• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KAJIAN TENTANG KEDUDUKAN KOPERASI KREDIT

A. Sejarah Koperasi Pada Umumnya Dan Kedudukan Hukum

1. Sejarah Koperasi Pada Umumnya

Sejarah awal berdirinya koperasi yang diceritakan dalam buku ini sesuai dengan perhitungan angka tahun jadi jualnya berbeda dengan yang di cerikan buku buku lain yang menceritakan sejarah koperasi.56 Perbedaan–perbedaan itu terutama dikaitkan dengan koperasi jenis apa yang berdiri pertama kali dinegara mana, oleh siapa, dan dalam situasi, dan kondsi apa yang terjadi dinegara yang bersangkutan.

Banyak literatur yang sangat tegas menyatakan bahwa koperasi yang pertama berdiri adalah koperasi Rochdale, dinegara inggris dan tegas sekali dinyatakan bahwa koperasi Rochdale itu didirikan oleh Robert-Owen. Tatapi, ada pula literatur yang mungkin untuk mengindari kesimpangsiuran memilih untuk tidak mengungkapkan apapun yang mengenai hal-hal tersebut.

Secara faktor, timbulnya koperasi itu terutama disebabkan antara lain karena kesukaran dalam mencukupi kebutuhan hidup karena terjadi perbedaan penghasilan untuk menunjang hidup. Selain itu terjadi persaingan yang ketat

56 Andjar Pachita, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 26

55

dalam bidang ekonomi, ketidakpuasan kerja dan lain-lain kesukaran ekonomi, yang mengakibatkan timbulnya naluri untuk saling bersama-sama bersatu untuk dapat mencari jalan keluar untuk mengatasinya diantara orang-orang yang sama-sama senasip. Ini sekaligus menunjukkan pula kepada kita bahwa selain sifat sosial dan sifat kebersamaan, motif ekonomi motif utama didalam koperasi.

Sehingga, tidak lah naif jika kita memandang bahwa koperasi itu harus di kelola berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang murni dalam menjalankan fungsinya sebagai badan usaha yang eksis diera globalisasi ekonomi sekarang ini;

oleh karena itu, oraganisasi badan usaha koperasi tidak berbeda dalam menjalankan fungsinya dan kedudukannya dengan badan-badan usaha lain dalam hal menerapkan prinsip-prinsip ekonomi secara murni dalam menjalankan fungsi sosialnya secara modern.57

Menurut R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma sejarah koperasi pada umumnya adalah gerakan koperasi yang timbul karena adanya inspirasi dari pada pembaharu sosial pada abad ke-14 didaratan Eropa, dan dapat dicatat serta dikemukakan disini mereka yang berperan dalam mengembangkan koperasi, antara lain yaitu:58

a. Para Idealis

1) Francois Charles Fourier (1771-1837)

Dia adalah anak seorang pedangang bahan pakaian dari Prancis yang berpendapat bahwa untuk mengapus kemelaratan kaum miskin sebaiknya dibentuk suatu masyarakat bersama yang mempunyai kegiatan-kegiatan produksi,

57 Ibid hlm. 27

58 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 5

sosial dan pendidikan yang pemilihannya dilakukan secara bersama-sama. Teori ini diperaktekkan baik di Prancis sendiri maupun di USA, tetapi gagal.

2) Robert Owen (1771-1858)

Dia adalah seorang industrialis kaya raya dan berpikiran luas, yang menaruh perhatian terhadap kehidupan orang miskin. Dia berkeinginan untuk mengatasi kesulitan hidup yang di alami orang-orang dan ingin memberantas kemelaratan. Untuk dapat melaksakan idenya tersebut adalah dengan jalan membentuk suatu masyarakat yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dengan cara bekerjasama dalam satu atap dan sebagainya. Untuk itu maka masyarakat harus mampu berdikari atau mencukupi kebutuhannya sendiri, dan tidak berat usaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tersebut adalah usaha dibidang pertanian. Usaha atau ide Robert Owen ini pernah diperaktekkan di Indiana (USA) dengan nama New Harmony, tetapi gagal.

3) William King

Dia adalah seorang dokter dari Inggris yang bercita-cita ingin mengatasi kemelaratan dengan cara yang didasari pada usaha mereka sendiri (berdikari) dan bersatu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya. Ide ini mirip dengan ide dari Robert Owen, dan ide William King ini merupakan landasan dari pertumbuhan Koperasi Komsumsi. Selain dari Robert Owen maka banyak pihak yang menganggap bawah William King ini adalah yang dijuluki sebagai bapak Koperasi.

57

4) Louis Blance (1811-1882)

Dia adalah seorag pemikir dari prancis yang bercita-cita bahwa pekerja pabrik haruslah memiliki, mengontrol dan menjalankan pabriknya sendiri. Karena para pekerja itu kebanyakkan tidak memiliki keterampilan, maka dianjurkan agar pemerintah ikut campur tangan dalam pengembangannya dan kemudian menarik diri setelah pekerja tersebut dapat dan mampu mengerjakannya sendiri.59

Dari prancis ini dapat dicatat pula bahwa pada sekitar Tahun 1850, kaum buruh makin terdesak kehidupannya karena akibat adanya Revolusi Industri. Pada masa itu munculnya nama Ferdinand Lassalle, seorang politikus yang menaruh perhatian pada soal perkoperasian. Dia menganjurkan agar kaum buruh pun memiliki pabrik-pabrik seperti halnya para pengusaha industri pada waktu itu.

Anjurannya ini sangat ini mirip dengan anjuran Louis Blance. Dari anjuran/ide ini maka lahirlah koperasi-koperasi produksi yang pertama, yang didirikan dan dipimpin oleh kaum buruh sendiri.

Dari ajaran / ide para tokoh idealis dalam pengembangan koperasi pada abad ke-14 terlihat adanya beberapa kesamaan konsep pemikiran dalam hal mengatasi kemiskinan, kemelaratan dan sebagainya. Kemiskinan, kemelaratan dan sebagainya ini biasanya adalah milik masyarakat kecil atau rakyat kecil.

Kesamaan konsep pemikiran para tokoh tersebut dalam mengatasi kemiskinan dan kemelaratan adalah mereka masyarakat / rakyat kecil harus bekerja bersama-sama dan berswadaya menuju kepada swasembada. Ciri ini adalah merupakan ciri

59 Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi pada Umumnya dan Koperasi Indonesia di dalam Perkembangan, Yogyakarta: TPK Gunung Mulia, 1986, hlm. 41

koperasi yang sampai saat ini tetap relevan untuk pengembangan suatu koperasi yang ideal.

b. Para Praktikus

Para praktikus juga merupakan tokoh yang mempunyai peran besar dalam mengembangkan koperasi pada umumnya. Di antara mereka ini dapat dikemukakan di sini antara lain60:

1) N.V.S. Grundtwing (1783 – 1872)

Dia seorang teolog dari Denmark, jasa dan buah pikirannya yang terkenal adalah dalam mendirikan dan memimpin Sekolah Tinggi Rakyat, yang merupakan pendorong sikap antusiasme rakyat pada waktu itu terhadap koperasi.

2) Herman Schulze Celitzsch (1808 – 1883)

Dia adalah seorang Hakim berkembangsaan Jerman yang mencurahkan perhatiannya dalam bidang perkoperasikan. Puncak kariernya pada kurang lebih tahun 1849 – 1850 di mana dia merintis koperasi simpan pinjam. Dia bergerak dikalangan para usaha golangan ekonomi lemah dan pedagang kecil di kota-kota.

Perhatiannya yang besar dibidang perkoperasian ini disebabkan karena dia sangat tertarik untuk membantu pengangkat derajat hidup, terutama perbaikan nasip para usaha kecil golongan ekonomi lemah. Koperasi yang dia rintis ini merupakan koperasi yang melekkan dasar-dasar bekerja untuk koperasi kredit. Koperasi ini berkembang dengan baik didaerah urban, atau daerah pikiran kota.

60 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 9

59

3) Freiderich William Raiffeisen (1818-1888)

Dia adalah seorang walikota berkembangsaan Jerman yang menaruh perhatian dibidang Perkoperasian. Ketika dia menjabat sebagai walikota, dia melihat keadaan perekonomian yang sangat buruk waktu itu. Sehingga sebagai seorang pamongpraja dia mencoba merintis dan mengembangkan gagasan untuk mendirikan koperasi kredit bagi kaum petani. Koperasi kredit pertama lahir di Jerman pada sekitar tahun 1848 adalah atas prakarsa dari F.W Raiffeisen ini.

Koperasi ini kemudian berkembang menjadi Koperasi Union dan Bank Rakyat.

4) Alphonse Desjardius (1854 – 1921)

Dia adalah seorang yang berkebangsaan Kanada yang mengembangkan koperasi kredit ke Amerika. Meskipun demikian, pengetahuannya tentang perkoperasian yang dia miliki dia dapatkan dari pengetahuannya tentang koperasi kredit dari Eropa daratan.

c. Para Ilmuwan

Disamping para idealis dan para praktikus yang berjasa dalam mengembangkan koperasi, terdapat pula para ilmuwan yang turut pula mengembangkan koperasi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Mereka ini berjasa dalam meletakkan dasar-dasar keilmuwan pada koperasi, dan mereka ini antara lain adalah61 :

1) Ivan Emelianaft (1880-1900)

Dia adalah seorang Rusia yang kemudian melarikan diri ke Amerika Serikat. Di sana dia memperoleh gelar doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi.

61 Ibid, hlm. 11

Bukunya yang terkenal dan menyebabkan dia memperoleh gelar Doktor adalah Economic Theory of Cooperation, adalah merupakan buku teori koperasi yang paling terkenal.

2) Paul Lambert

Dia juga seorang aktifis koperasi pada zamannya. Tulisannya tentang falsafah koperasi membuat namanya terkenal di dalam soal perkopersian. Buku ciptaannya yangh terkenal adalah Studies in the Social Philosophy of Cooperation.

Mengenai sejarah perkembangan koperasi di indonesia ini dapat dilihat dalam tiga masa periode, yaitu periode penjajahan belanda, periode pendudukan Jepang, dan periode kemerdekaan. Untuk lebih jelasnya maka berikut ini akan diuraikan satu per satu dari masa periode tersebut.

a. Periode Penjajahan Belanda 1. Masa tahun 1896-1908

Masa ini merupakan titik awal dikenalnya koperasi di bumi Indonesia ini. Pada tahun 1896 ada seorang patih pamongpraja bernama R. Aria Wiria Atmadja di Purwokerto yang merintis mendirikan suatu Bank Simpanan (Hulp Spaarbank) untuk menolong pegawai negeri (kaum priyayi) yang terjerat tindakan dalam soal ribah dari kaum lintah darat. Usahanya ini mendapat bantuan dari seoranng asisten presiden Belanda yang bertugas di purwokerto yang bernama E. Sieburgh. Pada Tahun 1898 ide R. Aria Wiria Atmadja ini diperluas oleh De Walff Van Westerrode sebagai pengganti E. Sieburgh. Tetapi cita-cita dan ide dari R. Aria Wiria Atmadja ini tidak dapat berlanjut, karena mendapat

61

rintangan atau hambatan sebagai kegiatan dari politik Pemerintah Penjajah waktu itu.

Tindakan politik pemerintah penjajah yang merintanngi usaha R. Aria Wiria Atmadja pada waktu itu, dapat dibuktikan di sini dengan didirikannya Algemene Nallescrediet Bank, Rumah Gadai, Bank Desa (sekarang menjadi BRI), dan sebagainya.

Adapun tidak terlaksananya pembentukan koperasi pada waktu itu, dapat disimpulkan di sini karena beberapa sebab antara lain62:

a. Belum adanya instansi Pemerintah maupun bdan Non Pemerintah yang memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi. Pemerintah sendiri waktu itu bahkan menghalang-halangi.

b. Ide koperasi hanya muncul dari segelintir orang yang tidak mendapat dukungan secara luas dari masyarakat.

c. Pemerintah Penjajah Belanda tidak memberikan dukungan untuk pertumbuhan koperasi di masyarakat, karena meraka takut koperasi akan digunakan oleh kaum pejuang untuk tujuan yang dapat membahayakan Pemerintah Penjajah.

d. Karena belum adanya Undang-Undang tentang Perkoperasian.

2. Masa tahun 1908-1927

Bersamaan dengan lahirnya Kebangkitan Nasional, tepatnya para antara tahun 1908-1913, Boedi Oetomo mencoba memajukan Koperasi-koperasi Rumah Tangga, Koperasi Toko, yang kemudian menjadi Koperasi Komsumsi yang di

62 Nindyo Pramono, Op.cit, hlm. 51

dalam perkembangan kemudian menjadi Koperasi Batik. Pada tahun 1915 inilah lahir Undang-Undang Koperasi yang pertama kali di negara jajahan Hindia Belanda, yang di sebut sebaga verordening op de cooperatieve Verenegingen (Koninklijk Besluit, 7 April 1915, Stb. 431). Undang-Undang ini konkordan dengan Undang-Undang Koperasi Belanda tahun 1876, dan Undang-Undang Koperasi tahun 1915 ini berlaku bagi semua golongan rakyat pada waktu itu.63

Munculnya Undang Koperasi yang konkordan dengan Undang-Undang Koperasi Belanda tahun 1876 ini, mengakibatkan perkembangan koperasi di Hindia Belanda justru makin menurun. Ini disebabkan karena peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Penjajah pada waktu itu memang tidak cocok dengan corak kehidupan rakyat.

Dengan Undang-Undanng Koperasi tahun 1915, Stb. 431 ini, rakyat tidak mungkin dapat mendirikan koperasi, karena64:

a. Harus mendapat izin dari Gubernur Jenderal.

b. Harus dibuat dengan Akta Notaris dalam Bahasa Belanda.

c. Membayar bea materai sebesar 50 gulden.

d. Hak tanah harus muurut Hukum Eropa

e. Harus di umumkan di Javasche Courant, yang biayanya cukup tinggi.

Melihat ketentuan-ketentuan seperti tersebut, dapat disimpulkan bahwa peraturan itu sengaja di terapkan untuk menghambat laju pertumbuhan koperasi di Indoneisa (Hindia Belanda). Pemerintah Belanda dengan politiknya pada waktu

63 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 17

64 Arifinal Chaniago, dkk, Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung: Angkasa, 1973, hlm. 55-56

63

itu, tidak menghendaki koperasi berkembang karena khawatir jika dipakai sebagai perjuangan rakyat menentang Pemerintah Penjajah / Belanda.

Munculnya Undang-Undang Koperasi tahun 1951, stb. 431 tanggal 7 April 1915 tersebut kemudian mendapat tantangan keras dari para pemuka masyarakat Indonesia, khususnya dari kaum Gerakan Nasional. Akhirnya pada tahun 1920 Pemerintah Belanda membentuk suatu Komisi atau Panitia Koperasi, atas desakan keras dari para pemuka rakyat. Komisi ini di pimpin oleh Prof.DR.J.H. Boeke dimana di dalam komisi ini duduk pula beberapa wakil Pemuda Pejuang Indonesia. Komisi atau Panitia Koperasi ini bertugas untuk:

a) Mempelajari apakah bentuk koperasi itu sesuai dengan kopeasi Indonesia atau tidak.

b) Mempelajari dan menyiapkan cara-cara memperkembangkan koperasi, jika koperasi di pandang cocok untuk rakyat Indonesia.

c) Menyiapkan Undang-Undnag Koperasi yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

Isi Undang-Undang Koperasi Tahun 1927 tersebut antara lain:

a. Akte pendirian tidak perlu Notaril, cuku di daftarkan pada Penasihat Urusan Kredit Rakyat dan Koperasi, dan dapat di tulis dalam Bahasa Daerah.

b. Bea materainya cukup 3 gulden

c. Dapat memiliki hak tanah menurut Hukum Adat d. Hanya berlaku bagi golongan Bumi Putera.

3. Masa tahun 1927-1942

Dengan keluarnya Undang-Undang Koperasi tahun 1927 (Stb. 1927-91) yaitu Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenegingen, koperasi di Indonesia mulai bangkit dan berkembang lagi. Selain koperasi-koperasi lama yang di rintis oleh Boedi Oetomo, Serikat Islam, Partai Nasional Indonesia, maka bermunculanlah koperasi-koperasi lainnya seperti: Koperasi Perikanan, Koperasi Kredit, dan Koperasi Kerajinan.

Adapun yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada waktu itu adalah:

a. Adanya Undang-Undang Koperasi Pada tahun 1927 (Stb. 1927-91)yang di peruntukkan khusus bagi golongan Boemi Poetra.

b. Adanya Jawatan Koperasi yang dibentuk sejak tahun 1930 (pimpinan Prof.DR.H.J.Boeke), di dalam lingkungan Depatement Dalam Negeri.

Namun demikian, perkembangan koperasi ini mundur karena mendapat saingan berat dari kaum pedangan yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda.

Selanjutnya pada tahun Jawatan Koperasi yang berada dibawah Departement Ekonomi, diperluas ruang lingkupnya menjadi Jawatan Koperasi dan Perdagangan dalam negeri. Hal ini di sebabkan karena koperasi pada waktu itu belum mampu untuk mandiri, sehingga Pemerintah Penjajah menaruh perhatian dengan perlu memberikan bimbingan, penyuluhan, pengarahan dan sebagainya tentang bagaimana cara koperasi dapat memperoleh barang dan memasarkan hasilnya. Perhatian yang diberikan oleh Perintah Penjajah tersebut dimaksudkan

65

agar koperasi dapat bangkit dan berkembang serta mampu mengatasi dirinya sendiri.

a. Periode Penduduk Jepang (Masa tahun 1942-1945)

Sejak Balatentara Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, peranan koperasi menjadi berubah lagi. Koperasi yang mencirikan demokrasi sudah tidak ada lagi, karena oleh Blatentara Jepang sebagai penguasa pada waktu itu, koperasi dijadikan alat sebagai pendistribusian barang-barang keperluan tentara Jepang.

Koperasi-koperasi yang kemudian diubah menjadi Kumuai, yang berfungsi sebagai pengumpul barang-barang keperluan perang.65 Pada masa ini, koperasi tidak mengalami perkembangan bahkan semakin hancur. Hal ini di sebabkan karena adanya ketentuan dari Penguasa Jepang bahwa untuk mendirikan koperasi harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat, dan biasanya izin tersebut sangat di persulit.

b. Periode Kemerdekaan 1. Masa tahun 11945-1958

Sejak di proklamiskan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan sehari kemudian Undang-Undang Dasar di sahkan, maka timbul semangat untuk mendirikan koperasi. Kerena koperasi sudah mendapat landasan Hukum yang kuat didalam UUD 1945, yaitu pasal 33 ayat (1) beserta penjelasannya.

Karena koperasi sudah mendapat landasan hukum yang kuat dan merupakan bentuk organisasi ekonomi yang sesuai jiwa kekeluargaan rakyat

65 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Op. Cit, hlm. 20

Indonesia, maka Gerakan Koperasi seluruh Indonesia mengadakan konggres yang pertama pada tanggal 12 juli 1947di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari beberapa keputusan penting yang di ambil da;lam konggres tersebut, salah satunya adalah menetapan bahwa tanggal 12 juli di jadikan sebagai Hari Koperasi, yang bermakna sebagai hari bertekad dari seluruh bangsa Indonesia untuk melaksankan kegiatan perekonomian melalui koperasi.

Pada tahun 1953, Gerakan Koperasi Indonesia mengadakan konggres ke dua, di mana salah satu keputusannya adalah menetapkan dan mengangkat DR.

M. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.66

Kemudian pada tahun 1958 Pemerintah mulai mengundangkan Undang-Undang Koperasi Nomor 79 Tahun 1958. Dengan di keluarkannya UU Koperasi Nomor 79 Tahun 11958 ini maka peraturan koperasi tahun 1933 (Stb.1933-108) dan peraturan koperasi tahun (Stb. 1949-179) dinyatakan di cabut.

2. Masa tahun 1958 – 1965

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 yang berdasarkan pada ketentuan Pasal 38 UUDS 1950, koperasi semakin maju dan berkembang, serta tumbuh dimana-mana.

Jabatan Koperasi langsung bertanggungjawab atas perkembangan Koperasi Indonesia. Segala jenis tugas dang fungsi Pemerintah dalam perekonomian dan pengkoperasian, disalurkan melalui Jabatan Koperasi baik dari pusat sampai ke daerah-daerah.

66 Ibid, hlm. 22

67

Adapun tugas dari Jabatan Koperasi tersebut antara lain adalah67: a. Menumbuhkan organisasi koperasi dalam segala sektor perekonomian.

b. Mengadakan pengamatan dan bimbingan terhadap koperasi.

c. Memberi bantuan baik moril maupun materil.

d. Mendaftar dan memberi pengesahan Status Badan Hukum Koperasi.

Besarnya perhatian Pemrintah terhadap pekembangan Koperasi pada waktu itu, berdampak pada ketergantungan koperasi terhadap bantuan Pemerintah.

Pengurus koperasi terbiasa hanya mengharapkan datangnya bantuan atau distribusi barang dari Pemerintah. Koperasi mulai dijadikan alat perjuangan politik bagi kelompok kekuatan tertentu. Akibatnya, koperasi menjadi kehilangan kemurniannya sebagai sendi dasar koperasi yang tidak mengenal perbedaan gologan, agama dan ras/suku tidak murni lagi.

Pada tanggal 2 sampai dengan tanggal 10 Agustus tahun 1965, diselenggarakanlah Munas II yang kemudian melahirkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tantang Pokok-Pokok Perkoperasian68.

Namun sayangnya dalam Undang-Undang ini pun masih terdapat unsur-unsur politik yang masuk di dalam koperasi, artinya koperasi masih tetap menjadi alat perjuangan dari partai-partai politik yang menguasainya. Akibatnya, anggota menjadi kehilangan kepercayaan kepada Pengurus, karena pengurus tidak lebih hanya seperti motor yang bergerak atas kendali dari kekeuatan Partai Politik yang menguasai koperasi.

67 Ibid, hlm. 23

68 Ibid, hlm. 25

3. Masa tahun 1966-1978

Pemerintah Orde baru bertekad untuk mengembalikan citra koperasi sesuai kehendak pasal 33 UUD 1945. Dalam pada itu terbentuklah Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), dimana salah satu ketetapannya yang tinggi adalah Tap. MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Peranan Koperasi dalam Bab V, Pasal 42 dan Pasal 43 Tap MPRS tersebut.

Beberapa keputusan penting telah di hasilkan dalam Munas tersebut, yang antara lain menetapkan69:

a. Menolah dan membatalkan semua keputusan dan hasil Munas koerasi lainnya, yang diselenggarakan pada tahun 1961 (Munas I) dan pada tahun 1965 (Munas II)

b. Menyampaikan penghargaan dan terimakasih sebesar-besarnya kepda Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Pada tahun 1969-1970, koperasi telah siap memasuki tahap-tahap pembangunan lima tahun pertama. Dalam tahap pembangunan lima tahun pertama ini, pemerintah telah mendirikan:

a. Pusat Latihan Penataran Koperasi (Puslatpenkop) di Jakarta.

b. Balai Latihan Perkoperasian (Balatkop) di setiap provinsi, sebagai tempat pendidikan dan latihan keterampilan bagi para anggota koperasi, pengurus, badan pemeriksa, manajer, karyawan dan bahkan

69 Ibid, hlm. 26

69

terhadap calon-calon anggota koperasi pun dapat mengikuti pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh Balatkop ini.

c. Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) didirikan di Jakarta, dengan kegiatan ditiap-tiap provinsi dalam membantu permodalan koperasi dengan cara menjadi penanggung-penangung koperasi atas pinjaman yang diperoleh koperasi-koperasi tersebut dari Bank pemerintah.

d. Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa

Pada awal BUUD/KUD ini merupakan penyatuan (amalagamasi) dari koperasi kecil yang banyaknya pada akhir tahun 1967, menjadi koperasi-koperasi yang dapat berkerja dalam scope yang lebih besar.

Selajutnya pada tahun 1978, Pemerintah mengeluarkan Intruksi Presiden No. 2 Tahun 1978 tentang Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa (BUUD/KUD). Maka sejak itulah BUUD yang semula merupakan bentuk antara untuk dilebur menjadi KUD, dipisahkan dari struktur KUD. BUUD tidak lagi merupakan lembaga ekonomi yang berbentuk koperasi seperti diatur dalam Inpres No. 4 Tahun 1973, tetapi berfungsi sebagai lembaga pembimbing, pendorong dan pelapor pengembangan, serta pembinaan KUD, mempunyai wilayah kerja yang sama juga dengan wilayah kerja KUD yaitu meliputi beberapa desa dalam satu kecamatan.

4. Masa tahun 1992 sampai sekarang

Pada tahun 1949 pemerintah Indonesia mengganti UU No.91 Tahun 1927 dengan UU No. 179 Tahun 1949 yang pada hakekatnya adalah penterjemahan UU

No. 21 Tahun 1927. Pada tahun 1958 pemerintah mengeluarkan UU No. 79 Tahun 1958 dan mencabut UU No. 179 Tahun 1949. UU No. 79 ini adalah undang-undang yang dibuat berdasarkan UUDS pasal 38 (kemudian menjadi UUD 1945 pasal 33).Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 pemerintah mengeluarkan PP No. 60 Tahun 1959 untuk menyesuaikan fungsi UU No. 79 Tahun 1958 dengan haluan pemerintah dalam rangka melaksanakan demokrasi ekonomi terpimpin. Pada tahun 1965 pemerintah mengganti PP No. 60 Tahun 1959 dengan UU No. 14 Tahun 1965. Undang-undang baru ini sangat dipengaruhi oleh konsep pemikiran komunisme. Hal ini tampak dari konsepsi dan aktivitas koperasi yang harus mencerminkan gotong-royong berporos NASAKOM. UU No. 14 Tahun 1965 hanya bertahan dua bulan karena setelah itu terjadi peristiwa G-30 S/PKI dan lahirnya Orde Baru.

Setelah dua tahun koperasi dikembangkan tanpa undang-undang, karena pengganti undang-undang yang lama belum ada, maka pada tahun 1967 pemerintah mengeluarkan UU No. 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian. Pada tahun 1992 pemerintah mencabut UU No. 12 Tahun 1967 karena dianggap sudah tidak relevan lagi dan mengeluarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

Undang-Undang ini kemudian berlaku sampai sekarang.70 Pengembangan dan pemberdayaan koperasi nasional dalam kebijakan pemerintah selayaknya mencerminkan nilai dan prinsip perkoperasian sebagai wadah usaha bersama

70 http://lpkumkm-kepri.blogspot.com/2011/07/sejarah-undang-undang-koperasi.html, diakses selasa 02 April 2019 Pukul 13.40 Wib.

71

untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Dengan dasar itulah. Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan mendorong percepatan

untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Dengan dasar itulah. Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan mendorong percepatan

Dokumen terkait