• Tidak ada hasil yang ditemukan

FM.

BAB IV Analisis hasil penelitian, meliputi: manajemen RAS FM saat non komersial, proses transformasi RAS FM dari radio non komersial menjadi radio komersial, manajemen RAS FM setelah menjadi radio komersial.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Radio Komersial dan Radio Non Komersial

Pada masa reformasi antara tahun 1997-2002, UU Penyiaran mengalami perubahan. Berdasarkan UU No. 32/2002 tentang Penyiaran tertulis bahwa lembaga penyiaran radio di Indonesia terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran komersial, lembaga penyiaran komunitas, dan lembaga penyiaran berlangganan.17

Lembaga penyiaran komersial adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya khusus menyelenggarakan siaran radio. Lembaga ini harus didirikan oleh warga negara Indonesia, dengan modal sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia.18

Pelaksanaan penyiaran secara komersial dilakukan oleh suatu organisasi atau lembaga milik swasta. Oleh karena itu, munculah kemudian pengelola-pengelola radio siaran dari pihak swasta yang tergabung dalam suatu organisasi Perssatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).

Radio-radio yang berdiri sendiri atau swasta, badan usahanya berbentuk badan hukum seperti perseroan terbatas (PT). Kelangsungan hidupnya tergantung dari kepandaian mengatur dan mengelola siarannya, dalam mendulang pendapatan melalui iklan. Itu sebabnya radio siaran swasta bersifat komersial dengan memperhitungkan rugi laba bagi perusahaannya.

17

Sudirman Tebba. Hukum Media Massa Nasional. h 96. 18

Drs Totok Djuroto, Msi. Mengelola Radio Siaran Mendulang Untung dari Bisnis Informasi dan Hiburan. h 171.

Bisnis media termasuk medium radio siaran sekarang ini bisa tumbuh dengan subur, karena manusia dalam melaksanakan hajat hidupnya membutuhkan media untuk memperoleh informasi sekaligus untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Di sisi lain media massa menyediakan dan bahkan menjual informasi tersebut.

Maxwell E Mc Combs dan Lee B Becker dalam bukunya Using Mass Communications Theory menyebut ada tujuh sebab mengapa manusia membutuhkan media massa:

1. Untuk mengetahui apa yang penting dan perlu baginya.

2. Untuk membantunya mengambil keputusan (media jadi bahan rujukan sebelum mengambil keputusan).

3. Untuk memperoleh informasi sebagai bahan pembahasan. 4. Memberikan perasaan ikut serta dalam kejadian.

5. Memberikan penguatan atas pendapatnya.

6. Mencari konfirmasi atas keputusan yang diambilnya. 7. Memperoleh relaksasi dan hiburan.19

Sedangkan sebutan untuk lembaga penyiaran non komersial sebenarnya ditujukan kepada lembaga penyiaran yang tidak diperbolehkan bersifat komersial atau dilarang menyiarkan iklan untuk mendapatkan profit, yaitu lembaga penyiaran publik dan lembaga penyiaran komunitas.

Lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat, yaitu Radio Republik Indonesia yang stasiun pusat penyiarannya berada di ibu kota Negara Republik Indonesia.20

19

Ibid. h 171. 20

RRI adalah radio yang resmi menyuarakan kepentingan dan kebijakan pemerintah. Untuk mencukupi kebutuhan pengelolaan siarannya, biaya operasional RRI menjadi tanggungan pemerintah.

Lembaga penyiaran komunitas adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Lembaga penyiaran komunitas merupakan komunitas nonpartisan tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan komunitas internasional. Lembaga penyiaran komunitas dilarang melakukan siaran siaran iklan atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan masyarakat.21

B. Peraturan dan Perundangan Radio Siaran

Sejarah mencatat, radio siaran di Indonesia berangkat dari sekedar hobi. Karena hobi ini menyangkut frekuensi siaran yang terkait dengan hubungan internasional, maka pemerintah mau tidak mau harus membuatkan rule and regulations.

Bermula dari dibentuk pertama kalinya Undang-Undang Penyiaran di tahun 1960, yang dikenal dengan sebutan masa penertiban, Undang-Undang Penyiaran senantiasa mengalami perombakan isi mengikuti lingkungan yang semakin kompleks. Lahirlah kemudian peraturan yang mulanya berangkat demi penertiban, kemudian mengalami pembatasan, pengekangan, dan pada akhirnya mendapatkan suatu perubahan.22

Berikut ini sederet peraturan dan perundangan yang mengikat perkembangan radio siaran di Indonesia.

21

Ibid. h 65. 22

1. Masa penertiban 1960 s.d. 1970

- UU No. 5/1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 6/1963 tentang Telekomunikasi.

- Peratuan pemerintah RI No. 55/1970 tentang Radio Siaran Non-Pemerintah

2. Masa Pengekangan 1971 s.d. 1996

- SK Menteri Perhubungan SK/25/T/1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pemberian Izin Radio Siaran oleh Menteri Perhubungan dalam Rangka Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Non-Pemerintah. - SK Menteri Penerangan RI No. 39/KEP/MENPEN/1971 tentang

Petunjuk-Petunjuk Umum tentang Kebijaksanaan Penyelenggaraan Acara serta Isi Siaran bagi Radio Siaran Non-Pemerintah

- SK Menteri Penerangn RI No. 24/KEP.MENPEN/1978 tentang Perubahan atas Pasal-Pasal dalam Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No. 39/KEP/MENPEN/1971.

- SK Menteri Penerangan RI No. 226/KEPMEN/1984 tentang Penyempurnaan Pasal-Pasal dalam SK Menteri Penerangan RI No. 24/KEP/MENPEN/1978.

- Instruksi Dirjen Radio–TV–Film No.

09/INSTRK/DIRJEN/RTF/1978 tentang Penyelenggaraan Siaran oleh Radio-Radio Siaran Non-RRI.

- Instruksi Dirjen Pos dan Telekomunikasi No. 3/DIRJEN/1978 tentang Penertiban Penyelenggaraan Radio Siaran Non-Pemerintah.

- Instruksi Dirjen RTF No. 01/INST/DIRJEN/RTF/1985 tentang Penyelenggaraan Siaran oleh Radio-Radio Siaran Non-RRI.

3. Masa Reformasi

- UU No. 24/1997 tentang Penyiaran. - UU No. 36/1999 tentang Telekomunikasi. - UU No. 32/2002 tentang Penyiaran.23

UU No. 32 yang keluar pada tahun 2002 menjadi UU acuan baru tentang Penyiaran. Diantaranya peraturan melakukan kegiatan penyiaran bagi lembaga penyiaran swasta atau komersial. Berikut beberapa pasal dari UU No. 32/2002 tentang Penyiaran yang berhubungan dengan persyaratan sebuah lembaga penyiaran komersial.

- Pada Bab III pasal 31, tentang Penyelenggaraan Penyiaran

(1) Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal.

(3) Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas. - Pasal 32, tentang Rencana Dasar Teknik Penyiaran dan Persyaratan Teknis

Perangkat Penyiaran

(1) Setiap pendirian dan penyelenggaraan penyiaran wajib memenuhi ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran.

23

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun lebih lanjut oleh KPI bersama Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Pasal 33, tentang Perizinan

(1) Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran.

(2) Permohonan izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, format siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

(3) Pemberian izin penyelenggaraan penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan minat, kepentingan dan kenyamanan publik.

(4) Izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh Negara setelah memperoleh:

a. masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI;

b. rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI;

c. hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk perizinan antara KPI dan Pemerintahan; dan

d. izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh Pemerintah atas usul KPI.

(5) Atas dasar hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf c, secara administratif izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh Negara melalui KPI.

(6) Izin penyelenggaraan dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran wajib diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ada kesepakatan dari forum rapat bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) huruf c.

(7) Lembaga penyiaran wajib membayar izin penyelenggaraan penyiaran melalui kas Negara.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan perizinan penyelenggaaan penyiaran disusun oleh KPI bersama Pemerintah. - Pasal 34, lanjutan pasal 33

(1) Izin penyelenggaraan penyiaran diberikan sebagai berikut:

a. izin penyelenggaraan penyiaran radio diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;

b. izin penyelenggaraan penyiaran televisi diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun.

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b masing-masing dapat diperpanjang.

(3) Sebelum memperoleh izin tetap penyelenggaraan penyiaran, lembaga penyiaran radio wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 6 (enam) bulan dan untuk lembaga penyiaran televisi wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 1 (satu) tahun.

(4) Izin penyelenggaraan penyiaran dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain.

(5) Izin penyelenggaraan penyiaran dicabut karena:

a. tidak lulus masa uji coba siaran yang telah ditetapkan;

b. melanggar penggunaan spektrum frekuensi radio dan/atau wilayah jangkauan siaran yang ditetapkan;

c. tidak melakukan kegiatan siaran lebih dari 3 (tiga) bulan tanpa pemberitahuan kepada KPI;

d. dipindahtangankan kepada pihak lain;

e. melanggar ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat penyiaran; atau

f. melanggar ketentuan mengenai standar program siaran setelah adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.

(6) Izin penyelenggaraan penyiaran dinyatakan berakhir karena habis masa izin dan tidak diperpanjang kembali.

- Pasal 35, tentang Isi Siaran

Isi siaran harus sesuai dengan asas, tujuan, fungsi, dan arah siaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5. - Pasal 36

(1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.

- Pasal 37, tentang Bahasa Siaran

Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraan program siaran harus Bahasa Indonesia yang baik dan benar.24

Berdasarkan UU No. 32/2002 pada pasal 32 ditetapkan bahwa lembaga penyiaran harus memenuhi persyaratan teknis perangkat penyiaran. Pendirian stasiun radio siaran di Indonesia diantaranya harus memiliki kelengkapan pemancar (transmitter) sendiri, membangun ruang kedap suara (studio), dan melengkapi peralatan audio (audio equipment).

a. Pemancar atau Transmitter

Pemancar radio siaran (broadcasting transmitter) adalah suatu alat yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi, yang dikemas dalam bentuk suara (voice), memancar melalui sinyal audio yang ditujukan kepada khalayak pendengarnya. Pemancar radio tidak secara otomatis dapat memancarkan audio sampai jarak yang jauh. Untuk mencapai jarak yang jauh, audio harus ditumpangkan dulu pada signal yang memiliki frequency (gelombang) tinggi. Frekuensi (gelombang radio) tidak bisa langsung didengar oleh telinga biasa, melainkan harus ditangkap lebih dulu dengan alat penerima yang disebut radio atau receiver.

Pemancar (transmitter) untuk radio siaran, dikenal ada 4 (empat) jenis yang terbagi dalam 2 kelompok modulasi, yaitu Amplitude Modulation (AM), terdiri atas pemancar Short Wave (SW), pemancar Medium Wave (MW), dan pemancar Long Wave (LW). Sedangkan

24

yang keempat adalah pemancar Frequency Modulation atau lebih dikenal dengan pemancar FM, yang paling banyak digunakan oleh stasiun-stasiun radio.

b. Ruangan Kedap Udara (Studio)

Studio adalah suatu ruangan untuk penyelenggaraan siaran radio. Dalam dunia siaran, studio dibagi 3 (tiga) yaitu:

1. Studio Mati (dead room)

Suatu ruangan yang digunakan untuk siaran radio. Ruangan ini harus kedap udara, sehingga tidak ada lagi pantulan suara yang dihasilkan melalui peralatan siaran. Untuk itu di sekeliling ruangan (dinding, atap dan lantai) harus diberi peralatan peredam suara (akustik). Studio ini biasanya digunakan sebagai bilik penyiar pada saat siaran (on-air).

2. Studio Hidup (live room)

Studio hidup adalah kebalikan dari studio mati. Sekeliling ruangan tidak perlu bahan peredam, karena studio ini tidak menjadi soal jika ada pantulan suara. Studio ini umumnya digunakan untuk perlengkapan atau peralatan siaran.

3. Studio Semi (balance room)

Adalah studio yang konstruksinya berada antara studio mati dan studio hidup. Jelasnya pada studio ini, pantulan suara (gema), diperlukan meski hanya sedikit. Studio ini sering disebut studio besar untuk menyelenggarakan acara-acara siaran hidup (live broadcasting).

c. Perlengkapan Audio

Perlengkapan Audio atau Audio Equipment adalah kelengkapan peralatan yang dibutuhkan untuk operasionalisasi radio siaran. Secara teori siaran radio yang bagus harus mempunyai kelengkapan audio agar modulasi yang disiarkan benar-benar jernih dan enak didengar. Peralatan yang dibutuhkan diantaranya:

1. Kamar Kontrol (control room)

Kamar kontrol adalah suatu ruangan khusus yang dipergunakan untuk mengontrol penyelenggaraan siaran, baik siaran hidup (live broadcasting) atau siaran mati (off broadcasting). Ada beberapa kamar kontrol untuk penyelenggaraan siaran, misalnya continuity control room adalah ruangan khusus yang di dalamnya diisi berbagai peralatan elektronik sebagai penunjang berlangsungnya suatu siaran radio dan news control room adalah ruangan khusus yang digunakan untuk membuat acara pemberitaan, seperti warta berita, wawancara, dan reportase.

2. Sumber Suara (program source) adalah peralatan elektronik audio yang dapat menghasilkan suara untuk menunjang siaran radio. Alat-alat tersebut adalah: microphone, tape recorder, cassette recorder, turtable, compac disk, telepon, dan sebagainya.

3.Gabungan Audio (audio mixer) adalah peralatan audio yang berfungsi untuk mengolah, mencampur, mengatur suara yang masuk guna didistribusikan ke pemancar.

Pada Pasal 8 Stasiun pemancar AM dan FM harus mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut:

1. Pada pokoknya pancaran gelombang-gelombang harmoni harus ditekan sekecil-kecilnya sehingga tidak mengganggu. Pancaran gelombang-gelombang harmonis yang mengganggu pemancar lain dilarang.

2. Pemancar-pemancar siaran non pemerintah baik AM maupun FM hanya diperkenankan mempergunakan antene beserta tiangnya yang tidak membahayakan keselamatan umum dan harus terbuat dari logam. 3. Stasiun radio seperti termaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 harus bersifat fixed dan permanen dan tidak dapat dipindahkan tanpa izin.25

Kebutuhan perlengkapan studio sebagaimana persyaratan yang ditentukan Menteri Perhubungan tersebut adalah persyaratan minimal. Artinya, radio siaran yang tidak memiliki persyaratan minimal tersebut tidak layak mendapatkan izin siaran.26

- SK Menteri Penerangan RI No. 39/KEP/MENPEN/1971 tentang Petunjuk-Petunjuk Umum Kebijaksanaan Penyelenggara Acara serta Isi Siaran bagi Radio Siaran Non-Pemerintah. Menekankan pentingnya muatan radio lokal, bahwa ‘siaran bersifat lokal, bukan nasional’, dan ‘sifat, isi, dan tujuan siaran’ mencerminkan hubungan erat dengan keadaan serta pertumbuhan daerah jangkauan siaran.27

25

Drs Totok Djuroto, Msi. Mengelola Radio Siaran Mendulang Untung dari Bisnis Informasi dan Hiburan. h 102.

26

Ibid h 103. 27

C. Karakteristik Radio Siaran

Radio siaran mempunyai kelebihan tersendiri. Radio siaran memiliki audience yang heterogen sifatnya. Didukung dengan kemudahan pesawat radionya yang dapat didengar dan dibawa kemana-mana, radio siaran mampu mengembangkan imajinasi pendengarnya serta memilah-milah khalayak sesuai dengan program siaran yang disajikannya. Kondisi ini memungkinkan radio siaran dapat membentuk segmen pasar tersendiri. Dengan segmen yang berbeda-beda ini, radio siaran dapat dengan mudah membidik pasar iklan sesuai dengan pangsanya masing-masing.28

Segmen-segmen yang dimiliki oleh stasiun-stasiun radio yang acaranya sering kita dengarkan, memberikan ciri khas masing-masing. Ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh stasiun radio tersebut digunakan untuk menarik minat penggemarnya. Karena bisa jadi ciri khas radio tersebut mewakili karakter dan jenis masyarakat di Indonesia.

Jenis-jenis radio yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, diantaranya ada radio religi, radio anak muda, radio dewasa, radio dangdut, radio berita, dan radio bernuansa kedaerahan.29

Dalam kondisi yang digolong-golongkan seperti itu, jalan yang dapat ditempuh oleh pengelola radio siaran adalah bersaing dalam merebut target

market bagi penyelenggaraan siarannya guna mendulang income bagi perusahaannya.30

28

Drs Totok Djuroto, Msi. Mengelola Radio Siaran Mendulang Untung dari Bisnis Informasi dan Hiburan. h 44.

29

Fatmasari Ningrum. Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, &Reporter Radio. Penebar Swadaya. Jakarta. 2007. hlm 9.

30

Drs. Totok Djuroto, Msi. Mengelola Radio Siaran Mendulang Untung dari Bisnis Informasi dan Hiburan. h 45.

Radio siaran harus memberikan hasil yang maksimal kepada keseluruhan stakeholders. Broadcast intrepreneur yang baik adalah yang dapat menciptakan keuntungan, karena kekuatan finansial dan stabilitas komersial merupakan jaminan terhadap perkembangan usaha radio siaran.

Radio anak muda adalah radio dengan segmen anak muda. Otomatis paling banyak disimak oleh kaum muda. Sesuai dengan cirinya sebagai radio anak muda, segmen pendengarnya adalah mereka yang berusia 15-25 tahun. Ciri khas radio anak muda adalah program acara yang tersedia menggambarkan ‘dunia anak muda’, seperti musik, film, gaya hidup, pergaulan, dan dunia sekolah. Misalnya saja Radio Mustang FM. Hard Rock FM. Dan Radio Prambors.

Gaya siarannya disesuaikan dengan gaya anak muda, apa yang biasa dikatakan dan dipikirkan anak muda masa kini. Ceria, lucu, tapi cerdas adalah gaya siaran radio ‘anak muda’. Soal bahasa, bias jadi perpaduan antara bahasa Indonesia, Inggris, dan bahasa daerah setempat.31

Sebutan untuk radio dewasa karena musik dan program acara yang disajikan layak dikonsumsi orang-orang dewasa. Lagu yang diputar seputar tahun 60-90an. Program acara juga seputar persoalan ekonomi, sosial, politik, persoalan keluarga atau hubungan suami istri.

Umumnya, penyiar radio ‘dewasa’ dituntut untuk peduli dan paham pada persoalan-persoalan dunia terkait sosial-politik-ekonomi dan budaya, dengan pendidikan formal minimal D3. gaya siaran semiformal, santai tapi sopan, berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan mampu berbahasa asing. Radio

31

dewasa yang sudah memiliki nama contohnya: Radio Sonora, Radio Ramako, Radio Kayumanis, dan Radio Delta FM.32

Dikatakan radio berita karena content acaranya 80 persen atau lebih berita. Program acara bertema seputar politik, ekonomi, lingkungan hidup, kriminalitas, sosial dan gaya hidup. Selebihnya, merupakan acara berita, baik berita yang dibacakan penyiar maupun laporan langsung oleh reporter. Musik hanya selingan, kurang lebih dua lagu yang diputar untuk satu jam acara bincang-bincang. Penyiar dituntut berpengetahuan luas, dan khususnya tertarik pada dunia berita. Contohnya Radio Trijaya dan Elshinta.33

Radio dangdut adalah radio yang memilih format khusus musik dangdut. Dengan alasan musik dangdut mudah diterima masyarakat, radio dangdut mengharapkan dapat menyedot banyak pendengar. Gaya siaran ‘heboh’ dan ramai merupakan gaya siaran penyiar radio dangdut.34

Radio bernuansa daerah adalah radio yang berciri khas budaya setempat. Cirinya ditandai dengan pemutaran lagu-lagu berbahasa daerah. Bahasa yang digunakan dalam siaran pun adalah bahasa daerah.35

Terakhir, radio religi adalah radio yang bercirikan agama tertentu. Radio dengan segmen masing-masing umat-umat agama tersebut. Termasuk Radio Alaikassalam Sejahtera Frekuensi Modulasi (RAS FM) yang yang berada pada jalur radio religi dan memiliki sasaran pendengar keluarga muslim yang dinamis dan modern.36 32 Ibid. h 11. 33 Ibid. h 13. 34 Ibid. h 14. 35 Ibid. h 15. 36

Sebagai radio yang mewakili agama islam, maka program-program acara RAS FM mengandung nilai-nilai keislaman. Mulai dari acara dialog islam dengan para ahli agama, terjemahan dan penjelasan Al-Qur’an serta hadis dan belajar membaca Al-Qur’an. Format musik RAS FM pun terdiri dari lagu-lagu islami yang dicampur dengan lagu-lagu POP Indonesia. Lagu-lagu islami diantaranya lagu religi, nasyid, atau jenis musik apapun selama temanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Bukan hanya program acara dan lagu, content iklan juga tidak boleh bertentang dengan nilai-nilai islam.37

Sebagai radio yang bercirikan keislaman, maka sudah menjadi visi dan misi dari RAS FM untuk senantiasa mensyiarkan ajaran agama islam melalui media radio atau berdakwah melalui media radio.

Kewajiban berdakwah ini juga tertulis di dalam Al-Qur’an. Allah SWT memerintahkan kepada setiap umatnya untuk selalu berdakwah dan menyampaikan ajaran-ajaran agama islam kepada umatnya yang lain melalui berbagai macam cara. Salah satunya adalah berdakwah melalui media radio. Seperti yang tertera di dalam Al-Qur’an melalui surat Ali Imran ayat 104:

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

37

Kewajiban berdakwah juga tertulis dalam surat Ali Imran ayat 110:

⌧ ☺

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Diturunkannya dua ayat mengenai kewajiban berdakwah bagi umat muslim dalam satu surat, yaitu surat Ali Imran, telah menjelaskan dengan sangat tegas bahwa Allah memang mewajibkan umatnya agar selalu menyampaikan ajaran agama islam dan menyeru kepada kebaikan kepada sesamanya.

Oleh karena itu, gaya siaran di RAS FM tentu saja harus islami. Misalnya memulai dan menutup acara dengan doa, menyapa pendengar dengan assalamu’alaikum dan pembacaaan ayat Al-Qur’an dan hadis di setiap perpindahan setiap acara. Bicara sopan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar merupakan ciri penyiar RAS FM saat siaran.38

38

D. Pengertian Transformasi Manajemen

Untuk membahas masalah mengenai transformasi manajemen dalam sebuah organisasi tidak akan terlepas dari terjadinya sebuah proses perubahan. Secara umum perubahan organisasi adalah proses dimana organisasi bergerak dari satu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik.

Agar transformasi manajemen dapat dijabarkan dengan jelas, maka perlu dilakukan pendalaman mengenai manajemen perubahan. Proses perubahan manajemen banyak tertulis dalam literature buku Change Management yang dapat memberikan gambaran tentang proses perubahan yang terjadi. Jika sebuah proses perubahan menimbulkan sesuatu kondisi yang baru dan berbeda dari sebuah manajemen organisasi dengan yang dulu, maka perubahan tersebut meliputi persyaratan perubahan pada aspek-aspek manusia, peralatan, teknologi dan berbagai sumber daya yang ada pada organisasi tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Potts dan LaMarsh bahwa manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan,

Dokumen terkait