• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh :"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

JUNI ELFINORA RAJAGUK-GUK NIM : 150200033

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Juni Elfinora Rajagukguk

NIM : 150200033

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN (BW)

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Simpan Pinjam Pada Koperasi Sebagai Salah Satu Bentuk Perjanjian Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (Studi Pada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan)

Dengan ini menyatakan:

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terjadi di kemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya tanpa paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, April 2019

Juni Elfinora Rajagukguk NIM. 15020033

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia yang diberikan kepada Penulis. Sehingga Penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : ANALISIS HUBUNGAN SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PERJANJIAN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (Studi pada koperasi kredit harapan kita kota Medan). Sebagai karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat bagi setiap mnusia dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana S1 dibidang Ilmu Hukum. Dalam skripsi ini, penulis telah berusaha memberikan yang terbaik melalui perjuangan baik tenaga maupun materi.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki, namun dengan adanya kemauan dan kesungguhan hati akhirnya skripsi dapat diselesaikan. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, dukungan, semangat, saran, motivasi dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak sebagai bahan perbaikan menuju langkah selanjutnya dan penulis juga berharap kiranya skripsi ini juga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya, termaksud bagi penulis sendiri. Untuk itu pada kesempatan ini penullis mengucapkan terimah kasih kepada:

(5)

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. OK Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitasi Sumatera Utara, Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Huukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara , serta Bapak Syamsul Rizal, SH., M.Hum, selaku sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Muhammad Husni, SH., M.H, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya untuk menasehati, mengajarkan, memberikan arahan, masukan serta bimbingan yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini selesai.

7. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk menasehati, mengajarkan, memberikan arahan, masukan serta bimbingan yang berguna bagi penulis sehingga skripsi ini selesai.

(6)

8. Bapak Arif, SH., M.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan seluruh dosen/staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Untuk yang teristimewa kedua orangtua penulis Ayahanda Alm.Charles Rajaguk-guk dan Ibunda Netty Nababan yang paling saya sayangi yang selau memberikan dukungan baik doa, materil maupun moral dan mambimbing saya menyelesaikan skripsi ini.

10. Abang dan Kakak saya Erixon Marulitua Rajaguk-guk, S.Si juga Desi Angriani, SP Rajaguk-guk serta seluruh keluarga yang turut serta memberikan dorongan dan doa, memberikan semangat dan juga dukungannya.

11. Terimahkasih juga penulis ucapkan kepada sahabat saya yang saya kasihi dan saya sayangi Arif Sanjaya dan juga Syahrazat Mufty, kakak Florida Agustina, ST, Andre Frandikha, A.Md., dan juga Erikson Simbolon yang memberikan dukungan dan bantuan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Terimahkasih juga penulis ucapkan kepada semua teman seperjungan stamuk 2015 Grup A FH USU, Elva Yohana Sianturi, Ribka Yosephin, Joseph Tambunan, Indriwati Titania, Rahmad Riski, Lampos Rivaldo, Rudolf Sitorus, Dandi, Maria Napitupulu, Gabriella.

13. Segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimah kasih atas doa dan dukungan semangat yang telah diberikan.

(7)

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2019

Penulis

Juni Elfinora Rajagukguk

(8)

ABSTRAK

Juni Elfinora Rajaguk-guk* Muhammad Husni**

Puspa Melati Hasibuan***

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi. Pasal 33 UUD 1945 ayat (1) merupakan suatu badan usaha yang sangat penting keberadaannya dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi para anggotanya. Hal ini dikarenakan koperasi yang lebih mengutamakan peranan manusia dalam menumpuk modal secara bersama-sama unutk mencapai kesejahteraan bersama dalam mandiri. Hubungan antar manusia dalam lembaga hukum. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana aspek hukum perjanjian pada kegiatan koperasi simpan pinjam pada koperasi kredit harapan kita kota Medan, dan Bagaimana kajian tentang kedudukan koperasi kredit harapan kita kota Medan dalam terjadinya wanprestasi.

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normatif empiris yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti skunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer dilapangan. Normatif empiris juga merupakan penelitian yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu. Pengkajian tersebut bertujuan unutk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum itu sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang. Sehingga penelitian ini membutuhan data sekunder dan data primer.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan sudah berbadan hukum, perjanjian simpan pinjam dilakukan dengan mengajukan permohonan dan akan dinilai kelayakannya oleh Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan apabila dirasa telah layak maka penandatannganan perjanjian kredit akan segera dilakukan. Masalah yang dihadapi Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh anggotanya, penyelesaian wanprestasi yang dilakukan Koperasi adalah dengan cara memberikan peringatan dan dengan kata lain penyelesaian berdasarkan kekeluargaan yang secara kesepakatan antara kedua belah pihak.

Kata Kunci: Koperasi Kredit, Perjanjian Simpan Pinjam, Perikatan

* Juni, Mahasiswa fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Muhammad Husni, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Puspa Melati Hasibuan, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ... i

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Keaslian Penulisan ... 6

F. Tinjauan Kepustakaan ... 7

G. Metode Penelitian. ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN UMUM ASPEK HUKUM PERJANJIAN PADA KEGIATAN USAHA SIMPAN-PINJAM PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN ... 19

A. Definisi Perjanjian Dan Dasar Hukum Perjanjian Pada Umumnya ... 19

B. Jenis-Jenis Perjanjian Dan Syarat Sahnya Suatu Perjanjian ... 26

C. Analisis Implementasi Aspek Hukum Perjanjian Pada Kegiatan Usaha Koperasi Simpan-Pinjam Pada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan ... 45

BAB III KAJIAN TENTANG KEDUDUKAN KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN DALAM TERJADINYA WANPRESTASI ... 54

A. Sejarah Koperasi Pada Umumnya Dan Kedudukan Hukum Pengurus Koperasi ... 54

B. Definisi Wanprestasi Dan Hal Yang Menyebabkan Terjadinya Wanprestasi ... 74

C. Kajian Tentang Kedudukan Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan Dalam Terjadinya Wanpr estasi ... 85

BAB IV PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN

A. Surat Riset Fakultas Hukum USU

B. Surat Riset Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan C. Hasil Wawancara Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya manusia itu dilahirkan seorang diri. Sebagai mahluk hidup, manusia tentu sangat berbeda dengan hewan. Hewan sebagai suatu mahluk hidup, begitu ia lahir begitu pula dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan manusia, manusia sebagai mahluk hidup mau tidak mau harus berhubungan dengan manusia yang lain demi memenuhi kebutuhan hidup satu sama lain yang tidak dapat dipenuhi apabila ia hanya hidup sendiri.1

Hakikatnya hidup merupakan anugrah dari Tuhan dan mempertahakannya merupakan hak semua manusia. Salah satu tujuan Negara Indonesia, seperti yang tersurat dialinea ke-4 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu memajukan kesejahtraan umum. Pada kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di garis kemiskinan. Undang-undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang dan membangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi seperti tersebut diatas maka peran koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan

1Jusmadi Sikumbang, Mengenai Sosiologi Dan Sosiologi Hukum, Medan: Pustaka Press, 2012, hlm. 10-11

(11)

mengembangkan potensi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan.

Koperasi simpan-pinjam atau koperasi kredit adalah salah satu jenis koperasi yang mempunyai kegiatan utama adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan memajukan kesejahteraan anggota koperasi dan juga masyarakat. Banyak orang menganggap koperasi hanyalah lembaga keuangan biasa. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.2 Selain dari pasa 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, Undang-Undang terbaru Koperasi Nomor 17 Tahun 2012 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Kopereasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menajalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”3.

Tujuan dari koperasi simpan-pinjam ini adalah masyarakat agar dapat menabung pada koperasi tersebut sehingga masyarakat dapat merasa tenang dalam menyimpan uangnya. Dengan adanya koperasi simpan-pinjam ini maka masyarakat dapat melakukan peminjaman kepada koperasi dengan bunga yang kecil.

2R.T. Sutantya Rahadja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2000, hlm. 59 – 60.

3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, Bab 1, Pasal 1 ayat (1).

(12)

3

Koperasi juga memerlukan modal untuk pembiayaan dari usahanya.

Mengenai peraturan modal diatur pada pasal 66 Undang - Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.4 Disimpulkan bahwa koperasi Indonesia dapat bergerak disegala kehidupan ekonomi dan berperan dalam kehidupan rakyat.5 Kegiatan utama koperasi simpan pinjam ini adalah menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota serta memberikan pinjaman kepada anggota koperasi lainnya. 6 Hubungan simpan pinjam ini adalah juga suatu bentuk perikatan, menurut hemat Penulis, merupakan suatu bentuk pengembangan dari Perjanjian Pinjam Meminjam yang telah lama dikenal dalam Hukum Perjanjian Perdata dan merupakan topik yang menarik untuk dibahas.

Dewasa ini koperasi terus mengembangkan sayapnya dibidang usahanya untuk mengikuti perkembangan kebutuhan anggotanya yang terbatas, secara garis besar dengan melihat peluang dan kebutuhan ekonomi saat ini, koperasi simpan pinjam lebih murah dan kebutuhan ekonomi saat ini dibandingkan badan perkreditan lainnya seperti perbankan. Semakin banyaknya Koperasi di Indonesia maka perlu adanya perlindungan hukum yang mengatur kegiatan Koperasi.

Walaupun Koperasi sendiri telah mempunyai Undang-Undang sendiri tetapi masih terdapat beberapa koperasi yang mempunyai masalah.

Ada perbedaan dalam hubungan simpan pinjam pada Koperasi sebagai suatu bentuk Perjanjian Pinjam Meminjam yang diatur dalam Kitab Undang-

4 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 BAB VII Pasal 66.

5 Ibid, Hlm 96

6 Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, Pasal 19 ayat 1.

(13)

Undang Hukum Perdata, adanya persyaratan dimana peminjam tercatat sebagai anggota koperasi yang bersangkutan dan hanya dapat meminjam sejumlah uang yang nominalnya diberikan berdasarkan pertimbangan jumlah simpanan yang dimiliki anggota tersebut dengan beberapa ketentuan lainnya.

Thomas Hobbes mengatakan “Bahwa tanpa perjanjian, kehidupan manusia menjadi terpencil, melarat, keji bersifat brutal, dan sesat”.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada pasal 1313 KHUPerdata menyatakan bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan drinya terhadap satu orang lain atau lebih.7

Dengan demikian, perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang ada selain dari undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan.

Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana hubungan simpan pinjam pada koperasi sebagai salah satu bentuk perjanjian.

Maka dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana hubungan hukum perjanjian dengan koperasi simpan- pinjam dengan judul “ANALISIS HUBUNGAN SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PERJANJIAN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN).”

7Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1313

(14)

5

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas, penulis mengindentifikasi beberapa permasalahan hukum yang penulis tuangkan dalam suatu perumusan masalah.

Adapun perumusuhan masalah tersebut antara lain8 :

1. Bagaimana aspek hukum perjanjian pada kegiatan usaha simpan pinjam pada Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan?

2. Bagaimana kajian tentang kedudukan Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan dalam terjadinya wanprestasi?

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituangkan sebelumnya, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Menjelaskan atau memberi pemahaman tentang aspek hukum perjanjian pada kegiatan usaha Simpan-Pinjam Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan.

2. Menjelaskan mengenai kajian tentang kedudukan Koperasi Harapan Kita Kota Medan dalam terjadinya wanprestasi.

D. MANFAAT PENULISAN

Pada dasarnya penulisan skripsi ini dibuat dengan harapan agar dapat memberi manfaat untuk memahami permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

8 Peter Mahmud Merzuki, penulisan Hukum, (jakarta: Kencana Prenada Group, 2010), hlm. 57.

(15)

1. Secara Teoritis

Kiranya skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pemikiran dan pengembangan dalam ilmu pengetahuan Hukum Perdata, khususnya pada Hukum Perjanjian dan juga bagi Koperasi Simpan-pinjam.

2. Secara Praktis

Dari penulisan skripsi ini, penulis memberikan sumbangan pemikiran masukan dan ide-ide kepada masyarakat yang mempunyai ekonomi dibawah garis kemiskinan untuk mengetahui tentang bagaimana proses koperasi simpan pinjam pada Koperasi Kredit Harapan Kita.

E. KEASLIAN PENULISAN

Penulisan skripsi yang berjudul, “ANALISIS HUBUNGAN SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PERJANJIAN BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN).” Sangatlah orientalis dan belum pernah dibahas sebelumnya oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah uji bersih judulnya pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Permasalahan dan pembahasan yang dibahas didalam skripsi ini murni dari pembelajaran yang diberikan oleh dosen Departemen hukum perdata, dari pemikiran sipenulis sendiri, dari media baik cetak maupun elektronik dan juga hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sipenulis. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

(16)

7

F. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. PERJANJIAN

1.1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian dalam KUHPerdata diatur pada Buku III tentang Perikatan.

Pasal 1313 menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Di dalam konsep kontinental penempatan pengaturan perjanjian pada Buku III BW Indonesia tentang Hukum Perikatan mengindikasikan bahwa perjanjian memang berkaitan dengan masalah harta kekayaan (Vermogen).9 Menurut Setiawan, rumusan Pasal 1313 BW selain tidak lengkap juga sangat luas, tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja, sangat luas karena dengan digunakannya perkataan “Perbuatan” tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum.10

Menurut Purwahid Patrik11 terhadap pasal 1313 BW terdapat beberapa kelemahan, yaitu :

1. Definisi tersebut hanya menyangkut perjanjian sepihak saja.

Hal ini dapat disimak dari rumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.”

Kata “Mengikatkan” merupakan kata kerja yang bersifat hanya datang dari satu dari satu pihak saja, tidak dari kedua pihak.

9 Prof.Dr. Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 14.

10 Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan Beserta Perkembangannya, Yogjakarta:

Liberty, 1985, hlm. 8.

11 Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm, 45.

(17)

Sedang maksud perjanjian itu para pihak saling mengikatkan diri, sehingga tampak kekurangannya yang seharusnya ditambah dengan rumusan “saling mengikatkan diri”;

2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus/kesepakatan, termasuk perbuatan mengurus kepentingan orang lain (zaakwaarneming) dan perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad). Hal ini menunjukkan makna “Perbuatan”

itu luas dan yang menimbulkan akibat hukum;

3. Perlu ditekankan bahwa rumusan Pasal 1313 BW mempunyai ruang lingkup di dalam hukum harta kekayaan (vermogensrecht ).

KRMT Tirtodiningrat 12 memberi definisi perjanjian yaitu suatu perbuatan hukum yang berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksa oleh Undang-Undang.

Meskipun istilah Perjanjian banyak ditemukan di Undang-Undang dan literatur hukum, maupun pendapat sarjana, maka dapat menyimpulkan bahwa:

“Perjanjian dapat ditapsirkan sebagai suatu hubungan hukum penawaran dari suatu pihak dan perbuatan hukum penerimaan dari pihak lain.”

1.2. Unsur – Unsur Perjanjian

Perjanjian mempunyai 3 (tiga) unsur yaitu: Unsur Essensialia, Unsur Naturalia, dan Unsur Accidentalia. Menurut J. Satrio, perjanjian lebih tepatnya ada dua unsur yaitu: Unsur Essensialia, dan bukan Unsur Essensialia.13

12 A. Qirom Meliala, Pokok-pokok Hukum Perikatan Beserta Perkembangan , Yogjakarta: Liberty, 1985, hlm. 8.

13 J.Satrio, SH, Hukum Perikatan, Perikatan yang lahir dari Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 57.

(18)

9

1.3. Asas-asas Perjanjian

Dalam hukum dikenal tiga belas asas perjanjian, tetapi para sarjana perdata terdapat, akan tetapi menurut para sarjana terdapat lima asas yang penting yaitu:

1.3.1. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)

Kebebasan kontrak adalah salah satu asas yang sangat penting dalam hukum perjanjian. Kebebasan ini merupakan perwujudan dari kehendak bebas pancaran hak asasi manusia.14

Tujuan dari asas diatas, bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat dibuat secara bebas untuk membuat perjanjian, bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan bentuknya tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kebebasam berkontrak berarti orang dapat menciptakan hak-hak yang tidak diatur dalam Buku III KUHperdata, tetapi diatur sendiri dalam perjanjian.

Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan kepada seorang untuk secara bebas dalam bebarapa hal yang berkaitan dengan perjanjian, diantaranya:15

a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian;

c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian;

d. Bebas menentukan bentuk perjanjian;

14 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan , (Jakarta, Citra Adtya Bakti, 2001), hlm.86

15 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung, 2004), hlm.15

(19)

e. Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan peraturan perUndang-Undang.

1.3.2. Asas konsesualisme (persesuaian kehendak)

Dalam Hukum Perjanjian berlaku suatu asas, yang dinamakan asas konsesualisme. Perkataan ini berasal dari perkataan lain yaitu consensus yang berarti sepakat. Arti asas konsensualisme ini ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karena itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Asas konsesualisme tersebut lazimnya disimpulkan dari pasal 1320 KUHperdata yang berbunyi: “Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian ; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal.”16

1.3.3. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)

Asas kepastian hukum dalam pasal 1338 ayat (1) KUHperdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang- Undang bagi mereka yang membuatnya.” Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.17

16 Subekti, Hukum Perjanjian , PT.Intermasa, (Jakarta 2004), hlm 15

17 Salim H.S, Hukum Konrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta, Sinar Grafika 2003, hlm. 9

(20)

11

2. PERJANJIAN KREDIT

Perjanjian kredit pada dasarnya adalah perjanjian pinjam-meminjam uang.18 Subekti berpendapat: “Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana yang diatur di dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.”19

3. KOPERASI

Pengertian Koperasi dan Koperasi Kredit

Secara umum Koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dalam bahasa belanda disebut dengan istilah cooperatieve Vereneging yang berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmania para anggotanya20.

Kopersi sebagai usaha bersama, harus mencerminkan ketentuan-ketentuan sebagai lazimnya didalam kehidupan satu keluarga. Nampak dalam suatu keluarga bahwa segala sesusatu yang dikerjakan secara bersama-sama ditujukan untuk kepentingan bersama seluruh anggota keluarganya.

18Novia Andrina, Aspek Hukum Perjanjian Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro Oleh Pihak Bank Kepada Nasabah, 2013, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, hlm. 74

19Subekti,R. Hukum Perdjandjian. Jakarta: Pembimbing Masa,1970

20 Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan kopersi Indonesia didalam perkembangan, Yogyakarta, TPK Gunung Mulia, 1986. Hlm. 9

(21)

Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian yaitu “ Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang- perseorangan atau badan hukum Koperasi dengan pemisahan harta kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.”

Dari pasal ini dapat dipastikan secara hukum bahwa :21 a. Koperasi adalah Badan usaha bukan Ormas.

b. Pendiri/ pemiliknya adalah orang-orang (perorangan/ individu) atau badan hukum Koperasi.

c. Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip koperasi dan asas kekeluargaan d. Sebagai gerakan ekonomi rakyat.

Pasal 44 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, yang dinyatakan bahwa kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Sistem utama kegiatan usaha koperasi usaha simpan pinjam adalah menghimpun dana dari anggota koperasi yang bersangkutan atau koperasi lain dan atau anggotanya untuk kemudian disalurkan kepada anggota koperasi yang bersangkutan atau koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk pinjaman yang kemudian pembayarannya dapat dicicil sesuai kemampuan oleh peminjam yang bersangkutan.

21 Koermen, Manajemen Koperasi Terapan, Jakarta, Sinar Grafika, 2008. hlm. 35

(22)

13

G. METODE PENELITIAN

Metode merupakan unsur mutlak yang harus ada didalam pelaksanaan kegiataan penelitian agar dapat terarah dan tidak menyimpang sehingga dapat diperoleh hasil yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan. Metode Penelitian hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan tertentu di dalam penulisan skripsi. Hal ini agar terhindar dari suatu kesan dan penilaian bahwa penulis skripsi dibuat dengan cara yang asal-asalan dan tanpa di dukung dengan data yang lengkap.

Oleh karena itulah, berikut penjelasan mengenai metode penelitian dalam penulisan ini:

1. Jenis penelitian dan Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang membahas doktrin- doktrin atau asas-asas hukum.22 Penelitian normatif empiris penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti skunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer dilapangan.

Metode pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu metode pendekatan deskriftif analitis merupakan metode yang mengungkapkan perturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.23 Demikian juga hukum dalam pelaksanaan di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.24

22Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2009), hlm 12

23 Novia Andrina, Op.Cit., hlm. 14

24 Zainuddin Ali, Op. Cit., hlm 12

(23)

2. Jenis Data

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dengan kontruksi yang dilakukan secara metodoligis, sistematis dan konsisten.

Yang dimaksud dengan “Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, kosisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu.”25

Dalam penyusunan skripsi ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang mencakup dari berbagai buku, peraturan perUndang-Undangan, bahan-bahan kepustakaan lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, sumber data terbagi menjadi dua yaitu:

a. Data sekunder

Data sekunder antara lain, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku- buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya. Ciri-ciri umum dari data sekunder adalah:

1. Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera,

2. Baik bentuk maupun isi data sekunder , telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-peneliti terdahulu, sehingga peneliti kemudian, tidak mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengolahan, analisa maupun konstruksi data,

3. Tidak terbatas oleh waktu maupun tempat.

25Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hlm. 92

(24)

15

Dari sudut tipe-tipenya maka data sekunder dapat dibedakan antara : 1. Data sekunder yang bersifat pribadi, yang antara lain mencakup:

a. Dokumen pribadi, seperti surat-surat, buku harian, dan seterusnya.

b. Data pribadi yang tersimpan dilembaga dimana yang bersangutan pernag bekerja atau sedang bekerja.

2. Data sekunder yang bersifat publik:

a. Data arsip, yaitu data yang dapat dipergunakan untuk kepentingan ilmiah, oleh para ilmuwan.

b. Data resmi pada instansi-instansi pemerintah, yang kadang- kadang tidak mudah untuk diperoleh, oleh karena mungkin bersifat rahasia.

c. Data lain yang di publikasikan, misalnya, yurisprudensi Mahkamah Agung.26

b. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari sumber pertama yaitu individu atau masyarakat. Untuk memperoleh data primer, peneliti melakukan pengumpulan data secara langsung kepada masyarakat. Misalnya, melalui wawancara, angket, pengamatan secara partisipatif maupun non partisipatif .

26Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia, 1986, hlm. 33

(25)

c. Data Tersier

Data tersier merupakan kamus, ensiklopedi dan lain-lain bahn hukum yang memberi penjelasan tentang bahan hukum premier dan sekunder.27

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun yang menjadi teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara dilakukan dengan dialog/lisan antara peneliti dan responden. Wawancara juga merupakan komunikasi dua arah antara penulis dengan responden untuk memperoleh data primen dengan lebih cepat dengan memperoleh keyakinan bahwa penafsiran yang diberikan oleh responden yang benar. Wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan secara urut dan sistematis sesuai dengan yang telah dipersiapkan.

b. Studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis, baik dari instansi yang terkait, maupun buku literatur yang ada relevansinya dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai kelengkapan penelitian.

27 Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2005, hlm. 77

(26)

17

H. SITEMATIKA PENULISAN

Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini maka akan dibaha dalam bentuk sistematika yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM ASPEK HUKUM PERJANJIAN PADA KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum tentang pengertian perjanjian pada umumnya, dasar hukum perjanjian pada umumnya, jenis dan perihal tidak terpenuhinya perjanjian, dan mengenai analisis implementasi aspek hukum perjanjian pada kegiatan usaha koperasi simpan pinjam pada koperasi kredit harapan kita kota Medan.

BAB III KAJIAN TENTANG KEDUDUKAN KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA KOTA MEDAN DALAM TERJADINYA WANPRESTASI

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum tentang sejarahnya koperasi simpan pinjam dan kedudukan pengurus koperasi, definisi wanprestasi dan menyebabkan terjadinya wanprestasi, dan memberi penjelasan tentang penyelesaian kedudukan koperasi kredit harapan kita kota Medan dalam terjadinya wanprestasi.

(27)

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir dari penulisan skripsi ini berisi kesimpulan mengenai bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan pemberian saran-saran dari penulis yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM ASPEK HUKUM PERJANJIAN PADA KEGIATAN USAHA SIMPAN-PINJAM PADA KOPERASI KREDIT HARAPAN KITA

KOTA MEDAN

A. Definisi Perjanjian dan Dasar Hukum Perjanjian Pada Umumnya

Didalam kehidupan sehari-hari, istilah dari perjanjian sangat sering didengar dan juga sangat sering dilakukan oleh masyarakat misalnya: perjanjian jual beli, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian simpan-pinjam, perjanjian tukar- menukar, dan jenis perjanjian lainnya.28

Perjanjian-perjanjian yang dibuat ini pada dasarnya berbentuk bebas.

Dapat diadakan secara lisan, dan dapat pula di terapkan dalam bentuk tulisan.

Namun perjanjian yang diterapkan dalam bentuk tulisan biasanya digunakan hanya sebagai alat bukti semata.29

Dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berisi mengenai peraturan perikatan. Pada pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang-Undang BW (KUHPerdata) sebagai Undang-Undang mulai berlaku atau diumumkan secara resmi pada tanggal 30 April 1847 (St. No. 23/1847). Dari tahun pengundanganya jelas dapat kita ketahui, BW yang dalam Buku III mengatur hukum perjanjian adalah Undang-Undang produk kolinial Belanda.30

28. Novia Andrina, Op.Cit., hlm.21

29 Wan Sadjaruddin, Beberapa Sendi Hukum Perikatan, Medan: USU Press, 1992, hlm. 24

30 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, PT.alumni, Bandung, 1986, hlm 3

(29)

Untuk mengetahui arti sebenarnya dari suatu perjanjian tidaklah mudah karena banyak pendapat para ahli hukum di dalam memberikan rumusan perjanjian tersebut. Dengan adanya berbagai pendapat tentang rumusan dari perjanjian tersebut. Penulis merasa perlu memberikan beberapa pengertian perjanjian menurut para sarjana.

Buku III KUHPeradata berbicara tentang perikatan (van verbibtenissen) yang memiliki sifat terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan Undang-Undang.31Dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Peradata menyebutkan bahwa “Perjanjian adalah suatu perbuatan yang satu atau orang lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Menurut Prof.Dr.Wrijono Prodjodikoro Perjanjian adalah : “Sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut janji itu.”32

Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian ialah suatu hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih, yag terletak dalam bidang harta kekayaan, dengan mana pihak yang satu berhak atau prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.33

31 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm 39.

32 Wirjono Prodjodikoro, Azas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.7

33Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis. Alumni. Bandung . 1994. Hlm. 3

(30)

21

Menurut para Sarjana, antara lain Abdul Kadir Muhammad, bahwa rumusan perjanjian dalam KUHPerdata itu kurang memuaskan, karena mengandung beberapa kelemahannya yaitu:

a. Hanya menyangkut sepihak saja

Hal ini diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.” Kata kerja “mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “Saling mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara pihak-pihak.

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsesus

Dalam pengertian “Perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa (Zaakwaarneming), tindakkan melawan hukum atau (onrechtmatige daad) yang tidak mengandung konsesus. Seharusnya dipakai kata

“Persetujuan”.

c. Pengertian perjanjian terlalu luas

Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut di atas terlalu luas, karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin, yang diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang dikehendaki oleh Buku Ketiga KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan perjanjian yang bersifat personal.

(31)

d. Tanpa menyebut tujuan

Dalam perumusan pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri tidak jelas untuk apa.34

Sudikno Mertokusumo mengatakan bahwa perjanjian adalah “Hubungan antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan hukum”.35

Subekti mengatakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji utnuk melaksankan suatu hal”.36

Menurut Tan Kamello, “Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang didasarkan pada kata sepakat mengenai sesuatu hal dengan tujuan untuk menimbulkan akibat hukum. Hubungan hukum yang dimaksud disini adalah suatu perbuatan hukum yang bersegi dua.”

Secara harafiah kata “verbintenis” yang merupakan pengambil alihan dari kata “obligation” dalam code civil prancis dengan demikian berarti perikatan adalah kewajiban pada salah satu pihak dalam hubungan hukum perikatan tersebut.

Dari bebarapa pengertian perjanjian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa wujud pengertian perjanjian itu sendiri yaitu, hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban dipihak laim untuk memenuhi suatu hal (prestasi) yang telah

34 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 78

35 Sudiksno Mertokusumo, Mengenai Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1998, hlm. 97

36 Johannnes Ibrahim, Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak Dan Kejahatan, Bandung, Refika Aditama, 2004, hlm. 30

(32)

23

disepakati. Perjanjian harus menjadi perbuatan kedua belah pihak yang berjanji untuk memenuhi prestasi kepada pihak lainnya, begitu pula pihak lainnya harus memperoleh pemenuhan prestasi yang telah dijanjikan oleh pihak lainnya itu.37

Menurut Handri Raharjo ada beberapa kelemahan dalam definisi perjanjian menurut KUHperdata tersebut diantaranya:

1. Didalam KUHPerdata disebutkan “Merupakan perbuatan” menurut Handri Raharjo makna ini terlalu luas, seharusnya dipersempit dengan

“Merupakan perbuatan hukum”

2. Dari pengertian diatas juga ditemukan “yang mengikatkan dirinya hanya 1 pihak, hal tersebut kurang lengkap sehingga bisa disebut perjanjian sepihak, seharusnya “saling mengikatkan diri”

3. Apa yang menjadi tujuan tidak jelas, seharusnya diperjelas.

Penyempurnaan terhadap definisi perjanjian menurut Handri Raharjo adalah : “Suatu hubungan hukum dibidang harta kekayaan yang didasari kata sepakat antara subjek hukum yang satu dengan yang lain, dan diantara mereka (para pihak/subjek hukum) saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum yang satu berhak atas prestasi yang begitu juga subjek hukum lainnya berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum.”38

Sesuai dengan ketentuan pasal 1233 BW, perjanjian timbul karena:

37Aquila Siregar, Aspek Perjanjian Kerjasama Pengangkutan Limbah B3 Pada Perusahaan pengangkutan, USU, hlm. 15

38Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 41

(33)

1. Perjanjian yang lahir dari persetujuan

Pengertian persetujuan (overeenkomst) yang bisa disebut “contract” yaitu suatu tindakan atau perbuatan seseorang atau lebih yang mengikatkan diri kepada orang lain atau lebih. Tindakan atau perbuatan yang menciptakan persetujuan,

“penyataan kehendak” antara para pihak. Namun perlu diingatkan, sekalipun pasal 1313 menyatakan, bahwa persetujuan adalah tindakan atau perbuatan, tapi tindakan yang dimaksud dalam hal ini adalah tindakan atau perbuatan hukum (rechtshandeling). Sebab tidak semua tindakan atau perbuatan mempunyai akibat

hukum (rechtgevolg). Hanya tindakan hukum sajalah yang dapat menimbukan akibat hukum.

2. Perjanjian yang lahir dari undang-undang

Mengenai perjanjian yang lahir dari Undang-Undang diatur dalam pasal 1352 KUHPerdata yaitu semata-mata dari Undang-Undang dan dari Undang- Undang sebagai akibat perbuatan manusia.39 Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan atau tertulis.

Perjanjian tertulis dimaksud bersifat sebagai pembuktian apabila terjadi perselisihan. Walaupun untuk beberapa perjanjian tertentu, apabila bentuk tertulis tidak dapat dilakukan, perjanjian itu tidak sah.

Didalam perjanjian pada umumnya membuat beberapa unsur yaitu:

a. Pihak-pihak, paling sedikit ada dua orang. Para pihak yang bertindak sebagai subjek perjanjian, dapat terdiri dari orang atau badan hukum.

39 M. Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 23

(34)

25

b. Persetujuan antara para pihak, sebelum membuat suatu perjanjian atau dalam membuat suatu perjanjian para pihak memiliki kebebasan untuk mengadakan tawar-menawar diantara mereka

c. Adanya tujuan yang akan dicapai baik yang dilakukan sendiri maupun oleh pihak lain, selaku subjek dalam perjanjian tersebut. Dalam mencapai tujuannya para pihak terikat pada ketentuan bahwa tujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

d. Ada prestasi yang harus dilaksanakan, para pihak dalam suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu yang satu dengan yang lainnya saling berlawanan. Apabila pihak yang satu berkewajiban untuk memenuhi suatu prestasi, bagi pihak lain hal tersebut merupakan hak dan sebaliknya.

e. Ada bentuk tertentu suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam hal suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis, dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada.

f. Syarat-syarat tertentunya dalam suatu perjanjian, isinya harus ada syarat-syarat tertentu, karena suatu perjanjian yang sah mengikat sebagai Undang-Undang, bagi mereka yang membuatnya.

Memperhatikan beberapa pengetian perjanjian sebagaimana tertera diatas terlihat bahwa perjanjian melahirkan hak dan kewajiban. Perjanjian merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum yang menimbulkan akibat hukum. Hal tersebut tidak timbul dengan sendirinya, tetapi karena adanya

(35)

tindakan hukum dari subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban. Jadi, perjanjian lahir sebagai akibat dari suatu proses perbuatan atau tindakan para pihak yang terkait didalamnya. Dengan didasarkan kepada suatu persetujuan, para pihak berjanji untuk saling mengikatkan diri untuk mewujudkan tujuan tertentu.

Dalam hal demikian, perjanjian selalu disandarkan pada adanya persetujuan atau kesepakatan dari para pihak. Perjanjian yang lahir dari persetujuan terjadi apabila ada suatu penawaran dari salah satu pihak yang diikuti oleh suatu penerimaan dari pihak lain. Apa yang diterima, haruslah cocok dengan apa yang di tawarkan. Ini terutama mengenai tujuan dari suatu persetujuan. Tujuan ini dapat diucapkan secara tegas (uitdrukkelijk) atau dapat diucapkan secara diam-diam (stilzigend).40

B. Jenis-jenis Perjanjian dan Syarat Sahnya Suatu Prjanjian 1. Jenis-Jenis Perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:41

a. Perjanjian timbal balik adalah perjannjian yang dibuat dengan melektakan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian. Misalnya perjanjian jual beli pasal 1457 KUHPerdata dan perajanjian sewa-menyewa pasal 1548 KHUPerdata. Dalam perjanjian jual beli hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak. Pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang yang dijual dan berhak

40 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Raja Grafindo Persada. 1981, hlm. 11

41 Sutarto, aspek-aspek Hukum Perkreditan pada bank, Bandung, Alfabeta, 2003, hlm. 82

(36)

27

mendapatkan pembayaran dan pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak menerima barangnya.

b. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian Hibah.

Dalam hibah ini kewajiban hanya ada pada orang yang mengibahkan yaitu memberikan barang yang di hibahkan sedangkan penerima hibah tidak mempunyai kewajiban apapun. Perima hibah hanya berhak menerima barang yang di hibahkan tanpa berkewajiban apapun kepada orang yag menghibahkan.

c. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam pakai pasal 1666 dan 1740 KUHPerdata.

d. Perjanjian konsensuil rill dan formil

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian yang di anggap sah apabila telah terjadi kesepakatan antara pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian rill adalah yang memelukan kata sepakat tetapi barangnya harus di serahkan. Misalnya perjanjian penitipan barang pasal 1741 KUHPerdata dan perjanjian menganti pasal 1754 KUHPerdata

Perjanjian formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi Undang-Undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum notaris atau PPAT. Misalnya jual beli tanah, Undang-Undang menentukan akta jual beli harus dibuat dengan akta PPAT, perjanjian perkawinan dibuat dengan akta notaris.

(37)

e. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tidak bernama

Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Buku ke III Bab V sampai dengan Bab XVIII. Misalnya perjanjian jual beli. Sewa-menyewa, hibah, da lain-lain.

Perjanjian yang tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang. Misalnya perjanjian leasing, perjanjian keagenan, dan distributor, perjanjian kredit.42

Menurut Achmad Busro, jenis perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, adapun perbedaannya adalah sebagai berikut.43

a. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak

Perjanjian timbal balik yaitu perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak yang melakukannya. Misalnya : kewajiban yang timbul dalam perjanjian jual beli, pihak penjual mempunyai kewajiban pokok menyerahkan barang yang dijualnya, dipihak lain pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar harga yang telah disepakati. Perjanjian sepihak yaitu perjanjian dimana salah satu pihak saja yang dibebani suatu kewajiban. Misal : dalam perjanjian pemberikan hibah, hanya satu ihak saja yang mempunyai kewajiban.

b. Perjanjian Cuma-Cuma dan perjanjian dengan alas hak membebani Perjanjian Cuma-Cuma yaitu suatu perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak tanpa adanya imbalan dari pihak lain. Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari

42 Ibid

43 Achmad Busro, Hukum Periaktan, Semarang, Oetama, 1995, hlm. 4

(38)

29

pihak yang lain, atntara prestasi dan kontra prestasi terdapat hubungan menurut hukum meskipun kedudukannya tidak harus sama. Misal: Disatu pihak prestasi sepeda, dipihak lain prestasi kuda. Jadi disini yang penting prestasi adanya prestasi dan kontra prestasi.

c. Perjanjian kebendaan dan obligatoir

Perjanjian kebendaan yaitu perjanjian untuk menyerahkan hak kebendaan.

Sedangkan perjanjian obligatoir yaitu perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban kepada pihak-pihak, misal: jual beli.

d. Perjanjian yang sifatnya istimewa :

1. Perjanjian liberator yaitu perjanjian untuk membebaskan dari kewajiban. Misal dalam Pasal 1438 KUHPerdata mengenai pembebasan hutang dan pasal-pasal berikutnya (Pasal 1440 dan Pasal 1442 KUHPerdata).

2. Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian dimana para pihak sepakat menentukan pembuktian yang berlaku bagi para pihak.

3. Perjanjian untung-untungan, seperti yang ada dalam Pasal 1774 yaitu perjanjian yang pemenuhan prestasinya digantungkan pada kejadian yang belum tentu terjadi.

4. Perjanjian publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa. Contoh: Perjanjian yang dilakukan antara mahasiswa tugas belajar (ikatan dinas).44

44 Ibid

(39)

Abdul Kadir Muhammad juga mengelompokkan perjanjian menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak

Perjanjian timbal balik (bilateral contract) adalah perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kedua bela pihak. Perjanjian timbal balik adalah pekerjaan yang paling umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, pemborongan bangunan, tukar menukar.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kepada satu pihak dan hak kepada pihak lainnya, misalnya perjanjian hibah, hadiah. Pihak yang satu berkewajiban menyerahkan benda yang menjadi obyek perikatan dan pihak yang lainnya berhak menerima benda yang diberikan itu. Yang menjadi krireria perjanjian jenis adalah kewajiban berprestasi kedua bela pihak atau salah satu pihak. Prestasi biasanya berupa benda berwujud baik bergerak maupun tidak bergerak, atau benda tidak berwujud berupa hak, misalnya hak untuk menghuni rumah.

b. Perjanjian percuma dan perjanjian dengan alas hak yang membebani Perjanjian percuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada satu pihak saja, misalnya perjanjian pinjam pakai, perjanjian hibah.

Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dalam mana terhadap prestasi dari pihak yang satu terdapat kontak prestasi dari pihak lainnya, sedangkan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. Kontrak prestasinya dapat berupa kewajiban pihak lain, tetapi juga pemenuhan suatu syarat potestatif (imbalan).

(40)

31

Salim H.S. memaparkan jenis perjanjian dengan cara yang sedikit berbeda dibandingkan dengan para sarjana diatas. Salim H.S di dalam bukunya menyebutkan bahwa jenis perjanjian adalah:45

a. Perjanjian menurut Sumber Hukumnya

Perjanjian berdasarkan sumber hukumnya merupakan penggolangan yang didasarkan pada tempt perjanjian itu ditemukan. Perjanjian dibagi jenis menjadi lima macam yaitu:

1. .Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti halnya perkawinan;

2. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban;

3. Perjanjian obligator, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban;

4. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara, yang disebut dengan bewijsovereenkomst;

5. Perjanjian yang bersumber dari hukum pubik, yang disebut dengan publieckrechtelijke overeenkomst;

b. Perjanjian Menurut Namanya

Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang tercantum didalam Pasal 1316 KUHPerdata dan Artikel 1355 NBW. Di dalam Pasal 1319 KUHPerdata dan 1355 NBW hanya disebutkan dua macam perjanjian menurut namanya, yaitu kontrak nominaat (bernama) danperjanjian innominaat (tidak bernama). Perjanjian Nominaat adalah perjanjian yang dikenal dalam

45 Salim H.S., Hukum Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2006, hlm. 27-32

(41)

KUHPerdata. Yang termasuk kedalam perjanjian Nominaat adalah jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam meminjam, pemberian kuasa, penanggung utang, perdamaian.

Sedangkan perjanjian innominaat adalah perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal dalam KUHPerdata. Termasuk dalam perjanjian innominaat adalah leasing, beli sewa, franchise, perjanjian rahim, joint venture,perjanjian karya, keagenaan, production sharing, dan lain-lain.

Vollmar mengemukakan pejanjian jenis yang ketiga antara bernama dan tidak bernama yaitu, perjanjian campuran. Perjanjian campuran yaitu perjanjian yang tidak hanya diliputi oleh ajaran umum (tentang perjanjian) sebagaimana yang terdapat dalam tittle I, II, dan IV karena kekhilafan, tittle yang terlahir ini (tittle IV) tidak disebut oleh pasal 1355 NBW, tetapi terdapat hal mana juga dan ketentuan-ketentuan khusus untuk sebagian menyimpang dari ketentuan umum.

Perjanjian campuran disebut juga dengan contractus sui generis, yaitu ketentuan-ketentuan yang mengenai perjanjian khusus yang dapat diterapkan secara analogi (Arrest HR 10 Desember 1936) atau orang menerapkan teori aborsi (absorptietheorie), artinya diterapkan lah peraturan perundang-undangan dari perjanjian, dalam peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa yang palimg menonjol.

c. Perjanjian menurut Bentuknya

Di dalam KUHPerdata, tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk perjanjian. Namun apabila kita menelaah berbagai ketentuan yang tercantum

(42)

33

dalam KUHPerdata maka perjanjian menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua yaitu, perjanjian lisan dan tertulis. Perjanjian lisan adalah yang dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan para pihak (Pasal 1320 KUHPerdata).

Perjanjian tertulis merupakan perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Hal ini dapat kita lihat dalam perjanjian hibah yang harus dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUHPerdata). Perjanjian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk akta dibawah tangan dan akta autentik.

Akta autentik terdiri dari akta pejabat dan akta para pihak. Akta yang dibuat oleh notaris itu merupakan akta pejabat. Disamping itu dikenal juga pembagian menurut bentuknya yang lain, yaitu perjanjian standar. Perjanjian standar merupakan perjanjian yang telah dituangkan dalam bentuk formulir.

d. Perjanjian Timbal Balik

Penggolongan ini dilihat dari hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian timbal balik merupakan perjanjia yang dilakukan para pihak menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban pokok seperti pada jual beli dan sewa menyewa.

Perjanjian timbal balik ini dibagi dua macam, yaitu balik tidak sempurna dan yang sepihak.

1) Perjanjian timbal balik tidak sempurna menimbulkan kewajiban pokok bagi satu pihak, sedangkan lainnya wajib melakukan sesuatu. Disini tanpa ada prestasi-prestasi seimbang satu sama lain. Misalnya, si penerima pesan santiasa berkewajiban untuk melaksanakan pesan yang dikenakan atas pundaknya oleh orang pemberi pesan. Apabila si penerima pesan melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut telah

(43)

mengeluarkan biaya-biaya atau olehnya telah diperjanjikan upah, maka pemberi pesan harus menggantikannya.

2) Perjanjian sepihak merupakan perjanjian yang selalu menibulkan kewajiban-kewajiban hanya bagi satu pihak. Tipe perjanjian ini adalah perjanjian mengganti. Pentingnya perbedaan disini adalah dalam rangka pembubaran perjanjian.

Menurut Dr. Rudi Haposan Siahaan, SH, SpN, Mkn perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara. Pembedaan tersebut adalah sebagai berikut:46

1. Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli.

2. Perjanjian Cuma-Cuma dan Pejanjian Atas Beban

Pasal 1314 KUHPerdata: “Suatu Pejanjian dibuat dengan Cuma-Cuma atau atas beban. Suatu persetujuan dengan cuma-cuma adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri”.

Suatu persetujuan atas beban adalah suatu persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu”.

Perjanjian Cuma-Cuma adalah perjanjian yang memberi keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah.

46 Dr. Rudy Haposan Siahaan, Hukum Perikatan Indonesia, Malang, Inteligensia Media, 2017, hlm, 61

(44)

35

1. Perjanjian Atas Beban

Perajanjian atas beban adalah perjanjian atas prestasi dari pihak yang satu terdapat kotrak prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.

2. Perjanjian Bernama (benoemd, specifed)

Perjanjian bernama (khusus) adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.

Perjanjian bernama ini terdapat dalam Bab V s/d XVIII KUHPerdata. Misalnya : perjanjian sewa menyewa (pasal 1548 KUHPerdata).

3. Perjanjian Tidak Bernama (onbenoemd, unspecified)

Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur daalm KUHPerdata, tetapi terdapat dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas. Lahirnya perjanjian ini adalah berdasarkan asas kebebasan mengadakan perjanjian atau perikatan otonomi yang berlaku dalam hukum perjanjian. Salah satu contoh dari perjanjian adalah perjanjian sewa beli.

4. Perjanjian obligator

Perjanjian obligator adalh perjanjian antara pihak-pihak yang sepakat mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain (perjanjian yang menimbulkan perikatan). Menurut KUHPerdata, perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli. Untuk berahlinya milik atas bendanya masih diperlukan satu lembaga lain, yaitu penyerahan. Perjanjian belinya itu dinamakan perjanjian obligatoir karena

(45)

membebankan kewajiban (obligatoir) kepada para pihak untuk melakukan penyerahan (ievering). Penyerahannya sendiri merupakan perjanjian kebendaan.

5. Perjanjian Kebendaan (zakelijke overeenkomst)

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain (levering, transfer). Penyerahan itu sendiri merupakan perjanjian kebendaan.

Dalam hal perjanjian jual beli benda tetap, maka perjanjian jual beli disebutkan juga perjanjian jual beli sementara (voorloping koopcontract). Untuk perjanjian jual beli benda-bendan bergerak, maka perjanjian obligatoir dan perjanjian kebendaannya jauh bersamaan.

6. Perjanjian Konsensual

Perjanjian konsensual adalah perjanjian di antara kedua belah pihak yanng tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUHPerdata perjanjian ini sudah mempunyai kekeuatan mengikat (pasal 1338 KUHPerdata).

7. Perjanjian Rill

Dalam KUHPerdata ada juga perjanjian-perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang. Misalnya perjanjian penitipan barang (pasal 1694 KUHPerdata), pinjam pakai (pasal 1740 KUHPerdata). Perjannjian yang terakhir ini dinamakan perjanjian rill yang merupakan peninggalan hukum romawi.

(46)

37

8. Perjanjian Liberatoir

Perjanjian Liberatoir adalah perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang (kwijschelding) pasal 1438 KUHPerdata.

9. Perjanjian Pembuktian

Perjanjian pembuktian adalah perjanjian antara pihak untuk menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.

10. Perjanjian Untung-Untungan

Perjanjian Untung-Untungan adalah perjanjian yang objeknya ditentukan kemudian, misalnya perjanjian asuransi, pasal 1774 KUHPerdata.

11. Perjanjian Publik

Perjanjian publik adalah perjanjian yang sebagian atau seleruhnya dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa (pemerintah), dan pihak lainnya swasta. Diantara keduanya terdapat hubungan atasan dengan bawahan, jika tidak berada dalam kedudukan yang sama. Misalnya perjanjian ikatan dinas dan perjanjian pengadaan barang pemerintah (Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1984).

12. Perjanjian Campuran

Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian. Misalnya, pemillik hotel yang mnyewakan kamar (sewa-menyewa), tetapi menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan. Terhadap perjanjian campuran ini ada berbagai paham, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Kelemahan dalam pasal ini adalah, tidak disebutkannya bentuk perjudian apa yang diperbolehkan tersebut, ataukah sama bentuk perjudian sebagaimana yang

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Kelompok yang terorganisir yang dijelaskan dalam penjelasan Undang-undang No.21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan tindak pidana perdagangan orang Pasal 16 bahwa yang

Dari data hasil penelitian pada siklus I pertemuan ke 2 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pengajaran berbasis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata

Dalam perkara ini, perbuatan terdakwa didakwa dengan dakwaan pertama yaitu dalam Pasal 120 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana pengawasan sebagai sarana penegakan hukum dalam Hukum Administrasi Negara, Bagaimana tugas pokok dan

73 Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Revisi , Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004, hal 77.. regulasi-regulasi yang relevan untuk