• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH :"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA RAKYAT PASCA BERLAKUNYA POJK NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL SEBAGAI

KEBIJAKAN COUNTERCYLICAL DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019

(STUDI PADA PT.BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KOTA BINJAI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

AURIA AZZAHRA KESUMA PUTRI 170200034

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Auria Azzahra Kesuma Putri NIM : 170200034

Adalah mahasiswa pada Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul:

“KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA RAKYAT PASCA BERLAKUNYA POJK NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL SEBAGAI KEBIJAKAN COUNTERCYLICAL DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (STUDI PADA PT.BANK RAKYAT

INDONESIA CABANG KOTA BINJAI)”

Adalah hasil penulisan saya sendiri. Apabila ternyata terbukti bahwa saya melakukan kecurangan ataupun pelanggaran sebagaimana yang tidak sesuai dengan tersebut diatas, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Medan, 5 Januari 2021

(Auria Azzahra Kesuma Putri) NIM. 170200034

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan karunianya serta perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Studi Pada PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai)”. Skripsi ini ditulis untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini menguraikan mengenai implikasi POJK Nomor 11 Tahun 2020 terhadap kredit macet pada kredit usaha rakyat. Pada skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pemaparannya sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tentu sangat diharapkan demi perbaikan kepada penulis di kemudian hari.

Skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan, semangat, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarna kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Saidin, SH., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(5)

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Tri Murti Lubis, SH, MH., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan bimbingan serta mengajarkan banyak hal kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan;

8. Ibu Dr. Detania Sukarja, SH., LLM., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan maupun bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan;

9. Ayah Widya Kesuma Jaya, S.Si.,Apt dan Bunda Ratna Juwita S.E, yang tak pernah berhenti mendoakan, memotivasi dan mendukung penulis secara materiel maupun imateriel;

10. Bapak Ashadi Rahmad dan Bapak Dicky Christian, selaku Relationship Manager Program PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Kota Binjai atas ketersediannya menjadi narasumber dalam penyusunan skripsi ini;

11. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah banyak membimbing dan membantu penulis;

12. Seluruh Keluarga Tercinta yang selama ini telah banyak membimbing dan membantu penulis;

(6)

13. Faiq Hisyam yang telah membantu, mensupport dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini;

14. Sahabat-sahabat tercinta dan seperjuangan Lapet Group (Boy Kresendo Situmorang, Maghfirah Izzatul Jannah, Faiq Hisyam, Teuku Muhammad Qashmal Jabbar, Petra Situmorang, Dorkas Sinurat) yang telah mensupport dan memotivasi penulis;

15. Sahabat-sahabat tercinta selama kuliah Septiana Amelia Situmorang dan Cinthya Mega Putri Siagian;

16. Sahabat-sahabat seperjuangan Ash‟trid Khairunnisa, Aninda Sari Susanto dan Muhammad Dihyah Aziz Ilyas yang telah mensupport penulis;

17. Para Mangaka Anime Jepang yang telah banyak membantu penulis agar semangat kembali, semoga para sensei terus berkarya;

18. Serta semua para pihak yang telah membantu dengan memberikan motivasi, dorongan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan yang berguna bagi pembaca dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya mengenai Implikasi POJK Nomor 11 Tahun 2020 terhadap kredit macet pada kredit usaha rakyat. Dan semoga ilmu yang penulis dapat selama belajar di Universitas Sumatera Utara menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat. Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 5 Januari 2021 Penulis,

(Auria Azzahra Kesuma Putri) NIM. 170200034

(7)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penulisan ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KONSEP PENGATURAN HUKUM TENTANG KREDIT USAHA RAKYAT DI INDONESIA... 17

A. Peran Lembaga Perbankan ... 17

B. Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Usaha Rakyat ... 27

C. Tinjauan Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Kredit Usaha Rakyat Dalam Perbankan ... 51

D. Jaminan Dalam Kredit Usaha Rakyat ... 53

BAB III PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KOTA BINJAI ... 55

A. Kredit Usaha Rakyat Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai... 55

B. Syarat Pengajuan Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai ... 57

C. Pembebanan Jaminan Dalam Kredit Usaha Rakyat Di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai ... 58

D. Proses Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai ... 61

(8)

E. Penyelesaian Kredit Usaha Rakyat yang mengalami Kemacetan

Berdasarkan Perjanjian Kredit ... 63

BAB IV IMPLIKASI HUKUM BERLAKUNYA POJK NOMOR 11 TAHUN 2020 TERHADAP KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA RAKYAT PASCA PT. BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KOTA BINJAI ... 64

A. Faktor-Faktor Penyebab Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Saat Pandemi Covid-19 ... 64

B. Implikasi Hukum Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Terhadap Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai ... 69

C. Upaya Hukum PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Kota Binjai Dalam Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 ... 75

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(9)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA RAKYAT PASCA BERLAKUNYA POJK NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL SEBAGAI

KEBIJAKAN COUNTERCYLICAL DAMPAK PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE 2019

(STUDI PADA PT.BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KOTA BINJAI)

Auria Azzahra Kesuma Putri*

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.**

Dr. Detania Sukarja, SH., LLM.***

Kredit Usaha Rakyat merupakan pembiayaan yang diberikan oleh Pemerintah kepada UMKM untuk mengembangkan usahanya. Pada tahap penyalurannya, Kredit Usaha Rakyat disalurkan oleh Bank yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Namun, pada prosesnya tidak terlepas dari resiko kredit macet atau kredit bermasalah. Keadaan ini menjadi perhatian pemerintah saat terjadi Pandemi Covid-19 karena berdampak pada sektor ekonomi masyarakat maupun perbankan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara studi pustaka dan wawancara. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa secara kualitatif untuk mendapatkan hasil penulisan yang bersifat deskripstif analitis.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai saat Pandemi Covid-19 dapat dilakukan dengan melakukan restrukturisasi kredit yang berpedoman pada POJK Nomor 11 Tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 yang mana pengaplikasiannya diserahkan kepada masing-masing bank termasuk PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai yang mana dikeluarkannya kebijakan restruct covid bagi nasabah KUR yang mengalami kredit macet.

Kata Kunci : Penyelesaian Kredit Macet, Kredit Usaha Rakyat, Corona Virus Disease 2019

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan di Indonesia, namun saat ini lembaga keuangan tidak hanya melakukan kegiatan tentang pembiayaan investasi perusahaan, tetapi telah berkembang ke arah pembiayaan untuk sektor konsumtif, distribusi, modal kerja serta jasa lainnya.1 Peranan Perbankan dalam era modern sangat besar untuk memajukan perekonomian suatu negara. Beberapa sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan mengenai keuangan membutuhkan bank.2

Bank juga merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan layanan dalam hal pembayaran dan peredaran uang.3 Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh bank terdapat kegiatan yaitu pemberian kredit, dikehidupan sehari-hari istilah kredit tidak asing lagi didengar, sehingga dalam keseharian penggunaan kata kredit sudah digabungkan atau sama pengertiannya dengan utang.4

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama dalam bank yang salah satunya adalah Bank Rakyat Indonesia. Salah satu jenis kredit yang diberikan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu kredit yang diberikan Bank Rakyat Indonesia kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. Kredit Investasi atau

1 Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,(Jakarta:PT. Indeks, 2006), hlm.7

2 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan ,(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.2

3 Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, (Yogyakarta:UPP- AMP YKPN, 2003), hlm.3

4 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta:PT.

Gramedia Pustaka Utama,2001),hlm. 236

(11)

Kredit Modal Kerja diberikan Bank Rakyat Indonesia dengan batas kredit mencapai Rp 500 juta.5

Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 188 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat yang terdapat dalam Pasal 2 bahwasanya Bank Rakyat Indonesia berperan sebagai salah satu bank penyalur KUR.6

Bank Rakyat Indonesia dalam hal ini bertugas untuk memberikan kredit atau pembiayaan modal kerja kepada debitur individu atau perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. Kredit Usaha Rakyat ini bertujuan untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), serta menciptakan lapangan kerja, dan dalam rangka penanggulangan kemiskinan.7

Namun dalam prosesnya, kegiatan kredit ini tidak lepas dari yang namanya kredit macet, dalam hal ini kredit macet dapat dilihat dengan kriteria yakni adanya tunggakan angsuran pokok atau bunga di mana telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari, mengalami kerugian operasional kemudian ditutup

5 Kredit Usaha Rakyat, “Bank Rakyat Indonesia”, https://kur.ekon.go.id/bank- rakyatindonesia (diakses tanggal 2 Juli 2020)

6 Indonesia, (KEPMENKO) Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 188 Tahun 2015 Tentang Penetapan Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat, Pasal 2

7 Kredit Usaha Rakyat, “Maksud dan Tujuan”, https://kur.ekon.go.id/maksud-dan-tujuan (diakses tanggal 9 Oktober 2020)

(12)

dengan melakukan peminjaman yang baru dan jika dilihat dari segi hukum atau kondisi pasarnya jaminan tidak dapat dicairkan pada kondisi nilai yang wajar.8

Kredit macet atau kredit yang bermasalah dapat berakibat terganggunya kemampuan bank tersebut dalam memenuhi kewajiban untuk membayar utangutang jangka pendeknya yang harus segera dilunasi dengan menggunakan harta lancar seperti utang usaha, utang dividen, utang pajak, dan lain-lain. Dengan demikian bank akan menghadapi suatu risiko yang mengakibatkan nasabah debitur tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman atau kredit yang diterimanya dari bank dan juga bunganya dengan jangka waktu yang telah disepakati.9

Kredit yang bermasalah melalui lembaga hukum atau pengadilan yang memerlukan proses panjang memerlukan waktu yang relatif lama. Penyelesaian kredit yang bermasalah harus selesai dalam jangka waktu 6 (enam bulan) sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1992. Namun, karena pihak yang bersengketa kerap kali merasa tidak puas dengan isi putusan maka pihak yang bersengketa akan mengajukan upaya hukum sehingga proses penyelesaiannya pun akan semakin lama.10

Namun saat ini, Indonesia tengah dihadapkan dengan suatu pandemi global yaitu Coronavirus. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus

8 Muhammad Saleh, Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet Melalui Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan (Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri,2016) ,hlm.41

9 Muhammad Abdulkadir dan Murniati Rilda, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan (Bandung:PT Citra Aditya Bakti,2000), hlm.97

10 Rakhmad Susatyo, Jurnal: “Aspek Hukum Kredit Bermasalah Di PT.Bank International Indonesia Cabang Surabaya” DIH, Jurnal Ilmu Hukum Februari 2011, Vol. 7, No.

13, hlm.17,https://media.neliti.com/media/publications/240024-aspek-hukum-kredit-bermasalah- di-ptbank-6f517121.pdf (diakses tanggal 2 Juli 2020)

(13)

diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19 .11

Pandemi Covid 19 memberikan dampak terhadap dunia ketenagakerjaan di Indonesia jika dilihat dari sisi pekerja, pengusaha dan usaha mandiri. Dari sisi pekerja, gelombang PHK tenaga kerja dan penurunan pendapatan terjadi akibat terganggunya kegiatan usaha pada sebagian besar sektor. Sebanyak 15,6% pekerja mengalami PHK dan 40% pekerja mengalami penurunan pendapatan, diantaranya sebanyak 7% pendapatan buruh turun sampai 50%. Dari sisi pengusaha, menyebabkan terhentinya kegiatan usaha dan rendahnya kemampuan bertahan pengusaha, hasil survei mencatat 39,4% usaha terhenti, dan 57,1% usaha mengalami penurunan produksi dan 3,5% yang tidak terdampak. Dilihat dari dunia usaha sebanyak 41% pengusaha hanya dapat bertahan kurang dari tiga bulanyang artinya pada bulan Agustus usaha mereka akan terhenti. Sebanyak 24%

pengusaha mampu bertahan selama 3-6 bulan, 11% mampu bertahan selama 6-12 bulan ke depan, dan 24% mampu bertahan lebih dari 12 bulan. Sementara dampak pada usaha mandiri membuat usaha menjadi terhenti dan sebagian mengalami penurunan produksi. Sebanyak 40% usaha mandiri terhenti kegiatan usahanya, dan 52% mengalami penurunan kegiatan produksi.12

11 World Health Organization (South-East Asia,Indonesia), “Pertanyaan dan Jawaban TerkaitCoronavirus”,https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public(diakses tanggal 2 Juli 2020)

12 Humas LIPI, “Survei Dampak Darurat Virus Corona terhadap Tenaga Kerja Indonesia”,http://lipi.go.id/siaranpress/survei-dampak-darurat-virus-corona-terhadap-tenaga kerjaindonesia/22030 (diakses tanggal 6 Oktober 2020)

(14)

Selain berdampak pada sektor perekonomian juga berdampak pada sektor industri. Pemerintah Indonesia mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak coronavirus, beberapa yang dilakukan adalah social distancing dan Work From Home (WFH). Tidak hanya perusahaan besar yang terdampak namun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga merasakan dampak dari segi kuantitas produksi serta nilai dalam perdagangan. Banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya, terjadinya penurunan daya beli dalam masyarakat.13

Demikian keuntungan yang diperoleh oleh UMKM menjadi sedikit yang kemungkinan terjadinya kredit macet oleh UMKM yang melakukan peminjaman kredit di bank karena tidak mampu membayar seperti biasanya. Maka dari itu untuk membantu UMKM yang terdampak akibat Pandemi ini, Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan Peraturan POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekenomian Nasional Sebagai Kebijkan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 sebagai acuan dalam penanganan masalah perekonomian akibat dari pandemi ini termasuk membantu mengatasi persoalan kredit macet pada UMKM.14

Bertitik tolak dari uraian diatas dan berbagai masalah hukum yang timbul, telah mendorong penulis untuk menulisnya dan untuk selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul: “Kajian Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020

13 Aknolt Kristian Pakpahan,“COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,http://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalIlmiahHubunganInternasiona/article/view/38 70/2903(diakses tanggal 2 Juli 2020)

14 Mochammad Januar Rizki, “OJK Berencana Perpanjang Masa Restrukturisasi Kredit Akibat Covid-19”,https://pro.hukumonline.com/ (diakses tanggal 31 Oktober 2020)

(15)

Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan berdasarkan hasil pengamatan dilapangan serta penelaahan terhadap perundang-undangan yang ada, maka di pilihlah beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain:

1. Bagaimana pengaturan hukum tentang Kredit Usaha Rakyat di Indonesia?

2. Bagaimana Proses Penyaluran Kredit Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai?

3. Bagaimana Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dalam skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum tentang Kredit Usaha Rakyat di Indonesia?

(16)

2. Untuk mengetahui Proses Penyaluran Kredit Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai?

3. Untuk mengetahui Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai?

Penulisan skripsi ini diharapkan pula memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum di Indonesia, terutama menunjang pengembangan ilmu pengetahuan hukum di bidang hukum keperdataan. Diharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan informasi dan memberikan gambaran yang nyata kepada kalangan masyarakat Indonesia mengenai Perbankan dan Kredit sebelum Pandemi Global Covid-19 dan saat Pandemi Global Covid-19 .

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan saran kepada setiap orang tentang perbedaan pengajuan, pemberian, serta penyelesaian atas masalah kredit macet terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai sebelum Pandemi Global Covid-19 dan saat Pandemi Global Covid-19 .

(17)

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan melakukan penelusuran di kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ditemukan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai)”.

Tetapi dalam penulisan skripsi ini penulis menjadikan skripsi terdahulu sebagai bahan referensi penulis, adapun skripsi yang dijadikan referensi oleh penulis adalah:

1. Nama :Immanuel Rumapea NIM : 080200127

Judul : Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Kur) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

2. Nama : Qhairul Fadly Manurung Nim : 150200227

Judul : Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Kredit Usaha Rakyat Di PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk. Micro Banking Unit Gunung Putri Bogor Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa isi skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis.

(18)

E. Tinjauan Pustaka

Mengenai pemahaman yang benar mengenai skripsi ini maka terlebih dahulu akan diuraikan dalam tinjauan kepustakaan yang akan mengantarkan kepada pengertian umum atau gambaran tentang isi skripsi ini.

Mengenai penelitian terhadap skripsi yang berjudul tentang Kajian Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca Berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 dengan Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai, ini akan dibahas dan diteliti bagaimana cara menyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat akibat dari Pandemi Covid-19 sebelum dan setelah berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Adapun yang menjadi penelitian secara etimologis dari pada judul skripsi ini adalah:

1. Kredit

Kredit diatur dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.15

15 Indonesia (UU Perbankan) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, LN Nomor 182 Tahun 1998, TLN Nomor 3790, Pasal 1 Angka 11

(19)

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.16

Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak, namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.17

2. Perjanjian Kredit

Berdasarkan pengertian kredit diatas, perjanjian kredit yaitu sebagai perjanjian pinjam-meminjam antara bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.18

Mariam D. Badrulzaman mengatakan istilah mengenai perjanjian kredit tertuang dalam Instruksi Presiden bahwa dalam memberikan suatu kredit baik dalam bentuk apapun pihak bank diwajibkan menggunakan “akad perjanjian kredit” atau Pedoman Kebijaksanaan di bidang Perkreditan menurut Instruksi Presidium Kabinet No. 15/EK/10 tanggal 13 Oktober 1996 jo Surat Edaran Bank

16 Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Pengantar Manajemen Perkreditan, (Bandung:Alfabeta, 2010), hlm.3

17 Kredit Usaha Rakyat, “Maksud dan Tujuan”, Loc.cit tanggal 15 Juli 2020

18 Tim Hukum Online, “Yuk Pahami Hukum Jaminan dan Perjanjian Kredit di Indonesia”, https://www.hukumonline.com/ (diakses tanggal 15 Juli 2020)

(20)

Negara Indonesia Unit I No. 2/539/UPK/Pem. Tanggal 8 Oktober 1966 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/643/UPK/Pemb. Tanggal 20 Oktober 1966.19

3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diatur dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, yakni:20

Usaha mikro diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.21

Usaha Kecil diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.22

Usaha Menengah diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha

19 Mariam D. Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Ct. III (Bandung:Alumni, 1982) hlm.19

20 Indonesia (UU UMKM), Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, LN Nomor 93 Tahun 2008, TLN Nomor 4866

21 Ibid., Pasal 1 Angka 1

22 Ibid., Pasal 1 Angka 2

(21)

Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.23

4. Covid-19

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus baru. „CO‟ diambil dari corona, „VI‟ virus, dan „D‟ disease (penyakit).

Sebelumnya, penyakit ini disebut „2019 novel coronavirus‟ atau „2019- nCoV.‟

Virus Covid-19 adalah virus baru yang terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa.24

Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan dari saluran napas orang yang terinfeksi (yang keluar melalui batuk dan bersin). Orang juga dapat terinfeksi karena menyentuh permukaan yang terkontaminasi virus ini lalu menyentuh wajahnya (mis., mata, hidung, mulut). Virus COVID-19 dapat bertahan di atas permukaan benda selama beberapa jam tetapi dapat dibunuh dengan disinfektan biasa.25

F. Metode Penulisan

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.26

23 Ibid., Pasal 1 Angka 3

24 Lisa Bender, Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Sekolah,(New York:UNICEF,2020),hlm.2, https://www.who.int/ (diakses tanggal 15 Juli 2020)

25 World Health Organization (South-East Asia,Indonesia), Op.cit.,diakses tanggal 15 Juli 2020

26 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hlm.105

(22)

Penelitian yuridis normatif biasanya hanya dipergunakan sumber-sumber data sekunder saja, yaitu buku-buku, buku-buku harian, peraturan perundang- undangan, keputusankeputusan pengadilan, teori-teori hukum dan pendapat para sarjana hukum terkemuka.27Penelitian yuridis normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian ini juga disebut penelitian hukum doktrinal.28

Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.29

2. Sumber Data a. Data Sekunder

Pengumpulan data dalam studi pustaka ini dilakukan penelitian dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku kepustakaan, peraturan perundang-undangan, browsing internet, dan dokumen-dokumen lainnya.

Selain itu, pengumpulan data ini didukung juga dengan wawancara dengan Relation Manager PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai.

Tujuannya untuk melengkapi dan mengkonfirmasi data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

27 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana,2005), hlm.13

28 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta:Kencana Prenada, 2010), hlm. 35

29 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta:RadjaGrafindo Persada, 2007), hlm.42

(23)

Dalam hal ini peneliti mencari buku-buku yang dibutuhkan. Data sekunder dikelompokkan menjadi 3 jenis bahan hukum, yaitu:

1) Bahan hukum primer, adalah bahan hukum yang mengikat atau bahan yang berkait erat dengan permasalahan yang diteliti, meliputi:

a) Undang-Undang Perbankan

b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

c) Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah 2) Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti artikel-artikel, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

3) Bahan hukum tersier, yaitu kamus, ensiklopedia, artikel hukum dari internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet, pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.

(24)

b. Studi Lapangan disajikan untuk memperkaya studi kepustakaan sebagai data sekunder. Hal itu dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam hal ini adalah Relation Manager sebagai informan serta pihak yang berhubungan dengan masalah kredit macet di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai.

4. Analisa Data

Penelitian-penelitian sosial dikenal dua macam analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam skripsi ini, riset yang dilakukan bersifat deskriptif dan tidak menggunakan data dalam bentuk angka-angka, dengan kata lain penelitian ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu, terhadap data-data yang telah terkumpul, digunakan analisis data kualitatif yaitu pengumpulan data-data primer melalui pengamatan dan wawancara, untuk kemudian dikaitkan dengan data sekunder maupun data lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

G. Sistematika Penulisan

Suatu karya ilmiah yang baik harus disusun secara sistematis guna mempermudah uraian pembahasan karya ilmiah yang bersangkutan. Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain. Penulis membagi skripsi ini dalam lima bab, yaitu sebagai berikut :

Bab I , Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

(25)

Bab II , Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelaskan mengenai tinjuan hukum terhadap kredit usaha rakyat yaitu pengertian,dasar hukum, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip dan jenis-jenis dalam kredit usaha rakyat, tinjauan terhadap perjanjian kredit dalam kredit usaha rakyat dalam perbankan serta jaminan dalam kredit usaha rakyat.

Bab III , Bab ini memberikan penjelaskan mengenai penyaluran kredit usaha rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai. Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Syarat Pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai, Pembebanan Jaminan Dalam Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai, Proses Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai serta Penyelesaian Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mengalami kemacetan berdasarkan perjanjian kredit.

Bab IV , Bab ini memberikan penjelaskan mengenai Faktor-Faktor Penyebab Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat saat Pandemi Covid-19, Implikasi Hukum Berlakunya Pasca POJK Nomor 11 Tahun 2020 Terhadap Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai yaitu, serta Upaya Hukum PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai dalam Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat Pasca berlakunya POJK Nomor 11 Tahun 2020.

Bab V , Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas permasalahan dalam skripsi ini.

(26)

BAB II

KONSEP PENGATURAN HUKUM TENTANG KREDIT USAHA RAKYAT DI INDONESIA

A. Peran Lembaga Perbankan 1. Pengertian Perbankan

Perbankan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Perbankan dalam hal ini bahwasanya dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.30

2. Fungsi Bank

Bank memiliki fungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Usaha utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena sebagai badan usaha bank harus mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dilakukannya. Namun sebagai lembaga keuangan bank memiliki kewajiban yang harus dipenuhi untuk menjaga kestabilan nilai uang, dan mendorong kegiatan ekonomi serta perluasan kesempatan kerja.31

Menghimpun serta menyalurkan dana masyarakat yang bertujuan sebagai penunjang tugas penyelenggaraan negara, yaitu sebagai penunjang pembangunan

30 Indonesia (UU Perbankan), Op.cit., Pasal 1 Angka 1

31 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hlm.59

(27)

nasional di mana termasuk juga pembangunan daerah. Maka bank memiliki fungsi dan misi untuk menjadi agen dalam pembangunan (agent of development), untuk mewujudkan trilogi pembangunan nasional yakni melakukan peningkatan dalam hal kesejahteraan rakyat, tidak hanya kesejahteraan perseorangan atau golongan orang tertentu saja, melakukan pertumbuhan dalam hal ekonomi di Indonesia, melakukan peningkatan stabilitas nasional secara sehat dan dinamis, melakukan peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan rakyat.32

3. Prinsip – Prinsip Dalam Perbankan

Di dalam hukum perbankan terdapat beberapa prinsip yaitu Prinsip Kehatihatian (Prudential Principle), Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle), serta Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle) dan Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Customer Principle), yakni:33

1. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)

Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankantentang Perbankan di mana prinsip ini adalah suatu penegasan yang mana bank dalam kegiatannya baik dalam kegiatan usaha penghimpunan dana terutama dalam hal menyalurkan dana kepada masyarakat luas harus berhati-hati. Prinsip ini diterapkan dengan tujuan agar bank selalu dalam keadaan yang sehat dan efisien dalam menjalakan kegiatan usahanya dengan mematuhi peraturan- peraturan serta ketentuanketentuan yang berlaku dalam hukum perbankan.

32 Andrew Nathanael Saroinsong, Jurnal:“Fungsi Bank Dalam Sistem Penyaluran Kredit Perbankan” Lex Privatum, Vol.II/No.3/Ags-Okt/2014, hlm.136

33 Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia (Bandung:PT Refika Aditama,2016), hlm.18

(28)

2. Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle)

Prinsip ini diatur dalam Pasal 40 sampai Pasal 47 A Undang-Undang PerbankanTentang Perbankan. Dalam Pasal 40 Undang-Undang ini dijelaskan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya. Kewajiban dalam merahasiakan keterangan tersebut dikecualikan dalam hal kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang telah diserahkan kepada Badan Pengurus Piutang dan Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN) demi kepentingan pengadilan dalam urusan perkara pidana, perdata antara bank dan nasabah serta dalam hal penukaran informasi antarbank.

3. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle)

Prinsip Kepercayaan ini diatur dalam Pasal 29 ayat 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Prinsip ini adalah asas yang menjadi landasan dalam hubungan di antara bank dengan nasabah bank. Bank menghimpun dana dari masyarakat untuk disimpan dengan landasan kepercayaan yang mewajibkan bank harus menjaga kesehatannya dengan tetap menjaga kepercayaan masyarakat.

4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Customer Principle).

Prinsip ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/PBI/2001 Tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Prinsip ini diterapkan agar dapat mengenal serta mengetahui identitas dari nasabah, dan memantau setiap kegiatan yang dilakukan oleh nasabah termasuk transaksi yang dicurigai.

(29)

Tujuannya adalah untuk melakukan peningkatan dalam peran lembaga keuangan dalam hal kebijakan untuk menunjang kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, agar menghindari kemungkinan dijadikannya suatu praktek tindak kejahatan serta kegiatan ilegal yang dilakukan oleh nasabah, dan melindungi nama serta reputasi dari lembaga keuangan tersebut.34

4. Jenis – Jenis Bank a) Dilihat dari bidang usahanya

Bank dalam Undang-Undang Perbankan seperti tertera dalam Pasal 5 ayat 1 terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.35

1) Bank Umum

Dalam Undang-Undang Perbankan seperti yang telah tercantum dalam Pasal 1 angka 3 yaitu “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”36 Usaha perbankan secara konvensional adalah usaha perbankan yang memberi kredit kepada nasabah baik perorangan maupun perusahaan.37 Suatu bank umum dapat berbentuk hukum berupa perusahaan perseroan (Persero), perusahaan daerah, koperasi dan perseroan terbatas.38

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Perbankan tertera usaha-usaha yang dilakukan oleh Bank Umum yaitu:39

34 Gita Zilfa, “Asas-Asas Hukum dan Prinsip Perbankan” https://id.linkedin.com (diakses tanggal 2 Juli 2020)

35 Ibid.,Pasal 5 ayat 1

36 Ibid.,Pasal 1 ayat 3

37 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung: CV. Mandar Maju,2008), hlm.3

38 Thomas Suyatno, Djuhaepah T. Marala, Azhar Abdullah, dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2005), hlm.19

39 Indonesia (UU Perbankan), Op.cit,.Pasal 6

(30)

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. Memberikan kredit;

c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

2. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud;

3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ; 5. Obligasi;

6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;

(31)

g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Namun selain Pasal 6 diatas Bank Umum juga dalam melakukan kegiatan usaha yang lainnya seperti yang tertera pada Pasal 7 Undang-Undang Perbankan yakni: 40

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan

40 Ibid.,Pasal 7

(32)

efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2) Bank Perkreditan Rakyat

Sementara Bank Perkreditan Rakyat tertera dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Perbankan yaitu "Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”41

Usaha Bank Perkreditan Rakyat diatur dalam Pasal 13 UU Perbankan, yaitu:42

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. Memberikan kredit;

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

41 Ibid.,Pasal 1 angka 4

42 Ibid.,Pasal 13

(33)

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertfifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Sedangkan dalam Pasal 14 dikemukakan Bank Perkreditan Rakyat dilarang:43

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;

b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;

c. Melakukan penyertaan modal;

d. Melakukan usaha peransuransian;

e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

b) Dilihat dari kepemilikannya

Dilihat dari kepemilikannya bank dibagi dalam 2 golongan yakni:44 1) Bank Milik Negara

Bank milik negara adalah bank yang dimiliki oleh negara dalam arti permodalannya berasal dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, maka bentuk perusahaan negara terdiri dari Perusahan Umum atau Perum dan Perusahaan Perseroan atau disingkat dengan Persero, maka Bank Negara harus dibentuk dalam bentuk Perum, PT Persero, maupun BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).45Adapun yang menjadi bank milik negara yaitu:46

43 Ibid.,Pasal 14

44 Sentosa Sembiring, op.cit., hlm.6

45 Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.37

(34)

a. Bank sentral atau Bank Indonesia.

b. Bank-bank umum milik negara yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Eksim).

2) Bank Milik Swasta, terbagi atas :

a. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia secara individual dan atau badan hukum yang peserta dan pimpinannya terdiri atas warga negara Indonesia.47

b. Bank Swasta Asing, yaitu bank yang modalnya dimiliki warga negara asing atau badan hukum asing, dan bank tersebut bisa berbentuk kantor cabang.48 Bank-bank milik swasta asing terdiri dari bank umum asing, bank pembangunan asing, dan bank tabungan asing.

c. Bank Campuran, adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.49

3) Bank milik Koperasi, adalah bank yang kepemilikan saham-sahamnnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

c) Dilihat dari segi operasionalnya

46 Thomas Suyatno, dkk, op.cit., hlm.18

47 Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, (Depok:

PT.Rajagrafindo Persada, 2012), hlm.28

48 Zainal Asikin, op.cit., hlm.38

49 Sentosa Sembiring, op.cit., hlm.6-7

(35)

Dilihat dari ruang lingkup operasional bidang usahanya, maka bank dapat dibagi dalam 2 golongan terdiri dari:50

1) Bank Devisa, yaitu bank umum, baik bersifat konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri. Bank devisa harus memperoleh surat izin dari bank sentral untuk dapat melakukan usaha perbankan dalam valuta asing, baik transaksi ekspor-impor maupun jasa-jasa valuta asing lainnya.51 Usaha dari bank devisa yaitu:52

a. Melayani lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri;

b. Melayani pembukaan dan pembayaran L/C;

c. Melakukan jual beli valuta asing (valas);

d. Mengirim dan menerima transfer dan inkaso valas;

e. Membuka atau membayar Traveller Cheque (TC);

f. Menerima tabungan valas.

2) Bank Non Devisa, yaitu bank yang tidak mendapatkan izin untuk melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan valuta asing.

d) Dilihat dari segi cara menentukan harga

Dilihat dari segi cara dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok yaitu:53

50 Zainal Asikin, op,cit., hlm. 39

51 Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (PT Bumi Aksara:Jakarta,2007), hlm.44

52 Ibid

53 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016), hlm.25

(36)

1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode terdiri dari:54

a. Menetapkan bunga sebagai harga

b. Jasa-jasa bank lainnya terkait perbankan konvensional menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

c. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank Prinsip Syariah dasar hukumnya adalah Al- Qur‟an dan Sunnah Rasul.55

B. Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Usaha Rakyat 1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat

Di saat perekonomian nasional sedang tidak stabil, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tampil sebagai andalan penggerak ekonomi dalam negeri. Maka dari itu untuk mendukung masyarakat sebagai penggerak ekonomi bangsa, Pemerintah memberikan dukungan dengan menyediakan sumber pembiayaan kredit melalui program pinjaman bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR).

KUR ditujukan bagi UMKM dengan kategori usaha layak, namun tidak memiliki agunan yang cukup dalam persyaratan perbankan. KUR yaitu kredit atau

54 Ibid

55 Ibid., hlm 26

(37)

pembiayaan kepada UMKM yang tidak sedang menerima kredit dari perbankan atau yang tidak sedang menerima kredit program dari pemerintah pada saat permohonan kredit yang diajukan. Tujuan diluncurkannya KUR adalah untuk meningkatkan perekonomian, penurunan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. KUR yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada UMKM dalam hal pemberian modal kerja serta investasi untuk usaha produktif yang layak namun belum dapat diterima oleh perbankan serta belum memenuhi kriteria dan persyaratan perbankan untuk mendapatkan kredit. Salah satu tujuannya yaitu agar tercapainya percepatan dalam hal pengembangan sektor rill terutama pada bidang pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan serta industri.56

Pengertian Kredit Usaha Rakyat tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat yaitu Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.57

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180 /Pmk.05/2017 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga/Subsidi Marjin Untuk Kredit Usaha Rakyat memberikan pengertian Kredit Usaha Rakyat

56 Hesti Respatiningsih, Jurnal:Manajemen Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),SEGMEN Jurnal Manajemen dan Bisnis, No.1, Januari 2011, hlm.19

57 Indonesia (PERMENKO) Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, BN Nomor 1794 Tahun 2017, Pasal 1 Angka 1

(38)

adalah kredit atau pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.58

Dan menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat yang dimaksud dengan Kredit Usaha Rakyat adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup.59

Berdasarkan definisi yang telah tertera diatas, maka yang berhak mendapatkan bantuan pendanaan Kredit Usaha Rakyat tercantum dalam Pasal 3 angka 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, yaitu :60

a. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah;

b. Calon Tenaga Kerja Indonesia Yang Akan Bekerja Di Luar Negeri;

c. Calon Pekerja Magang Di Luar Negeri;

58 Indonesia (PERMENKEU) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180 /Pmk.05/2017 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga/Subsidi Marjin Untuk Kredit Usaha Rakyat, BN Nomor 1705 Tahun 2017, Pasal 1 Angka 1

59 Indonesia (PERMENKO) Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, BN Nomor 1604 Tahun 2015, Pasal 1 Angka 1

60 Indonesia, PERMENKO Nomor 11 Tahun 2017, Op.,cit, Pasal 3 Angka 1

(39)

d. Anggota Keluarga Dari Karyawan/Karyawati Yang Berpenghasilan Tetap Atau Bekerja Sebagai Tenaga Kerja Indonesia;

e. Tenaga Kerja Indonesia Yang Purna Bekerja Di Luar Negeri;

f. Pekerja Yang Terkena Pemutusan Hubungan Kerja;

g. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Di Wilayah Perbatasan Dengan Negara Lain; Dan/Atau

h. Kelompok Usaha Seperti Kelompok Usaha Bersama (Kube), Gabungan Kelompok Tani Dan Nelayan (Gapoktan), Dan Kelompok Usaha Lainnya.

2. Dasar Hukum Kredit Usaha Rakyat

2.1 Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan, Pengembangan Sektor Riil, dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan, Pengembangan Sektor Riil, dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan asal mula dari program Kredit Usaha Rakyat atau yang biasanya disingkat KUR yang dikeluarkan pada tanggal 08 Juni 2007.61 Program KUR diluncurkan oleh Presiden RI pada tanggal 5 November 2007, sebagai lanjutan dari Nota Kesepahaman Bersama (MoU) tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara Pemerintah.62

61 Indonesia (INPRES) Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan, Pengembangan Sektor Riil, dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

62 Aldi Yarman, Jurnal:Perilaku Perbankan dalam Menawarkan Kredit UMKM pada Program Kredit Usaha Rakyat, Jurnal Kebijakan Ekonomi Vol 4, No 2 (2009):April, (Depok:Universitas Indonesia, 2009), hlm.29

(40)

2.2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjamin Kredit Usaha Rakyat

Dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan, Pengembangan Sektor Riil, dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta dalam rangka untuk mendukung Nota Kesepahaman Bersama (MoU) mengenai Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi pada tanggal 9 Oktober 2007.

Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjamin Kredit Usaha Rakyat, disebutkan pada Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan Program Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K) adalah upaya meningkatkan akses pembiayaan UMKM-K pada sumber pembiayaan yang didukung fasilitas penjaminan.63

Pada Pasal 1 angka 2 juga dijelaskan definisi dari Kredit Usaha Rakyat yaitu kredit/ pembiayaan kepada UMKM-K dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Yang mana bank pelaksananya menurut Pasal 1 angka 5 yaitu Bank Umum yang telah menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dengan Pemerintah dan Perusahaan Penjaminan dalam rangka penjaminan kredit/pembiayaan KUR.64

2.3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.0.5/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjamin Kredit Usaha Rakyat.

Dalam peraturan ini, Pasal 5 ayat (3) mengalami penambahan yaitu

“UMKM-K yang telah mendapatkan KUR dapat menerima fasilitas penjaminan

63 Indonesia (PERMENKEU) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjamin Kredit Usaha Rakyat, Pasal 1 Angka 1

64 Ibid, Pasal 1 Angka 2

(41)

dalam rangka perpanjangan, restrukturisasi dan tambahan pinjaman dengan syarat yang masih dikategorikan belum bankable dengan ketentuan:65

a. Perpanjangan jangka waktu kredit dapat diberikan sepanjang tidak melebihi 3 (tiga) tahun untuk kredit investasi terhitung mulai tanggal efektifnya perjanjian kredit antara bank pelaksana dan UMKM-K;

b. Restrukturisasi dapat diberikan dengan persyaratan pinjaman yang disetujui bersama antara bank pelaksana dan UMKM-K, kecuali untuk penambahan jangka waktu kredit maksimum satu tahun untuk kredit modal kerja dan 2 (dua) tahun untuk kredit investasi;

c. Tambahan pinjaman dapat diberikan dengan syarat total plafond pinjaman dan tingkat bunga.”

2.4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.05/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat Terdapat beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2009 diubah berikut beberapa ketentuan yang diubah yaitu:66

Seperti yang terdapat pada Pasal 4 ayat (1) terjadi penghilangan kata

“wajib”, sehingga yang awal mulanya berbunyi “Bank Pelaksana wajib menyediakan dan menyalurkan dana untuk KUR” menjadi “Bank Pelaksana menyediakan dan menyalurkan dana untuk KUR”. Kemudian Pasal 4 mengalami

65 Indonesia (PERMENKEU) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.0.5/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjamin Kredit Usaha Rakyat, Pasal 5 Ayat 3

66 Indonesia (PERMENKEU) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.05/2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 Tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, BN Nomor 46 Tahun 2010

(42)

penambahan ayat menjadi 5 ayat yang berbunyi “Bank Pelaksana dapat menyalurkan KUR secara langsung kepada UMKM-K dan/atau tidak langsung melalui lembaga linkage dengan pola executing dan/atau pola channeling.”67

Perubahan juga terjadi pada Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut:68 1) UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan KUR adalah usaha

produktif yang feasible namun belum bankable sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Merupakan calon debitur yang tidak sedang menerima kredit modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah yang dibuktikan dengan hasil Sistem Informasi Debitur pada saat Permohonan KUR diajukan;

b. Debitur yang sedang menerima Kredit Konsumtif (Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit, dan Kredit Konsumtif lainnya) dapat menerima KUR;

c. Untuk linkage program dengan pola executing, lembaga linkage yang menyalurkan KUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) wajib tidak sedang menerima Kredit Program;

d. Untuk linkage program dengan pola channeling, lembaga linkage yang menyalurkan KUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) dapat sedang menerima Kredit Program

e. Untuk KUR sampai dengan Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan KUR melalui lembaga linkage sampai dengan Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)

67 Ibid.,Pasal 4

68 Ibid., Pasal 5

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional dalam pengaturan Hak Kekayaan Intelektual, bagaimana pengaturan mengenai

Meskipun hak ulayat diatur dalam UUPA, pihak Keraton tidak memilih status hak ulayat sebab melalui hak ulayat Keraton hanya bisa memberikan tanah dalam jangka waktu tertentu

Faktor lainnya yaitu adanya rasa malu dari pasangan suami istri tersebut untuk mengakui bahwa dalam rumah tangganya telah terjadi kekerasan dalam rumah tangga,

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, kartel adalah apabila pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana