusan kerumah orangtua sigadis.

Salah satu acara penting yang ikut mengisi upacara perkawinan yang tidak ditinggalkan oleh adat adalah menyerahkan kain adat Batak Simalungun yaitu dari pihak tondong (orang tua si pengantin wanita) kepada kedua mempelai.

Selain itu pihak tondong juga menyerahkan kain Hiou kepada anak boru (pihak

penerima gadis) dalam hal ini kepada orang tua pengantin laki-laki dan saudara laki-laki dari pihak ayahnya.

2. Pada Upacara Kematian

Langkah, rejeki, pertemuan, maut akan selalu ditemui oleh seseorang dalam hidupnya. Khusus mengenai soal maut (mati), adalah suatu ketentuan yang harus di terima, setiap manusia mempunyai ajal. Apabila ajal sudah datang tidak ada seorangpun yang dapat menghindar dan lari daripadanya. Dikalangan orang Simalungun, apabila seseorang sudah berkeluarga apabila sudah mempunyai anak dan cucu, maka diadakan suatu upacra adat yaitu upacara kematian. Upacara tersebut biasanya bisa berlangsung selama satu minggu atau lebih, hal itu tergantung dari status dan kemampuan dari keluarga yang meninggal. Jika yang meninggal adalah oarang dewasa yang sudah berkeluarga, beranak,dan bercucu diadakan hajad kenduri dengan memotong kerbau sebagai tanda perceraian. Kalau keluarga yang meninggal adalah keluarga yang mampu dan berada, maka dipukul pula gendang sebagai tanda kemalangan. Berita kemalangan yang menimpa suatu keluarga diberitahukan kepada pihak tolu sahundulan (tondong, sanian, boru). Semua yang datang melayat jenajah termasuk tetangga terdekat membawa beras, kelapa, dan ayam beserta bumbunya. Itulah yang dimakan oleh yang melayat. Tetapi sekarang tidak lagi membawa seperti sebelumnya, melainkan membawa amplop yang

berisikan sejumlah uang guna membantu keluarga dalam menutupi biaya yang di keluarkan selama acara tersebut.65

F. Pengaturan Mengenai Perlindungan Hukum terhadap Motif Hiou Batak